• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... 2 DAFTAR TABEL... 4 KATA PENGANTAR... 5 BAB I PENDAHULUAN...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... 2 DAFTAR TABEL... 4 KATA PENGANTAR... 5 BAB I PENDAHULUAN..."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ... I DAFTAR GAMBAR ... 2 DAFTAR TABEL ... 4 KATA PENGANTAR ... 5 BAB I PENDAHULUAN... 7 1.1 LATAR BELAKANG ... 7 1.2 TUJUAN EVALUASI ... 8

1.3 ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL ... 9

1.4 STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL . 10 1.5 SUMBER DAYA MANUSIA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL ... 13

1.6 DUKUNGAN ANGGARAN ... 14

1.7 TINDAK LANJUT HASIL EVALUASI TAHUN SEBELUMNYA ... 15

BAB II RENCANA STRATEGIS ... 17

2.1 RENCANA STRATEGIS ... 17

2.2 TRANSFORMASI MANAJEMEN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL ... 21

2.3 PENETAPAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 2016... 23

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 25 3.1 KRITERIA UKURAN KEBERHASILAN... 25

3.2 CAPAIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 2016... 25

3.3 EVALUASI CAPAIAN SS01 - MENINGKATNYA KONTRIBUSI BIG DALAM MENYUKSESKAN RPJMN (NAWA CITA) ... 28

3.4 EVALUASI CAPAIAN SS02 - TERSEDIANYA INFORMASI GEOSPASIAL SESUAI KEBUTUHAN BAGI PEMBANGUNAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK ... 56

3.5 EVALUASI CAPAIAN SS03 – MENINGKATNYA KEPUASAN PENGGUNA PRODUK BIG ... 86

3.6 EVALUASI CAPAIAN SS04 – TERSEDIANYA KEBIJAKAN YANG RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN PENYELENGGARAAN INFORMASI GEOSPASIAL... 91

3.7 EVALUASI CAPAIAN SS05: TERSELENGGARANYA INFORMASI GEOSPASIAL SESUAI STANDAR NASIONAL ... 94

3.8 EVALUASI CAPAIAN SS06 – TERKENDALINYA KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN INFORMASI GEOSPASIAL NASIONAL ... 99

3.9 EVALUASI CAPAIAN SS07 – TERSELENGGARANYA REFORMASI BIROKRASI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL SESUAI ROADMAP REFORMASI BIROKRASI NASIONAL (RBN) GELOMBANG III ... 104

3.10 EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) BADAN INFORMASI GEOSPASIAL... 112

BAB IV RENCANA TINDAK LANJUT ... 117

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Komposisi SDM BIG berdasarkan jenjang pendidikan ... 13

Gambar 2. Visi dan Misi Badan Informasi Geospasial ... 17

Gambar 3. Peta Strategi Badan Informasi Geospasial... 20

Gambar 4. Jumlah sasaran dan indikator kinerja BIG 5 (lima) tahun terakhir ... 21

Gambar 5. Jenis indikator yang digunakan BIG ... 22

Gambar 6. Persentase capaian kinerja Badan Informasi Geospasial 2012 - 2016 ... 28

Gambar 7. Perbandingan antara target dan realisasi IKSS01 ... 29

Gambar 8. Peta penutup lahan desa... 32

Gambar 9. Peta RDA Tanaman Padi ... 33

Gambar 10. Peta RDA tanaman jagung... 34

Gambar 11. Indeks ketersediaan peta Rupabumi Indonesia skala 1:5.000 ... 35

Gambar 12. Peta sebaran lokasi pembangunan pilar gaya berat utama (GBU) tahun 2016 ... 37

Gambar 13. Sebaran lokasi pembangunan pasang surut Tahun 2016 ... 38

Gambar 14. Sebaran lokasi pembangunan stasiun CORS 2016 ... 38

Gambar 15. Pelabuhan strategis pendukung tol laut ... 41

Gambar 16. Pemodelan Spasial Kota Bitung Tahun 2014, 2019, 2024 dan 2029 ... 42

Gambar 17. Indeks pemetaan kelautan dan lingkungan pantai skala 1:250.000 ... 43

Gambar 18. Peta karakteristik oseanografi perairan dangkal provinsi Sulawesi Tenggara ... 45

Gambar 19. Peta ekosistem mangrove 2016 ... 47

Gambar 20. JBM Indonesia – Malaysia skala 1:50.000 ... 48

Gambar 21. JBM Indonesia – Republik Demokratik Timor-Leste skala 1:25.000 .... 48

Gambar 22. JBM Indonesia – Papua New Guenia skala 1:50.000 ... 49

Gambar 23. Lokasi kegiatan survei CBDRF RI-Malaysia Tahun 2016 ... 51

Gambar 24. Lokasi densifikasi pilar batas RI-PNG ... 52

Gambar 25. Hasil plot pilar densifikasi pata peta JBM RI-PNG ... 53

Gambar 26. indeks peta kecamatan kawasan perbatasan Indonesia – Malaysia ... 54

Gambar 27. Contoh Peta Kecamatan (indekswise) ... 55

Gambar 28. Contoh peta kecamatan (areawise) ... 55

Gambar 29. Perbandingan antara target dan realisasi IKSS01 ... 56

Gambar 30. 207 Titik Jaring Kontrol yang di mutakhirkan pada tahun 2016 ... 57

Gambar 31. Indeks lokasi pemutakhiran peta LPI skala 1:50.000 Tahun 2016 ... 58

Gambar 32. Indeks pemetaan rupabumi Indonesia Skala 1:25.000 Tahun 2016 ... 59

Gambar 33. Pembagian wilayah pengolahan dan updating data batas ... 65

Gambar 34. Uji Keterbacaan Atlas Tekstual ... 66

Gambar 35. Dinamika Sumberdaya Kawasan Perkotaan Mamminasata ... 67

Gambar 36. Produk e-Atlas Nasional ... 68

Gambar 37. Produk Atlas Kemaritiman ... 69

Gambar 38. User interface Peta Digital Transportasi Perkotaan Terintegrasi ... 70

Gambar 39. Produk Atlas Rencana Pembangunan Provinsi Jawa Tengah... 71

Gambar 40. Model Peta Pendidikan ... 72

Gambar 41. Atlas Bentanglahan Papua ... 73

Gambar 42. Produk Pemetaan Dinamika Sumberdaya 4 Wilayah Sungai ... 74

Gambar 43. Atlas Overview ... 75

Gambar 44. Satu Peta Penutup Lahan Nasional Skala 1:250.000... 77

Gambar 45. Peta Sistem Lahan Skala 1:250.000 Wilayah Kalimantan ... 78

(5)

Gambar 47. Peta Penutup Lahan Skala 1: 50.000 Wilayah Kalimantan Timur ... 80

Gambar 48. Peta Morfometri Bentanglahan Provinsi Kalimantan Timur untuk Klasifikasi Kehutanan ... 81

Gambar 49. Peta Multirawan Bencana Provinsi Aceh ... 82

Gambar 50. Peta Multirawan Bencana Provinsi Aceh ... 83

Gambar 51. Peta Rawan Bajir Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara... 85

Gambar 52. lokasi kegiatan IGT Perizinan Sektoral. ... 86

Gambar 53.Kendala terkait produk dan layanan BIG berdasarkan hasil survei lapangan ... 88

Gambar 54. Kerangka penentuan indeks BIG ... 90

Gambar 55. Perbandingan antara target dan realisasi IKSS01 ... 92

Gambar 56. Jenis kebijakan penyelenggaraan IG Tahun 2016... 92

Gambar 57. jumlah kebijakan penyelenggaraan IG 2012-2016 ... 93

Gambar 58. persentase capaian kinerja penyediaan kebijakan penyelenggaraan IG .. 94

Gambar 59. Perbandingan antara target dan realisasi IKSS05 ... 96

Gambar 60. Analisis akar permasalahan tidak terintegrasinya 15 IGT ... 97

Gambar 61. Perbandingan antara target dan realisasi IKSS06 ... 101

Gambar 62. Perbandingan antara target dan realisasi IKSS07 ... 104

Gambar 63. Komponen nilai Reformasi Birokrasi... 105

Gambar 64. Tren nilai Reformasi Birokrasi Badan Informasi Geospasial ... 106

Gambar 65. Perbandingan antara target dan realisasi nilai RB BIG ... 107

Gambar 66. Komponen nilai Reformasi Birokrasi Badan Informasi Geospasial ... 108

Gambar 67. Analisis akar masalah penurunan nilai Penguatan Akuntabilitas ... 111

Gambar 68. Capaian nilai AKIP Badan Informasi Geospasial 2011-2015 ... 114

Gambar 69. Tren komponen nilai AKIP Badan Informasi Geospasial 2011-2015 .. 114

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Transformasi Penggunaan IKU Badan Informasi Geospasial ... 23

Tabel 2. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Badan Informasi Geospasial ... 23

