• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN ANTARA ANGKA KECUKUPAN PROTEIN (AKP) KURANG DAN ANGKA KECUKUPAN PROTEIN (AKP) CUKUP TERHADAP KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD WONOSOBO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBANDINGAN ANTARA ANGKA KECUKUPAN PROTEIN (AKP) KURANG DAN ANGKA KECUKUPAN PROTEIN (AKP) CUKUP TERHADAP KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD WONOSOBO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN ANTARA

ANGKA KECUKUPAN PROTEIN (AKP) KURANG DAN

ANGKA KECUKUPAN PROTEIN (AKP) CUKUP TERHADAP

KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD WONOSOBO

Suryanti *)

*) Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap Korespondensi :suryanti_akbid@yahoo.com

ABSTRAK

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Angka kecukupan protein (AKP) adalah jumlah konsumsi protein per hari. Rumah Sakit Wonosobo merupakan rumah sakit rujukan, sebagian besar kasus rujukan kebidanan adalah ketuban pecah dini.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah potong silang, yaitu meneliti lebih jauh perbandingan angka kecukupan protein (AKP) kurang dan angka kecukupan protein (AKP) cukup terhadap kejadian ketuban pecah dini. Pada penelitian ini melibatkan variabel karakteristik responden yaitu (umur, paritas dan penambahan berat badan ibu hamil). Analisis data menggunakan prosedur analisis korelasipearsondan uji perbedaan (uji t).

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara statistik angka kecukupan protein (AKP) berkorelasi positif dengan kejadian ketuban pecah dini (r: 0,823; p:0,000). Terdapat perbedaan antara angka kecukupa protein (AKP) kurang dan Angka kecukupan potein (AKP) cukup terhadap kejadian ketuban pecah dini (t: 3,284, p: 0,003). Karakteristik responden (umur, paritas dan kenaikan berat badan) mempunyai korelasi positif dengan kejadian ketuban pecah dini (p<0.05).

Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang bermakna antara angka kecukupan protein (AKP) kurang dan Angka kecukupan protein (AKP) cukup dengan kejadian ketuban pecah dini.

(2)

PENDAHULUAN

Infeksi yang banyak dialami oleh ibu dan bayi sebagian besar akibat

komplikasi/penyulit kehamilan dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD)

(Prawirohadjo, 2002). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban secara spontan

sebelum adanya kontraksi uterus atau his. Ketuban pecah dini merupakan masalah obstetric

yang cukup besar, salah satu yang menyertai yaitu prematuritas dan infeksi. Ketuban pecah

dini disebabkan karena kurangnya kekuatan membran atau meningkatnya kekuatan

intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh

adanya mikroorganisme pathogen yang masuk ke dalam rahim yang berasal dari vagina dan

serviks. Ketuban pecah dini ini dapat terjadi infeksi intrapartum (pada ketuban pecah 6 jam

resiko infeksi meningkat satu kali, ketuban pecah 24 jam resiko infeksi meningkat dua kali

lipat) (Marjono A.B, 1999). Selain itu dapat dijumpai juga infeksi puerperalis (nifas),

peritonitis, septicemia dan partus kering atau dry labor (Mochtar, 1998). Menurut Eastman

insidens ketuban pecah dini kira-kira 12 % dari semua kehamilan (Mochtar, 1998).

Sedangkan kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebesar 17,7

% (Usman, 2003).

Sebagian besar bukti mengarah bahwa ketuban pecah dini berhubungan dengan

(3)

RSUD Wonosobo merupakan rumah sakit rujukan, di wilayah Wonosobo dan

sekitarnya. Sebagian besar kasus rujukan kebidanan adalah pasien dengan ketuban pecah dini

(KPD). Kasus KPD rata-rata menyumbangkan kurang lebih 36% dari seluruh kasus

kebidanan setiap bulan. Dilihat dari demografinya wonosobo terletak di daerah pegunungan

Dieng dengan karakteristik mata pencaharian penduduk adalah petani sayuran. Tingkat social

ekonomi penduduk sebagian besar adalah menengah keatas dengan status gizi cukup.

Tingginya kejadian KPD merupakan masalah yang harus segera ditangani. Berkaitan dengan

hal tersebut perlu dikaji lebih mendalam tentang status kecukupan gizi (protein) antara yang

kurang dan yang cukup terhadap kejadian ketuban pecah dini.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross sectional yaitu memperoleh data dengan cara melakukan anamnesa pada pasien tentang asupan makanan yang mengandung

protein dan melakukan pemeriksaan selaput ketuban pada ibu bersalin. Penelitian dilakukan

di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro kabupaten Wonosobo, Jawa

Tengah periode bulan April sampai dengan Mei 2011. Populasi adalah seluruh ibu bersalin di

Rumah Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegorokabupaten Wonosobo, Jawa

Tengah periode bulan April sampai dengan Mei 2011. dengan kriteria inklusi: ibu bersalin

dengan ketuban pecah dini spontan. Sedangkan kriteria ekslusi adalah ibu bersalin karena

trauma, induksi persalinan, penyakit infeksi genetalia dan kelainan letak janin.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pemariksaan Ketuban

