Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva (gingivitis) atau dapat menyerang struktur yang lebih dalam (periodontitis).Gambaran klinis yang membedakan antara gingivitis dan periodontitis adalah ada tidaknya kerusakan jaringan periodontal destruktif umumnya dihubungkan dengan keberadaan dan atau meningkatnya jumlah bakteri pathogen spesifik seperti Phorphyromonas gingivalis (P.g), prevotella intermedia (P.i), bacteriodes forsytus (Bi) dan actinobacillus actinomycetemcomitans (A.a).
Klasifikasi Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis. Bentuk penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah proses inflamasi dan mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kerusakan tulang, keadaan ini dikenal dengan Gingivitis. Apabila penyakit gingiva tidak ditanggulangi sedini mungkin maka proses penyakit akan terus berkembang mempengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum, keadaan ini disebut dengan Periodontitis.
Klasifikasi penyakit periodontal berdasarkan International Workshop for a Classification of Periodontal Disease and Conditions ( 1999 ) :
I. Penyakit Gingiva
A. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh dental plaque
1. Gingivitis yang hanya berhubungan dengan dental plaque saja a. Tanpa adanya kontribusi faktor lokal lainnya
b. Disertai dengan kontribusi faktor local
2. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh faktor sistemik a. Berhubungan dengan sistem endokrin
1) Gingivitis yang berhubungan dengan masa pubertas 2) Gingivitis yang berhubungan dengan siklus menstruasi 3) Berhubungan dengan keadaan hamil
a) Gingivitis
b) pyogenic granuloma
4) Gingivitis yang berhubungan dengan diabetes mellitus b. Berhubungan dengan penyakit darah
1) Gingivitis yang berhubungan dengan leukemia 2) Penyakit gingiva lainnya
3. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh obat a. penyakit gingiva yang dipengaruhi oleh obat
1) Pembesaran gingiva karena pengaruh obat 2) Gingivitis oleh karena pengaruh obat
b) penyakit gingiva lainnya
4. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi a. gingivitis karena defisiensi asam askorbat b. penyakit gingiva lainnya
B. Lesi gingiva yang bukan disebabkan oleh plak
1. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh bakteri spesifik a. Lesi yang berhubungan dengan Neisseria gonorrhea b. Lesi yang berhubungan dengan Treponema pallidum c. Lesi yang berhubungan dengan spesies Streptococcus d. Lesi lainnya
2. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh virus a. infeksi virus herpes
1) primary herpetic gingivostomatitis 2) recurrent oral herpes
3) infeksi varicella-zoster b. infeksi lainnya
3. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh jamur a. infeksi spesies candida
1) generalized gingival candidosis b. linear gingival erythema
c. histoplasmosis d. penyakit lainnya
4. Lesi gingiva yang disebabkan oleh genetik a. hereditary gingival fibromatosis b. penyakit lainnya
5. Manifestasi gingiva karena keadaan sistemik a. penyakit mukokutaneus
d) makanan dan bahan aditif 3) penyakit lainnya
6. Lesi traumatik (tidak wajar, iatrogenic, kecelakaan) a. trauma kemikal
b. trauma fisikal c. trauma termal
7. Reaksi tubuh terhadap benda asing
8. Penyakit gingiva lainnya yang tidak spesifik
II. Periodontitis Kronik
Karakteristik yang umum pada pasien dengan periodontitis kronis :
a. Prevalensi lebih banyak pada dewasa namun dapat terjadi pada anak-anak b. Besar destruksi konsisten dengan factor lokal
c. Berhubungan dengan variasi pola microbial d. Kalkulus subgingiva seringkali ditemukan
e. Perjalanan penyakit lambat sampai sedang, namun ada kemungkinan pada beberapa periode berjalan cepat.
