• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: FaktorFaktor yang Mempengaruhi Anak Jalanan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: FaktorFaktor yang Mempengaruhi Anak Jalanan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol T1 BAB IV"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

24 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A.1 Gambaran Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Terminal Tingkir

Salatiga Jawa Tengah. Terminal Tingkir merupakan

satu-satunya terminal di kota Salatiga. Kebanyakan anak jalanan

menjadikan tempat ini untuk mencari uang dengan cara

mengamen. Salah satu hasil mengamen mereka untuk

membeli minuman beralkohol karena terminal satu-satunya

di Salatiga mereka juga menjadikan tempat berkumpul

minum minuman beralkohol.

Gambar 01. Gambar Peta Kota Salatiga

(2)

25 A.2 Proses Pelaksanaan

Dalam proses persiapan penelitian peneliti

mempersiapkan panduan wawancara dan handphone untuk

merekam hasil wawancara. Peneliti menemui beberapa

informan di warung kelontong yang tempatnya tidak jauh

dari Terminal Tingkir. Peneliti meminta persetujuan sebagai

informan penelitian supaya informan membantu dalam

penelitian tentang minuman keras beralkohol, penelitian ini

diawali dengan wawancara di Terminal Tingkir. Pelaksanaan

wawancara ini 5 orang yang berada dirumah dan 5 orang

yang di Terminal Tingkir. Dalam proses penelitian peneliti

mengalami kesulitan dalam mencari keberadaan informan

yang lain, sehingga peneliti mencari solusi dengan meminta

nomor handphone semua informan, dengan meminta nomor

handphone informan maka peneliti mudah untuk dihubungi

dan mengetahui dimana informan berada, sehingga peneliti

mudah untuk bertemu ketika ingin mengumpulkan data.

A.3 Gambaran Informan

Informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah

remaja pria yang berada di Terminal Tingkir Salatiga.Jumlah

partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah sepuluh

(3)

26

alkohol di hari yang tidak menentu, sebagian dari remaja

disana ada yang putus sekolah serta menjadi pengangguran

sehingga semakin lebih leluasa untuk minum minuman

beralkohol sebagai kegiatan mengisi waktu luang mereka.

Beberapa kelompok remaja tersebut yang sering

mengkonsumsi alkohol berkisaran umur 12-18 tahun.

Mereka minum minuman yang beralkohol terhitung sudah

sejak 5 tahun yang lalu, karena banyaknya

pengaruh-pengaruh yang mempengaruh-pengaruhi mereka sehinggga ingin

mencoba untuk meminum alkohol.

Tabel 1 : Karakteristik Informan

Inisial Kode Umur Pendidikan

Terakhir

Pekerjaan Agama Jenis

kelamin

Sdr.ST I1 17 tahun SMP Buruh Islam Laki-laki

Sdr.SR I2 18 tahun SMP Serabutan Islam Laki-laki

Sdr.BA I3 17 tahun SMP Bangunan Islam Laki-laki

Sdr.Y I4 18 tahun SMA Pengangguran Islam Laki-laki

Sdr.D I5 17 tahun SMP Pengamen Islam Laki-laki

Sdr.B I6 18 tahun SMA Pengamen Islam Laki-laki

Sdr.M I7 18 tahun SMP Pengangguran Islam Laki-laki

Sdr.BJ I8 18 tahun SMP Pengamen Islam Laki-laki

(4)

27

Sdr.SL I10 18 tahun SMP Pengamen Islam Laki-laki

Sumber : Data Pribadi, 2016

Gambaran informan :

Informan pertama Sdr.ST berumur 17 tahun, kesibukan

sehari-harinya yaitu buruh.Sdr.ST anak nomer tiga dari tiga

bersaudara.Sdr.ST sudah minum minuman beralkohol sejak lulus

SD sekitar dua 2 tahun.

Informan kedua Sdr.SR berumur 18 tahun, kesibukan

sehari-harinya yaitu serabutan.Sdr.SR anak pertama dari dua

bersaudara.Sdr.SR sudah minum minuman keras sejak SMP.