Tabel 3. Capaian kinerja Badan Informasi Geospasial 2016 ... 26

Tabel 4. Delineasi Desa/Kelurahan 2016 ... 30

Tabel 5. Volume dan lokasi paket pekerjaan pemetaan skala besar tahun 2016 ... 35

Tabel 6. Akuisisi data geospasial 2016 ... 39

Tabel 7. Volume dan lokasi paket pekerjaan pemetaan skala besar tahun 2016 ... 44

Tabel 8. Matriks penegasan batas definitif ... 60

Tabel 9. Daftar batas definitif pulau Kalimantan ... 63

Tabel 10. Karakteristik penilaian hasil survey kepuasan pengguna... 90

Tabel 11. Rekomendasi solusi akar masalah IKSS05 ... 98

Tabel 14. Rekomendasi solusi akar masalah penurunan nilai penguatan akuntabilitas ... 111

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga Laporan Kinerja Badan Informasi Geospasial (BIG) Tahun 2016 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan kinerja ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas keberhasilan pencapaian kinerja berdasarkan visi dan misi yang tertuang dalam Rencana Strategis BIG selama satu tahun anggaran. Selain itu penyusunan laporan kinerja ini adalah sebagai bentuk akuntabilitas dari penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang telah digunakan oleh BIG untuk mencapai target kinerja yang telah disusun pada awal tahun 2015. Sebagaimana kita ketahui bahwa tahun ini merupakan periode kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.

Dasar hukum penyusunan laporan kinerja tahun 2016 ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Rencana Strategis BIG Tahun 2015-2019 yang telah mengalami revitalisasi pada pertengahan tahun 2016.

Secara umum capaian kinerja BIG yang tertuang pada perjanjian kinerja tahun 2016 telah tercapai, dan dalam isi laporan ini dapat terlihat perbandingan antara realisasi pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun 2016 dengan kontrak kinerja tahun 2016, serta beberapa kinerja lainnya yang telah dicapai oleh BIG. Perlu diakui bahwa beberapa target kinerja memang belum secara maksimal dapat dicapai, namun ini menjadi pelajaran bahwa akan dilakukan perbaikan secara komprensif terkait target kinerja yang belum sesuai harapan tersebut.

(8)

Akhir kata, semoga laporan kinerja ini dapat memenuhi harapan bagi seluruh pemangku kepentingan yang menggunakan Informasi Geospasial (IG) dalam menentukan kebijakan. Dan kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas, dan saling mendapat feedback demi perbaikan dan peningkatan kinerja kami dibidang IG kedepannya.

Kepala Badan Infomasi Geospasial

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengelolaan sistem pemerintahan di Indonesia telah mengalami transformasi sejak era reformasi bergulir. Transformasi yang dimaksud adalah perubahan paradigma pasif yang dianggap kurang mengakomodir kebutuhan masyarakat menjadi paradigma proaktif dengan memberikan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. Transformasi tersebut perlu didukung dengan tata kelola pemerintahan yang akuntabel. Komitmen pemerintah Indonesia untuk mewujudkan akuntabilitas tercermin dari diterbitkannya regulasi terkait akuntabilitas. Pertama, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Kedua, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Ketiga, Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) menekankan bahwa akuntabilitas adalah salah satu aspek penting dalam mewujudkan pemerintahan yang bebas KKN. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025, pelaksanaan Reformasi Birokrasi dituangkan dalam Roadmap Reformasi Birokrasi 5 (lima) tahunan. Disetiap Roadmap Reformasi Birokrasi terdapat area-area perubahan untuk mencapai tujuan akhir Reformasi Birokrasi. Salah satu area yang konsisten terus muncul adalah penguatan akuntabilitas.

Reformasi Birokrasi saat ini telah memasuki gelombang ke-3, yaitu Reformasi Bikokrasi 2015-2019. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-2019, akuntabilitas merupakan kemampuan pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai sumber yang diberikan untuk menjalankan program yang mampu memberikan manfaat (outcome) bagi masyarakat. Praktik pengelolaan Sistem Akutabilitas

(10)

Instansi Pemerintah (SAKIP) nasional distandarkan oleh satu aturan yaitu Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dijelaskan lebih lanjut bahwa yang dimaksud dengan SAKIP adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Penyelenggaraan SAKIP terbagi menjadi 6 (enam) meliputi rencana strategis, perjanjian kinerja, pengukuran kinerja, pengelolaan data kinerja, pelaporan kinerja, serta reviu dan evaluasi kinerja. Terkait pelaporan kinerja, reviu dan evaluasi kinerja, merupakan kewajiban bagi setiap instansi pemerintahan di akhir periode perencanaan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, perwujudan akuntabilitas instansi negara dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja. Laporan keuangan yang dimaksud, salah satunya adalah laporan realisasi anggaran. Sedangkan laporan kinerja yang dimaksud adalah ringkasan tentang keluaran dari masing kegiatan dan hasil yang dicapai masing-masing eksekusi program yang dilaksanakan menggunakan APBN. Kedua hal tersebut disajikan dalam Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN). Badan Informasi Geospasial (BIG) merupaka instansi pemerintah yang berkewajiban menyusun LAKIN sebagai bentuk akuntabilitas instansi. Penyusunan LAKIN BIG mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIN BIG akan menjadi barometer evaluasi kinerja yang akan menjadi landasan perbaikan atau peningkatan kinerja tahun perencanaan berikutnya.

1.2 Tujuan Evaluasi

1. Mengetahui prestasi kerja instansi BIG secara keseluruhan. 2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kegagalan capaian kinerja. 3. Mengetahui faktor-faktor pendorong keberhasilan capaian kinerja. 4. Menjadi dasar perbaikan kinerja di tahun berikutnya.

(11)

1.3 Organisasi, Tugas, dan Fungsi Badan Informasi Geospasial

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 Tentang Badan Informasi Geospasial, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi Geospasial ditetapkan bahwa BIG melaksanakan tugas pemerintahan di bidang informasi geospasial. Dalam melaksanakan tugasnya, BIG menjalankan fungsi:

1. Perumusan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang informasi geospasial;

2. Penyusunan rencana dan program di bidang informasi geospasial;

3. Penyelenggaraan informasi geospasial dasar yang meliputi pengumpulan data, pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial dasar;

4. Pengintegrasian informasi geospasial tematik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

5. Penyelenggaraan informasi geospasial tematik yang belum diselenggarakan selain BIG meliputi pengumpulan data, pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial tematik;

6. Penyelenggaraan infrastruktur informasi geospasial meliputi penyimpanan, pengamanan, penyebarluasan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial;

7. Penyelenggaraan dan pembinaan jaringan informasi geospasial; 8. Akreditasi kepada lembaga sertifikasi dibidang informasi geospasial; 9. Pelaksanaan kerja sama dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta,

dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri;

10. Pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di lingkungan BIG; 11. Pelaksanaan koordinasi perencanaan, pelaporan, penyusunan peraturan

perundang-undangan dan bantuan hukum;

12. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, keprotokolan, kehumasan, kerja sama,

(12)

hubungan antar lembaga, kearsipan, persandian, barang milik negara, perlengkapan, dan rumah tangga BIG;

13. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta promosi dan pelayanan produk dan jasa di bidang informasi geospasial; dan

14. Perumusan, penyusunan rencana, dan pelaksanaan pengawasan fungsional. 1.4 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi Geospasial

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi Geospasial, organisasi BIG terdiri atas:

1. Kepala Badan Informasi Geospasial; 2. Sekretariat Utama;

3. Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar; 4. Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik; 5. Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial; 6. Inspektorat; dan

7. Pusat Promosi dan Kerja Sama.

Masing-masing unit organisasi tersebut di atas mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. Kepala Badan Informasi Geospasial

Kepala Badan Informasi Geospasial mempunyai tugas memimpin BIG dalam menjalankan tugas dan fungsi BIG.

2. Sekretariat Utama

Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencana- an, pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi, dan sumber daya di lingkungan BIG. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di lingkungan BIG; b. Pelaksanaan koordinasi perencanaan, pelaporan, penyusunan peraturan

perundang-undangan dan bantuan hukum;

c. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, keprotokolan, kehumasan,

(13)

kerjasama, hubungan antar lembaga, kearsipan, persandian, barang milik negara, perlengkapan, dan rumah tangga BIG; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala BIG.

3. Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar

Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar memiliki tugas merumuskan, melaksanakan, dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang informasi geospasial dasar. Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang informasi geospasial dasar;

b. Penyusunan rencana dan program di bidang informasi geospasial dasar;

c. Penyelenggaraan informasi geospasial dasar yang meliputi pengumpulan data, pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial dasar;

d. Pelaksanaan kerjasama dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri; dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.

4. Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik

Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik mempunyai tugas merumuskan, melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang informasi geospasial tematik. Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang informasi

geospasial tematik;

b. Penyusunan rencana dan program di bidang informasi geospasial tematik;

c. Pengintegrasian informasi geospasial tematik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

d. Penyelenggaraan informasi geospasial tematik yang belum diselenggarakan selain BIG meliputi pengumpulan data, pengolahan,

(14)

penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial tematik;

e. Pelaksanaan kerja sama dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.

5. Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial;

Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial mempunyai tugas merumuskan, melaksanakan, dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang infrastruktur informasi geospasial. Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang infrastruktur informasi geospasial;

b. Penyusunan rencana dan program di bidang infrastruktur informasi geospasial;

c. Penyelenggaraan infrastruktur informasi geospasial meliputi penyimpanan, pengamanan, penyebarluasan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial;

d. Penyelenggaraan dan pembinaan jaringan informasi geospasial; e. Akreditasi kepada lembaga sertifikasi di bidang informasi geospasial; f. Pelaksanaan kerja sama dengan badan atau lembaga pemerintah,

swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri; dan g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.

6. Inspektorat.

Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan BIG. Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat menjalankan fungsi:

a. Perumusan dan penyusunan rencana pengawasan fungsional;

b. Pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Pelaksanaan urusan administrasi inspektorat; dan d. Penyusunan laporan hasil pengawasan.

(15)

7. Pusat Promosi dan Kerja Sama.

Pusat Promosi dan Kerja Sama mempunyai tugas melaksanakan promosi, kerja sama, hubungan masyarakat, dan hubungan antar lembaga. Dalam menjalankan tugas, Pusat Promosi dan Kerja Sama menjalankan fungsi: a. Penyusunan rencana kegiatan promosi;

b. Pelaksanaan publikasi produk dan jasa informasi geospasial; c. Pengelolaan situs jaringan internet (web-site) BIG;

d. Pelaksanaan urusan hubungan masyarakat;

e. Pelaksanaan administrasi kerja sama dalam dan luar negeri; f. Monitoring dan evaluasi kerja sama; dan

g. Koordinasi pelaksanaan hubungan antar instansi/lembaga. 1.5 Sumber Daya Manusia Badan Informasi Geospasial

Jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) Badan Informasi Geospasial pada tahun 2017 sebanyak 686 orang. Komposisi ASN berasal dari berbagai macam jenjang pendidikan seperti Gambar 1.

Gambar 1. Komposisi SDM BIG berdasarkan jenjang pendidikan Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa sebagian besar ASN BIG berpendidikan S1 sebesar 43.59% (299 ASN). Diikuti dengan SLTA sebesar 26.38% (181 ASN), S2 sebesar 17.20% (118 ASN), D.III sebesar 6.65% (45 ASN), S3 sebesar 2.33% (16 ASN), SD sebesar 1.31% (9 ASN), D.I sebesar 1.71% (8 ASN), SLTP sebesar 1.02% (7 ASN), D.II sebesar 0.44% (3 ASN).

2.33% 17.20% 43.59% 6.56% 0.44% 1.17% 26.38% 1.02% 1.31%

Komposisi SDM BIG berdasarkan jenjang

pendidikan

S3 S2 S1 D.III D.II D.I SLTA

(16)

1.6 Dukungan Anggaran

Pagu awal APBN tahun anggaran 2016 senilai Rp. 855.537.644.000. Dalam tahun anggaran 2016 terjadi beberapa penyesuaian sehingga dilakukan revisi anggaran sebesar Rp.180.306.544.000. Total anggaran setelah revisi sebesar Rp. 685.231.100.000. Berdasarkan anggaran revisi, realisasi (serapan) anggaran BIG sebesar 89.57% (Rp.611.228.714.408). Selama satu periode perencanaan, BIG telah melakukan sebanyak 6 (enam) kali revisi DIPA sebagai berikut:

1. Revisi DIPA ke 01 dilaksanakan dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun 2015 yang ada pada kegiatan Pemetaan Batas Wilayah, kegiatan Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai dan kegiatan Pemetaan Rupabumi dan Toponim. Selain itu hampir seluruh unit Eselon II ikut serta dalam Revisi DIPA 1 ini kecuali Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik. Revisi DIPA 01 disahkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) pada tanggal 11 Maret 2016.

2. Revisi DIPA ke 02 dilaksanakan atas Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 dan Surat Menteri Keuangan Nomor S-522/MK.02/2016 tanggal 23 Juni 2016 tentang Perubahan Pagu Anggaran Belanja K/L dalam APBN-P TA 2016. Revisi DIPA ini berupa Revisi anggaran penghematan/pemotongan melalui selfblocking sebesar Rp 158.291.544.000,00 sehingga mengakibatkan penambahan catatan halaman IV DIPA sebesar Rp158.291.544.000,00 sedangkan volume output/keluaran tidak mengalami perubahan. serta usulan pengurangan pagu Pinjaman Luar Negeri (PLN) dari JICA sebesar Rp 22.015.000.000,00 karena kegiatan yang dibiayai telah selesai. Sehingga pagu BIG berubah dari semula Rp 865.537.644.000,00 menjadi Rp 843.522.644.000,00. Revisi DIPA 02 ini disahkan oleh DJA pada tanggal 27 Juni 2016.

3. Revisi DIPA ke 03 dilaksanakan atas Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 dan Surat Menteri Keuangan Nomor S-522/MK.02/2016 tanggal 23 Juni 2016 tentang Perubahan Pagu Anggaran Belanja K/L dalam APBN-P TA 2016 dimana anggaran BIG harus dipotong sesuai nilai selfblocking pada Revisi DIPA 02 sebesar Rp 158.291.544.000,00 sehingga pagu

(17)

APBN-P BIG menjadi Rp 685.231.100,00. Revisi DIPA 03 ini disahkan DJA pada tanggal 25 Juli 2016.

4. Revisi DIPA ke 04 yang diajukan merupakan revisi penghematan anggaran dalam hal pagu anggaran tetap melalui selfblocking yang akan dicantumkan pada Catatan Halaman IV DIPA BIG TA 2016 sebesar Rp16.884.358.000,00 sesuai Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun 2016 dan Surat Direktur Jenderal Anggaran Nomor S-2124/AG/2016 tanggal 30 September 2016 tentang Penundaan/Penangguhan Revisi Anggaran dalam Rangka Mempercepat Penyelesaian Revisi Penghematan Belanja K/L APBN-P TA 2016. Revisi DIPA 04 ini disahkan oleh DJA pada tanggal 16 September 2016.

5. Revisi DIPA ke 05 dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan revisi seluruh unit kerja di BIG. Revisi ini diajukan ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan disahkan oleh Kanwil DJPB pada tanggal 12 Oktober 2016.

6. Revisi DIPA ke 06 dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan revisi seluruh unit kerja di BIG, yang tidak ikut dalam revisi ini hanya Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT). Revisi ini diajukan ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan disahkan oleh Kanwil DJPB pada tanggal 6 Desember 2016.

1.7 Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Tahun Sebelumnya

Berdasarkan hasil evaluasi LAKIP BIG 2016, terdapat rekomendasi tindak lanjut dalam memperbaiki akuntabilitas kinerja BIG. Terdapat 3 (tiga) rekomendasi yaitu:

1. Menyempurnakan indikator kinerja yang masih bersifat output menjadi outcome, sehingga dapat menggambarkan pencapaian sasaran dan tujuan dengan lebih baik;

Terkait penyempurnaan indikator kinerja, BIG telah menindaklanjuti rekomendasi tersebut dengan menerapkan sistem manajemen kinerja dengan metode Balanced Scorecard. Penyelenggaraan kegiatan penyempurnaan indikator kinerja dilaksanakan pada bulan Maret 2016.

(18)

Kegiatan tersebut memiliki output berupa disepakatinya standar kinerja level 0 (Kepala BIG), standar kinerja level 1 (Sekretariat Utama, Deputi DBIGD, Deputi DBIGT, Deputi DBIIG, Inspektorat, PPPKS), dan standar kinerja level 2 (dua biro di bawah Sekretariat Utama, empat pusat di bawah DBIGD, dua pusat masing-masing di bawah DBIGT dan DBIIG). 2. Meningkatkan kualitas Indikator Kinerja Utama (IKU) sehingga akan

menggambarkan capaian kinerja yang lebih baik pada tahun berikutnya; Terkait tindak lanjut rekomendasi nomor 2 (dua), pelaksanaannya sejalan dengan tindak nomor 1 (satu) dimana penyempurnaan kualitas IKU dilakukan beriringan. Pada tahun 2016, indikator kinerja BIG tidak lagi diukur dengan jumlah dokumen yang dihasilkan, melainkan mengarah kepada output dan outcome. Sebagian besar IKU output dan outcome yang disepakati diturunkan dari RPJMN 2015-2019.

3. Akan memaksimalkan sistem aplikasi BSC yang telah dibangun pada tahun 2015 untuk mengukur capaian kinerja serta melakukan monitoring secara berkala.

Saat ini BIG telah merancang sistem informasi terkait manajemen kinerja berbasis balanced scorecard. Namun perancangan sistem tersebut belum sepenuhnya rampung.

