• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Pengaruh Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Desa Saribu Asih Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Pengaruh Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Desa Saribu Asih Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

24 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan

2.1.1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogiek” (pais=anak, gogos=membimbing/menuntun, iek=ilmu) adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi ‘education’ (Yunani, educare) yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.

Dalam bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses mendidik atau melakukan suatu kegiatan yang mengandung proses komunikasi pendidikan antara pihak pendidik dan yang dididik. Melalui proses pendidikan, berbagai materi secara sadar dicerna oleh jiwa, akal maupun raganya sehingga materi tersebut diketahui (kognitif), disadari dan didalami (afektif), serta dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan (psikomotorik).

Tujuan pendidikan adalah menghasilkan seseorang yang memiliki kualitas dan karakter sehingga memiliki wawasan yang luas sehingga dapat mencapai cita-cita serta mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Pendidikan itu sendiri mendorong diri kita sendiri untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

(2)

25

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara etimologi definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik

pukul 16:47 wib).

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan secara dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(3)

26

Langeveld adalah seorang ahli pendidikan berbangsa Belanda. Ahli ini merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut : “Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain”. Herbert Spencer, filosof Inggris yang hidup tahun 1820-1903 M mengatakan bahwa pendidikan ialah menyiapkan seseorang agar dapat menikmati kehidupan yang bahagia. Sedang menurut Rousseau filosof Prancis, 1712-1778 M mengatakan bahwa pendidikan ialah pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum ada pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya di waktu dewasa. Dewey filosof Chicago, 1859 M - 1952 M juga mengatakan bahwa pendidikan adalah membentuk manusia baru melalui perantaraan karakter dan fitrah, serta dengan mencontoh peninggalan - peninggalan budaya lama masyarakat manusia.

Sedangkan menurut Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

(4)

27

pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia, yaitu :

1. Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan. Dalam hal ini, intervensi dari pihak-pihak yang terkait sangat dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik. 2. Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya yang merupakan ikon

pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidika

Dalam pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai tersebut serta mewariskannya pada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan, atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya (Fuad, 2010: 1).

(5)

28

maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka (Fuad, 2010: 2)

2.1.2. Tingkat Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan pendidikan tinggi. Meski tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan anak usia dini, yaitu pendidikan yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,sampai pendidikan tinggi.

2. Pendidikan Non Formal

(6)

29

paket C (setara SLA), kursus, pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara terorganisasi maupun tidak terorganisasi. Pendidikan non formal mengenai pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih kecil dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum merupakan padanan dari Community Learning Center (CLC) yang menjadi bagian komponen dari Community

Center.

3. pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai

dengan standar nasional pendidikan (http://.id.m.wikipedia.org/wiki/pendidikan_informal diakses pada tanggal 30

Agustus 2015 pukul 17:36 WIB).

2.1.3. Teori-Teori Pendidikan

Ada beberapa teori-teori pendidikan antara lain :

1. Behaviorisme

(7)

30

perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa perilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. Jadi, berdasarkan teori behaviorisme pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan. Tokoh aliran behaviorisme antara lain : Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie, dan Thorndike.

2. Kognitivisme

Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme adalah rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis yaitu the way in which we learn (Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran) inilah yang disebut dengan filosofi rasionalisme. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Teori kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimanah orang-orang berpikir. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.karena menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Jadi, menurut teori kognitivisme pendidikan dihasilkan dari proses berpikir. Tokoh aliran Kognitivisme antara lain : Piaget, Bruner, dan Ausebel.

3. Konstruktivisme

(8)

31

proses aktif membangun konsep baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peranan siswa. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Teori ini juga menekankan bahwa siswa adalah subjek utama dalam penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar. Dengan itu ia bisa menjadi pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan. Tokoh aliran ini antara lain : Von Glasersfeld, dan Vico.

4. Humanistik

Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain si pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yang berarti membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

(9)

32

kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang agar menjadi lebih baik. Secara singkat pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar dianggap berhasil apabila pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.

(10)

33 2.1.4. Pendidikan dan Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan kita selalu berjumpa dengan istilah pendidikan dan pembelajaran. Istilah pendidikan telah dibahas pada uraian sebelumnya. Lalu apakah yang dimaksud dengan istilah pembelajaran?

Dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan dating. Di sini jelas bahwa pembelajaran merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Itulah sebabnya dikatakan bahwa istilah pembelajaran dapat dibedakan dari pendidikan tetapi sulit untuk dipisahkan secara tegas.

Menurut Kemp (1985), pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan dan kebodohan ke kecerahan pengetahuan. Sesungguhnya perbedaan pendidikan dan pembelajaran terletak pada penekanan yang ingin dicapai dengan pendidikan atau pembelajaran tersebut. Jika yang dipersoalkan atau dijadikan tekanan adalah aspek kognitif dan psikomotor maka disebut pembelajaran, sedangkan bila penekanannya kepada tercapainya tujuan untuk membentuk sikap disebut pendidikan

Tirtarahardja (dalam Djoehana: 8) memberi gambaran tentang perbedaan pembelajaran dan pendidikan seperti pada tabel berikut.

Pendidikan Pembelajaran

1. Lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan

(11)

34 nilai).

2. Memakan waktu yang relatif panjang.

3. Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi.

tertentu.

2. Memakan waktu yang relatif pendek.

3. Metode lebih bersifat rasional, teknis dan praktis.

2.2. Pengertian Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi akan dibahas secara terpisah. Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa bantuan dari orang lain di sekitarnya (Salim, 2002:454).

Sedangkan pengertian sosial menurut Departemen Sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terkait pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang inividu yang saling berfungsi satu dengan lainnya (http:www.depsos.go.id).

(12)

35

pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity). Adam Smith diakui sebagai bapak dari ilmu ekonomi. Kata "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος

(oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan,

aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.

Sementara pengertian ekonomi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah, segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti perdagangan, keuangan dan perindustrian. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidup sehari-hari (Salim, 2002:379).

Menurut M. Manullang ekonomi merupakan suatu usaha masyarakat untuk mencapai kemakmuran ( kemakmuran adalah suatu keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya baik barang-barang maupun jasa) (Simangunsong, 2004: 22).

Pengertian sosial ekonomi adalah sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya di lingkungannya, sehingga ia dapat menentukan keberadaan dirinya berdasarkan atas apa yang dimilikinya, yaitu mengenai pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan, kondisi pangan.

(13)

36

posisi ini disertai dengan pemberian seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status (Mubyarto, 2000: 32).

Dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat sebagai sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem (sistem sosial), yaitu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan dalam satu kesatuan.

2.3. Pengertian Rumah Tangga

Rumah tangga adalah seluruh urusan keluarga untuk hidup bersama, dikerjakan bersama di bawah pimpinan seseorang yang ditetapkan, menurut tradisi. Konstruksi sosial yang menggunakan ideologi gender menetapkan bahwa pimpinan di dalam rumah tangga adalah ayah. Namun, pada beberapa daerah pedesaan di Jawa, keputusan-keputusan yang menyangkut hidup anggotanya, ayah selalu mengajak bermusyawarah ibu, serta anak-anak yang dianggap sudah

mampu (Murniati, 2004: 203).

Rumah tangga merupakan bentuk masyarakat yang paling kecil yang biasa terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Sebuah rumah tangga diharapkan memancarkan kebahagiaan dan kehangatan penuh cinta kasih (Soeroso, 2010: 24).

(14)

37

tangga. Di dalam manajemen rumah tangga terdapat tiga unsur pokok, yang dalam praksisnya merupakan suatu proses. Tiga unsur pokok tersebut adalah:

a) Perencanaan, yaitu menentukan lebih dahulu suatu tindakan yang akan dikerjakan sesuai dengan tujuan dan sasaran anggotanya.

b) Pelaksanaan, yaitu suatu pengendalian untuk mengetahui terjadi penyimpangan atau tidak dalam pelaksanaannya.

c) Evaluasi dan refleksi yang dilakukan secara periodik sesuai dengan kesepakatan seluruh anggota dalam rumah tangga.

Hal yang manusiawi adalah apabila setiap orang tidak menyukai kesalahan dan kegagalan secara berulang-ulang. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi, dimana evaluasi tersebut merupakan penilaian terhadap pekerjaan, perbuatan, pelaksanaan kegiatan yang telah dikerjakan. Evaluasi sebaiknya dilakukan di dalam musyawarah keluarga sebagai anggota rumah tangga. Setelah dilakukan penilaian maka akan diperoleh nilai baik atau buruk yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyelamatkan jiwa dan raga anggota keluarga yang berorientasi kepada benda yang bersifat manusiawi.

2.3.1. Fungsi Rumah Tangga

Setiap rumah tangga mempunyai peran dan fungsi. Tetapi secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(15)

38

2. Administrasi adalah kegiatan yang menyangkut catat-mencatat. Kegiatan ini meliputi penyediaan dan pengaturan catatan keuangan, kartu dan surat-surat penting yang dibutuhkan untuk urusan anggota rumah tangga (kartu keluarga, surat nikah, ijazah, dan sebagainya).

3. Berhubungan dengan pihak luar dari rumah tangga adalah kegiatan bernegosiasi, kegiatan berhubungan antarkeluarga dan kegiatan sosial lainnya (Murniati, 2004: 206).

2.4. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan dan tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala rumah tangga.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat 3 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

2.4.1. Fungsi Keluarga

(16)

39

1. Fungsi Pendidikan : Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

2. Fungsi Sosialisasi anak : Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3. Fungsi Perlindungan : Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

4. Fungsi Perasaan : Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

5. Fungsi Religius : Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

6. Fungsi Ekonomis : Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

(17)

40

menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan sebagainya.

8. Fungsi Biologis : Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.

2.4.2. Peran Keluarga

Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu yang mempunyai peranan didalam keluarga. Berikut ini adalah peranan dari keluarga yaitu :

1. Peranan Ayah

Peran Ayah dalam keluarga selain sebagai suami dari istri dan anak-anak, pencari nafkah, pendidik dan penyeimbang hubungan anak dengan orang tua baik ayah maupun ibu. Sebagai kepala keluarga, ayah berperan penting dalam dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.

2. Peranan Ibu

(18)

(http://abdulhalimsolkan.blogspot.com/2014/01/kedudukan-dan-41

peran-anggota-keluarga.html#sthash.lTUsdKHq.dpuf diakses pada tanggal 7 Agustus 2015 pukul 10:24 wib).

3. Peranan anak

Anak sebagai anggota keluarga diharapkan dapat melaksanakan peranannya sebagai anak yaitu dengan melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.5. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah tangga

Kekerasan adalah suatu perlakuan atau situasi yang menyebabkan realitas aktual seseorang ada di bawah realitas potensialnya. Sedangkan rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan keluarga dalam rumah. Sehingga dapat dinyatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu perlakuan yang dialami oleh sebuah keluarga sehingga menimbulkan potensi korban tidak berkembang.

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), “Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.”

(19)

42

merupakan tindakan yang terjadi berulang-ulang bahkan dalam jangka waktu yang lama dan terhadap korban yang sama.

Jika melihat komposisi anggota di dalam sebuah rumah tangga yang biasanya terdiri ayah, ibu, dan anak-anak serta beberapa kerabat yang masih memiliki pertalian darah, maka akan terbayang suatu kehidupan yang dipenuhi kehangatan, kasih sayang dan sikap saling menghormati. Sehingga sangat mustahil apabila terjadi suatu tindakan kekerasan yang korbannya merupakan bagian dari anggota keluarga dengan pelakunya juga anggota keluarga itu sendiri.

Tindakan kekerasan yang terjadi sangat memprihatinkan karena sebagian besar korbannya adalah para perempuan dan anak-anak. Apabila korban melaporkan tindakan kekerasan yang mereka alami, maka akan muncul ketakutan tidak akan terpenuhinya kebutuhan sehari-hari karena pelakunya adalah seorang suami yang merupakan tulang punggung keluarga. Sehingga istri yang mengalami kekerasan tidak melaporkan tindak kekerasan yang dialami bahkan cenderung menutup-nutupinya karena takut akan pandangan dari masyarakat maupun dari keluarga sendiri yang tidak bisa menjaga nama baik keluarga.

(20)

43 2.5.1. Kekerasan Sebagai Masalah Sosial

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan kekerasan yang mendasar kepada gender. Karena tindakan tersebut sering terjadi terhadap perempuan dan yang menjadi pelaku kekerasan adalah laki-laki, yang beranggapan memiliki kekuasaan penuh terhadap urusan keluarga sehingga bertindak sesuai dengan keinginannya.

Oleh karena itu, masalah kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah sosial yang termasuk ke dalam perilaku menyimpang terhadap nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian dari pada makhluk sosial.

Meskipun kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah sosial yang harus dihindari karena mengakibatkan penganiayaan fisik, seksual, psikologis dan penelantaran rumah tangga. Namun hal tersebut belum bisa diatasi dengan baik, karena banyak masyarakat menganggap kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga merupakan masalah pribadi keluarga yang tidak perlu orang lain mengetahuinya.

2.5.2. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Bentuk-bentuk tindak kekerasaan yang sering terjadi si dalam rumah tangga adalah sebagai berikut ini yaitu :

(21)

44

a. Pembunuhan yaitu pembunuhan yang dilakukan antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, baik itu ayah, ibu maupun anak.

b. Penganiayaan yaitu tindakan pelecehan yang dilakukan antara anggota kepada anggota keluarga lain yang ada di dalam rumah tangga.

c. Perkosaan yaitu tindakan criminal yang berwatak seksual untuk melakukan hubungan seksual kepada anggota keluarga yang lain. 2. Kekerasan nonfisik/psikis/emosional, yaitu tindakan yang dilakukan di dalam

rumah tangga baik oleh suami, istri, maupun anak yang berdampak buruk terhadap keutuhan fisik, psikis, dan keharmonisan hubungan. kekerasan nonfisik meliputi :

a. Penghinaan dan komentar-komentar untuk merendahkan dan melukai harga diri pihak istri.

b. Melarang istri atau anak untuk bergaul dengan orang lain.

c. Ancaman-ancaman berupa menceraikan, mengembalikan istri kepada orang tua dan memisahkan istri dari anak-anaknya.

3. Kekerasan seksual, yaitu Pelecehan seksual yang dilakukan demi kepuasan seksual secara sepihak dan merendahkan harga diri orang lain. Kekerasan seksual meliputi :

a. Pemaksaan hubungan seksual dengan pola yang tidak dikehendaki atau disetujui oleh istri.

b. Pengisolasian istri dari kebutuhan batinnya. c. Memaksa istri menjadi pelacur atau menjual diri. 4. Kekerasan ekonomi meiputi :

(22)

45

b. Memanfaatkan ketergantungan istri secara ekonomi untuk mengontrol kehidupan istri.

c. Membiarkan istri bekerja dan kemudian menguasai penghasilan istri.

Bentuk-bentuk kekerasan yang ada diatas merupakan tindak kekerasan yang berakibat buruk terhadap kejiwaan korban sehingga akan mengakibatkan trauma dan mengganggu pertumbuhan korban.

2.5.3. Faktor-faktor Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya dalam bentuk kekerasan fisik, tetapi juga dapat berupa kekerasan psikis seperti perkataan-perkataan yang merendahkan, membanding-bandingkan anggota keluarga dengan orang lain yang menurutnya lebih baik, sehingga menimbulkan rasa sakit hati anggota keluarga yang bersangkutan.

Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga merupakan fenomena seperti gunung es yang akhir-akhir ini mulai bermunculan ke permukaaan dan dari waktu ke waktu semakin meningkat jumlahnya. Seperti yang dijelaskan pada situs psychcentral.com, berikut ada beberapa faktor penyebab KDRT, yaitu:

1) Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran. 2) Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat. 3) Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus

(23)

46

4) Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri, kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan.

5) Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi. 6) Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.

7) Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior. 8) Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari

masyarakat sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya, maupun dari pihak- pihak yang terkait yang kurang mensosialisasikan tentang kekerasan dalam rumah tangga, sehingga data kasus tentang KDRT pun banyak terjadi

(http://www.vemale.com/relationship/intim/37950-faktor-faktor-mendasar-penyebab-kdrt.html, diakses tanggal 3 agustus 2015 pukul 17:09 wib).

Beberapa faktor pendukung yang pada dasarnya menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga adalah :

1. Masalah komunikasi dan kepercayaan, hal ini sangat penting dalam suatu hubungan dan tidak menutup kemungkinan jika komunikasi dan kepercayaan tidak terbangun dengan baik akan menimbulkan suatu konflik.

(24)

47

3. Masalah ekonomi, dimana kecenderungan jika sebuah keluarga sedang terhimpit masalah keuangan akan mungkin menimbulkan tindakan-tindakan yang dapat berbentuk kekerasan dan juga tidak menutup kemungkinan bagi keluarga yang dipandang cukup dari segi ekonomi bisa jadi jadi keegoisan akan muncul.

4. Masalah psikologi dari pasangan, jika salah satu dari suami istri memiliki tempramen yang tinggi (emosional) dan bahkan dengan mudah “main tangan”, hal ini juga bisa menjadi pemicu.

5. Masalah seksual, penolakan hubungan seksual suami terhadap istri untuk memuaskan hawa nafsu suami dalam urusan ranjang sehingga menyebabkan kekerasan.

2.6. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau kelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Siagian, 2012: 2). Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.

(25)

48

perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan

2.6.1. Ciri-Ciri Kemiskinan

Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti yang digunakan sebagai pegangan untuk menyatakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut tidak miskin. Berdasarkan suatu studi yang dilakukan menunjukkan adanya 5 ciri-ciri kemiskinan (Siagian,2012: 20-23), yaitu :

1. Mereka yang hidup di bawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai. ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD atau hanya tamat SD.

4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sector-sektor informal yang bekerja serabutan atau musiman.

(26)

49 2.7. Kerangka Pemikiran

Di dalam hidup berkeluarga, keutuhan dan kerukunan rumah tangga yang bahagia, aman, tentram adalah dambaan setiap orang dalam berumah tangga. Dalam hal ini, setiap peran Ayah dalam keluarga adalah sebagai pencari nafkah, sedangkan ibu sebagai pengatur rumah tangga dan anak sebagai anggota keluarga mendapatkan proses sosialisasi dalam pembentukan tingkah laku anak.

Keluarga merupakan lembaga yang berfungsi untuk sarana pendidikan dalam proses mengubah perilaku dan tindakan yang lebih baik untuk mendapatkan kehidupan keluarga yang harmonis. Namun, untuk mewujudkan impian keluarga yang bahagia tergantung pada kualitas perilaku dan pengendalian diri setiap orang dalam berumah tangga. Jika proses pembelajaran mengubah perilaku tidak dapat dilakukan maka akan muncul masalah di dalam keluarga.

Pendidikan yang rendah di dalam keluarga akan berpengaruh juga terhadap ekonomi keluarga, dimana Ayah yang mempunyai pendidikan rendah tidak bisa mencari pekerjaan yang lebih baik karena kurangnya pengetahuan atau skill sehingga kepala keluarga berpendapatan rendah.

Pendapatan yang rendah menjadi masalah di dalam keluarga, dimana tingkat kebutuhan sehari-hari meningkat tidak sebanding dengan pendapatan. Banyaknya permintaan keluarga seakan-akan hanya menjadi beban pikiran Ayah, membuat Ayah menjadi emosi dan menimbulkan perselisihan di dalam keluarga hingga sampai terjadi kekerasan terhadap anggota keluarga.

(27)

50

2. Pekerjaan suami/istri : - Petani

- PNS

- Supir

- Karyawan

3. Kondisi kepemilikan tanah - Milik sendiri

- sewa

Pendidikan :

1. Tingkat SD

(Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, dan sederajat)

2. Tingkat SMP

(SMP Umum, Madrasah Tsanawiyah, SMP kejuruan dan sederajat.)

3. Tingkat SMA

(Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah dan sederajat) 4. Perguruan Tinggi : Diploma I, II,III,

IV, S1 dan sederajat.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga:

1. Kekerasan secara fisik

(Pembunuhan, Penganiayaan atau penganiayaan, dan perkosa) 2. Kekerasan secara seksual

(Penghinaan, merendahkan istri, dan ancaman-ancaman perceraian) 3. Kekerasan secara psikologis

(Pemaksaan hubungan seksual, pengisolasian dan pemaksaan pelacuran) 4. Penelantaran ekonomi

(28)

51 2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.8.1. Defenisi Konsep

Istilah konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka peneliti harus menegaskan dan membatasi arti konsep yang di teliti (Siagian, 2011: 136- 138).

Berikut ini adalah menjadi batasan konsep dalam penelitian, yaitu :

1. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan pengetahuan seseorang dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Sosial ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan. Dalam hal ini, manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dan pasti membutuhkan bantuan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya, sedangkan ekonomi berarti keluarga yang membutuhkan peraturan dalam menata rumah tangga.

3. Rumah tangga merupakan sekelompok orang yang tinggal bersama-sama di suatu tempat tinggal dan berbagi dengan satu keluarga, dalam arti satu-kesatuan ekonomi.

4. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan anggota keluarga yang menyebabkan dampak buruk bagi fisik, psikologis, dan penelantaran rumah tangga.

(29)

52 2.8.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006:46).

A. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (X) adalah variabel atau sekelompok atribut yang mempengaruhi atau memberikan akibat terhadap variabel atau sekelompok atribut lainnya (Siagian, 2011: 89). Adapun variabel bebas (x) dalam penelitian ini adalah pendidikan dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga.

1. Indikator Pendidikan yaitu :

a. Tingkat SD : Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, dan sederajat.

b. Tingkat SMP : Pendidikan SMP umum, Madrasah Tsanawiyah, SMP Kejuruan dan sederajat.

c. Tingkat SM : Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah dan sederajat.

d. Tingkat Pendidikan Tinggi : Pendidikan Diploma I, II, III, IV dan sederajat.

2. Indikator sosial ekonomi yaitu :

a. Pekerjaan suami/istri : Petani, Supir, Wiraswasta, PNS, Pedagang. b. Penghasilan suami/istri : Rp. 500.000- 1.500.000, Rp

1.500.000-2.500.000, Rp. 2.500.000-3.500.000.

(30)

53 B. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel utama atau variabel awal beranjaknya kajian melalui pelaksanaan penelitian (Siagian, 2011: 90). Adapun variabel terikat (y) dalam penelitian ini yaitu tindakan kekerasan dalam rumah tangga, dengan indikatornya sebagai berikut :

1. Kekerasan secara fisik : Pembunuhan, Penganiayaan atau

pemerkosaan.

2. Kekerasan secara seksual : Penghinaan, merendahkan harga diri istri dan ancaman-ancaman perceraian.

3. Kekerasan secara psikologis : Pemaksaan hubungan seksual, pengisolasian,

dan pemaksaan pelacuran.

4. Kekerasan Ekonomi : Tidak memberi nafkah keluarga,

memanfaatkan ketergantungan istri untuk mengontrol hidup istri, dan membiarkan istri bekerja kemudian menguasai penghasilan istri.

2.9. Hipotesis

(31)

54

membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian data di lapangan (Bungin, 2011: 85).

Berdasarkan pengertian di atas maka disimpulkan :

Ha : Terdapat pengaruh pendidikan dan sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di Desa Saribu Asih Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun.

Referensi

Dokumen terkait

Proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik di Polres Kota Batu terutama di bagian Unit PPA yang menangani masalah tindak pidana perdagangan orang telah sesuai

3HQXOLVDQ VNULSVL EHUMXGXO PENGENAAN RETRIBUSI OLEH PEMERINTAH KOTA SURABAYA KEPADA TVRI DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 1997 TENTANG IZIN PEMAKAIAN

Oleh sebab itu, terbitnya surat keputusan, baik itu yang berisi pengangkatan maupun pencabutan atas keptusan pengangkatan yang berhak menerima adalah institusi pemerintah

[r]

Nama alkalin diambil dari bahan kimia yang digunakan dalam baterai, yaitu: elektrolit basa kalium klorida.. Seperti elektrolit dalam sel kering, bentuknya bukan cairan, sehingga

Namun pertunjukan wisata di Kota Padang belum mempunyai suatu paket yang khusus sebagai sqiiar pa'iwisata- Semua paket yang dipertunjukkan kepada wisatawan sama

Hasil penelitian menunjukkan nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,377>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H a ditolak dan H 0 diterima berarti tidak ada hubungan

Pengaruh Masa Kerja Terhadap Pembentukan Mikronukleus Akibat Paparan Timbal Pada Pedagang Kaki Lima