Informan ketiga Sdr.BA berumur 17 tahun, kesibukan

sehari-harinya yaitu kerja bangunan.Sdr.BA anak terakhir dari tiga

bersaudara.Sdr.BA minum minuman beralkohol sudah 5 tahun ini.

Informan keempat Sdr.Y berumur 18 tahun, kesibukan

sehari-harinya yaitu pengangguran.Sdr.Y anak pertama dari empat

bersaudara.Sdr.Y minum minuman beralkohol sejak 3 tahun yang

lalu.

Informan kelima Sdr.D berumur 17 tahun, kesibukan

(5)

28

bersaudara.Sdr.D minum minuman beralkohol sejak SMP sekitar 5

tahunan yang lalu.

Informan keenam Sdr.B berumur 18 tahun, kesibukan

sehari-harinya yaitu menjadi pengamen. Sdr.B anak kedua dari lima

bersaudara. Sdr.B minum minuman beralkohol sejak SMP kelas 2.

Informan ketujuh Sdr.M berumur 18 tahun, kesibukan

sehari-harinya yaitu pengangguran.Sdr.M anak pertama dari dua

bersaudara.Sdr.M minum minuman beralkohol sejak 5 tahun yang

lalu.

Informan kedelapan Sdr.BJ berumur 18 tahun, kesibukan

sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.BJ anak kedua dari tiga

bersaudara.Sdr.BJ minum minuman beralkohol sejak 5 tahun yang

lalu.

Informan kesembilan Sdr.KC berumur 17 tahun, kesibukan

sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.KC anak ketiga dari tiga

bersaudara.Sdr.KC minum minuman beralkohol sejak SMP.

Informan kesepuluh Sdr.SL berumur 18 tahun, kesibukan

sehari-harinya yaitu pengamen.Sdr.SL anak pertama dari dua

bersaudara.Sdr.SL minum minuman beralkohol sejak SMP 5 tahun

(6)

29 4. 1 Hasil Penelitian

Dari hasil analisi tema dapat terlihat 5 tema yang

menjadi faktor yang mempengaruhi remaja pria minum

minuman beralkohol, yaitu: (1) Coba-coba, (2) Minuman keras

karena pergaulan dengan teman sebaya, (3) Lingkungan

keluarga, (4) Tidak adanya dukungan dari masyarakat.

Masing-masing tema tersebut dijelaskan secara detail

sebagai berikut:

Tema 1: Coba-coba

Dari wawancara yang dilakukan 10 informan, diketahui

bahwa dari 4 informan menjawab jika mereka mengkonsumsi

alkohol disebabkan oleh rasa keingintahuan mereka sendiri.

Tiga informan tersebut menjawab mereka ingin

mengkonsumsi alkohol atas dasar coba-coba dan rasa ingin

tahu yang besar karena teman-teman mereka sudah banyak

yang merasakan dan mencobanya. Pernyataan ini dapat

didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

(I3): “ pertamanya aku itu cuma pengen coba-coba aja gitu lho mbak, tapi kok akhire malah terjerumus, kok enak

(7)

30

(I4): “ya awalnya sih coba-coba gitu mbak, lha kok

ketagihan ya biasa kan temenku ngajak maen akhirnya

mabuk-mabuk gitu mbak, jadi ya ketagihan.”

(I6): “itu kan biasa temen-temen ngajakin maen gitu lombak, ya aku pertamanya nggak tau kalo disuruh minum, minum apa?, yaudah ini lo enak, jadi atas dasar nyoba mbak.”

Sebagaimana yang telah diungkapkan informan tersebut,

dapat disimpulkan bahwa mereka awalnya coba-coba dan

akhirnya mereka menjadi ketagihan.