(19)

BAB II

RENCANA STRATEGIS 2.1 Rencana Strategis

Badan Informasi Geospasial telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 yang telah selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Pada perjalanannya, Renstra BIG 2015 - 2019 mengalami revitalisasi pada tahun 2016. Perubahan lingkungan eksternal mempengaruhi arah organisasi. Perubahan kebijakan nasional yang tertuang dalam Pasal 4 Peraturan Presiden RI No. 127 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 94 Tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial, Kementerian PPN/Bappenas selanjutnya akan menjadi koordinator BIG.

Perubahan koordinator dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menjadi Kementerian PPN/Bappenas merubah fokus organisasi dari penelitian menjadi pembangunan nasional. Informasi geospasial berperan lebih strategis dalam mendukung pembangunan nasional. Perubahan arah organisasi dilegitimasi dengan visi, misi, tujuan dan sasaran BIG seperti Gambar 2.

Gambar 2. Visi dan Misi Badan Informasi Geospasial

VISI:

“Menjadi integrator penyelenggaraan informasi geospasial sebagai landasan pembangunan Indonesia”

MISI:

1.Meningkatkan sinergi proak f dalam penyelenggaraan informasi geospasial nasional. 2.Mengintegrasikan informasi geospasial agar dapat memberikan nilai tambah bagi

pembangunan nasional.

3.Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas penyelenggaraan informasi geospasial nasional. 4.Op masi pelaksanaan kebijakan satu peta (one map policy) dalam meningkatkan

(20)

Berdasarkan Gambar 2, visi menjadi integrator penyelenggaraan informasi geospasial sebagai landasan pembangunan nasional memiliki 2 (dua) kata kunci, yaitu “menjadi integrator penyelenggaraan informasi geospasial” dan “landasan pembangunan Indonesia. Penjelasan kata kunci visi sebagai berikut:

1. Menjadi integrator penyelenggaraan informasi geospasial

BIG tidak hanya menjadi penyelenggara, namun juga berperan sebagai integrator dalam mengintegrasikan penyelenggaraan informasi geospasial. BIG sebagai integrator memiliki arti bahwa BIG harus mampu menjadi institusi penggerak utama (prime mover) dalam penyelenggaraan informasi geospasial. Menjadi penggerak utama yang dimaksud adalah BIG menjadi bagian penting dan strategis dari pembangunan Indonesia. Bentuk lain penggerak utama adalah BIG dapat menjadi konsultan bagi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam bidang informasi geospasial. Secara umum, BIG harus beorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pengguna dan mampu membuat terobosan kreatif (creative breakthrough) sebagai upaya menjadi penggerak utama penyelenggaraan informasi geospasial.

2. Penyelenggaraan informasi geospasial sebagai landasan

pembangunan Indonesia

Informasi geospasial yang dihasilkan BIG harus dapat digunakan sebagai dasar dan fondasi untuk pembangunan nasional. Hal ini tergambar dengan pemanfaatan IG sebagai bentuk dukungan terhadap agenda prioritas pembangunan nasional, yaitu:

1) Pemerataan pembangunan antar wilayah (penentuan tata ruang (nasional, provinsi, kabupaten/kota).

2) Penyediaan infrastruktur dan layanan sosial dasar bagi masyarakat. 3) Peningkatan ekonomi secara merata yang fokus pada sektor pangan,

energi, maritim dan kelautan serta pariwisata. Hal ini dapat ditandai dengan penurunan GINI Index nasional. Indeks Gini adalah salah satu ukuran umum untuk distribusi pendapatan atau kekayaan yang menunjukkan seberapa merata pendapatan dan kekayaan didistribusikan di antara populasi.

(21)

3. Penyelenggaraan informasi geospasial

Penyelenggaraan informasi geospasial sesuai dengan UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospaasial adalah:

1) Pengumpulan data geospasial

2) Pengolahan data geospasial dan informasi geospasial

3) Penyimpanan dan pengamanan data geospasial dan informasi 
 geospasial

4) Penyebarluasan data geospasial dan informasi geospasial 5) Penggunaan informasi geospasial

Visi dan misi BIG kemudian diterjemahkan kedalam 3 (tiga) tujuan dan 7 (tujuh) sasaran strategis sebagai berikut:

a. Tujuan

Berikut adalah tujuan yang diturunkan dari visi BIG 2015-2019:

1) Terselenggaranya IG yang berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) melalui kolaborasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi. 2) Tersedianya akses terhadap IG melalui satu pintu, kapanpun, dan

dimanapun.

3) Termanfaatkannya IG dalam pemerintahan dan aspek kehidupan masyarakat.

b. Sasaran strategis

Berdasarkan tujuan diatas, maka disepakati sasaran-sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut:

1) Meningkatnya kontribusi BIG dalam mensukseskan agenda prioritas nasional (RPJMN).

2) Tersedianya IG sesuai kebutuhan bagi pembangunan dan kebijakan publik.

3) Meningkatnya kepuasan pengguna produk dan layanan BIG.

4) Terselenggaranya kebijakan yang relevan dengan kebutuhan penyelenggaraan IG.

(22)

6) Terkendalinya kebijakan penyelenggaraan IG Kementerian/Lembaga/Pemda.

7) Terselenggaranya Reformasi Birokrasi BIG sesuai road map Reformasi Birokrasi Nasional Gelombang III.

c. Strategi

Berdasarkan sasaran strategis di atas, BIG merumuskan strategi sebagai upaya untuk mencapai sasaran strategis sebagai berikut:

1) Penguatan fungsi koordinasi penyelenggaraan informasi geospasial nasional

2) Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas infrastruktur informasi geospasial untuk mengantisipasi perkembangan kebutuhan penyelenggaraan informasi geospasial

3) Mendorong penelitian yang mendukung pencapaian visi BIG

4) Mendorong akselerasi pelaksanaan program RB di lingkungan BIG, dan

5) Penguatan fungsi Inspektorat

Sasaran strategis dan strategi BIG kemudian dipetakan dengan Balanced Scorecard, dimana keduanya dipetakan kedalam masing-masing perspektif peta strategi BIG pada Gambar 3

Gambar 3. Peta Strategi Badan Informasi Geospasial

ST A K EH O LD ER PE R SP EC TI VE C U ST O M ER PE R SP EC TI VE IN TE R N A L PR O C ES S PE R SP EC TI VE LE A R N & G R O W TH PE R SP EC TI VE

PETA STRATEGI BSC LEVEL 0

SS.1. Meningkatnya kontribusi BIG dalam m enyuksesk an RPJMN (Nawa Cita)

Perumusan kebijakan IG Penyelenggaraan IG Pengendalian kebijakan IG

SS5. Terselenggaranya Inform asi Geospasial

(IG) sesuai standar nasional

SS.6. Terkendalinya Kebijak an Penyelenggaraan Inform asi Geospasial

(IG) Nasional

HUMAN CAPITAL, INFORMATION CAPITAL DAN ORGANIZATION CAPITAL

SS.7 Terselenggaranya Ref orm asi Birokrasi Badan Inform asi Geospasial (BIG) sesuai road m ap Reform asi Birokrasi Nasional (RBN) gelom bang III SS.4. Tersedianya kebijakan yang relevan dengan kebutuhan penyelenggaraan Inform asi Geospasial (IG)

SS.2. Tersedianya inform asi Geospasial (IG) sesuai kebutuhan bagi pem bangunan dan kebijakan

publik

SS.3. Meningkatnya kepuasan pengguna produk dan layanan BIG

(23)

Peta strategi diatas menggambarkan hubungan sebab akibat antar sasaran strategis. Perpektif learn & growth menggambarkan apa yang dimiliki BIG (aset strategis) untuk mencapai visi. Perspektif internal process menggambarkan apa yang harus dilakukan BIG untuk menapai visi. Perspektif customer adalah apa yang harus dihasilkan untuk mencapai visi hingga perspektif stakeholders yang merepresentasikan capaian visi.

2.2 Transformasi Manajemen Kinerja Badan Informasi Geospasial

Tahun 2016 merupakan tahun ke 6 (enam) Badan Informasi Geospasial mengimplementasikan manajemen kinerja. Terhitung sejak tahun 2011, Badan Informasi Geospasial telah menerapkan indikator kinerja untuk mengukur seberapa baik kinerja organsiasi. Dari tahun pertama mengimplementasikan manajemen kinerja, BIG terus mengalami transformasi menjadi lebih baik. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu penggunaan sasaran dan indikator maupun jumlah indikator kinerja. Terkait perkembangan jumlah indikator kinerja yang digunakan BIG dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Jumlah sasaran dan indikator kinerja BIG 5 (lima) tahun terakhir Pada tahun 2012, BIG memiliki 5 sasaran yang diukur dengan 53 indikator. Dengan kuantitas indikator sebanyak 53, dapat dikatakan bahwa indikator yang dipilih tidak semuanya merupakan indikator kinerja utama. Sesuai prinsip penetapan indikator bahwa pilih indikator yang benar-benar merepresentasikan kinerja. Sepanjang tahun 2013 sampai dengan 2015,

5 6 6 6 7 53 21 18 14 8 0 10 20 30 40 50 60 2012 2013 2014 2015 2016

Jumlah Sasaran dan Indikator yang

Digunakan

Jumlah sasaran Jumlah IKU

(24)

kuantitas indikator yang digunakan oleh BIG semakin tajam sehingga tidak memerlukan banyak indikator untuk menggambarkan kinerja. Dengan kata lain, kualitas indikator yang digunakan semakin baik. Seperti diketahui bahwa indikator kinerja terbagi menjadi dua yaitu lead indicators yangg pencapaiannya berada dibawah kendali, dan lag indicator yang pencapaiannya berada diluar kendali.