f. Dapat dimodifikasi oleh hal seperti
(i) Penyakit sistemik seperti HIV dan diabetes mellitus (ii) Faktor predisposisi lokal dari periodontitis
(iii) Faktor lingkungan seperti merokok dan stress emosional
Periodontitis kronis dapat disubklasifikasikan kedalam lokalisata dan generalisata serta dikarakterisasikan sebagai slight, moderate, dan severe berdasarkan :
a. Lokalisata : <30% sites yang terlibat b. Generalisata : >30% sites yang terlibat
c. Slight : 1 sampai 2 mm clinical attachment loss d. Moderate : 3 sampai 4 mm clinical attachment loss e. Severe : ≥5 mm clinical attachment loss
III. Periodontitis Aggresif
Karakteristik umum pada pasien periodontitis agresif : g. Secara umum klinis pasien sehat
j. Ada factor keturunan dari individu Karakteristik yang umum namun tidak universal
a. Penyakit biasanya diinfeksi oleh Actinobacillus actinobacillus actinomycetemcomitans.
b. Abnormalitas dari fungsi fagosit
c. Hiperresponsive makrofag, peningkatan produksi prostaglandin E2 (PGE2) dan interleukin-1β
d. Pada beberapa kasus, progresifitasnya self-arresting.
Periodontitis agresif dapat diklasifikasikan kedalam lokalisata dan generalisata seperti berikut :
a. Lokalisata
i) Circumpubertal onset
ii) Lokalisasi pada molar pertama atau insisif dengan proksimal attachment loss pada setidaknya 2 gigi permanen, salah satunya molar pertama.
iii) Respon antibodi kuat terhadap agen infeksi b. Generalisata
i) Biasanya mengenai pasien usia dibawah 30 tahun
ii) Attachment loss proksimal generalisata mengenai setidaknya 3 gigi lain selain molar pertama dan insisif.
iii) Pronounced episodic nature dari destruksi periodontal iv) Respon antibodi serum buruk terhadap agen infeksi. IV. Periodontitis Sebagai Manifestasi Penyakit Sistemik
A. Berhubungan dengan kelainan hematologic 1. Acquired neutropenia
2. Leukemias 3. Penyakit lainnya
B. Berhubungan dengan kelainan genetic 1. Familial and cyclic neutropenia 2. Down syndrome
3. Leukocyte adhesion deficiency syndromes 4. Papillon-Lefevre syndrome
7. Glycogen storage disease 8. Infatile genetic agranulocytosis 9. Cohen syndrome
10. Ehlers-Danlos syndrome ( types IV, VIII ) 11. .Hypophosphatasia
12. Penyakit lainnya
V. Necrotizing Periodontal Disease
a. Necrotizing ulcerative gingivitis
Karakteristik utama dari NUG adalah etiologinya merupakan bakteri, ada lesi nekrotik, dan factor predisposisi seperti stress psikologis, merokok, dan immunosupresi. Sebagai tambahan, malnutrisi dapat menjadi faktor kontribusi. NUG seringkali terlihat sebagai lesi akut yang mempunyai respon baik terhadap terapi antimikroba yang dikombinasikan dengan pembersihan plak dan kalkulus serta peningkatan oral hygiene.
b. Necrotizing ulcerative periodontitis
Perbedaan antara NUP dan NUG terdapat pada adanya clinical attachment loss dan resorpsi tulang alveolar, karakteristik lainnya sama. NUP dapat diobservasi pada pasien HIV dan bermanifestasi sebagai ulserasi lokal dan nekrosis jaringan gingiva dengan exposure dan destruksi yang cepat dari tulang alveolar, perdarahan spontan, dan rasa nyeri yang parah.