Tema 2: Minuman Keras Karena Pergaulan DenganTeman Sebaya

Dari hasil wawancara dengan 10 informan, beberapa dari

seperti informan 1, 2, 5, 7, 8, 9 mengatakan pengaruh yang

besar didapatkan dari teman-teman mereka sendiri yang

sering mengajak mereka minum bersama, ini menjadi alasan

sehingga mereka tidak bisa lepas dari keinginan minum dan

rasa solidaritas dari pertemanan mereka sehingga para

informan tidak bisa menolak. Pernyataan ini dapat didukung

dengan kutipan wawancara berikut ini:

(I1): “Ya sebenarnya itu ya tidak kepengen mbak, dulu ya

(8)

31

kirain itu air putih mbak ternyata itu ciu (alcohol) saya tidak

tahu, aku dibohongi mbak, tapi tak cicipin ternyata ya rasanya

enak mbak. Kalo mau berhenti ya rasanya tidak enak ek

mbak.”

(I2): “Yo pertama itu dulu dikasih temen-temen mbak,

sebenernya aku juga nggak mau, eh habis ngerasain kok yo

pertamane rasane aneh gitu, habis itu aku dikasih lagi rasane

kok makin enak yo? mungkin gara-gara itu kali yo, habis

dikasih sekarang sama dulu itu rasanya beda mungkin ya

terus mikirnya kok enakmen, malah sekarang keterusan

sampai sekarang. Wahh..kan payah kalo gitu mbak.

(I5): “yakan dulu pernah minum bareng-bareng, terus pas diajak minum bareng lagi masak nggak mau, yakan nggak

enak sama temenku mbak.”

(I7): “sebenarnya sih saya nggak suka yang namanya

alkohol dll, karena teman-teman saya SMP sudah banyak

yang minum ya awalnya sih coba-coba aja, nah dari situ saya

jadi suka minum alkohol.”

(I8): “dilingkungan sekolah mbak, ya pas awal-awal masuk SMP dulu saya diajakin temen-temen saya. Ya kan tau sendiri mbak pergaulan SMP itu kayak gimana.”

(I9): “ya kapannya lupa aku, sudah lama kayak’e ya

(9)

32

temenku buat minum, pertamane aku penasaran, tak coba dikit-dikit kok rasanya enak juga. Terus dulu meh tiap hari aku

diajak temenku minum, ya aku ngikut aja.”

Berdasarkan pernyataan informan tersebut dapat

dinyatakan bahwa mereka gara-gara pergaulan disuruh

teman-temannya untuk mencicipi minuman beralkohol dan

mengakibatkan ketagihan.

Tema 3: Lingkungan Keluarga

Dari hasil wawancara dengan 10 informan, informan 1

mengatakan bahwa merasa kalo orangtuanya sudah jarang

memperhatikannya dan bosan melihat suasana rumah yang

tidak nyaman karena orangtuanya yang selalu bertengkar,

sedangkan informan 2 dan 5 mengatakan jika orangtuanya

menganggap hal seperti minum alkohol sudah biasa, hal ini

bisa dikatakan alkohol tidak asing lagi. Pernyataan ini dapat

didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

(I1): “ya takut mbak, tapi mau gimana lagi, orangtuaku aja

sudah kayak nggak mau ngurusin aku mbak, sebenernya aku dirumah udah nggak betah mbak gara-garanya ngliat

mereka berantem terus mbak.”

(10)

33

mbak, tapi kalo sudah terlanjur orang ngeyel ya susah mbak,

mau gimana lagi)

(I5): ”ya gapapa,bapak diem aja kalo aku minum mbak udah biasa kan sama temen-temenku juga banyak.”

Keluarga bisa menjadi lingkungan yang sangat penting

dan cepat dalam mempengaruhi perilaku dari anggota

keluarga, dalam hal mempengaruhi perkembangan psikologis

serta tingkah laku dari masing-masing anggota keluarga.

Informan 1, 2, 3, 5 mengatakan bahwa sebagian dari anggota

keluarganya juga ikut mengkonsumsi alkohol. Pernyataan ini

dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

(I1): ”Ada mbak, ya kayak saudaraku mbak sering

minum-minum juga.”