Gambar 5. Jenis indikator yang digunakan BIG

Berdasarkan Gambar 5, pada tahun 2012 dari 53 indikator yang ditetapkan, sebanyak 51 (96,7%) merupakan indikator lead, sementara 2 (3,7%) indikator bersifat lag. Tahun 2013 BIG mengalami perbaikan dari total 21 indikator yang digunakan, sebanyak 21 (76,2%) bersifat lead, sisanya sebanyak 5 (23,9%) bersifat lag, Pada tahun 2014 sebanyak 12 (66,7%) indikator lead dibanding 6 (33,3%) indikator lag. Pada tahun 2015 sebanyak 11 (78,6) indikator lead dibanding 3 (21,5%) indikator lag. Pada tahun 2016, BIG sudah tidak lagi menggunakan indikator lead. Dari 8 (delapan) indikator yang digunakan, semuanya bersifat lag. Contoh pergeseran penggunaan indikator dapat dilihat pada Tabel 1.

2 5 6 3 0 51 16 12 11 8 0 10 20 30 40 50 60 2012 2013 2014 2015 2016

Jenis Indikator yang Digunakan

Lag indicators Lead indicatorsLag indicators

(25)

Tabel 1. Transformasi Penggunaan IKU Badan Informasi Geospasial

Berdasarkan Tabel 1, dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 capaian kinerja dihitung berdsarkan jumlah dokumen yang dihasilkan. Jumlah dokumen yang dihasilkan merupakan jenis indikator lead. Pada tahun 2016 disempurnakan dengan menggunakan rasio. Kebijakan yang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan IG nasional. Kebutuhan penyelenggara IG merupakan suatu hal yang berada di luar kendali BIG.

2.3 Penetapan Kinerja Badan Informasi Geospasial 2016

Perjanjian kinerja merupakan kesepakatan antara atasan langsung dengan bawahan langsung tentang apa yang ingin dicapai, apa ukuran pencapaiannya dan bagaimana cara mencapainya. Apa yang ingin dicapai diprepresentasikan oleh sasaran strategis. Ukuran pencapaian direpresentasikan indikator kinerja. Bagaimana cara mencapainya direpresentasikan oleh inisiatif strategis. Tahun 2016 BIG menetapkan perjanjian kinerja sebagai wujud komitmen untuk mencapai visi dalam mendukung program prioritas pembangunan nasional serta komitmen dalam mewujudkan akuntabilitas instansi pemerintah. Berikut adalah Tabel 2 penetapan kinerja BIG tahun 2016.

Tabel 2. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Badan Informasi Geospasial

2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah dokumen norma spesifikasi pedoman kriteria (NSPK) Pemetaan Tata Ruang Jumlah dokumen peraturan tentang sistem referensi tunggal Jumlah dokumen peraturan tentang sistem referensi tunggal Jumlah NSPK, kajian dan penelitian dan pengembangan tentang pemetaan Rupabumi Rasio kebijakan IG yang sesuai kebutuhan penyelenggaraan IG dibanding total kebijakan yang dibuat

Lead Lead Lead Lead Lag

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis Target 2016 1. Meningkatnya kontribusi BIG dalam menyukseskan RPJMN (Nawa Cita)

Rasio IG yang dimanfaatkan dalam pelaksanaan agenda prioritas nasional dibanding jumlah IG yang dihasilkan untuk mendukung prioritas nasional

(26)

Berdasarkan Tabel 2, capaian visi dari BIG tercermin dalam 7 (tujuh) sasaran strategis yang pencapaiannya diukur melalui 8 (delapan) indikator kinerja sasaran strategis dan target. Berdasarkan sasaran dan indikator, ditetapkan dua program utama BIG yaitu program penyelenggaraan informasi geospasial dan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan Informasi Geospasial. Program tersebut akan diterjemahkan lebih detil menjadi kegiatan.

2.

Tersedianya IG sesuai kebutuhan bagi pembangunan dan kebijakan publik

Rasio IG yang dihasilkan dibanding kebutuhan IG bagi pembangunan dan kebijakan publik

80%

3. Meningkatnya kepuasan pengguna produk BIG

Indeks kepuasan pengguna

terhadap produk BIG (Skala likert 1-5)

4

4.

Tersedianya kebijakan yang relevan dengan kebutuhan

penyelenggaraan IG

Rasio kebijakan IG yang sesuai kebutuhan penyelenggaraan IG dibanding total kebijakan yang dibuat

100%

5.

Terselenggaranya Informasi Geospasial (IG) sesuai standar nasional

Rasio IG yang diselenggarakan Kementerian/Lembaga/Pemda yang tidak sesuai standar dibanding total IG yang diselenggarakan Kementerian/Lembaga/Pemda 30% 6. Terkendalinya Kebijakan Penyelenggaraan IG Nasional

Jumlah Rencana Kerja Bidang IG Kementerian/Lembaga terkait dan Pemda yang mengacu pada Rencana Aksi Nasional (RAN) penyelenggaraan IG

18

Rasio Penyelenggaraan IGT oleh Kementerian/Lembaga/Pemda yang mengacu pada IGD dibanding total IGT

Kementerian/Lembaga/Pemda 70% 7. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi Badan Informasi

Geospasial (BIG) sesuai road map Reformasi Birokrasi Nasional (RBN) gelombang III

Nilai Reformasi Birokrasi BIG 60 (CC)

(27)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 3.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan

Kinerja Badan Informasi Geospasial Tahun 2016 dapat diketahui dari capaian indikator kinerja yang disepakati menjadi perjanjian kinerja (PK) awal tahun. Capaian kinerja dilihat dari perbandingan antara realisasi dengan target kinerja. Adapun capaian kinerja diklasifikasikan menjadi beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Skala 1: kinerja sangat baik, jika persentase capaian kinerja lebih besar dari 100%

2. Skala 2: kinerja baik, jika persentase capaian kinerja antara 80% sampai dengan 100%

3. Skala 3: kinerja kurang baik, jika persentase capaian kinerja antara 60% sampai dengan 79,99%

4. Skala 4: kinerja buruk, jika persentase capaian kinerja kurang dari 60% Penyusunan sasaran strategis dan indikator kinerja BIG telah dipastikan keselarasannya dengan regulasi yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) wajib memiliki sasaran strategis dan indikator kinerja pada tatanan outcome/impact. 3.2 Capaian Kinerja Badan Informasi Geospasial 2016

Pada awal tahun 2016, BIG telah menetapkan standar kinerja yang diturunkan dari Rencana Strategis BIG 2015-2019. Standar kinerja tersebut merupakan kesepakatan antara pimpinan BIG dalam hal ini Kepala BIG dengan para Deputi (Eselon I). Standar kinerja yang disepakati kemudian diformalkan menjadi Perjanjian Kinerja (PK) sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kinerja yang harus dicapai beserta penggunaan anggaran dalam mencapai kinerja. Adapun PK BIG terdiri dari peta strategi yang menggambarkan hubungan sebab akibat dari masing-masing sasaran strategis (SS) BIG, ukuran pencapaian sasaran strategis berupa indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dan target. Target didalam perjanjian kinerja BIG terbagi menjadi tiga jenis

(28)

yaitu: i) maximize: tercapai jika realisasi melebihi target, ii) minimize: tercapai jika realisasi lebih kecil daripada target, dan iii) stabilize: tercapai jika realisasi mendekati target dengan toleransi berbeda yang disepakati untuk masing-masing indikator. Pada akhir periode 2016, BIG melakukan evaluasi terkait PK yang direncanakan. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara target dan realiasi tahun berjalan. Penajaman evaluasi dilakukan dengan analisis tren (trend analysis) capaian kinerja beberapa tahun terakhir. Capaian kinerja Badan Informasi Geospasial terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Capaian kinerja Badan Informasi Geospasial 2016

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Sasaran Strategis Target Capaian Realisasi

1. Meningkatnya kontribusi BIG dalam menyukseskan RPJMN (Nawa Cita) Rasio IG yang dimanfaatkan dalam pelaksanaan agenda prioritas nasional dibanding jumlah IG yang dihasilkan untuk mendukung prioritas nasional 60% 100% 166,7% 2. Tersedianya IG sesuai kebutuhan bagi pembangunan dan kebijakan publik Rasio IG yang dihasilkan dibanding kebutuhan IG bagi pembangunan dan kebijakan publik 80% 100% 125% 3. Meningkatnya kepuasan pengguna produk BIG Indeks kepuasan pengguna terhadap produk BIG (Skala likert 1-5) 4 3.51 87,85% 4. Tersedianya kebijakan yang relevan dengan kebutuhan penyelenggaraan IG Rasio kebijakan IG yang sesuai kebutuhan penyelenggaraan IG dibanding total

kebijakan yang dibuat

100% 100% 100% 5. Terselenggara-nya Informasi Geospasial (IG) sesuai standar nasional Rasio IG yang diselenggarakan Kementerian/ Lembaga/Pemda yang tidak sesuai standar dibanding total IG yang diselenggarakan

Kementerian/Lembaga/ Pemda

(29)

6.