VI. Abses Periodontal
A. Abses gingival B. Abses periodontal C. Abses perikoronal
VII. Periodontitis Yang Berhubungan Dengan Lesi Endodontik
A. Lesi gabungan periodontik-endodontik
VIII. Developmental or Acquired Deformities and Conditions
A. Penyakit gingiva / periodontitis karena plak yang dimodifikasi atau diperparah oleh faktor keadaan lokal gigi
3. Fraktur akar
4. Resorbsi akar bagian servikal dan cemental tears B. Deformitas mukogingival dan keadaan di sekeliling gigi
1. Resesi gingiva jaringan lunak 2. Kurangnya keratinisasi gingiva 3. Berkurangnya kedalaman vestibular 4. Letak frenulum / otot yang salah 5. Gingival excess
a. Pseudopocket
b. Inconsistent gingival margin c. Excessive gingival display
d. Gingival enlargement ( pembesaran gingival ) 6. Warna yang abnormal
C. Deformitas mukogingival dan keadaan ridge edentulous 1. Rendahnya ridge dalam arch vertikal dan / atau horizontal 2. Kurangnya gingiva / jaringan yang berkeratinisasi
3. Pembesaran gingiva / jaringan lunak 4. Letak frenulum / otot yang salah 5. Berkurangnya kedalaman vestibular
Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik).Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum.Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya.Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan akar. a. Faktor Lokal
1. Plak Bakteri
gingival dan plak sub-gingiva yang berada apikal dari dasar gingival.Bakteri yang terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan.Hampir semua penyakit periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik. Bakteri dapat menyebabkanpenyakit periodontal secara tidak langsung dengan cara:
a. Meniadakan mekanisme pertahanan tubuh. b. Mengurangi pertahanan jaringan tubuh c. Menggerakkan proses immuno patologi.
Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis, akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya yang merupakan multifaktor, meliputi interaksi antara mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas daya tahan tubuh.
2. Kalkulus
Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami pengapuran, terbentuk pada permukajan gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan pendukung penyebab terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena penumpukan sisa makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus bukan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal.Faktor penyebab timbulnya gingivitis adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada permukaan kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.
3. Impaksi makanan
Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) merupakan keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal.Gigi yang berjejal atau miring merupakan tempat penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak, sedangkan gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi. Tanda-tanda yang berhubungan dengan terjadinya impaksi makanan yaitu:
a. perasaan tertekan pada daerah proksimal b. sakit yang sangat dan tidak menentu
e. pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat bergerak dari soketnya, sehingga terjadinya kontak prematur saat berfungsi dan sensitif terhadap perkusi. f. kerusakan tulang alveolar dan karies pada akar
4. Pernafasan Mulut
Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk.Hal ini sering dijumpai secara permanen atau sementara.Permanen misalnya pada anak dengan kelainan saluran pernafasan, bibir maupun rahang, juga karena kebiasaan membuka mulut terlalu lama. Sementara misal pasien penderita pilek dan pada beberapa anak yang gigi depan atas protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibir. Keadaan ini menyebabkan viskositas (kekentalan) saliva akan bertambah pada permukaan gingiva maupun permukaan gigi, aliran saliva berkurang, populasi bakteri bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi kering dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit periodontal.
5. Sifat Fisik Makanan
Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan yang bersifat lunak seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit pengunyahan, menyebabkan debris lebih mudah melekat disekitar gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang bakteri serta memudahkan pembentukan karang gigi. Makanan yang mempunyai sifat fisik keras dan kaku dapat juga menjadi massa yang sangat lengket bila bercampur dengan ludah. Makanan yang demikian tidak dikunyah secara biasa tetapi dikulum di dalam mulut sampai lunak bercampur dengan ludah atau makanan cair, penumpukan makanan ini akan memudahkan terjadinya penyakit. Makanan yang baik untuk gigi dan mulut adalah yang mempunyai sifat self cleansing dan berserat yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut secara lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang segar, buah-buahan dan ikan yang sifatnya tidak melekat pada permukaan gigi.
6. Iatrogenik Dentistry
a. Waktu melakukan penambalan pada permukaan proksimal (penggunaan matriks)atau servikal, harus dihindarkan tepi tambalan yang menggantung (kelas IIamalgam), tidak baik adaptasinya atau kontak yang salah, karena hal inimenyebabkan mudahnya terjadi penyakit periodontal.
b. Sewaktu melakukan pencabutan, dimulai dari saat penyuntikan, penggunaan beinsampai tang pencabutan dapat menimbulkan rusaknya gingiva karena tidak hati-hati
c. Penyingkiran karang gigi (manual atau ultra skeler) juga harus berhati-hati,karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan gingiva.