(I2): “Nek seko keluargaku dewe ki yo ra eneng mbak. Tapi nek om’ku kae yowis podo wae edan’e, tapi sak

ndelalahe aku ngasi seprene yo ra tau barengan mbek dek’ne,

yo rikuh to mbak.”. (kalo dari keluargaku sendiri ya tidak ada

mbak. Tapi kalo om’ku itu ya sama saja gilanya, tapi semenjak

aku sampai sekarang ya tidak pernah bareng sama dia)

(I3): “Yo enek mbak, mas-masku kabeh do ngombenan,

aku nek ngombe yo kadang mbek mas-masku og mbak, yo

(11)

34

semua juga peminum, aku kalo minum kadang juga sama

mas-masku kok mbak, ya satu keluarga sudah pernah

minum).

(I5): “Dari keluargaku ada, bapakku dulu ya suka minum,

terus mbakyuku dulu cerita ya suka minum kabeh og mbak

kecuali yo ibukku.”

Berdasarkan ungkapan informan diatas bahwa orang

tuanya sering berkelahi dan orangtua membiarkan anaknya

minum minuman beralkohol, ada juga yang saudaranya juga

ikut-ikutan mengkonsumsi alkohol, hal ini dapat disimpulkan

bahwa informan termasuk dalam tema lingkungan keluarga.

Tema 4 :Tidak Adanya Dukungan Dari Masyarakat

Informan 4 dan 8 mengatakan bahwa lingkungan juga

seolah-olah cenderung diam saja tanpa ada protes jika ada

yang minum minuman alkohol disekitar kampung. Pernyataan

ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

(12)

35

(I4): “Sudah pernah mbak kalo itu, tapi gimana ya

temen-temenku, maksudnya gimana ya mbak ya, maksudku dari

lingkungannya sendiri udah dididik kayak gitu mbak, tapi kalo niat berhenti itu ada mbak, ya mbak ada.”

(I7): “Ya mungkin ada 1-2 orang ya, mungkin ngiranya

saya itu anak nakal karena saya suka minum, padahal kalo

saya minum itu nggak pernah buat keonaran mbak, kalo kita minum itu cuma di basecamp aja.”

(I8): “Nggak ada mbak, ya sekarang kan ibaratnya kan

kebanyakan sudah banyak yang pada sama-sama tau kan

mbak, sama-sama sering minum jadi kan bisa saling

pengertian mbak.”

Dalam ungkapan diatas dapat disimpulkan bahwa

informan mengatakan jika dilingkungannya sudah dididik

seperti itu, terkadang mereka juga minum minuman beralkohol

di basecamp. Ungkapan tersebut termasuk dalam tema tidak

adanya dukungan dari masyarakat.

4. 2 Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam pembahasan, peneliti akan menginterpretasikan

tema yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus

padafaktor-faktor yang memengaruhi anak jalanan

(13)

36 4.2.1 Coba-coba

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaktahuan

para informan mengenai alkohol mampu membuat mereka

tertarik serta mempunyai niat untuk mencoba. Penelitian ini

juga didukung oleh Anderson (2007) kurangnya

pengetahuan remaja tentang dampak, resiko

mengkonsumsi minuman keras dan kurangnya pendidikan

tentang minuman keras akhirnya remaja ingin coba-coba

tentang minuman keras.

Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Teguh

dalam Pribadi (2008), yang mengemukakan bahwa

biasanya seseorang terjerumus dalam penyalahgunaan

minuman keras karena ingin membuktikan atau

menunjukan keberanian kepada orang lain, untuk

melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh

pengalaman emosional, mencari dan menemukan arti

dalam hidup, menghilangkan rasa gelisah dan frustasi

dalam menjalani hidup, mengikuti kemauan

teman-teman dalam menjalin solidaritas, dan mengkonsumsi

(14)

37

4.2.2 Minuman Keras Karena Pergaulan Dengan Teman Sebaya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh

yang besar datang dari teman-teman yang sering

berkumpul dengan mereka dan sering mengajak mereka

minum bersama, yang mampu membuat remaja

terjerumus dalam masalah minuman keras. Hal ini

didukung oleh Lukito (2009) yang menyebutkan beberapa

remaja terjerumus dalam masalah minuman keras karena

dipengaruhi lingkungan pergaulan, antara lain sebagai

berikut: remaja yang selalu minum minuman keras selalu

mempunyai “kelompok pemakai”.

