• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 ANALISIS SAMPAH - TAPL Sampah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 1 ANALISIS SAMPAH - TAPL Sampah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

ANALI SI S SAMPAH

1. Tujuan Percobaan

Menentukan timbulan sampah Menentukan komposisi sampah Menentukan densitas sampah

Menentukan potensi reduksi sampah 2. Bahan dan Alat

1) Neraca 2) Kotak densitas

3. Dasar Teori

Pemilahan sampah dilakukan untuk mengelompokkan jenis-jenis sampah sehingga dapat diketahui komposisi sampah pemukiman tersebut. Komposisi sampah tiap lokasi TPS akan berbeda dan mempengaruhi hasil perhitungan emisi GRK. Untuk itu perlu dilakukan integrasi data komposisi dari lokasi TPS yang ditentukan sehingga akan mempermudah dalam perhitungan dan analisa. Perbedaan komposisi sampah dipengaruhi oleh life style masyarakat, aktivitas komersial, recycling dan lain-lain. Sampah makanan yang mudah terdegradasi dan sampah kebun mendominasi sampah pemukiman di negara yang sedang berkembang dimana kertas dan papan kayu mendominasi negara yang telah berkembang (Jha, et al., 2008).

Komposisi sampah di TPS merupakan komposisi sampah yang telah tereduksi oleh kegiatan pengelolaan sampah seperti Rumah Kompos, komposter rumah tangga/ komunal, Bank Sampah dan Pengepul. Sampah dipilah menurut jenisnya antara lain sampah plastik, sampah yang dapat dikomposkan, kertas, karton, logam, kaca, kain, karet, kayu, diapers, B3 dan sampah lainnya. Sampah plastik, sampah yang dapat dikomposkan, kertas, logam, kaca, dan diapers akan dipilah kembali sesuai dengan jenis-jenisnya. Logam dan kaca merupakan material kering sampah yang dapat didaur ulang dan tidak/ sangat sedikit mengandung karbon. Selain itu, sampah pemukiman juga mengandung material inert termasuk batuan dan tanah (Couth, et al., 2011).

Sampah plastik terdiri dari sampah plastik HDPE, HDPE botol, HDPE aluminium, LDPE, PET warna dan transparan, PS Sterofoam, PS gelas, PP bag dan other plastik. Jenis plastik dapat dilihat pada bagian bawah kemasan dengan memperhatikan kode dan tandanya. Kode dan tanda jenis plastik dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kode dan Tanda Jenis Plastik

Sumber : Tchobanoglus, et. al., 1993

(2)

HDPE aluminium adalah sampah plastik kemasan yang bagian dalamnya terdapat lapisan aluminium seperti kemasan sachet makanan.

Sampah plastik LDPE berupa plastik yang elastis dan transparan seperti kantung kresek dan kantung gula. Sampah PS sterofoam berupa kotak makan sterofoam maupun lembaran sterofoam. Sampah plastik PS gelas berupa plastik gelas bening maupun berwarna. Sampah plastik PP bag berupa karung plastik beras. Sampah other plastik berupa plastik keras, plastik mainan anak, pipa, sedotan, tali rafia, sendok plastik dan plastik lainnya. Jenis-jenis plastik yang dipilah dapat dilihat pada Gambar 1.2. Selain sampah plastik, sampah yang dapat dikomposkan juga dibagi menjadi 2 jenis yaitu sampah sisa makanan dan sampah kebun. Pemisahan jenis ini dilakukan karena kedua jenis sampah ini memiliki nilai DOC yang berbeda. Nilai DOC menunjukkan nilai dekomposisi karbon organik dalam sampah (I PCC, 2006).

Nilai DOC sampah kebun lebih besar dari sampah makanan karena kandungan organiknya lebih banyak dan memiliki kadar air yang stabil sehingga proses dekomposisinya menjadi lebih lama. Nilai DOC sampah makanan lebih kecil dikarenakan adanya dead material dan kadar air yang tinggi sehingga kandungan organik menjadi lebih sedikit. Nilai DOC akan digunakan pada saat perhitungan dan analisis emisi GRK dengan metode I PCC. Untuk itu, komposisi sampah merupakan salah satu faktor penentu hasil emisi GRK yang dihitung. Jenis-sampah yang dapat dikomposkan dapat dilihat pada Gambar 1.3.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(3)

(a) (b)

Gambar 1.3 Sampah yang dapat dikomposkan ( a) sisa makanan ( b) sampah kebun

Sampah kertas juga dibagi menjadi beberapa jenis antara lain koran, HVS/ duplek, tetra pack,

other paper dan karton. Sampah other paper berupa kertas tissu dan kertas minyak. Pembagian ini bertujuan untuk mempermudah perhitungan jumlah sampah yang dapat direduksi karena sebagian besar sampah kertas dapat dimanfaatkan kembali. Semua jenis kertas memiliki nilai DOC yang sama (I PCC, 2006). Jenis sampah kertas dapat dilihat pada Gambar 1.4. Sampah logam dibagi menjadi beberapa jenis yaitu logam besi yang terdiri dari kaleng baja, kaleng

(cans) dan logam non kaleng, logam non besi, dan kabel (tembaga). Sampah logam kaleng baja berupa kaleng susu dan kaleng makanan. Sampah logam kaleng (cans) berupa kaleng minuman. Sampah logam non kaleng berupa logam besi tipis/ tebal. Sampah logam non besi berupa logam selain besi antara lain aluminium, seng, kawat dan plat kuningan.

