24 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
A.1 Gambaran Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Terminal Tingkir
Salatiga Jawa Tengah. Terminal Tingkir merupakan
satu-satunya terminal di kota Salatiga. Kebanyakan anak jalanan
menjadikan tempat ini untuk mencari uang dengan cara
mengamen. Salah satu hasil mengamen mereka untuk
membeli minuman beralkohol karena terminal satu-satunya
di Salatiga mereka juga menjadikan tempat berkumpul
minum minuman beralkohol.
Gambar 01. Gambar Peta Kota Salatiga
25 A.2 Proses Pelaksanaan
Dalam proses persiapan penelitian peneliti
mempersiapkan panduan wawancara dan handphone untuk
merekam hasil wawancara. Peneliti menemui beberapa
informan di warung kelontong yang tempatnya tidak jauh
dari Terminal Tingkir. Peneliti meminta persetujuan sebagai
informan penelitian supaya informan membantu dalam
penelitian tentang minuman keras beralkohol, penelitian ini
diawali dengan wawancara di Terminal Tingkir. Pelaksanaan
wawancara ini 5 orang yang berada dirumah dan 5 orang
yang di Terminal Tingkir. Dalam proses penelitian peneliti
mengalami kesulitan dalam mencari keberadaan informan
yang lain, sehingga peneliti mencari solusi dengan meminta
nomor handphone semua informan, dengan meminta nomor
handphone informan maka peneliti mudah untuk dihubungi
dan mengetahui dimana informan berada, sehingga peneliti
mudah untuk bertemu ketika ingin mengumpulkan data.
A.3 Gambaran Informan
Informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah
remaja pria yang berada di Terminal Tingkir Salatiga.Jumlah
partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah sepuluh
26
alkohol di hari yang tidak menentu, sebagian dari remaja
disana ada yang putus sekolah serta menjadi pengangguran
sehingga semakin lebih leluasa untuk minum minuman
beralkohol sebagai kegiatan mengisi waktu luang mereka.
Beberapa kelompok remaja tersebut yang sering
mengkonsumsi alkohol berkisaran umur 12-18 tahun.
Mereka minum minuman yang beralkohol terhitung sudah
sejak 5 tahun yang lalu, karena banyaknya
pengaruh-pengaruh yang mempengaruh-pengaruhi mereka sehinggga ingin
mencoba untuk meminum alkohol.
Tabel 1 : Karakteristik Informan
Inisial Kode Umur Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan Agama Jenis
kelamin
Sdr.ST I1 17 tahun SMP Buruh Islam Laki-laki
Sdr.SR I2 18 tahun SMP Serabutan Islam Laki-laki
Sdr.BA I3 17 tahun SMP Bangunan Islam Laki-laki
Sdr.Y I4 18 tahun SMA Pengangguran Islam Laki-laki
Sdr.D I5 17 tahun SMP Pengamen Islam Laki-laki
Sdr.B I6 18 tahun SMA Pengamen Islam Laki-laki
Sdr.M I7 18 tahun SMP Pengangguran Islam Laki-laki
Sdr.BJ I8 18 tahun SMP Pengamen Islam Laki-laki
27
Sdr.SL I10 18 tahun SMP Pengamen Islam Laki-laki
Sumber : Data Pribadi, 2016
Gambaran informan :
Informan pertama Sdr.ST berumur 17 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu buruh.Sdr.ST anak nomer tiga dari tiga
bersaudara.Sdr.ST sudah minum minuman beralkohol sejak lulus
SD sekitar dua 2 tahun.
Informan kedua Sdr.SR berumur 18 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu serabutan.Sdr.SR anak pertama dari dua
bersaudara.Sdr.SR sudah minum minuman keras sejak SMP.
Informan ketiga Sdr.BA berumur 17 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu kerja bangunan.Sdr.BA anak terakhir dari tiga
bersaudara.Sdr.BA minum minuman beralkohol sudah 5 tahun ini.
Informan keempat Sdr.Y berumur 18 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengangguran.Sdr.Y anak pertama dari empat
bersaudara.Sdr.Y minum minuman beralkohol sejak 3 tahun yang
lalu.
Informan kelima Sdr.D berumur 17 tahun, kesibukan
28
bersaudara.Sdr.D minum minuman beralkohol sejak SMP sekitar 5
tahunan yang lalu.