Terkendalinya Kebijakan Penyelenggaraan IG Nasional

Jumlah Rencana Kerja Bidang IG

Kementerian/ Lembaga terkait dan Pemda yang mengacu pada Rencana Aksi Nasional (RAN) penyelenggaraan IG

18 18 100%

Rasio Penyelenggaraan IGT oleh Kementerian/ Lembaga/Pemda yang mengacu pada IGD dibanding total IGT Kementerian/ Lembaga/Pemda 70% 81,6% 116,6% 7. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi Badan Informasi Geospasial (BIG) sesuai road map Reformasi Birokrasi Nasional (RBN) gelombang III Nilai Reformasi Birokrasi BIG 60 (CC) 60,61 (B) 101%

Rata-rata capaian kinerja BIG 2016 120,46%

Berdasarkan tabel diatas, rata-rata capaian kinerja BIG sebesar 120,46%. Capaian tersebut dapat dikategorikan sangat baik. Berikut adalah perbandingan antara target dan realisasi pada tahun berjalan. Rata-rata capaian kinerja BIG tahun ini akan diperbandingkan dengan rata-rata capaian kinerja 5 (lima) tahun belakangan. Perbandingan dapat dilihat pada Gambar 6.

(30)

Gambar 6. Persentase capaian kinerja Badan Informasi Geospasial 2012 - 2016

3.3 Evaluasi Capaian SS01 - Meningkatnya Kontribusi BIG dalam Menyukseskan RPJMN (Nawa Cita)

Sasaran strategis pertama yaitu meningkatnya kontribusi BIG dalam menyukseskan RPJMN (Nawa Cita). Sasaran strategis bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi BIG dalam mendukung pembangunan nasional. Berdasarkan Buku II RPJMN 2015-2019, perencanaan pembangunan nasional harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, termasuk didalamnya informasi geospasial (IG). Berdasarkan agenda prioritas nasional (Nawa Cita), fokus pembangunan nasional ke depan adalah pemerataan pembangunan antar wilayah. Peran IG sangat fundamental sebagai salah satu infrastruktur perencanaan pembangunan.

Sasaran strategis 1 pencapaiannya diukur melalui indikator “Rasio IG yang dimanfaatkan dalam pelaksanaan agenda prioritas nasional dibanding jumlah IG yang dihasilkan untuk mendukung prioritas nasional” dengan target 60%. Indikator tersebut membandingkan antara IG, dalam hal ini informasi geospasial dasar (IGD) dan informasi geospasial tematik (IGT) yang dimanfaatkan untuk agenda prioritas nasional dibandingkan dengan total IG yang dihasilkan BIG untuk mendukung agenda prioritas nasional pada tahun 2016. Sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Informasi

100.21% 99.21% 105.75% 123.89% 126.7% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% 140.00% 2012 2013 2014 2015 2016

(31)

Geospasial bahwa BIG merupakan instansi yang berwenang dalam menghasilkan IGD dan mengintegrasikan IGT.

Berdasarkan Buku II RPJMN 2015-2019, BIG berkontribusi terhadap 6 (enam) agenda prioritas pembangunan nasional. Pertama yaitu agenda prioritas desa dan kawasan perdesaan. Kedua yaitu agenda prioritas kedaulatan pangan. Ketiga yaitu agenda prioritas percepatan pertumbuhan industri dan kawasan ekonomi (KEK). Keempat yaitu agenda prioritas kemaritiman dan kelautan. Kelima yaitu agenda prioritas daerah perbatasan, dan keenam yaitu agenda prioritas reforma agraria. Perbandingan antara target dan realisasi IKSS01 dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Perbandingan antara target dan realisasi IKSS01

Berdasarkan Gambar 7, realisasi IKSS01 sebesar 100% melebihi target sebesar 60%. Capaian IKSS01 sebesar 166,67% atau dapat dikatakan sangat baik. Penyelenggaraan IG terkait agenda prioritas nasional akan dijelaskan pada sub bab berikut.

3.3.1 Kontribusi Terhadap Agenda Prioritas Desa dan Kawasan Pedesaan

Kontribusi pertama yaitu agenda prioritas desa dan kawasan perdesaan diwujudkan BIG dengan menyelenggarakan IG sebagai berikut:

1. IG Batas Administrasi Desa

Pada tahun 2016, BIG melakukan kegiatan delineasi batas desa di beberapa lokasi di Indonesia. Pemilihan lokasi didasarkan prioritas

60% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Target Realisasi

Capaian IKSS01

(32)

nasional, ketersediaan data dan permintaan dari daerah. Lebih detil mengenai lokasi pekerjaan dan jumlah desa yang di delineasi pada tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Delineasi Desa/Kelurahan 2016

No Delineasi Kartometrik Nama Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan Jumlah Desa/Kel 1 Paket 1

Baseline Kab. Magelang 21 372

2 Paket 2 Kab. Semarang 176

3 Paket 3 Baseline Kab. Belu 12 81 Kab. Malaka 12 127 4 Paket 4 Baseline

Kab. Timor Tengah

Selatan 32 278 5 Paket 2 Mandiri Kab. Jembrana 5 51 Kab. Tabanan 10 133 Kab. Gianyar 7 70 Kab. Badung 6 62 Kota Denpasar 4 43 6 Paket 3 Mandiri Kab. Klungkung 4 59 Kab.Bangli 4 72 Kab. Karangasem 8 78 Kab. Buleleng 9 148 7 Paket 4 Mandiri

Kab. Lombok Barat 10 122

Kab. Lombok

(33)

b B

Berdasarkankan Tabel 4, terdapat 2685 desa/kelurahan dari 234 kecamaatan yang di delineasi selama 2016. Kegiatan tersebut dimulai dari tahapan persiapan yang meliputi pembuatan rencana detail kegiatan meliputi penggunaan anggaran, alat dan personil berserta dengan jadwal pelaksanaan. Tahapan selanjutnya adalah pembuatan draf peta kerja. Draf Peta kerja dibuat dengan melakukan tumpang susun garis batas desa/kelurahan indikatif RBI dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi yang telah dilakukan orthorektifikasi. Draf peta kerja akan dibagikan kepada kepala desa/lurah pada tahapan Temu Kerja. Kepala desa/lurah akan membawa pulang draf peta kerja tersebut untuk dipelajari dan dibawa kembali pada tahapan delineasi.

2. IGT Perdesaan

Fokus pembangunan pemerintah saat ini yang berbasiskan wilayah dan mendorong pertumbuhan dari desa. BIG mendukung hal tersebut dengan IGT perdesaan agar pembangunan dapat lebih akurat. Bagi pemerintah daerah, IGT desa membantu kegiatan membangun desa, sedangkan bagi pemerintah desa, IGT desa membantu kegiatan desa membangun. Dalam kegiatan desa membangun, penunjukkan lokasi kegiatan yang memanfaatkan IGT desa dicantumkan dalam RPJMDes.

Pada tahun 2016, BIG menyelenggarakan IGT Perdesaan 10 desa di Nusa Tenggara Barat seperti pada Gambar 8.

8 Paket 5 Mandiri Kab. Lombok Timur 20 254

9 Paket 6 Mandiri

Kota Kupang 6 51

Kab. Kupang 24 177

10 Paket 7 Mandiri Kab. Timor Tengah

Utara 28 193

(34)

Gambar 8. Peta penutup lahan desa

Peta penutup lahan desa diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan perdesaan melalui RPJMDes, khususnya dalam meningkatkan kapasitas dan mengoptimalkan potensi desa. Diharapkan IGT perdesaan di wilayah NTB mampu mendukung program prioritas pembangunan desa yaitu:

 Pemenuhan kebutuhan dasar;

 Pembangunan sarana dan prasarana desa;  Membangun potensi ekonomi lokal;

 Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan.

