• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE ANFIS (ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM) UNTUK MENENTUKAN KUALITAS GENTENG TANAH LIAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE ANFIS (ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM) UNTUK MENENTUKAN KUALITAS GENTENG TANAH LIAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI METODE ANFIS (ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE

SYSTEM) UNTUK MENENTUKAN KUALITAS GENTENG TANAH LIAT

Akhmad Kurdi1, Hozairi2, Miftahul Walid3

1Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik,Universitas Islam Madura Jl. PP. Miftahul Ulum Bettet, Pamekasan 69351, Madura

Telp. (0324) 32178, 331084 E-mail: alkurdi.jutech@gmail.com

ABSTRAKS

Genteng merupakan salah satu bagian bangunan yang sangat penting serta memiliki keanekaragaman bentuk, warna dan jenis, maka pemilihan genteng berkualitas ketika akan membeli produk genteng mutlak dilakukan agar tidak merasa kecewa di kemudian hari oleh karena harus mengeluarkan biaya perawatan tambahan untuk mengganti genteng yang rusak Kajian terhadap kualitas genteng tanah liat sebagai penutup atap perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui mutu dan kualitas yang dihasilkan dari industri genteng. Adapun fokus penelitian yang dilakukan adalah genteng harus memenuhi syarat-syarat mutu pandangan luar, yaitu warna, bunyi genteng, dan retakan yang ada pada genteng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ANFIS. Metode fuzzy dipilihkarena lebih mudah dimengerti, fleksibel, serta toleran terhadap data yang kurang tepat. Selain itu metode fuzzy juga mampu menampilkan fungsi nonlinear dari kerumitan yang berubah-ubah, dan dapat dipadukan dengan teknik kontrol konvensional. Penelitian ini diharapkan dapat membantu user untuk mengidentifikasi kualitas genteng secara tepat sehingga produsen genteng tanah liat dapat terus menjaga mutu dan kualitas genteng yang diproduksi sementara konsumen memiliki rujukan yang tepat ketika memilih kualitas genteng yang diinginkan

Kata kunci: genteng tanah liat, mutu pandangan luar, ANFIS,mathwork matlab 1. PENDAHULUAN

Genteng adalah salah satu bahan bangunan yang paling banyak digunakan ketika membuat sebuah rumah atau bangunan selain rumah. Hampir setiap bangunan menggunakan genteng sebagai salah satu bagian dalam pembuatan atap bangunan. Mengingat genteng merupakan salah satu bagian bangunan yang sangat penting serta memiliki keanekaragaman bentuk, warna dan jenis, maka pemilihan genteng berkualitas ketika akan membeli produk genteng mutlak dilakukan agar tidak merasa kecewa di kemudian hari oleh karena harus mengeluarkan biaya perawatan tambahan untuk mengganti genteng yang rusak.

Salah satu genteng yang masih populer saat ini dan banyak digunakan oleh para konsumen adalah genteng tanah liat. Memilih genteng tanah liat berkualitas ternyata gampang-gampang susah. Pada prakteknya konsumen tidak cukup menilai kualitas genteng tanah liat yang bagus hanya dari segi tampilannya, tetapi banyak faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap kualitas genteng, seperti kekuatan, komposisi bahan yang digunakan, metode pembakaran dan sebagainya. Selain itu, untuk memastikan kualitas genteng tanah liat yang akan dibeli maka uji kualitas secara langsung sangat penting untuk dilakukan.

Penelitian ini diharapkan dapat membantu user untuk mengidentifikasi kualitas genteng secara tepat sehingga produsen genteng tanah liat dapat terus menjaga mutu dan kualitas genteng yang diproduksi sementara konsumen memiliki rujukan yang tepat ketika memilih kualitas genteng yang diinginkan.

Berangkat dari permasalahan inilah peneliti berusaha untuk membuat sebuah aplikasi yang dapat digunakan oleh user (yang dalam hal ini bisa produsen genteng atau konsumen) untuk menentukan kualitas genteng menggunakan metode ANFIS (Adaptive

Neuro-Fuzzy Inference System) berdasarkan kriteria-kriteria

baku dalam menilai kualitas genteng sehingga akan diketahui seperti apa kualitas genteng tanah liat yang diuji. Banyak metode yang bisa digunakan untuk menentukan kualitas suatu objek, namun bila dibandingkan dengan metode lainnya, metode fuzzy dipilih karena lebih mudah dimengerti, fleksibel, serta toleran terhadap data yang kurang tepat. Selain itu metode fuzzy juga mampu menampilkan fungsi nonlinear dari kerumitan yang berubah-ubah, dan dapat dipadukan dengan teknik kontrol konvensional.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang sebuah aplikasi menggunakan metode ANFIS untuk menentukan kualitas genteng tanah liat.