Informan keenam Sdr.B berumur 18 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu menjadi pengamen. Sdr.B anak kedua dari lima
bersaudara. Sdr.B minum minuman beralkohol sejak SMP kelas 2.
Informan ketujuh Sdr.M berumur 18 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengangguran.Sdr.M anak pertama dari dua
bersaudara.Sdr.M minum minuman beralkohol sejak 5 tahun yang
lalu.
Informan kedelapan Sdr.BJ berumur 18 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.BJ anak kedua dari tiga
bersaudara.Sdr.BJ minum minuman beralkohol sejak 5 tahun yang
lalu.
Informan kesembilan Sdr.KC berumur 17 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.KC anak ketiga dari tiga
bersaudara.Sdr.KC minum minuman beralkohol sejak SMP.
Informan kesepuluh Sdr.SL berumur 18 tahun, kesibukan
sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.SL anak pertama dari dua
bersaudara.Sdr.SL minum minuman beralkohol sejak SMP 5 tahun
29 4. 1 Hasil Penelitian
Dari hasil analisi tema dapat terlihat 5 tema yang
menjadi faktor yang mempengaruhi remaja pria minum
minuman beralkohol, yaitu: (1) Coba-coba, (2) Minuman keras
karena pergaulan dengan teman sebaya, (3) Lingkungan
keluarga, (4) Tidak adanya dukungan dari masyarakat.
Masing-masing tema tersebut dijelaskan secara detail
sebagai berikut:
Tema 1: Coba-coba
Dari wawancara yang dilakukan 10 informan, diketahui
bahwa dari 4 informan menjawab jika mereka mengkonsumsi
alkohol disebabkan oleh rasa keingintahuan mereka sendiri.
Tiga informan tersebut menjawab mereka ingin
mengkonsumsi alkohol atas dasar coba-coba dan rasa ingin
tahu yang besar karena teman-teman mereka sudah banyak
yang merasakan dan mencobanya. Pernyataan ini dapat
didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I3): “ pertamanya aku itu cuma pengen coba-coba aja gitu lho mbak, tapi kok akhire malah terjerumus, kok enak
30
(I4): “ya awalnya sih coba-coba gitu mbak, lha kok
ketagihan ya biasa kan temenku ngajak maen akhirnya
mabuk-mabuk gitu mbak, jadi ya ketagihan.”
(I6): “itu kan biasa temen-temen ngajakin maen gitu lombak, ya aku pertamanya nggak tau kalo disuruh minum, minum apa?, yaudah ini lo enak, jadi atas dasar nyoba mbak.”
Sebagaimana yang telah diungkapkan informan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa mereka awalnya coba-coba dan
akhirnya mereka menjadi ketagihan.
Tema 2: Minuman Keras Karena Pergaulan DenganTeman Sebaya
Dari hasil wawancara dengan 10 informan, beberapa dari
seperti informan 1, 2, 5, 7, 8, 9 mengatakan pengaruh yang
besar didapatkan dari teman-teman mereka sendiri yang
sering mengajak mereka minum bersama, ini menjadi alasan
sehingga mereka tidak bisa lepas dari keinginan minum dan
rasa solidaritas dari pertemanan mereka sehingga para
informan tidak bisa menolak. Pernyataan ini dapat didukung
dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I1): “Ya sebenarnya itu ya tidak kepengen mbak, dulu ya
31
kirain itu air putih mbak ternyata itu ciu (alcohol) saya tidak
tahu, aku dibohongi mbak, tapi tak cicipin ternyata ya rasanya
enak mbak. Kalo mau berhenti ya rasanya tidak enak ek
mbak.”
(I2): “Yo pertama itu dulu dikasih temen-temen mbak,
sebenernya aku juga nggak mau, eh habis ngerasain kok yo
pertamane rasane aneh gitu, habis itu aku dikasih lagi rasane
kok makin enak yo? mungkin gara-gara itu kali yo, habis
dikasih sekarang sama dulu itu rasanya beda mungkin ya
terus mikirnya kok enakmen, malah sekarang keterusan
sampai sekarang. Wahh..kan payah kalo gitu mbak.”
(I5): “yakan dulu pernah minum bareng-bareng, terus pas diajak minum bareng lagi masak nggak mau, yakan nggak
enak sama temenku mbak.”
(I7): “sebenarnya sih saya nggak suka yang namanya
alkohol dll, karena teman-teman saya SMP sudah banyak
yang minum ya awalnya sih coba-coba aja, nah dari situ saya
jadi suka minum alkohol.”