7. Trauma dari oklusi
Trauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium, tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi.Trauma dari oklusi dapat disebabkan oleh :
a. Perubahan-perubahan tekanan oklusal. Misal adanya gigi yang elongasi, pencabutan gigi yang tidak diganti, kebiasaanburuk seperti bruksim, clenching.
b. Berkurangnya kapasitas periodonsium untuk menahan tekanan oklusal c. Kombinasi keduanya.
b. Faktor Sistemik
Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat oleh keadaan sistemik.Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material seperti hormon, vitamin, nutrisi dan oksigen.Bila keseimbangan material ini terganggu dapat mengakibatkan gangguan lokal yang berat.Gangguan keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi yang dibutuhkan oleh sel-sel untuk penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.
1. Demam Tinggi
berbentuk cair.Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul pada mulut menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi penyakit periodontal.
2. Defisiensi Vitamin
Di antara banyak vitamin, vitamin C sangat berpengaruh pada jaringan periodontal, karena fungsinya dalam pembentukan serat jaringan ikat.Defisiensi vitamin C sendiri sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi lokal menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersebutsehingga terjadi reaksi inflamasi (defisiensi memperlemah jaringan).
3. Drugs atau Obat-Obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi pada anak-anak penderita epilepsi yang mengkomsumsi obat anti kejang, yaitu phenytoin (dilantin). Dilantin bukan penyebab langsung penyakit jaringan periodontal, tetapi hyperplasia gingiva memudahkan terjadinya penyakit.Penyebab utama adalah plak bakteri.
4. Hormonal
Penyakit periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid.Peningkatan hormone estrogen dan progesteron selama masa remaja dapat memperhebat inflamasi margingingiva bila ada faktor lokal penyebab penyakit periodontal.
GEJALA PENYAKIT PERIODONTAL
Penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis.Klasifikasi penyakit periodontal secara klinik dan histopatologi pada anak-anak dan remaja dapat dibedakan atas 6 (enam) tipe yaitu:
1. Gingivitis kronis
2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LPJ) 3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP) 4. Periodontitis kronis
5. Akut Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) 6. Periodontitis Prepubertas
Gingivitis biasanya terjadi pada anak saat gigi erupsi gigi sulung maupun gigi tetap dan menyebabkan rasa sakit. Pada anak usia 6-7 tahun saat gigi permanen sedang erupsi, gingival marginnya tidak terlindungi oleh kontur mahkota gigi. Keadaan ini menyebabkan sisa makanan masuk ke dalam gingiva dan menyebabkan peradangan.Gejala gingivitis kronis ialah:
Terjadi inflamasi gingiva tanpa adanya kehilangan tulang atau perlekatan jaringan ikat.
Tanda pertama dari inflamasi adanya hiperamie, warna gingiva berubah dari merah muda
menjadi merah tua, disebabkan dilatasi kapiler, sehingga jaringan lunak karena banyak mengandung darah.
Gingiva menjadi besar (membengkak), licin, berkilat dan keras, perdarahan gingiva
spontan atau bila dilakukan probing, gingiva sensitif, gatal-gatal dan terbentuknya saku periodontal akibat rusaknya jaringan kolagen. Muncul perlahan-lahan dalam jangka lama dan tidak terasa nyeri kecuali ada komplikasi dengan keadaan akut.
Bila peradangan ini dibiarkan dapat berlanjut menjadi periodontitis.
2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LJP)
Jenis penyakit ini biasanya menyerang penderita dengan rentang uumur 12-26 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada umur 10-11tahun dimana erempuan lebih sering diserang daripada laki-laki (3:1). Gejala LJP adalah:
Gigi yang pertama dirusak molar satu dan insisivus.
Angka karies biasanya rendah.
Netrofil memperlihatkan kelainan khemotaksis dan fagositosis
Sangat sedikit dijumpai plak atau kalkulus yang melekat pada gigi, tetapi padatempat yang
dirusak dijumpai kalkulus subgingiva.
Gingiva bisa kelihatan normal tetapi dengan probing bisa terjadi perdarahan dangigi yang
dikenai akan terlihat goyang.