Sampah logam tembaga berupa kabel listrik baik yang masih terbungkus maupun yang telah terkelupas. Pembagian tiap jenis logam ini bertujuan untuk mempermudah perhitungan reduksi sampah. Jenis sampah logam dapat dilihat pada Gambar 1.5. Sampah kaca dibagi menjadi 2 jenis yaitu botol kaca dan kaca lain. Sampah kaca lain berupa pecahan kaca gelas/ piring. Pembagian jenis sampah kaca ini bertujuan untuk mempermudah perhitungan reduksi sampah. Jenis sampah kaca dapat dilihat pada Gambar 1.6.

Sampah diapers dibagi menjadi 2 jenis yaitu popok dan non popok. Sampah diapers popok berupa popok untuk bayi maupun dewasa sedangkan sampah diapers non popok berupa pembalut wanita. Nilai DOC untuk diapers ditunjukan dengan angka yang sama (I PCC, 2006). Pembagian jenis ini bertujuan untuk membedakan karakteristik sampah diapers saja karena kadar air untuk diapers popok lebih tinggi daripada diapers non popok karena lebih banyak air yang terperangkap. Jenis sampah diapers dapat dilihat pada Gambar 1.7.

(a) (b) (c)

(4)

Gambar 1.4 Sampah kertas ( a) koran ( b) HVS/ duplex ( c) tetra pack ( d) other paper ( e) karton

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 1.5 Sampah logam ( a) kaleng baja ( b) kaleng ( cans) ( c) non kaleng ( d) non besi

Gambar 1.6 Sampah botol kaca dan pecahan kaca

Gambar 1.7 Sampah diapers popok dan non popok

Sampah kain, karet, kayu, B3 tidak dibedakan menurut jenis karena karakteristik tiap jenisnya hampir sama. Sampah kain, karet dan kayu memiliki nilai DOC yang berbeda (I PCC, 2006). Sampah kain berupa baju, kain bekas, tas dan dompet bekas. Sampah karet berupa karet ban dan jenis karet lainnya. Sampah kayu berupa potongan kayu maupun tusuk sate. Sampah B3 berupa kemasan obat bekas pakai, masker bekas, kaleng aerosol, obat nyamuk bakar, baterai bekas maupun e-Waste lainnya. Sampah lainnya dapat berupa sisa bangunan, tanah maupun arang. Jenis sampah yang telah disebutkan diatas dapat dilihat pada Gambar 1.8.

(5)

(d) (e)

Gambar 1.8 ( a) Sampah kain ( b) sampah karet ( c) sampah kayu ( d) sampah B3 ( e) sampah lainnya

Komposisi sampah didapatkan dari mengambil sampel sampah sebanyak 100 kg dari gerobak sampah, diusahakan sampah yang digunakan adalah sampah yang baru diambil. Untuk mendapatkan 100 kg sampah, sampah dapat diambil dari 1-2 unit gerobak. Sampah kemudian ditimbang dengan neraca massa 30 kg dan dimasukkan ke dalam kotak densitas 500 L. Pengukuran densitas sampah menggunakan kotak densitas 500 L akan lebih detail dijelaskan pada subbab densitas sampah. 100 kg sampah tersebut kemudian dipilah sesuai dengan jenis yang ditentukan.

Pemilahan sampah berlangsung selama 3-4 jam dengan bantuan 1 orang petugas sampah. Setelah sampah terpilah, tiap jenis sampah ditimbang beratnya dengan neraca analitik 30 kg dan dihitung densitas per jenis sampah dengan kotak densitas 40 L. Pengukuran densitas sampah menggunakan kotak densitas 40 L juga akan lebih detail dijelaskan pada subbab densitas sampah. Peralatan dan langkah kerja pengukuran komposisi sampah dapat dilihat pada Gambar 1.9 dan Gambar 1.10. Selanjutnya, komposisi sampah dapat ditentukan dengan menghitung berat masing-masing jenis sampah. Kemudian menghitung % komposisi sampah yang didapatkan perbandingan berat masing-masing jenis dengan total berat sampah dan dinyatakan dalam % . Komposisi sampah dapat dihitung dengan merata-ratakan data 7 hari sampling dari 8 hari sampling yang telah dilakukan. Data 7 hari sampling sebaiknya diambil dari data hari ke-2 hingga ke-8 karena hari pertama dianggap sebagai hari percobaan sampling.