Agar pembahasan tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut:

1. Genteng yang akan dianalisa adalah genteng jenis tanah liat

2. Metode yang digunakan untuk menentukan kualitas genteng tanah liat ini adalah metode ANFIS. 3. Kriteria yang digunakan adalah karakteristik

genteng berdasarkan mutu pandangan luar yaitu: a. Warna genteng.

b. Bunyi genteng ketika diketuk. c. Cacat pada genteng.

(2)

d. Retakan yang ada pada genteng.

Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk membuat aplikasi yang bisa digunakan untuk menentukan kualitas genteng tanah liat menggunakan metode ANFIS.

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Produsen dan pengrajin genteng dapat menggunakan aplikasi ini agar bisa mengontrol dan menjaga kualitas genteng yang diproduksi. b. Para agaen atau penyalur distribusi genteng

termasuk konsumen juga dapat memanfaatkan aplikasi ini untuk membantu mereka mengambil keputusan untuk membeli kualitas genteng seperti apa yang akan dibeli atau genteng yang sesuai dengan kebutuhan dan dana yang dimiliki. 2. Manfaat Akademis

Sebagai salah satu referensi yang dapat digunakan untuk perbandingan untuk persoalan yang sejenis, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara utuh. Selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dan dorongan bagi akademisi dalam mengukur keberhasilan dalam memberikan bekal ilmu kepada mahasiswa sebelum mereka terjun ke dalam persaingan di dunia kerja. 3. Manfaat bagi Penulis

a. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai pembuatan aplikasi berbasis ANFIS.

b. Penulis dapat menerapkan keilmuan yang diperoleh di bangku kuliah secara nyata dalam bentuk aplikasi dan bukan sekedar wacana atau teori semata.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Genteng

Hampir setiap bangunan menggunakan genteng sebagai salah satu bagian dalam pembuatan atap bangunan. Secara umum genteng terbagi menjadi tiga macam, yaitu genteng tanah liat, genteng beton dan genteng keramik.

2.1.1 Genteng Tanah Liat

Genteng ini terbuat dari tanah liat yang dicetak kemudian di-press. Setelah tercetak sesuai bentuk kemudian dipanaskan ke dalam tungku pembakaran. Pembakaran dilakukan sampai genteng berubah warna dari coklat tanah menjadi orange kecoklatan. Untuk pemasangan genteng jenis ini dengan cara pemasangan kaitan genteng ke reng.

Berikut ini adalah beberapa kelebihan jika suatu bangunan menggunakan atap genteng tanah liat:

1. Tidak mengakibatkan hawa panas dalam ruangan, walau cuaca di luar ruangan dalam keadaan panas dan terik.

2. Pada malam hari atau saat cuaca sedang dingin, genteng tanah liat justru bisa memberikan kehangatan.

3. Bentuknya yang melengkung dan tebal mampu meredam kebisingan yang ditimbulkan oleh air hujan, walau masih terdengar oleh telinga.

4. Memiliki beban yang ringan sehingga meminimalisir beban atap, dan memiliki kuat tekan sehingga dapat diinjak.

5. Harga relatif murah

Namun beberapa kekurangan dari genteng jenis tanah liat ini, yaitu:

1. Dibutuhkan ketelitian saat pemasangan terhadap reng supaya tidak terjadi kebocoran di dalam rumah. Warna genteng dapat memudar dan menghitam setelah sekian lama jika tidak dilapisi cat khsusus (glazur).

2.1.2 Genteng Beton (Genteng Flat)

Sesuai namanya genteng ini terbuat dari beton. Namun seperti halnya genteng tanah liat maka genteng jenis ini memiliki kelbihan dan kekurangan.