3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)
4. Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis merupakan suatu diagnosa yang digunakan untuk menyebutbentuk penyakit periodontal destruktif, namun tidak sesuai dengan kriteria periodontitisjuvenile generalisata, lokalisata maupun prepubertas.Penyakit ini mirip dengan gingivitis kronis, akan tetapi terjadi kehilangansebagian tulang dan perlekatan jaringan ikat.Gejala periodontitis adalah:
Secara fisik terjadi pembengkakan, perdarahan, perubahanwarnagusi,
pembentukanpoket,resesi, gigigoyang, migrasi, sampaipadapembentukanabses.
Umumnyaberupagusimudahberdarahdengansentuhanringan
Baumulut
Ngilubilaterjadiresesi
Sakitbilatelahdisertaiabses
Dalamkeadaankronis, akanditemukankerusakan yang perlahandan lama.
Tandaklinispentingdari periodontitis adalah bertambahnyadalamnyapoket periodontal.
biladinding gingiva sudahrusak, maka yang terjadiadalahresesi gingiva danbiasanyakeadaaniniterjadipadakerusakantulangdalamarah horizontal (Nisa, 2015).
5. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
Penyakit ini sangat besar kemungkinan dipengaruhi beberapa faktor etiologisekunder seperti stress dan kecemasan. Dapat juga dipengaruhi faktor-faktor lainseperti kelelahan, daya tahan tubuh yang menurun, kekurangan gizi, merokok,infeksi virus, kurang tidur, disamping dipengaruhi faktor lokal lainnya. Gejala ANUG ditandai oleh:
Demam
Limfadenopati
Malaise
Gusi merah padam
Sakit mulut yang hebat
Hipersalivasi
Papilla-papilla interdental terdorong ke luar, berulcerasi dan tertutup dengan
pseudomembran yang keabu-abuan (Sahrini, 2015). 6. Periodontitis Prepubertas
Periodontitis prepubertas ada dua bentuk yakni terlokalisir dan menyeluruh. Bentukterlokalisir biasanya dijumpai pada usia 4 tahun dan mempengaruhi hanyabeberapa gigi saja, sedangkan bentuk menyeluruh dimulai saat gigi tetap mulaierupsi dan mempengaruhi semua gigi. Gejala periodontics pra pubertas meliputi:
Pembengkakan gingiva marginal dan peninggian papila interdental.
Pembesaran jaringan gusi pada gingivitis ini terjadi hanya dibagian anterior dan mungkin
hanya terdapat pada satu lengkung rahang.
Plak dan kalkulus yang melekat pada gigi biasanya sedikit
Kehilangan tulang dan lesi furkasi (furcation involment) terlihat secararadiografis.
Kerusakan jaringan periodontal lebih cepat pada bentuk generalisata dari padabentuk
terlokalisir (Salmiah, 2009).
PATOGENESIS PERIODONTAL
Patogenesis
Periodontitis dimulai dengan gingivitis dan bila kemungkinan terjadi proses inflamasi, maka pada kebanyakan pasien, tetapi tidak semua pasien terjadi proses inflamasi secara bertahap dan akan memasuki jaringan periodontal yang lebih dalam. Bersama dengan proses inflamasi akan timbul potensi untuk menstimulasi resorpsi jaringan periodontal dan pembentukan poket periodontal.
1. Lesi Awal
Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal, namun pada tahap ini hanya menyerang jaringan dalam batas normal dan hanya berpenetrasi superfisial. Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat meyerang jaringan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan inflamasi. Plak yang terakumulasi secara terus menerus khususnya diregio interdental yang terlindung mengakibat inflamasi yang cenderung dimulai pada daerah papila interdental dan meneyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi.
gingiva. Selain meningkatnya aliran eksudat cairan dan PMN, tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dari perubahan jaringan pada tahap penyakit ini.