Awalnya remaja hanya mencoba-coba karena

keluarga atau teman-teman ada juga yang

menggunakannya, namun ada yang kemudian menjadi

kebiasaan. Pada remaja yang “kecewa” dengan kondisi

diri dan keluarganya sering menjadi lebih suka untuk

mengorbankan apa saja hubungan baik dengan

teman-teman sebayanya. Adanya “ajakan” atau “tawaran” dari

teman serta banyaknya film dan sarana hiburan yang

memberikan contoh “model” pergaulan modern” biasanya

mendorong remaja minum minuman keras secara

(15)

38

minum minuman keras dan karena mudah

mendapatkannya, maka remaja akan memakainya sendiri

sehingga tanpa disadari lama-kelamaan ketagihan.

Penggunaan minuman keras di kalangan remaja umumnya

karena minuman keras tersebut menjanjikan sesuatu yang

menjadi rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan

ketenangan.

4.2.3 Lingkungan Keluarga

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap dari

orangtua yang memang sengaja membiarkan anak-anak

remaja mereka mengkonsumsi alkohol tersebut sudah

dianggap menjadi hal yang biasa, bahkan beberapa

remaja juga ada yang mengalami konflik didalam

keluarganya yang dapat menyebabkan memburuknya

jalinan komunikasi antar anggota keluarga, sehingga

beberapa remaja berisiko melakukan hal-hal yang negatif

dan memilih jalan untuk melampiaskan emosinya tersebut

dengan mengkonsumsi alkohol. Hal ini telah sejalan

dengan pernyataan Sarwono (2001) yang mengatakan

semakin buruk tingkat komunikasi antara remaja dengan

orangtuanya, semakin besar kemungkinan remaja

melakukan perilaku berisiko. Kurang dekatnya hubungan

(16)

39

lebih dekat dengan teman sebayanya. Remaja yang

memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya

cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif

teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang

kurang baik hubungan dengan orangtuanya (Yusuf, 2009).

Perkembangan remaja akhir sudah mulaimampu

mengendalikan emosi. Remaja yang berkembang di

lingkungan yang kurang kondusif, kematangan

emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami

akibat negatif berupa tingkah laku misalnya agresif:

melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu

dan lain-lainnya, lari dari kenyataan (regresif) suka

melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi

obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang

(Hariyanto, 2011).

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yunisyah (2008), lingkungan keluarga yang baik tidak

juga akan menghasilkan anak yang baik karena sering

orang tua memberikan perhatian berlebihan, akan

membuat anak menjadi manja dan dengan kemanjaan

dari orang tua akan membuat anak menjadi nakal

karena anak tersebut akan berpikir bahwa orang tua akan

(17)

40

juga yang bisa menyebabkan pergaulan yang salah

pada remaja ialah banyak sekali orang tua yang

membatasi pergaulan anaknya karena kurangnya rasa

percaya orang tua terhadap anaknya dalam hal memilih

teman sepergaulan dan takut bila anaknya terjerumus

dalam pergaulan bebas, terutama saat usia anak itu

menginjak masa-masa remaja. Namun, pembatasan

pergaulan itu hendaknya dilakukan dengan melihat serta

mempelajari pergaulan yang dilakukan anak terlebih

dahulu. Jangan sampai dalam melakukan pembatasan

pergaulan akan mengakibatkan hal buruk terhadap

perkembangan anak, misalnya kurang pergaulan. Jika

pembatasan pergaulan ini memang perlu dilakukan, maka

tetaplah memberi keadilan kepada sang anak dengan

memperbolehkan bergaulan dan mengenal lingkungan

yang ada di sekitarnya.

Informan 1 dan 2 mengatakan dari anggota keluarga

kandungnya sendiri sebenarnya tidak ada yang

mengkonsumsi alkohol tetapi dari saudara-saudara

mereka terdapat yang ikut mengkonsumsi alkohol.