Gambar 2.2 Genteng Beton (Sumber:www.indobata.com)

Beberapa karakteristik genteng beton yang dapat menjadi tolok ukur adalah sebagai berikut:

1. Genteng beton khususnya model flat lebih cocok dengan desain minimalis, hal in dikarenakan bentuk dan desain genteng ini murni flat dan lebih presisi. 2. Genteng beton memiliki tingkat presisi yang lebih

baik, dikarenakan proses pembuatan genteng beton tidak mengalami pembakaran sehingga kemungkinan deformasi pada genteng sangat kecil, selain itu desain genteng ini memungkinan proses pemasangan lebih cepat.

3. Harga genteng beton relatif lebih murah dibandingkan dengan genteng keramik, karena isi/m2 genteng beton lebih sedikit dibandingkan genteng keramik

4. Perbedaan harga karena perbedaan warna genteng hampir tidak ada, hanya kualitas coating/cat yang mebedakan harga dari genteng beton, jadi kita dapat lebih fleksibel menyesuaikan warna dengan selera kita tanpa mengganggu budget awal.

5. Warna genteng beton mungkin tidak sekuat warna genteng keramik berglazur, karena genteng beton umumnya mengalami pewarnaan dengan menggunakan cat minyak atau coating, tetapi beberapa produsen ada yang mengklaim dapat menghasilkan coating yang tahan lama.

6. Genteng beton juga lebih mudah/rentan terhadap korosi untuk pemakaian jangka panjang, apalagi jika coating/cat nya sudah terkelupas, hal ini akan berpengaruh pada beban atap pada saat hujan karena

(3)

pada kondisi ini daya serap genteng terhadap air sangat tinggi.

7. Genteng beton lebih berat dibandingkan genteng keramik,

8. Meskipun Genteng beton yang dihasilkan beberapa produsen memiliki banding strength dikisaran 170 kgf, tetapi untuk jenis flat riskan terhadap tekanan dengan beban berat dan terpusat.

Selain dari karakteristik diatas kita dapat melihat dari sisi proses pembuatan genteng itu sendiri, pada genteng beton yang memiliki bahan dasar campuran beton. yang proses pengeringannya bergantung pada persenyawaan antara semen sebagai perekat dengan campuran beton ditambah dengan press mesin pada saat pencetakan yang menjadi faktor utama kepadatan beton dari pada genteng itu sendiri.

2.1.3 Genteng Keramik

Jenis genteng yang terakhir adalah genteng keramik. Seperti halnya genteng tanah liat maupun genteng beton, genteng keramik juga memiliki beberapa karekteristik yang dapat dijadikan tolok ukur untuk pertimbangan anda, diantaranya:

Gambar 2.2 Genteng Keramik (Sumber: www.fjp.kaskus.co.id)

1. Genteng keramik memiliki kelebihan dari warna yang lebih tahan lama hal ini dikarenakan proses glazur pada genteng keramik dilakukan dengan proses pembakaran yang bisa mencapai 1.200 derajat Celsius. Selain itu pilihan warnanya lebih variatif.

2. Genteng keramik relatif lebih ringan dibandingkan dengan genteng beton.

3. Genteng keramik relatif lebih kuat dalam menahan beban terpusat, dikarenakan proses pembuatan keramik yang telah melalui proses pembakaran sempurna dan rata-rata banding kekuatan untuk genteng jenis ini berkisar 160 kgf s/d 180 kgf. 4. Genteng keramik tidak rentan terhadap korosi dan

cuaca extrim, beberapa produk memiliki sistem interlock yang lebih baik dibanding genteng beton. 5. Daya serap air genteng ini umumnya kurang dari

7%, sehingga pada kondisi basah genteng tidak ikut memberikan beban yang berlebihan pada struktur atap.

6. Perawatan relatif lebih mudah.

7. Harga per m2 genteng keramik relatif tinggi dibandingkan dengan harga genteng beton.

8. Perbedaan warna pada genteng berdampak pada perbedaan harga yang sangat jauh, untuk warna

premium perbedaanya hampir 2 kali lipat dari harga warna natural, sehingga selera atas warna harus disesuaikan dengan budget.

9. Untuk model minimalis atau flat sedikit sekali pilihan produknya, dikarenakan belum banyak produsen yang memproduksinya.

Resiko melenting pada saat produksi sangat tinggi, terutama untuk jenis flat, jika genteng tersebut terpasang di atap, maka akan menyebabkan tampias, sehingga dibutuhkan kontrol pada saat penerimaan barang.