(I8): “dilingkungan sekolah mbak, ya pas awal-awal masuk SMP dulu saya diajakin temen-temen saya. Ya kan tau sendiri mbak pergaulan SMP itu kayak gimana.”
(I9): “ya kapannya lupa aku, sudah lama kayak’e ya
32
temenku buat minum, pertamane aku penasaran, tak coba dikit-dikit kok rasanya enak juga. Terus dulu meh tiap hari aku
diajak temenku minum, ya aku ngikut aja.”
Berdasarkan pernyataan informan tersebut dapat
dinyatakan bahwa mereka gara-gara pergaulan disuruh
teman-temannya untuk mencicipi minuman beralkohol dan
mengakibatkan ketagihan.
Tema 3: Lingkungan Keluarga
Dari hasil wawancara dengan 10 informan, informan 1
mengatakan bahwa merasa kalo orangtuanya sudah jarang
memperhatikannya dan bosan melihat suasana rumah yang
tidak nyaman karena orangtuanya yang selalu bertengkar,
sedangkan informan 2 dan 5 mengatakan jika orangtuanya
menganggap hal seperti minum alkohol sudah biasa, hal ini
bisa dikatakan alkohol tidak asing lagi. Pernyataan ini dapat
didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I1): “ya takut mbak, tapi mau gimana lagi, orangtuaku aja
sudah kayak nggak mau ngurusin aku mbak, sebenernya aku dirumah udah nggak betah mbak gara-garanya ngliat
mereka berantem terus mbak.”
33
mbak, tapi kalo sudah terlanjur orang ngeyel ya susah mbak,
mau gimana lagi)
(I5): ”ya gapapa,bapak diem aja kalo aku minum mbak udah biasa kan sama temen-temenku juga banyak.”
Keluarga bisa menjadi lingkungan yang sangat penting
dan cepat dalam mempengaruhi perilaku dari anggota
keluarga, dalam hal mempengaruhi perkembangan psikologis
serta tingkah laku dari masing-masing anggota keluarga.
Informan 1, 2, 3, 5 mengatakan bahwa sebagian dari anggota
keluarganya juga ikut mengkonsumsi alkohol. Pernyataan ini
dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
(I1): ”Ada mbak, ya kayak saudaraku mbak sering
minum-minum juga.”
(I2): “Nek seko keluargaku dewe ki yo ra eneng mbak. Tapi nek om’ku kae yowis podo wae edan’e, tapi sak
ndelalahe aku ngasi seprene yo ra tau barengan mbek dek’ne,
yo rikuh to mbak.”. (kalo dari keluargaku sendiri ya tidak ada
mbak. Tapi kalo om’ku itu ya sama saja gilanya, tapi semenjak
aku sampai sekarang ya tidak pernah bareng sama dia)
(I3): “Yo enek mbak, mas-masku kabeh do ngombenan,
aku nek ngombe yo kadang mbek mas-masku og mbak, yo
34
semua juga peminum, aku kalo minum kadang juga sama
mas-masku kok mbak, ya satu keluarga sudah pernah
minum).
(I5): “Dari keluargaku ada, bapakku dulu ya suka minum,
terus mbakyuku dulu cerita ya suka minum kabeh og mbak
kecuali yo ibukku.”
Berdasarkan ungkapan informan diatas bahwa orang
tuanya sering berkelahi dan orangtua membiarkan anaknya
minum minuman beralkohol, ada juga yang saudaranya juga
ikut-ikutan mengkonsumsi alkohol, hal ini dapat disimpulkan
bahwa informan termasuk dalam tema lingkungan keluarga.
Tema 4 :Tidak Adanya Dukungan Dari Masyarakat
Informan 4 dan 8 mengatakan bahwa lingkungan juga
seolah-olah cenderung diam saja tanpa ada protes jika ada
yang minum minuman alkohol disekitar kampung. Pernyataan
ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
35
(I4): “Sudah pernah mbak kalo itu, tapi gimana ya
temen-temenku, maksudnya gimana ya mbak ya, maksudku dari
lingkungannya sendiri udah dididik kayak gitu mbak, tapi kalo niat berhenti itu ada mbak, ya mbak ada.”
(I7): “Ya mungkin ada 1-2 orang ya, mungkin ngiranya
saya itu anak nakal karena saya suka minum, padahal kalo
saya minum itu nggak pernah buat keonaran mbak, kalo kita minum itu cuma di basecamp aja.”