Sedangkan informan 3 dan 5 dari anggota keluarga

kandungnya sendiri ada yang ikut mengkonsumsi alkohol,

(18)

41

mengenal alkohol mungkin dikarenakan faktor kurangnya

perhatian orang tua, kurangnya rasa kasih sayang dari

keluarga. Seharusnya dari lingkup keluarga sendiri lebih

bisa komunikatif kepada sesama anggota keluarga yang

lain dan memberikan contoh yang positif terutama kepada

anak-anaknya, serta bisa lebih memberikan perhatian dan

kasih sayang lebih kepada anak-anaknya, karena lingkup

keluarga adalah lingkup yang akan paling sering ditemui

oleh remaja dibanding oleh teman-teman maupun orang

lain disekitarnya.

4.2.4 Tidak Adanya Dukungan Dari Masyarakat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan 4

dan 8 yang sudah biasa mabuk-mabukkan disekitar

wilayah perkampungan. Orang dewasa ataupun

masyarakat diperkampungan seperti diam saja tanpa

bertindak ataupun mengingatkan para remaja yang sedang

mabuk-mabukan, serta masyarakat seolah-olah cenderung

diam saja tanpa ada protes jika ada yang minum minuman

alkohol disekitar kampung. Hal ini sedikit berbeda dengan

penjelasan Zakiyah Derajat (1983), apabila golongan tua

atau dewasa dalam masyarakat mempunyai satu pendirian

yang tetap yaitu anak-anak harus tunduk dan patuh pada

(19)

42

temurun tanpa boleh mengajukan bantahan dan

pertanyaan, maka anak-anak akan merasa bahwa

orangtua dan orang dewasa tidak memahami dan tidak

menghargai mereka. Akibatnya mereka akan

mempertahankan diri terhadap perlakuan masyarakat yang

kurang menyenangkan, bahkan mereka akan selalu

berusaha menyelidiki kesalahan orangtua dan orang

dewasa sebagai alasan terhadap perlakuan mereka. Akan

hilanglah penghargaan mereka kepada orangtua dan

orang dewasa bukan karena kedurhakaan atau keburukan

mereka, akan tetapi sebagai akibat kurang mempunyai

kemampuan mereka menerima dan memahami tindakan

orangtua yang menunjukkan kurang pengertian dan

penghargaan kepadanya atau timbullah yang dinamakan

kenakalan anak-anak remaja.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dari awal penulisan skripsi berupa proposal skripsi sampai

pada penelitian, ada beberapa keterbatasan peneliti.

1. Tidak melakukan tes laborat untuk mendukung data

primer.

2. Peneliti tidak bisa memantau informan selama 24 jam

sehingga peneliti tidak dapat mengobserfasi informan

Gambar

Gambar 01. Gambar Peta Kota Salatiga
Tabel 1 : Karakteristik Informan

Referensi

Dokumen terkait

Kompleksitas isu-isu maritim di kawasan Asia Tenggara memerlukan upaya bersama negara-negara anggota ASEAN untuk mengatasi konflik dan berbagai permasalahan yang sangat potensial,

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kualitas kesuburan tanah yang ditinjau dari sifat fisik dan kimiawi tanah, kualitas air tanah yang ditinjau dari fisik, kimia,

Perubahan yang terjadi pada era orde reformasi ini adalah dilakukakan secara bertahap, oleh karena konsep reformasi tidak sama dengan konsep revulosi yang berkonotasi suatu

Penelitian kuantitatif digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan antara tiga variabel dalam penelitian ini yaitu variabel model pembelajaran problem posing,

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat

Sebaliknya, apabila tingkat korelasi tinggi dengan jarak antar pusat cluster relatif dekat dan juga pada tingkat korelasi rendah dan sedang dengan jarak antar pusat cluster

sebagai motivasi yang dihasilkan di luar perbuatan itu sendiri misalnya dorongan yang datang dari orang tua, guru, teman- teman dan anggota masyarakat yang berupa

Hubungan dalam bidang pertanggungjawaban adalah hubungan yang sifatnya sepihak dari DPRD kepada Kepala Daerah dan dapat juga dikelompokkan ke dalam hubungan