2.2 Karakteristik Genteng Berkualitas

Ditinjau dari fungsi genteng sebagai penutup atap maka genteng harus memiliki kualitas yang baik terhadap perembesan air, semakin baik genteng menahan perembesan semakin baik pula kualitas genteng yang dihasilkan. Sebaliknya semakin jelek genteng menahan perembesan semakin jelek pula kualitas genteng yang dihasilkan.

Kajian terhadap kualitas genteng sebagai penutup atap perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui mutu dan kualitas yang dihasilkan sebuah industri. Adapun fokus analisa pengujian harus memenuhi syarat-syarat mutu pandangan luar, ketepatan bentuk, ketahanan terhadap perembesan air.

Ditinjau dari pandangan luar ciri-ciri genteng untuk masing-masing kualitas dapat dilihat sebagai berikut:

Ditinjau dari pandangan luar, genteng tanah liat dengan Kualitas Satu (KW I) mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Warna merah 2. Suara nyaring, 3. Tidak ada cacat 4. Tidak ada retak

Ditinjau dari pandangan luar, genteng tanah liat dengan Kualitas Dua (KW II) mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Warna merah 2. Suara nyaring,

3. Ada cacat (akibat terjatuh atau terbentur) 4. Ada retak-retak kecil

Ditinjau dari pandangan luar, genteng tanah liat dengan Kualitas Tiga (KW III) mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Warna merah tua, merah muda, atau hitam 2. Suara tidak nyaring.

3. Tidak ada cacat (goresan yang dalam, cuil, dan lain-lain)

4. Ada retakan yang besar.

Untuk memilih genteng yang sesuai dengan desain, dan tema rumah tentunya harus cermat dalam memilih produk genteng yang akan digunakan, yang paling penting konsumen harus memiliki pertimbangan dari aspek kualitas, kebutuhan estetika dan harga.

(4)

2.3 Logika Fuzzy

Gambar 2.1 Perbedaan definisi himpunan pada logika Crisp dengan himpunan pada logika Fuzzy

Sistem Fuzzy ditemukan pertama kali oleh seorang professor berkebangsaan Iran yaitu Prof. Lotfi A. Zadeh pada pertengahan tahun 1960 di Universitas California. Sistem ini diciptakan karena logika boolean tidak mempunyai ketelitian yang tinggi, hanya mempunyai logika 0 dan 1 saja.

Sehingga untuk membuat sistem yang mempunyai ketelitian yang tinggi maka kita tidak dapat menggunakan logika boolean. Perbedaan logika fuzzy dengan logika boolean diilustrasikan pada Gambar 2.1

2.3.1Fuzzy Set

Ada dua jenis konsep himpunan yang berkembang, yaitu himpunan crisp dan fuzzy. Pada konsep himpunan yang tegas (crisp), keanggotaan untuk setiap elemen pada semesta himpunan didefinisikan dengan jelas antara anggota himpunan atau bukan anggota himpunan. Pada himpunan fuzzy (fuzzy sets) transisi keanggotaan bisa bersifat gradual. Hal ini terjadi karena pada himpunan fuzzy batas dari himpunan-himpunan fuzzy samar-samar dan ambigu. Jadi keanggotan dari elemen-elemen pada semesta himpunan diukur dengan sebuah fungsi yang mendeskripsikan kesamar-samaran dan ambiguitas.

Fuzzy Sets adalah himpunan yang beranggotakan elemen-elemen yang memiliki derajat keanggotaan yang bervariasi. Fuzzy set memungkinkan kondisi keanggotaan yang tidak sepenuhnya atau parsial karena keanggotaan tidak perlu penuh untuk bisa menjadi anggota fuzzy set yang lain pada semesta yang sama.

2.3.2 Fungsi Keanggotaan

Fuzzy sets selalu merupakan fungsi-fungsi yang memetakan semesta himpunan, misalnya X, menuju unit interval [0,1] di mana fuzzy set H adalah fungsi ìH yang memetakan X menuju [0,1]. Fungsi keanggotaan dalam fuzzy sets digambarkan dengan kurva yang mendefinisikan tiap titik pada bagian masukan yang dipetakan menjadi nilai keanggotaan atau tingkat keanggotaan antara nol dan satu.