3.3.2 Kontribusi Terhadap Agenda Prioritas Kedaulatan Pangan

Kontribusi kedua yaitu agenda prioritas kedaulatan pangan diwujudkan BIG dengan menyelenggarakan IG Potensi Lahan. Salah satu tema Nawa Cita Presiden Republik Indonesia adalah Kedauatan pangan. Tema kedaulatan pangan tidak terlepas dari program percetakan sawah baru yang merupakan wewenang Kementerian Pertanian dengan melibatkan Kementerian/Lembaga dan Pemda Lain. Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011

(35)

Tentang Informasi Geospasial, BIG selaku lembaga yang berwenang dalam integrasi data geospasial tematik, berkoordinasi dengan K/L dalam rangka penentuan recommended development area (RDA). Hal tersebut diwujudkan dengan menyelenggarakan RDA lahan pertanian skala 1:50.000 sebagian Papua seperti pada Gambar

Gambar 9. Peta RDA Tanaman Padi

Peta di atas adalah RDA tanaman padi Skala 1:50.000. Tidak hanya menghasilkan RDA tanaman Padi, BIG juga menghasilkan RDA tanaman jagung yang dapat dilihat pada

(36)

Gambar 10. Peta RDA tanaman jagung

Gambar di atas adalah peta RDA tanaman jagung yang dihasilkan BIG pada tahun 2016. Diharapkan dengan adanya kedua peta diatas, BIG dapat berkontribusi dalam mewujudkan kedulatan pangan.

3.3.3 Kontribusi Terhadap Agenda Prioritas Percepatan Pertumbuhan Industri dan Kawasan Ekonomi (KEK)

Kontribusi ketiga yaitu agenda prioritas Percepatan Pertumbuhan Industri dan Kawasan Ekonomi (KEK) diwujudkan BIG dengan menyelenggarakan IG sebagai berikut.

1. Peta Rupabumi Skala 1:5.000

Kebutuhan akan peta Rupabumi Indonesia terus berkembang dengan skala yang lebih besar. Sejak tahun 2013 telah dimulai pemetaan skala 1:5.000 daerah Bandung yang terus berlanjut hingga saat ini. Ketersediaan peta rupabumi Indonesia dapat dilihat pada Gambar 11.

(37)

Gambar 11. Indeks ketersediaan peta Rupabumi Indonesia skala 1:5.000 Selama tahun 2016, BIG melakukan kegiatan pembuatan unsur peta rupabumi Indonesia skala 1:5.000 di beberapa wilayah. Kegiatan tersebut dilakukan menggunakan foto udara dan LiDar atau data citra tegak satelit resolusi tinggi. Detil mengenai pemetaan rupabumi Indonesia yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Volume dan lokasi paket pekerjaan pemetaan skala besar tahun 2016

No Paket Pekerjaan Luasan yang dipetakan (Km2) Jumlah NLP (setara daratan) Jumlah NLP (real skala 5K)

1 Sebagian wilayah Kota

Depok 308,04 58 58

2 Sebagian wilayah

Kabupaten Bogor 307,96 58 58

3 Sebagian wilayah Kota

Samarinda 288,25 54 54

4 Sebagian wilayah Kota

Jayapura 292,04 55 69

5 Sebagian wilayah Kota

(38)

6 Sebagian wilayah

Kabupaten Tanggamus 726,55 136 173

7 Sebagian wilayah

Mandor 646,45 121 121

8 Wilayah Kota Tarakan 246,49 46 66

9 Sebagian wilayah Kota

Tanjung Selor 170,63 32 32

10 Wilayah Kota Sofifi 175,96 33 40

11 Sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur 1061,57 200 258 Jumlah 846 989

Berdasarkan Tabel 5, kegiatan pemetaan rupabumi Indonesia meliputi sebagian wilayah Kota Depok, sebagian wilayah Kabupaten Bogor, sebagian wilayah Kota Samarinda, sebagian wilayah Kota Jayapura, sebagian wilayah Kota Jayapura-Biak, sebagian wilayah Kabupaten Tanggamus, sebagian wilayah Mandor, wilayah Kota Tarakan, sebagian wilayah Kota Tanjung Selor, wilayah Kota Sofifi, sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan ini dalam rangka memenuhi kebutuhan nasional, diantaranya berupa penyediaan peta dasar untuk RDTR, kawasan strategis, kawasan ekonomi khusus atau kawasan industri, program kota baru serta mendukung program prioritas pemerintah lainnya

2. Jaring kontrol geodesi dan geodinamika

Pada tahun 2016, BIG telah melaksanakan pembangunan jaring kontrol Geodesi dan Geodinamika sebanyak 40 titik yang terdiri dari 10 pilar Gaya Berat Utama (GBU), 10 pilar Titik Pantau Geodinamika, 10 Stasiun Pasang Surut, dan 10 Stasiun CORS. Pertama, tujuan dibangunnya Pilar GBU sebagai pendukung kegiatan Airborne Gravity yang rencananya akan diselenggarakan oleh PJKGG pada tahun 2016 di Pulau Sumatera. Namun, pada perkembangan selanjutnya, kegiatan Airborne Gravity tersebut dibatalkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) BIG akibat adanya pemotongan anggaran BIG. Kedua, pembangunan 10 pilar titik pantau geodinamika didorong oleh letak geografis Indonesia yang kondisi tektoniknya sangat kompleks, dimana merupakan wilayah pertemuan 4 (empat) lempeng tektonik yang sangat aktif, yaitu Lempeng Eurasia,

(39)

Lempeng Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Philipina. Interaksi antara keempat lempeng tektonik tersebut juga mengakibatkan terjadinya perubahan nilai koordinat dari Jaring Kontrol Geodesi (JKG) yang merupakan realisasi dari Sistem Referensi Geospasial Nasional 2012 (SRGI2013). Perubahan nilai koordinat tersebut harus bisa diakomodir untuk mewujudkan satu referensi geospasial tunggal di dalam kegiatan yang berhubungan dengan survei dan pemetaan. Maksud dan tujuan dari kegiatan pembangunan dan pengukuran JKG adalah melakukan pembangunan 10 titik JKG berupa titik pemantauan geodinamika dan deformasi sebagai perapatan JKG yang sudah ada di wilayah provinsi Jawa Timur (Sesar Kendeng). Sebaran lokasi pembangunan pilar titik pantau geodinamika tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Peta sebaran lokasi pembangunan pilar gaya berat utama (GBU) tahun 2016

Ketiga yaitu pembangunan jaring stasiun pasang surut sebagai salah satu titik kontrol acuan pemetaan garis panta pada pemetaan skala besar. Berdasarkan hasil kuantifikasi pasang surut dari perhitungan dengan menggunakan model laut dan data satelit altimeter, didapatkan bahwa kebutuhan Jaring Stasiun Pasang Surut Nasional realtime sebanyak 400 stasiun. Sedangkan, jumlah bangunan stasiun pasang surut yang terbangun sampai 2015 sebanyak 128 stasiun. Melihat urgensi itu, maka pada tahun 2016 dilakukan pembangunan 10 stasiun pasang surut baru yang dapat dilihat pada Gambar 13.

(40)

Gambar 13. Sebaran lokasi pembangunan pasang surut Tahun 2016 Keempat yaitu pembangunan CORS 2016 yang ditujukan untuk mendukung pemetaan wilayah dan pengamatan deformasi kerak bumi. Sebaran pembangunan stasiun CORS 2016 dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Sebaran lokasi pembangunan stasiun CORS 2016

Pembangunan 10 stasiun CORS dilakukan di sekitar daerah yang belum tersedia/jauh dari jaringan stasiun CORS yang sudah ada. Adapun kriteria pembangunan stasiun CORS mengikuti SNI prosedur pembangunan stasiun CORS. Kesepuluh stasiun CORS yang dibangun tahun 2016 terkoneksi melalui VPN IP. Setelah stasiun terkoneksi melalui VPN, masing-masing stasiun CORS di daftar di SPIDER software untuk memantau kualitas data yang terkirim (streaming).

(41)

3. Penyediaan data geospasial

Selama tahun 2016, BIG menyelenggarakan akuisisi foto udara menggunakan teknologi Light Detection and Ranging (LiDAR). Hal tersebut merupakan bagian dari pengumpulan data geospasial (DG). Akuisisi dilakukan sepanjang 3758.33 km2 yang tersebar di beberapa daerah. Lebih detil mengenai akuisisi DG tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel

Tabel 6. Akuisisi data geospasial 2016

No. Nama Pekerjaan Luasan Akuisisi (Km2)

1

Pekerjaan pemotretan udara digitalKota Banda Aceh, Sbang, Meuloboh dan sekitarnya

489.09

2 Pekerjaan akuisisi lidar dan pemotretan udara

digital KEK SEI Mangke dan sekitarnya 725.04 3

Pekerjaan akuisisi lidar dan pemotretan udara digital KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) dan sekitarnya

604.65

4 Pekerjaan akuisisi lidar dan pemotretan udara

digital KEK Mandalika dan sekitarnya 713.99 5

Pekerjaan akuisisi lidar dan pemotretan udara digital KEK Tanjung Api Api, Tanjung Lesung dan sekitarnya

1225.56

Total 2758.33

Kegiatan yang dijelaskan pada Tabel 6 diharapkan dapat mendukung penyediaan data IG unsur rupabumi Indonesia untuk RDTR dan KEK serta penyediaan data perapatan ground control point (GCP).