2. Gingivitis Dini
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi PMN. Perubahan yang terjadi baik pada epithekium jungtion maupun pada epithelium krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa proleferasi dari sel basal. Fibroblas mulai berdegenerasi dan bundel kolagen dari kelompok serabut dentogingiva pecah sehingga seal dari cuff marginal gingiva menjadi lemah. Pada keadaan ini terlihat peningkatan jumlah sel-sel inflmasi, 75 % diantaranya terdiri dari limfosit. Juga terlihat beberapa sel plasa dan magrofag. Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat. Papila interdental menjadi lebih merah dan bangkak serta mudah berdarah pada saat penyondean.
3. Gingivitis tahap lanjut
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi. Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasa terlighat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah epithelium dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan pembengkakan inflmasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi, memperbesar kemungkinan ternetuknya poket gingiva atau poket Palsu ('false pocket'). Bila oedem inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga cukup dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan beberapa berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada tahapan ini belum terlihat adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke permukaan akar.
adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan pembuluih darah baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ibni merupakan karekteristrik yang sangat penting dari lesi kronis dan pada keadaan iritasi serta inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa akan menjadi komponen utama dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan berlangsung bergantian dan proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna dan bentuk gingiva. Bila inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah, lunak dan mudah berdarah;bila produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva akan menjadi keras dan berwarna merah muda walaupun bengkak perdarahan kurng , bahkan tidak ada.
4. Periodontitis
berlanjut, resorbsi akan meluas ke lateral, sehingga semua daerah puncak tulang alveolar akan teresorbsi.
Penjalaran inflamasi dari gingiva ke struktur periodontal pendukung (atau peralihan gingivitis menjadi periodontitis) diduga sebagai modifikasi oleh potensi patogenik plak, atau oleh daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu yang dimaksud disini mencakup : aktifitas imunologis dam mekanisme yang berkaitan dengan jaringan lainnya seperti derajat fibrosis gingiva, kemungkinan juga lebar gingiva cekat, dan reaksi fibrogenesis dan osteogenesis yang berlangsung disekitar lesi inflamasi. Suatu sistem fibrin-fibrinolitik disebut-sebut sebagai berperan menghambat perluasan lesi.
Jalur penjalaran inflamasi sangat penting artinya karena dapat mempengaruhi pola destruksi tulang pada penyakit periodontal. Inflamasi gingiva menjalar sepanjang bundel serat kolagen mengikuti lintasan pembuluh darah (malalui jaringan yang tersusun longgar disekitar pembuluh darah) sampai ketulang alveolar
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal adalah: a. Higiene oral
Beberapa peneliti menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan kondisi oral higiene yang buruk. Loe dkk melaporkan bahwa pada individu yang sehat dapat mengalami gingivitis apabila tidak melakukan pembersihan rongga mulut selama dua sampai tiga minggu. Peradangan akan hilang dalam waktu satu minggu bila dilakukan pemeliharaan kebersihan rongga mulut. Hal ini menunjukkan pentingnya kontrol plak agar tidak terjadinya kerusakan jaringan periodonsium.
b. Kebiasaan buruk
Rata – rata higiene oral pada orang yang mempunyai kebiasaan buruk merokok lebih jelek daripada yang tidak merokok. Seorang perokok mempunyai risiko menderita periodontitis dua sampai tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Panas yang dihasilkan dari asap rokok akan meningkatkan kerusakan perlekatan periodontal dan terjadinya penumpukan plak sehingga terbentuknya kalkulus.
Kebiasaan menyikat gigi yang salah dapat menyebabkan terkelupasnya epitel gingiva, pembentukan vesikel, atau eritema yang difus. Perubahan akut ini sering terjadi pada waktu pemakaian sikat gigi yang baru. Trauma yang disebabkan oleh penggunaan sikat gigi yang salah dapat menyebabkan resesi gingiva disertai tersingkapnya akar gigi, dan biasanya tepi gingiva sedikit menggembung.