2.3.3 If-Then Rules

Teori fuzzy set menetapkan operator fuzzy pada fuzzy set. Masalah pada aplikasi ini adalah operator fuzzy yang tepat tidak diketahui. Karena alasan ini, logika fuzzy biasanya menggunakan aturan IF-THEN, atau menggunakan yang memiliki bentuk sama, seperti matriks asosiatif fuzzy. Aturan tersebut biasanya diekspresikan dalam bentuk:

Variabel IF adalah himpunan, THEN adalah aksi if-then rules dapat merumuskan kondisi

If x is A then y is B

Di mana variabel A dan B merupakan bahasa nilai yang didefinisikan menggunakan fuzzy sets dalam rentang (semesta pembicaraan) x dan y. Bagian if dalam rule ini (x is A) merupakan antecedant atau premise, sedangkan bagian then (y is B) disebut consequent atau kesimpulan. Langkah yang dilakukan if-then rules terbagi menjadi beberapa bagian, pertama mengevaluasi antecedant termasuk di dalamnya fuzzifikasi input dan menggunakan operator fuzzy, kemudian yang kedua menggunakan hasil tersebut ke dalam consequent.

2.3.4 Fuzzy Inference System

Fuzzy Inference System adalah proses pemetaan dari suatu masukan menjadi keluaran dengan menggunakan logika fuzzy. Hasil pemetaan kemudian dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan atau untuk membedakan pola. Ada dua tipe Fuzzy Inference System yang bisa diimplementasikan yaitu tipe Mamdani dan tipe Sugeno. Fuzzy Inference System metode Sugeno pada dasarnya hampir sama dengan metode Mamdani. Dua bagian pertama dari proses Fuzzy Inference Sugeno yaitu Fuzzifikasi input dan penggunaan operator fuzzy tepat sama dengan Mamdani. Perbedaan utama antara Mamdani dengan Sugeno adalah output fungsi keanggotaan Sugeno bersifat linier atau konstan. Aturan

(rule) yang sering dipakai pada model Fuzzy Sugeno

berbentuk:

If Input1 = x AND Input2 = y, then Output is z = ax + by + c

Untuk model Sugeno orde nol, level output z adalah konstan (a = b = 0). Level output ziuntuk setiap rule

diboboti dengan firing strength widari rule. Contohnya

untuk sebuah AND rule dengan input1 = x dan input2 = y, nilai firing strength adalah:

wi = AND-Operator(F1(x), F2(y)) …………(2.1)

Di mana F1 dan F2 adalah fungsi keanggotaan untuk input 1 dan input 2. Output final sistem adalah rata-rata terboboti dari semua rule output yang dihitung dengan persamaan (2.2).

Error! Reference source not

found.…….………(2.2) 2.3.5 Proses Fuzzy System

Untuk menjelaskan bagaimana sebuah sitem fuzzy bekerja maka tiga hal berikut perlu dipahami, yaitu: 1. Fuzzification.

Proses ini berfungsi untuk merubah suatu besaran analog menjadi fuzzy input. Prosesnya adalah sebagai berikut: suatu besaran analog dimasukkan sebagai input (crisp input), lalu input tersebut dimasukkan pada batas atau domain sehingga input

(5)

tersebut dapat dinyatakan dengan label (dingin, panas, cepat, dll.) dari membership function. 2. Rule evaluation.

Proses ini berfungsi untuk untuk mencari suatu nilai fuzzy output dari fuzzy input. Prosesnya adalah sebagai berikut: suatu nilai fuzzy input yang berasal dari proses fuzzification kemudian dimasukkan kedalam sebuah rule yang telah dibuat untuk dijadikan sebuah fuzzy output. Ini merupakan bagian utama dari fuzzy, karena di sinilah sistem anda akan menjadi pintar atau tidak. Jika Anda tidak pintar dalam mengatur rule maka sistem yang akan dikontrol akan menjadi kacau. Format dari rule adalah sebagai berikut:

Ada beberapa operator yang digunakan dalam fuzzy yaitu AND, OR, NOT. Jika operator yang digunakan adalah AND maka input terkecil yang diambil. Jika operator yang digunakan adalah OR maka fuzzy outputnya diambil dari nilai yang terbesar. Jika operator yang digunakan adalah operator NOT maka fuzzy outputnya adalah kebalikannya.

3. Defuzzification.

Proses ini berfungsi untuk menentukan suatu nilai crisp output. Prosesnya adalah sebagai berikut: suatu nilai fuzzy output yang berasal dari rule evaluation diambil kemudian dimasukkan ke dalam suatu membership

function output. Bentuk bangun yang digunakan dalam

membership function output adalah bentuk singleton yaitu garis lurus vertikal ke atas. Besar nilai fuzzy output dinyatakan sebagai degree of membership function

output. Nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam suatu

rumus yang dinamakan COG (Center Of Gravity) untuk mendapatkan hasil akhir yang disebut crisp output. Crisp

output adalah suatu nilai analog yang akan kita butuhkan

untuk mengolah data pada sistem yang telah dirancang.

2.3.6 Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS)

Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) adalah suatu jaringan kerja antara jaringan syaraf tiruan dengan sistem inferensi fuzzy (Fuzzy Inference System) model Sugeno. Sistem ini disebut juga suatu kelas jaringan adaptif yang secara fungsional sama dengan Fuzzy Inference System (FIS), atau disebut juga dengan

Adaptive Network-Based Fuzzy Inference System.

Arsitektur dan prosedur pembelajaran yang ada pada jaringan adaptif adalah suatu bentuk unit jaringan yang secara keseluruhan berdasarkan paradigma jaringan syaraf tiruan dengan kemampuan pembelajaran supervised. Sesuai dengan namanya jaringan adaptif adalah suatu struktur jaringan dari node-node yang berhubungan sebab akibat dalam satu jaringan membentuk suatu unit pemroses. Seluruh atau sebagian node tersebut dapat menyesuaikan diri,yaitu node-node keluarannya bergantung pada parameter yang dimodifikasi di tiap-tiap node.

Aturan pembelajaran menunjukkan bahwa parameter-parameter tersebut dapat diperbaharui untuk meminimalkan kesalahan pengukuran, yang secara

matematik berupa perbedaan antara keluaran jaringan yang aktual dan perkiraan keluaran. Adapun mekanisme FIS model Sugeno dan arsitektur ANFIS ditunjukkan dalam Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Di mana pada model fuzzy Sugeno pada gambar diatas fungsi keluarannya adalah:

Error! Reference source not

found.………(2.2)

Gambar 2.3 ANFIS(Sumber: digilib.tes.telkomuniversity.co.id)

Secara sederhana, diasumsikan bahwa sistem inferensi fuzzy model Sugeno dalam Gambar 2.2, mempunyai dua masukkan (input x dan y) serta satu keluaran (output f). Untuk model fuzzy Sugeno orde satu tersebut mempunyai aturan-aturan sebagai berikut:

Aturan 1: if x is A1 and y is B1, then f1 = p1x + q1y + r1 Aturan 2:if x is A2 and y is B2, then f2 = p2x + q2y + r2

Sedangkan pada arsitektur ANFIS seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.3 node-node dari lapisan yang sama mempunyai fungsi yang sama dan keluaran dari node ke-i dalam lapisan l dinotasikan oleh Ol,i.

Sedangkan dalam jaringan ANFIS tersebut mempunyai lima buah lapisan (layer), yaitu:

a) Setiap node i dalam lapisan ini adalah node adaptif dengan fungsi node:

On,i = µAi (x), untuk i = 1, 2 ...(2.4)

atau

On,i = µBi-2 (y), untuk i = 3, 4...(2.5)

Dengan x (atau y) adalah input node ke-i serta

Ai(atau Bi-2) adalah label lingustik (seperti ―kecil‖

atau ―besar‖) yang ada dalam node ini. Sedangkan Ol,i adalah derajat keanggotaan dari suatu fuzzy set (A1, A2, B1 atau B2) dan menetukan derajat masukan

x (atau y) yang memenuhi ukuran A. Fungsi

keanggotaan A berupa parameter fungsi keanggotaan yang berhubungan dengan parameter alasan (premise parameters).

b) Layer 2

Setiap node dalam lapisan ini adalah suatu node yg tetap yang dilabelkan dengan Error! Reference source not found., keluarannya menghasilkan semua sinyal-sinyal masukkan:

O2,i = wi = µAi (x) . µBi(y) untuk i = 1,

(6)

Dengan µAi(x) adalah derajat keanggotaan Aidan

µBi(y) adalah derajat keanggotaan Bi. Fungsi node

dalam lapisan ini menggunakan operator AND. c) Layer 3

Setiap node dalam lapisan ini adalah suatu node tetap dengan simbol N, dan merupakan hasil perhitungan rasio dari w predikat dari aturan ke-i terhadap jumlah dari keseluruhan w predikat:

O3,i =Error! Reference source not found.= wi /

(w1 + w2) untuk i = 1, 2………(2.7)

Keluaran l dari lapisan ini disebut nomalized firing

strengths.

d) Layer 4

Setiap node i dalam lapisan ini adalah node adaptif dengan suatu fungsi node

O4,i =Error! Reference source not found.=Error!