(42)

4. Integrasi Pemetaan RTRW dengan RZWP3K

Pada tahun 2016, BIG memiliki kegiatan integrasi IG RTRW untuk implemetnasi program Nawa Cita yang bertujuan untuk mengintegrasikan Peta RTRW Provinsi seluruh Indonesia kedalam satu file geodatabase yang sama dan disajikan seamless seluruh Indonesia. Selanjutnya adalah melihat sinkronisasi antara Peta RTRW Provinsi tersebut dengan program Nawa Cita (RPJMN) secara spasial terkait lokasi, sebaran dan jumlah yang diintegrasikan dengan RTRW Provinsi tersebut. Adanya kegiatan ini diharapkan dapat memberi masukan terkait penerapan Program Nawa Cita kedalam Rencana Pembangunan Nasional dengan pendekatan spasial. Pemanfaatan ruang provinsi yang saling terintegrasi akan mewujudkan penataan ruang yang utuh dan memberikan kepastian hukum. Lebih jauh integrasi RTRW dengan Nawacita dapat memberi gambaran utuh terhadap implementasi program Nawacita per wilayah.

Output kegiatan ini berupa 2 (dua) dokumen antara lain peta RTRW Provinsi seamless seluruh Indonesia dan plotting proyek prioritas nasional (Nawacita) yang terdiri dari 6 data infrastruktur yaitu pembangkit listrik, jalan nasional, jaringan jalur kereta api, waduk, bandar udara dan pelabuhan. Dengan adanya data yang seamless untuk RTRW Provinsi seluruh Indonesia maka permasalahan gap dan overlap perencanaan antar wilayah provinsi dapat dilihat lebih komperhensif secara spasial.

5. Pemanfaatan IG untuk mendukung Sinergi Pengembangan Sistem

Konektivitas Transportasi Laut dengan Skenario Pengembangan Wilayah.

Dalam RPJMN 2015-2019 pembangunan sistem transportasi berbasis maritim terus digalakkan pemerintah. Salah satunya adalah program “tol laut” dari Indonesia bagian barat hingga Indonesia timur. Transportasi laut mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong, dan penunjang aktivitas sosial, ekonomi dan budaya, bahkan penunjang. Dalam hal ini peran pemerintah sebagai motor penciptaan konektivitas antar wilayah melalui laut perlu diwujudkan dalam bentuk realisasi sistem yang terintegrasi antara logistik nasional, sistem transportasi nasional, pengembangan wilayah dan sistem komunikasi dan informasi. Untuk

(43)

mewujudkan konektivitas tentunya perlu disediakan infrastruktur yang mumpuni, salah satunya pelabuhan.

Gambar 15. Pelabuhan strategis pendukung tol laut

Secara umum RPJMN 2015-2019 telah menetapkan 24 pelabuhan sebagai lingkup pengembangan tol laut. 24 pelabuhan tersebut terdiri dari 5 pelabuhan utana (hub) dan 19 Pelabuhan pengumpan (feeder). Kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan dan memanfaatkan informasi geospasial untuk mendukung perumusan skenario pembangunan terintegrasi antara pembangunan transportasi laut dan pengembangan wilayah dalam kerangka pengembangan tol laut nasional. Pemanfaatan model dinamika spasial sebagai sistem pendukung kebijakan tersebut dapat memberikan arahan dalam membangun sinergi kebijakan bidang informasi geospasial dengan bidang Transportasi Laut. Salah satu contohnya adalah pemodelan spasial yang dilakukan di Bitung pada

(44)

Gambar 16. Pemodelan Spasial Kota Bitung Tahun 2014, 2019, 2024 dan 2029

3.3.4 Kontribusi Terhadap Agenda Prioritas Kemaritiman dan Kelautan

Kontribusi keempat yaitu agenda prioritas kemaritiman dan kelautan diwujudkan BIG dengan menyelenggarakan IG sebagai berikut:

1. Peta Lingkungan Laut Nasional Skala 1:25.000

Pada tahun 2016, BIG menyelenggarakan pemetaan lingkungan pantai Indonesia skala 1:250.000 sebagai dasar kegiatan kelautan dalam bentuk peta batimetri. Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam 6 paket pekerjaan terpisah. Paket 1 di wilayah Papua A. Paket 2 di wilayah Sumatera A. Paket 3 di Sumatera B. Paket 4 di wilayah Sulawesi Utara. Paket 5 diselenggarakan di Papua B, dan Paket 6 di Papua B. Adapun total volume (line Km) dari ke enam pekerjaan tersebut sebesar 54.260 Km. Hasil pekerjaan kemudian disajikan kedalam peta 12 NLP Peta LPI skala 1:250.000.

2. Peta Lingkungan Laut Nasional Skala 1:25.000

Pada tahun 2016, BIG menyelenggarakan pemetaan lingkungan laut nasional skala 1:250.00 sebagai dasar kelautan dalam bentuk peta batimetri. Beriringan seperti pemetaan lingkungan pantai, kegiatan

(45)

tersebut diselenggarakan dalam 6 paket pekerjaan terpisah. Paket 1 di wilayah Papua A. Paket 2 di wilayah Sumatera A. Paket 3 di Sumatera B. Paket 4 di wilayah Sulawesi Utara. Paket 5 diselenggarakan di Papua B, dan Paket 6 di Papua B. Adapun total volume (line Km) dari ke enam pekerjaan tersebut sebesar 54.260 Km. Lebih detil mengenai indeks pemetaan lingkungan laut nasional Skala 1:250.000 dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Indeks pemetaan kelautan dan lingkungan pantai skala 1:250.000 Selama tahun 2016, BIG melakukan kegiatan pembuatan unsur peta rupabumi Indonesia skala 1:5.000 di beberapa wilayah. Kegiatan tersebut dilakukan menggunakan foto udara dan LiDar atau data citra tegak satelit resolusi tinggi. Detil mengenai pemetaan rupabumi Indonesia yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 7.

(46)

Tabel 7. Volume dan lokasi paket pekerjaan pemetaan skala besar tahun 2016 No Paket Pekerjaan Luasan yang dipetakan (Km2) Jumlah NLP (setara daratan) Jumlah NLP (real skala 5K) 1 Sebagian wilayah Kota Depok 308,04 58 58 2 Sebagian wilayah Kabupaten Bogor 307,96 58 58 3 Sebagian wilayah Kota Samarinda 288,25 54 54 4 Sebagian wilayah Kota Jayapura 292,04 55 69 5 Sebagian wilayah Kota Jayapura-Biak 285,61 53 60 6 Sebagian wilayah Kabupaten Tanggamus 726,55 136 173 7 Sebagian wilayah Mandor 646,45 121 121

8 Wilayah Kota Tarakan 246,49 46 66

9 Sebagian wilayah

Kota Tanjung Selor 170,63 32 32

10 Wilayah Kota Sofifi 175,96 33 40

11 Sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur 1061,57 200 258 Jumlah 846 989

Berdasarkan Tabel 6, kegiatan pemetaan rupabumi Indonesia meliputi sebagian wilayah Kota Depok, sebagian wilayah Kabupaten Bogor, sebagian wilayah Kota Samarinda, sebagian wilayah Kota Jayapura, sebagian wilayah Kota Jayapura-Biak, sebagian wilayah Kabupaten

Gambar

Gambar 1. Komposisi SDM BIG berdasarkan jenjang pendidikan  Berdasarkan  Gambar  1  diketahui  bahwa  sebagian  besar  ASN  BIG  berpendidikan  S1  sebesar  43.59%  (299  ASN)
Tabel 4. Delineasi Desa/Kelurahan 2016  No  Delineasi  Kartometrik  Nama  Kabupaten/Kota  Jumlah  Kecamatan  Jumlah  Desa/Kel  1  Paket 1
Gambar 8. Peta penutup lahan desa
Gambar 10. Peta RDA tanaman jagung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai modulus tanah pasiran tersementasi tersebut dari korelasi empirik relatif lebih rendah dibandingkan dengan analisis balik dengan metode elemen hingga. Hal ini menunjukkan

[r]

masih jauh dari KKM yang ditetapkan, hal ini terlihat dari nilai evaluasi pada mata pelajaran bahasa indonesia, lebih dari 23 orang (60%) dari seluruh siswa

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Menurut fuqaha dari kalangan mazhab hanafi, zina adalah hubungan seksual yang dilakukan seorang laki-laki secara sadar terhadap perempuan yang disertai nafsu

Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya , agar menuntut ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu tersebut,

Hendaknya dalam peran yang dimiliki oleh Polrestabes Medan dalam pemberantasan tindak pidana narkotika yang berhubungan dengan tindak pidana pencucian uang juga dicantumkan

1) Setiap Orang yang mengetahui pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait melalui sistem elektronik untuk Penggunaan Secara Komersial dapat melaporkan kepada