(a) (b) (c)

Gambar 1.9 Peralatan pengukuran sampah ( a) neraca massa 30 kg ( b) keranjang sampah ( c) sheet pengukuran sampah

(6)

(c) (d)

Gambar 1.10 Langkah pengukurankomposisi sampah ( a) pengambilan sampah di gerobak ( b) penimbangan sampah ( c) memasukkan sampah ke kotak densitas 500 L ( d) pemilahan

sampah

Namun, tidak menutup kemungkinan 7 hari sampling diambil dari data yang masuk dalam

(7)

Tabel 1.1 Berat dan Komposisi Sampah di Kecamatan Gubeng

Komposisi sampah

Berat Sampah (kg) Rata-rata

Lanjutan Tabel 1.1 Berat dan Komposisi Sampah di Kecamatan Gubeng

Komposisi sampah

(8)

Komposisi sampah

Berat Sampah (kg) Rata-rata

Hasil penelitan menunjukkan bahwa komposisi sampah pemukiman terbesar adalah sampah yang dapat dikomposkan sebesar 61,62% . Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah sisa makanan di Kecamatan Gubeng belum maksimal terutama reduksi sampah melalui rumah kompos dan komposter rumah tangga/ komunal. Sebagian besar sampah sisa makanan langsung dibuang ke TPS. Selain itu, dari komposisi sampah lainnya yaitu sampah plastik 12,65% , sampah diapers 9,18% , sampah kertas 8,59% , sampah kaca 1,37% , sampah kain 2,88% , sampah kayu 0,93% , sampah lainnya 0,79% , sampah logam 0,95% , sampah karet 0,60% dan sampah B3 0,45% menunjukkan bahwa penduduk Kecamatan Gubeng termasuk masyarakat ekonomi menengah dimana gaya hidup, aktivitas komersil, kegiatan daur ulang masyarakat mempengaruhi komposisi sampah (Jha, et al., 2008). Sampah plastik dengan persentase terbesar kedua menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat Kecamatan Gubeng melakukan pemilahan dan menyerahkan sampah kering ke Bank Sampah terdekat maupun menjualnya ke pengepul.

Komposisi sampah TPS Pasar Pucang dan pemukiman memiliki komposisi tiap jenis sampah yang berbeda. Komposisi sampah yang dapat dikomposkan sebesar 90,08% karena aktivitas pasar lebih banyak menghasilkan sampah sisa makanan yang mudah membusuk (Damanhuri dan Padmi, 2010). Komposisi sampah plastik sebesar 4,24% , sampah kertas 2,54% , logam 0,21% , kaca 0,15% , kain 0,63% , karet 0,04% , kayu 1,15% , diapers 0,49% , B3 0,02% dan sampah lainnya 0,48% .

(9)

Gambar 1.11 Komposisi Sampah Pemukiman Kecamatan Gubeng

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 1.12 Peralatan dan langkah pengukuran densitas sampah ( a) kotak densitas 500 L ( b) penimbangan sampah ( c) sampah telah dimasukkan dan diratakan ( d) kotak densitas

Gambar

Gambar 1.2 Jenis Plastik (a) HDPE Plastik (b) HDPE Botol (c) HDPE aluminium (d) LDPE (e) PET warna (f) PET transparan (g) PS sterofoam (h) PS gelas (i) PP bag (i) other plastik
Gambar 1.3 Sampah yang dapat dikomposkan (a) sisa makanan (b) sampah kebun
Gambar 1.7 Sampah diapers popok dan non popok
Gambar 1.8 (a) Sampah kain (b) sampah karet (c) sampah kayu (d) sampah B3 (e) sampah lainnya
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran rencana kinerja tahunan Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung, adalah sasaran sebagai dimuat dalam dokumen rencana strategis Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten

Pertama: Penggunaan Reward dan Punishment dalam Pembinaan Kedisiplinan Siswa pada Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Ni’matul Aziz Jelapat 1 Kecamatan Tamban

UNESCO yang bekerja di negara Indonesia telah menunjukan upayanya dalam memberikan bantuan sebagai fungsinya yaitu fungsi informasi dan fungsi pembuat aturan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem dapat digunakan untuk mengatur perubahan nilai kecepatan motor crane berdasarkan jarak.. Kata kunci: kendali, crane , hoist,

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih , penghargaan dan penuh rasa cinta, kasih sayang, kepada Ibu, Kakak ,adik, serta Ayah, dan adik-adik nan

Pendapat yang sama yang dikemukakan Winkel (1986) bahwa faktor non intelektual seperti rasa percaya diri, motivasi belajar, minat dan kondisi berpengaruh terhadap proses

Rezultati slikovne analize laboratorijskih listova načinjenih od vlakanaca prije i poslije reciklaže otisaka dobivenih variranjem napona povratnih valjaka u

Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola, memberikan persetujuan atas strategi rumah sakit dan program yang terkait dengan pendidikan para profesional kesehatan