Pecah Dini, daftar pertanyaan terkait dengan status protein. Data hasil penelitian dianalisis

dengan analisis korelasi product moment untuk mengetahui hubungan dua variabel data

kuantitatif, Uji t untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata variable independent dan

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Subjek penelitian berjumlah 30 ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah

Wonosobo KRT Setjonegorokabupaten Wonosobo, Jawa Tengah periode bulan April sampai

dengan Mei 2011 . Responden yang diteliti bervariasi dilihat dari tingkatan umur, paritas,

kenaikan berat badan pada waktu hamil. Berikut tabel distribusi karakteristik responden

berdasarkan umur, paritas, kenaikan berat badan pada waktu hamil

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Respondendi Rumah Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan Mei 2011

No Karakteristik Frekuensi (orang) Presentasi (%)

(5)

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui dari 30 ibu bersalin yang dilakukan

penelitian didapatkan distribusi usia paling banyak adalah antara 20-35 tahun (73,3%) atau

usia reproduktif tahun. Sedangkan paritas paling banyak adalah antara 2-4 (50%) dan

kenaikan BB paling banyak adalah antara 6-12 kg (63,3%). Untuk menyatakan hubungan

antara angka kecukupan protein dengan kejadian ketuban pecah dini, dilakukan perhitungan

dengan menggunakan analisis korelasi sebagai berikut.:

Tabel 2. Hubungan Angka Kecukupan Protein dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Rumah Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan Mei 2011

No Variabel

Ketuban Pecah Dini

r p (uji 1 pihak)

1. Angka Kecukupan Protein (AKP)

0,823** 0,000**

r : Koefisien korelasi Pearson

**: Signifikan pada taraf α = 0,01

Berdasarkan tabel 2 di atas didapatkan hubungan yang sangat signifikan antara Angka

Kecukupan Protein dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Rumah Sakit Umum Daerah

Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan Mei 2011 (p < 0,01).

Untuk menyatakan perbedaan antara angka kecukupan protein (AKP) cukup dan

angka kecukupan protein (AKP) kurang , dilakukan perhitungan dengan menggunakan

(6)

Tabel 3. Perbedaan antara angka kecukupan protein (AKP) cukup dan angka kecukupan protein (AKP) kurang dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan Mei 2011

**: Signifikan pada taraf α = 0,05

Hasil analisis pada tabel 3 di atas dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara angka

kecukupan protein kurang dan angka kecukupan protein cukup terhadap kejadian ketuban

pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April

sampai dengan Mei dan secara statistik bermakna (p < 0,05).

Untuk menyatakan hubungan antara karakteristik responden dengan kejadian ketuban

pecah dini, dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis korelasi sebagai berikut.:

Tabel 4. Hubungan karakteristik responden dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan Mei 2011

(7)

Hasil analisis pada tabel 4 di atas dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan

antara karakteristik responden dengan kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum

Daerah Wonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan Mei 2011(p<0,01).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

angka kecukupan protein dengan kejadian ketuban pecah dini hal ini dibuktikan secara statistic

nilai p < 0,01 (0,000), dan terdapat perbedaan yang bermakna antara angka kecukupan protein

(AKP) kurang dan Angka Kecukupan Protein (AKP) cukup terhadap kejadian ketuban pecah dini.

Secara statistic perbedaan antara AKP kurang dengan kejadian KPD adalah p=0,003 (p<0,01),

sedangkan AKP cukup dengan KPD adalah p=0,002 (p<0,01) artinya semakin tinggi nilai AKP

semakin kecil kejadian KPD dan semakin kecil AKP semakin besar kejadian KPD.

Pembahasan

Hal ini sejalan dengan FAO/WHO bahwa Angka Kecukupan Protein (AKP) orang

dewasa menurut hasil-hasil penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75 gram/kg berat

badan, berupa protein patokan tinggi yaitu protein telur (mutu cerna/ digestibility dan daya manfaat/utility telur adalah 100). Angka ini dinamakan taraf suapan terjamin. Angka

kecukupan protein untuk ibu hamil adalah +12, hal ini berarti adanya penambahan angka

kecukupan protein kurang lebih 12 gram pada masa kehamilan. Ibu hamil yang

mengkonsumsi protein kurang dari kebutuhan akan semakin tinggi resikonya untuk

mengalami kejadian ketuban pecah dini dibandingkan dengan ibu hamil dengan angka

kecukupan (AKP) cukup. Hal ini sejalan dengan pendapat Moore (2001) bahwa penyebab

terjadinya ketuban pecah dini berkaitan dengan kekurangan zat gizi.

Menurut Almatzier (2002) protein merupakan bagian dari zat gizi dan merupakan

(8)

di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit dan

selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi yang khas

yang tidak dapat di gantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan

jaringan tubuh. Komponen utama dari selaput ketuban adalah kolagen, menurut Montes

(1996) dalam Casey and Macdonald menyebutkan serat kolagen merupakan komponen utama

dari ECM dan merupakan protein berserat yang terdiri dari tiga sebuah-rantai, yang

membentuk triple helix tali-seperti, memberikan kekuatan tarik ke ECM.