(I8): “Nggak ada mbak, ya sekarang kan ibaratnya kan
kebanyakan sudah banyak yang pada sama-sama tau kan
mbak, sama-sama sering minum jadi kan bisa saling
pengertian mbak.”
Dalam ungkapan diatas dapat disimpulkan bahwa
informan mengatakan jika dilingkungannya sudah dididik
seperti itu, terkadang mereka juga minum minuman beralkohol
di basecamp. Ungkapan tersebut termasuk dalam tema tidak
adanya dukungan dari masyarakat.
4. 2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan, peneliti akan menginterpretasikan
tema yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus
padafaktor-faktor yang memengaruhi anak jalanan
36 4.2.1 Coba-coba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaktahuan
para informan mengenai alkohol mampu membuat mereka
tertarik serta mempunyai niat untuk mencoba. Penelitian ini
juga didukung oleh Anderson (2007) kurangnya
pengetahuan remaja tentang dampak, resiko
mengkonsumsi minuman keras dan kurangnya pendidikan
tentang minuman keras akhirnya remaja ingin coba-coba
tentang minuman keras.
Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Teguh
dalam Pribadi (2008), yang mengemukakan bahwa
biasanya seseorang terjerumus dalam penyalahgunaan
minuman keras karena ingin membuktikan atau
menunjukan keberanian kepada orang lain, untuk
melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh
pengalaman emosional, mencari dan menemukan arti
dalam hidup, menghilangkan rasa gelisah dan frustasi
dalam menjalani hidup, mengikuti kemauan
teman-teman dalam menjalin solidaritas, dan mengkonsumsi
37
4.2.2 Minuman Keras Karena Pergaulan Dengan Teman Sebaya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh
yang besar datang dari teman-teman yang sering
berkumpul dengan mereka dan sering mengajak mereka
minum bersama, yang mampu membuat remaja
terjerumus dalam masalah minuman keras. Hal ini
didukung oleh Lukito (2009) yang menyebutkan beberapa
remaja terjerumus dalam masalah minuman keras karena
dipengaruhi lingkungan pergaulan, antara lain sebagai
berikut: remaja yang selalu minum minuman keras selalu
mempunyai “kelompok pemakai”.
Awalnya remaja hanya mencoba-coba karena
keluarga atau teman-teman ada juga yang
menggunakannya, namun ada yang kemudian menjadi
kebiasaan. Pada remaja yang “kecewa” dengan kondisi
diri dan keluarganya sering menjadi lebih suka untuk
mengorbankan apa saja hubungan baik dengan
teman-teman sebayanya. Adanya “ajakan” atau “tawaran” dari
teman serta banyaknya film dan sarana hiburan yang
memberikan contoh “model” pergaulan modern” biasanya
mendorong remaja minum minuman keras secara
38
minum minuman keras dan karena mudah
mendapatkannya, maka remaja akan memakainya sendiri
sehingga tanpa disadari lama-kelamaan ketagihan.
Penggunaan minuman keras di kalangan remaja umumnya
karena minuman keras tersebut menjanjikan sesuatu yang
menjadi rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan
ketenangan.
4.2.3 Lingkungan Keluarga
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap dari
orangtua yang memang sengaja membiarkan anak-anak
remaja mereka mengkonsumsi alkohol tersebut sudah
dianggap menjadi hal yang biasa, bahkan beberapa
remaja juga ada yang mengalami konflik didalam
keluarganya yang dapat menyebabkan memburuknya
jalinan komunikasi antar anggota keluarga, sehingga
beberapa remaja berisiko melakukan hal-hal yang negatif
dan memilih jalan untuk melampiaskan emosinya tersebut
dengan mengkonsumsi alkohol. Hal ini telah sejalan
dengan pernyataan Sarwono (2001) yang mengatakan
semakin buruk tingkat komunikasi antara remaja dengan
orangtuanya, semakin besar kemungkinan remaja
melakukan perilaku berisiko. Kurang dekatnya hubungan
39
lebih dekat dengan teman sebayanya. Remaja yang
memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya
cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif
teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang
kurang baik hubungan dengan orangtuanya (Yusuf, 2009).
Perkembangan remaja akhir sudah mulaimampu
mengendalikan emosi. Remaja yang berkembang di
lingkungan yang kurang kondusif, kematangan
emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami
akibat negatif berupa tingkah laku misalnya agresif:
melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu
dan lain-lainnya, lari dari kenyataan (regresif) suka
melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi
obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang
(Hariyanto, 2011).