Reference source not found. (pix + qiy + ri)...(2.8)

Dengan Error! Reference source not found.adalah

normalized firing strength dari lapisan 3 dan {pi,qi,ri} adalah kumpulan parameter dari lapisan ini.

Parameter-parameter dalam lapisan ini menujukkan parameter-parameter akibat (consequent parameter). Node tunggal dalam lapisan ini adalah node tetap dengan label Σ dan merupakan penjumlahan dari semua masukan:

Total Output = O5,i = Error! Reference source not

found....(2.9)

3. IMPLEMENTASI DAN HASIL

Data yang dibentuk atau yang dibuat dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari pendapat para pakar (yang dalam hal ini adalah para pengrajin atau para pelaku usaha di bidang genteng tanah liat). Hasil dari analisa dan observasi kemudian ditabulasikan oleh peneliti dengan memberikan skala penilaian yang seragam pada masing-masing kriteria. Skala yang digunakan adalah skala 1-5 di mana skala 1 berarti kriteria yang bersangkutan memiliki nilai yang paling jelek sementara skala 5 diterjemahkan sebagai nilai terbaik.

Setelah itu peneliti membuat tabel penilaian pada beberapa genteng dengan kondisi yang beragam. Hasil data observasi ini akan dijadikan sebagai data latih berdasarkan penilaian kriterian yang dibuat. Berikut adalah tabel penilaian berdasarkan kriteria genteng yang dianalisa

Tabel 0.3Tabel Penilaian Kriter

ia Nilai Interpretasi

Warn a

1 Merah keputih-putihan 3 Merah gelap atau merah

kehitaman

5 Merah menyala

2, 4 Nilai antara, tergantung

kondisi genteng

Bunyi

1 Tidak nyaring dan tidak bergaung

3 Sedang

5 Nyaring dan bergaung 2, 4 Nilai antara, tergantung

kondisi genteng

Retak

1 Banyak retakan 3 Sedikit retakan 5 Tidak ada retakan 2, 4 Nilai antara, tergantung

kondisi genteng

Cacat

1 Banyak cacat akibat terjatuh atau terbentur 3 Sedikit cacat 5 Tidak ada cacat 2, 4 Nilai antara, tergantung

kondisi genteng

3.1 Simulasi Sistem

Gambar 0.9 Halaman Awal Program

Untuk melakukan pengujian program dijalankan terlebih seperti yang terlihat pada Gambar 4.1. Tampilan saat program dijalankan ditunjukkan oleh Gambar 4.2.

Gambar 0.10Contoh tampilan program saat dijalankan (Sumber: Hasil olah data)

Terdapat 3 (tiga) fungsi berupa tombol-tombol yang dapat digunakan untuk menjalankan aplikasi ini yaitu: 1. Tombol Proses: berfungsi untuk melakukan proses

analisa dan perhitungan penentuan kualitas genteng tanah liat menggunakan ANFIS.

2. Tombol Reset: berfungsi untuk mengembalikan program ke status awal jika terjadi kesalahan prosedur pengisian data atau ingin melakukan pengujian berikutnya.

(7)

Untuk kepentingan pengujian sistem maka langkah-langkah menjalankan aplikasi ini harus benar sesuai prosedur yaitu terlebih dahulu inputkan nilai-nilai kriteria berdasarkan skala 1-5 pada panel sebelah kiri. Setelah itu user dapat langsung dapat menekan tombol proses untuk mengetahui kualitas genteng yang sudah diinputkan kriteria-kriterianya.

3.2 Analisa

Hasil identifikasi dari sistem ini akan tampil pada panel sebelah kanan di mana terdapat dua buah informasi yang menampilkan hasil evaluasi ANFIS terhadap nilai-nilai kriteria yang telah diinputkan serta ditampilkan pula hasil identifikasinya pada bagian bawah.

Data yang digunakan dalam aplikasi ini terdiri dari 15 (lima belas) buah data kondisi genteng yang berbeda-beda beserta hasil penilaiannya. Data ini kemudian digunakan sebagai data latih untuk dimasukkan ke dalam database.

Gambar 0.11Proses data latih dan pembentukan Membership Function (Sumber: Hasil olah data) Untuk input, Number of MFs yang digunakan adalah 444 4, sesuai dengan banyaknya kriteria genteng yang ada. Lalu untuk MF Type yang digunakan dipilih gaussmf. Untuk output, MF Type yang digunakan adalah

linear,Train FIS Optimum Method dipilih hybrid, Error Tolerance adalah 0 dan Epochs yang digunakan adalah

50. Dari keseluruhan setting yang telah diaplikasikan diperoleh kesalahan rata-rata yang sangat kecil yaitu sebesar 0.14142 yang menandakan bahwa sistem ini cukup baik untuk diterapkan..

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan uji coba sistem yang telah dibuat dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Aplikasi untuk menentukan kualitas genteng tanah liat menggunakan metode ANFIS telah berhasil dibuat dan berjalan dengan baik pada platform yang telah direncanakan.

2. Metode ANFIS dengan sangat baik dapat digunakan untuk menentukan atau mengidentifikasi kualitas genteng berdasarkan masukan ciri pandangan luar yang telah diinputkan.

4.2 Saran

Untuk pengembangan penelitian sejenis ke depan berikut beberapa saran penulis untuk dijadikan pertimbangan:

1. Gunakan data yang lebih banyak agar hasil yang diperoleh makin baik dan makin akurat.

2. Untuk pengembangan aplikasi yang lebih serius hendaknya metode ini digabung dengan metode lain untuk menutupi kekurangan yang dimiliki ANFIS. 3. Perlu dipertimbangkan untuk menerapkan metode

ini ke dalam teknik pengolahan citra karena kualitas pandangan luar sangat erat kaitannya dengan citra atau gambar objek yang diteliti

1. aplikasi ini bisa lebih akurat dan dapat dipakai oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Haykin, S. (2005). Neural Network: A Comprehensive Foundation, 2nd Edition. United States of America: Prentice Hall, Inc.

Klir, George G. (1995). Fuzzy Sets and Fuzzy Logic. United States of America: Prentice Hall, Inc. Kusumadewi, S. (2004). Membangun Jaringan Syaraf

Tiruan Menggunakan Matlab dan Excel Link.

Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Kusumadewi, S. dan Hartati, S. (2010). Neuro-Fuzzy

Gambar

Gambar 2.1   Perbedaan definisi himpunan pada  logika Crisp dengan himpunan pada logika Fuzzy
Gambar 2.3   ANFIS(Sumber:
Tabel 0.3Tabel Penilaian  Kriter
Gambar 0.11Proses data latih dan pembentukan  Membership       Function (Sumber: Hasil olah data)  Untuk input, Number of MFs yang digunakan adalah 444  4,  sesuai  dengan  banyaknya  kriteria  genteng  yang  ada

Referensi

Dokumen terkait

kat merealisasikan perasaannyaVt"idak jelas menggambar- kan obyek yang dituju, sehingga untuk dapat mengetahui maks,;ldnya perlu pemahaman terhadap apa :yang

Indikator (1) Adanya kebijakan, kesepakatan dan/atau peraturan sekolah yang mendukung upaya pengurangan risiko bencana di sekolah yang memiliki indeks 40 dan pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan, namun, secara parsial hanya lain-lain PAD yang sah

● BMKG menginformasikan Peringatan Dini Cuaca Jawa Barat tanggal 9 Januari 2021 pk 14.10 WIB: berpotensi terjadi hujan sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin

Sedangkan Data Dengan Kategori (Jumlah ke II) merupakan data olahan yang disusun dari seluruh Data Dengan Kategori (Jumlah ke I) sebagai data ” hasil survey”

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 23 Tahun 1996 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Tingkat II Purwakarta Nomor 5 Tahun 1989 tentang Fatwa Peruntukan Lahan,

Salah satunya disebabkan oleh konsep diri negatif yang dimiliki oleh anggota komunitas Hijabers Banjarmasin sehingga individu mengadopsi perilaku atau sikap baik secara

Sejalan dengan kata tersebut, studi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah aktivitas ilmiah untuk mempelajari dan menyelidiki materi yang terkandung dalam sebuah