Pemakaian tusuk gigi yang sering dapat menyebabkan terbukanya ruang interproksimal yang dapat menyebabkan terjadinya penumpukan plak dan debris serta perubahan inflamatoris.
c.Penyakit Sistemik
kemampuan perlekatan ke bakteri. Peningkatan level glukosa bisa menyebabkan berkurangnya produksi kolagen. Disamping itu, terjadi pula peningkatan aktifitas kolagenase pada gingiva. Melakukan skeling pada penderita diabetes tanpa tindakan profilaksis dapat menyebabkan terjadinya abses periodontal.
d. Usia
Tingkat keparahan penyakit periodontal yang direfleksikan dalam bentuk kehilangan perlekatan yang diukur dengan millimeter, meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Rata – rata kehilangan perlekatan pada kelompok usia 18 – 24 tahun adalah 1,2 mm, kemudian meningkat sampai mencapai 3,6 mm pada kelompok usia 75 sampai dengan lebih dari 80 tahun.
e. Jenis Kelamin
Secara umum tingkat keparahan penyakit periodontal lebih tinggi pada laki – laki dibandingkan dengan perempuan. Data yang diperoleh dari survey National Institute of Dental Research menunjukkan bahwa level kehilangan perlekatan pada laki – laki adalah sekitar 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Demikian dengan kedalaman poket sebesar atau lebih dari 4,0 mm lebih tinggi pada laki – laki yaitu 11,5 % dibandingkan dengan perempuan sekitar 9,8 %. Kehilangan perlekatan sebanyak 2,5 mm lebih tinggi terjadinya pada laki – laki yaitu 30,9 % dibandingkan dengan perempuan sekitar 25 %.
Pencegahan Periodontal
Prinsip pencegahan penyakit periodontal yang tidak berubah selama bertahun-tahun adalah kontrol plak mekanis secara teratur dan konsisten pada gigi dan sulkus gingiva, yang meliputi menyikat gigi, menggunakan alat pembersih interdental dan berkumur-kumur dengan larutan fluor. Pendekatan pencegahan penyakit periodontal tidak spesifik bersifat bakteri oleh karena itu keberhasilan kontrol plak tergantung pada motivasi individu.
Umumnya penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah karena penyakit ini disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan dikontrol. Sasaran yang ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk mencegah perawatan yang lebih parah.
Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling berhubungan satu sama lain yaitu :
1. Kontrol Plak 2. Profilaksis mulut
3. Pencegahan trauma dari oklusi
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik 5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
6. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat 7. Pencegahan kambuhnya penyakit.
1. Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit periodontal, tanpa kontrol plak kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter gigi sebaiknya diberi program kontrol plak.
Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak berarti
pemeliharaan kesehatan.
Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti penyembuhan.
Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti mencegah
kambuhnya penyakit ini.
Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia
Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya, meliputi penggunaan
alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi dan alat pembersih proksimal seperti dental floss.
Kontrol plak secara kimia adalah kumur - kumur dengan larutan fluor.
2. Profilaksis mulut
Memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi plak.
Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh permukaan.
Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta pemolis/pasta gigi
Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang menggantung
Memeriksa tanda dan gejala impaksi.
3. Pencegahan trauma dari oklusi
Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara perlahan-lahan (akibat pemakaian yang lama). Hubungan tonjol gigi asli dengan tambalan gigi yang tidak tepat dapat menimbulkan kebiasaan oklusi yang tidak baik seperti bruxim atau clenching. 4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan tindakan sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Agen pencedera seperti plak bakteri dapat dinetralkan aksinya bila jaringan sehat.
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
Prosedur ortodontik sangat penting dalam pencegahan penyakit periodontal. Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk pemeliharaan letak gigi dan panjang lengkung rahang.
6. Pendidikan kesehatan gigi masyarakat
Agar pencegahan penyakit periodontal menjadi efektif, tindakan pencegahan harus diperluas kepada masyarakat. Hal yang penting diketahui masyarakat ialah bukti bahwa penyakit periodontal dapat dicegah dengan metode yang sesuai.
Pemberian edukasi untuk masyarakat dapat diberikan melalui kontak pribadi, aktivitas dalam kelompok masyarakat, media cetak maupun elektronik, perkumpulan remaja, sekolah dan wadah lainnya. Perlu diluruskan adanya pertentangan psikologis pada masyarakat, seperti :
Menerangkan bahwa kerusakan yang disebabkan penyakit periodontal pada orang dewasa
dimulai pada masa anak-anak.
Menghilangkan dugaan bahwa pyorrhea (gusi berdarah) tidak dapat dielakkan dan
Menegaskan bukti bahwa seperti karies gigi, penyakit periodontal biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit pada awalnya sehingga masyarakat tidak menyadarinya. Pemeriksaan gigi dan mulut secara teratur diperlukan untuk mengetahui adanya karies gigi dan penyakit periodontal secepatnya kemudian segera merawatnya bila ditemukan adanya penyakit.
Memberi penjelasan bahwa perawatan periodontal yang efektif adalah bila segera dirawat
sehingga lebih besar kemungkinan berhasil disembuhkan. Disamping itu waktu yang digunakan lebih sedikit dan merupakan cara yang paling ekonomis daripada menanggulangi penyakit.
Menegaskan manfaat pencegahan dengan higine mulut yang baik dan perawatan gigi
yang teratur.
Menerangkan bahwa tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut harus merupakan inti
dari perencanaan kesehatan gigi masyarakat. 7. Pencegahan kambuhnya penyakit
Setelah kesehatan jaringan tercapai, diperlukan program untuk mencegah kambuhnya penyakit periodontal. Ini merupakan tanggung jawab bersama antara dokter gigi dan pasien (untuk pasien anak peran orang tua juga dibutuhkan). Pasien harus menaati pengaturan untuk menjaga higine mulut dan kunjungan berkala, dokter gigi harus membuat kunjungan berkala sebagai pelayanan pencegahan yang bermanfaat.
Perawatan Penyakit Periodontal
Sering dijumpai pasien datang ke dokter gigi, dengan kasus yang dialami telah lanjut, sehingga tidak mungkin menghambat penyakit tersebut. Keadaan ini merupakan pengalaman yang menyebabkan trauma bagi pasien usia remaja bila mereka dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka mempunyai penyakit periodontal dan akan kehilangan satu atau semua gigi-giginya bila tidak segera dirawat. Pada kasus ini, pasien harus ditenangkan dari keputusasaan dan diyakinkan bahwa walaupun penyakit tidak dapat dirawat, masih banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan gigi selama bertahun-tahun. Dengan perawatan banyak gigi dapat dipertahankan sampai pasien mencapai dewasa.
jaringan yang lebih parah dan kehilangan gigi. Menurut Glickman ada empat tahap yang dilakukan dalam merawat penyakit
periodontal yaitu : 1. tahap jaringan lunak 2. tahap fungsional 3. tahap sistemik 4. tahap pemeliharaan 1. Tahap jaringan lunak
Pada tahap ini dilakukan tindakan untuk meredakan inflamasi gingiva, menghilangkan saku periodontal dan faktor-faktor penyebabnya. Disamping itu juga untuk mempertahankan kontur gingiva dan hubungan mukogingiva yang baik. Pemeliharaan kesehatan jaringan periodontal dapat dilakukan dengan penambalan lesi karies, koreksi tepi tambalan proksimal yang cacat dan memelihara jalur ekskursi makanan yang baik.
2. Tahap fungsional
Hubungan oklusal yang optimal adalah hubungan oklusal yang memberikan stimulasi fungsional yang baik untuk memelihara kesehatan jaringan periodontal. Untuk mencapai hubungan oklusal yang optimal, usaha yang perlu dan dapat dilakukan adalah : occlusal adjustment, pembuatan gigi palsu, perawatan ortodonti, splinting (bila terdapat gigi yang mobiliti) dan koreksi kebiasaan jelek (misal bruksim atau clenching).
3. Tahap sistemik
Kondisi sistemik memerlukan perhatian khusus pada pelaksanaan perawatan penyakit periodontal, karena kondisi sistemik dapat mempengaruhi respon jaringan terhadap perawatan atau mengganggu pemeliharaan kesehatan jaringan setelah perawatan selesai. Masalah sistemik memerlukan kerja sama dengan dokter yang biasa merawat pasien atau merujuk ke dokter spesialis.
4. Tahap pemeliharaan