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yunisyah (2008), lingkungan keluarga yang baik tidak
juga akan menghasilkan anak yang baik karena sering
orang tua memberikan perhatian berlebihan, akan
membuat anak menjadi manja dan dengan kemanjaan
dari orang tua akan membuat anak menjadi nakal
karena anak tersebut akan berpikir bahwa orang tua akan
40
juga yang bisa menyebabkan pergaulan yang salah
pada remaja ialah banyak sekali orang tua yang
membatasi pergaulan anaknya karena kurangnya rasa
percaya orang tua terhadap anaknya dalam hal memilih
teman sepergaulan dan takut bila anaknya terjerumus
dalam pergaulan bebas, terutama saat usia anak itu
menginjak masa-masa remaja. Namun, pembatasan
pergaulan itu hendaknya dilakukan dengan melihat serta
mempelajari pergaulan yang dilakukan anak terlebih
dahulu. Jangan sampai dalam melakukan pembatasan
pergaulan akan mengakibatkan hal buruk terhadap
perkembangan anak, misalnya kurang pergaulan. Jika
pembatasan pergaulan ini memang perlu dilakukan, maka
tetaplah memberi keadilan kepada sang anak dengan
memperbolehkan bergaulan dan mengenal lingkungan
yang ada di sekitarnya.
Informan 1 dan 2 mengatakan dari anggota keluarga
kandungnya sendiri sebenarnya tidak ada yang
mengkonsumsi alkohol tetapi dari saudara-saudara
mereka terdapat yang ikut mengkonsumsi alkohol.
Sedangkan informan 3 dan 5 dari anggota keluarga
kandungnya sendiri ada yang ikut mengkonsumsi alkohol,
41
mengenal alkohol mungkin dikarenakan faktor kurangnya
perhatian orang tua, kurangnya rasa kasih sayang dari
keluarga. Seharusnya dari lingkup keluarga sendiri lebih
bisa komunikatif kepada sesama anggota keluarga yang
lain dan memberikan contoh yang positif terutama kepada
anak-anaknya, serta bisa lebih memberikan perhatian dan
kasih sayang lebih kepada anak-anaknya, karena lingkup
keluarga adalah lingkup yang akan paling sering ditemui
oleh remaja dibanding oleh teman-teman maupun orang
lain disekitarnya.
4.2.4 Tidak Adanya Dukungan Dari Masyarakat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan 4
dan 8 yang sudah biasa mabuk-mabukkan disekitar
wilayah perkampungan. Orang dewasa ataupun
masyarakat diperkampungan seperti diam saja tanpa
bertindak ataupun mengingatkan para remaja yang sedang
mabuk-mabukan, serta masyarakat seolah-olah cenderung
diam saja tanpa ada protes jika ada yang minum minuman
alkohol disekitar kampung. Hal ini sedikit berbeda dengan
penjelasan Zakiyah Derajat (1983), apabila golongan tua
atau dewasa dalam masyarakat mempunyai satu pendirian
yang tetap yaitu anak-anak harus tunduk dan patuh pada
42
temurun tanpa boleh mengajukan bantahan dan
pertanyaan, maka anak-anak akan merasa bahwa
orangtua dan orang dewasa tidak memahami dan tidak
menghargai mereka. Akibatnya mereka akan
mempertahankan diri terhadap perlakuan masyarakat yang
kurang menyenangkan, bahkan mereka akan selalu
berusaha menyelidiki kesalahan orangtua dan orang
dewasa sebagai alasan terhadap perlakuan mereka. Akan
hilanglah penghargaan mereka kepada orangtua dan
orang dewasa bukan karena kedurhakaan atau keburukan
mereka, akan tetapi sebagai akibat kurang mempunyai
kemampuan mereka menerima dan memahami tindakan
orangtua yang menunjukkan kurang pengertian dan
penghargaan kepadanya atau timbullah yang dinamakan
kenakalan anak-anak remaja.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dari awal penulisan skripsi berupa proposal skripsi sampai
pada penelitian, ada beberapa keterbatasan peneliti.
1. Tidak melakukan tes laborat untuk mendukung data
primer.
2. Peneliti tidak bisa memantau informan selama 24 jam
sehingga peneliti tidak dapat mengobserfasi informan