Sebagian besar bukti mengarah bahwa ketuban pecah diniberhubungan dengan proses

biokimia meliputi rusaknya kolagen antarmatriks ekstraseluler amnion dan korion. Matriks ekstraseluler terdiri dari mesh serat tiga dimensi diisi dengan makromolekul yang berbeda seperti:

kolagen (terutama tipe I dan III), elastin, glukosaminoglikan, dan proteoglikan. Serat Kolagen

merupakan komponen utama dari ECM dan merupakan protein berserat yang terdiri dari tiga

sebuah-rantai, yang membentuk triple helix tali-seperti, memberikan kekuatan tarik ke ECM (Montes, 1996). Apabila ibu hamil kekurangan protein maka kolagen dan elastin pada ECM akan berkurang menyebabkan daya regang ECM berkurang, selaput ketuban menjadi tipis, lemah

dan mudah pecah.

Menurut statistik karakteristik responden yang teriri dari umur, paritas dan

mempunyai korelasi bermakna dengan kejadian ketuban pecah dini. Hal ini sejalan dengan

pendapat Cuningham (2001) bahwa usia berpengaruh pada fungsi organ-organ reproduksi,

dalam hal ini termasuk fungsi dari selaput amnion. Sedangkan kenaikan berat badan

berkaitan dengan status nutrisi, kenaikan berat badan yang direkomendasikan selama hamil

adalah kurang lebih 12 kilo gram. Semakin sedikit kenaikan berat badan selama hamil

semakin buruk satus gizi ibu hamil. Sedangkan status gizi berkaitan dengan kejadian ketuban

(9)

KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan Angka Kecukupan Protein Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di

RSUD KRT.Wonosobo periode bulan April-Mei 2011

2. Terdapat Perbedaan Angka Kecukupan Protein (AKP) kurang dan Angka Kecukupan

Protein (AKP) cukup Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD

KRT.Wonosobo periode bulan April-Mei 2011

3. Terdapat hubungan karakteristik respondent terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di

RSUD KRT.Wonosobo periode bulan April-Mei 2011

KEPUSTAKAAN

Almatsier, Sunita.2004.Dasar-dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Bina Pustaka.

Budianto, A. K. 2009.Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press.

Casey, ML, MacDonald, PC.Iterstitial Collagen Synthesis and Processing in human amnion: a property of the mesenchymal cells. Biol Reprod1996; 55:1253.

Cunningham, F.G., et-all,. 1993.Williams Obstetrics. 19th ed. Connecticut : Prentice-Hall International Inc.

Krisnatuti, Diah. 2000.Menu Sehat Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui. Jakarta

Manuaba, I.B.G., 1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Arcan.

Mochtar, R. 1995.Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologis; Obstetri Patologi. Cetakan V. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Prawirohardjo,Sarwono.2005.ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Saifudin, AB. 2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal.Jakarta Sastroasmoro, S. 2002.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta:Sagung Seto Seeley. 2003.Anatomy and Physiology. Newyork:Mc.Graw Hills

Sudarmadji, Slamet. 1989.Analisis Bahan Makanan dan pertanian. Liberty. Yogyakarta. Supariasa I Dewa Nyoman, dkk. 2001.Penilaian Status Gizi.Jakarta : EGC

Foezi C.Perubahan Fisiologi Ibu Hamil. [ diunduh 26 Oktober 2008]. Tersedia dari http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/15

(10)

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum DaerahWonosobo KRT Setjonegoro periode bulan April sampai dengan Mei 2011
Tabel 3.Perbedaan antara angka kecukupan protein (AKP)  cukup dan angka kecukupan

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam penelitian ini adalah informasi yang dikatakan oleh manusia yang menjadi subjek penelitian, hasil observasi, dan fakta-fakta dokumen yang sesuai dengan

sistem saraf somatik hanya membutuhkan satu eferen neuron sementara sistem saraf otonom harus memiliki dua neuron eferen dan ganglia untuk

Terdapat banyak kegiatan keagamaan di Desa Sraten.Salah satunya adalah kegiatan dzikir fida` .Kegiatan dzikir fida` ini semakin diminati oleh masyarakat terbukti dengan

Sistem informasi akademik ini dapat membantu Tata Usaha dalam mengelola data siswa, menyusun jadwal mengajar Guru, penyampaian informasi akademik, membantu Guru

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Verbeke, Dejaegen Martens, Hur dan Baesens 2012) yang meneliti dua puluh satu model prediksi customer churn sektor telekomunikasi dari

Pemertahanan bahasa daerah dalam puisi terjemahan seperti yang telah dilakukan oleh Sosiawan Leak dapat mengenalkan budaya Jawa kepada pembaca yang bukan penutur bahasa

LPP TVRI dan LPS yang menyelenggarakan Penyiaran Multipleksing melalui Sistem Terestrial hanya dapat menyalurkan program siaran dari lembaga penyiaran penyelenggara

a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota. b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum