• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF MASYARAKAT KOTA MANADO TERHAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSPEKTIF MASYARAKAT KOTA MANADO TERHAD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF MASYARAKAT KOTA MANADO TERHADAP

FUNGSI SOSIAL HAK ATAS TANAH

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah : Huum Agraria

Dosen Pembimbing : DR. Rosdalina Bukido, S.H, M.Hum

Oleh :

Misbahul Munir Makka 15.1.1.029

Muhammad Abdul Shaleh 15.1.1.015

Bayu Luwung Samiadji 15.1.1.045

Bayu Satriana Yunus 16.1.1.023

Sutriandi Adam 16.1.1.027

Fitryani Adjidji 16.1.1.028

Fakultas Syari’ah/Ahwal Syakhsiyyah

(2)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hakekat fungsi sosial hak atas tanah dari segi teoritis dan yuridis dan bagaimana pandangan masyarakat dalam menanggapi hal itu. Penelitiaan ini sifatnya sosiologis dan empiris untuk melihat aadaannya respon masyarakat terhadap kebijakan pemerintah dalam pengaambilan tanah sebagai fungsi sosial. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara teori fungsi sosial hak atas tanah bertujuan untuk kepentingan baik pribadi maupun sosial atas tanah tersebut. Dalam landasan yuridis funsi sosial hak atas tanah didasarkan pada pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria tentang pentingnya tanah untuk kepentingan dan kemaakmuran rakyat. Dan pada perspektif masyaraakat juga sangat mendukung funsi ini, karena untuk kepentingan mereka juga. Dan dengan fungsi sosial ini dapat memajukan dan mensejahterahkan ko Manado

Kata Kunci : Fungsi sosial hak atas tanah, teori, perspektif masyarakat...

Manado, 20 Desember 2017

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia, baik dalam fungsinya sebagai sarana untuk mencari penghidupan (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri, maupun yang dipergunakan sebagai tempat untuk bermukim dengan didirikannya perumahan sebagai tempat tinggal.

Lebih lanjut permasalahan mengenai tanah berkembang seperti realita yang terjadi belakangan ini yaitu munculnya kasus dan sengketa tanah banyak berawal dari tanah telantar di mana kondisi tanah yang menjadi spekulasi dunia usaha di semua sektor pembangunan disalahgunakan sehingga untuk menjalankannya diadakanlah proses pengadaan tanah yang asalnya dari tanah yang sudah dihaki oleh rakyat. Proses tersebut cukup memakan waktu yang lama karena salah satu pihak merasakan adanya ketidakadilan. Proses yang cukup lama ini otomatis membuat jalannya pembangunan menjadi tersendat.

Tanah juga mempunyai fungsi sosial dan pemanfaatannya harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu perlu terus dikembangkan rencana tata ruang dan tata guna tanah secara nasional sehingga pemanfatan tanah dapat terkoordinasi antara berbagai jenis penggunaan dengan tetap memelihara kelestarian alam dan lingkungan serta mencegah penggunaan tanah yang merugikan kepentingan masyarakat dan kepentingan pembangunan

Namun, fungsi sosial hak atas tanah sering dimaanfaatkan oleh oknum-oknum penguasa yang mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu. Dimana dalam menjalankan fungsi sosial tersebut, khususnya dari pihak pemerintah sering kali ditunggangi oleh oknum tertentu disadari maupun tidak disadari oleh pemerintah sehingga rakyat selalu terkorbankan haknya, dan bahkan dipoles sedemikian rupa izinnya supaya dianggap tidak melanggar hak atas tanah rakyat dengan menjadikan fungsi sosial sebagai tameng, bahkan hak rakyat yang ada diposisikan sebagai hak yang tidak mendukung fungsi sosialnya tanah.

(4)

bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Namun realitanya, pemerintah sulit mengaplikasikan kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkannya. Oleh karena itu, pihak pemerintah seharusnya memperhatikan jumlah kerugian yang wajar, layak dan adil untuk pemegang tanah sehingga tujuan UUPA untuk mencari keseimbangan antara dua kepentingan rakyat (pembangunan) dan kepentingan individu dapat segera terwujud dengan baik.

Pandangan masyarakatpun sesuai dengan keinginan pemerintah dalam mewujudkan kepentingan bersama atas tanah ini. Namun adakalanya pelaksanaannya dari pemerindah sering mengalami kendala yaang mengakibatkan pengerjaan yang sedikit lebih lama.

Fungsi sosial ini sangat menguntunngkan bagi masyarakat, karena pemerintah dalaam melaakukan kebijakan menngutamakan kepentingan mereka. Agar aktifitas mereka tidak tergannggu, dan juga tidak ada maasalah-masalah yang timbbul dikemudian hari.

B. Metode Penelitian

Dari penelitian ini, penulis akan mengarahkan ke metode kualitatif, yaitu mengetahui pandangan-pandangan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah untuk menngambil alih tanah untuk menjadikan tanah tersebut sebagai fungsi sosial. Penelitian inni diistilahkan sebagai socio legal research, yaitu perpaduan antara legal research dan sosiaal research (Sutarman dan Dillah Phillipps, 2013 : 51). Pengunaan pendektan ini dimaksudkan untuk memahami hubungan dan keterkaitan antara kebijakan hukum pemerintah dengan realitas masyarakat Kota Manado.

Selain dari pada itu, penulis juga akan mengarahkan ke arah kuantitatif, yaitu mengunakan kajian pustaka dengan menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

(5)

BAB II berkembang pada saat itu. Konsep liberal klasik mendominasi konsep politik dan hukum modern. Menurut Sheila R. Foster dan Daniel Bonila dalam artikelnya pada masa symposium The Social Funcion of Property : A Comporative Law Perspective yang diselenggarakan Fardhan University Shcool of Law di New York, pada tanggal 15 November 2011 (Sheila R, foster dan Daniel Bonila, 2011 : 101) menyatakan bahwa, konsepsi liberal klasik berkaitan dengan kepemilikan properti atau hak kepemilikan tanah mendominasi pemikiran hukum dan politik modern.

Menurut teori fungsi sosial ini, hak adalah fungsi sosial dalam arti bahwa kekuasaan yang dimiliki seseorang dibatasi oleh kepentingan masyarakatnya (Rasidji, Lili, dkk, 2002 : 120). Dalam konsep funsi sosial tidak ada hak subjektif, namun yang ada hanya fungsi sosial (Parlindungan, 1998 :65).

Fungsi Sosial dikonsepsi hukum barat merupakan sesuatu yang timbul kemudian dalam rangka dan sebagai hasil pemikiran kembali haknya individu dan masyarakat. Semula bersangkut pada konsep liberal-individualistis semata-mata, kemudian mengalami proses sosialisasi. Dalam konsep hukum barat tersbut pengertian fungsi social pada hakikatnya berupa pengurangan atau pembatasan individu bagi kepentingan bersama. Konsep fungsi social dalam hukum adat dan pertanahan nasonal Indonesia adalah merupakan bagian dari alam pikirn asli orang Indonesia,yaitu manusia Indonesia adalah manusia pribadi yang sekaligus makhluk social yang mengusahakan terwujudnya keseimbangan,keserasian dan keselarasan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama (masyarakat).

Konsep fungsi social dalam hukum adat dan pertanahan nasonal Indonesia adalah merupakan bagian dari alam pikirn asli orang Indonesia,yaitu manusia Indonesia adalah manusia pribadi yang sekaligus makhluk social yang mengusahakan terwujudnya keseimbangan,keserasian dan keselarasan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama (masyarakat).

(6)

itu sifat yang social,sedangkan berdasarkan Pancasila, hukum tidak berdasarkan atas corak individualistis tetapi bercorak dwi tunggal itu”.

Tanah merupakan aset fisik dan merupakan hak. Tanah mengandung kekhususan yakni harus memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sosiaal, yang mengandung adanya sistem hukum tanah yang berfungsi untuk menjamin kemanfaatan tanah untuk kepentingan bersama, yaitu tanah sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset tanah merupakan sarana pengikat kesatuan sosial dikalangan masyarakat untuk hidup dan berkehidupan, sedangkan capital asset, tanah merupakan faktor modal dalam pembangunan dan telah tumbuh sebagai benda ekonommi yang sangat penting sekaligus sebagai bahan perniagaan dan objek spekulasi (Rubaie, Achmad, 2017: 1).

B. Landasan yuridis

Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi yang disebut permukaan bumi. Tanah yang dimaksudkan di sini bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak. Tanah sebagai bagian dari bumi disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA yaitu “atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.

Berkaitan dengan perwujudan dan pengembangan fungsi sosial dari hak-hak atas tanah itu di dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara maka pada pasal-pasal lain dalam UUPA terutama pasal 7 (larangan latifundia), pasal 10 (larangan absentee), pasal 17 (penetapan ceiling), pasal 15 (kewajiban menjaga kesuburan tanah), pasal 14 (perencanaan peruntukkan dan penggunaan tanah), pasal 18 (pencabutan ha katas tanah), dan pasal-pasal lainnya yang masih memerlukan penjabaran lebih lanjut adalah merupakan konsrp pokok (azas) dalam UUPA yang wajib dilaksanakan.

Fungsi sosial hak atas tanah sebagaimana dimaksud Pasal 6 UUPA mengandung beberapa prinsip keutamaan antara lain :

(7)

terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah bumi, air dan ruang angkasa, bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.

b. Tanah yang dihaki seseorang tidak hanya mempunyai fungsi bagi yang mempunyai hak itu saja tetapi juga bagi bangsa Indonesia seluruhnya. Sebagai konsekuensinya, dalam mempergunakan tanah yang bersangkutan tidak hanya kepentingan individu saja yang dijadikan pedoman, tetapi juga harus diingat dan diperhatikan kepentingan masyarakat. Harus diusahakan adanya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat.

c. Fungsi sosial hak-hak atas tanah mewajibkan pada yang mempunyai hak untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan sesuai dengan keadaannya, artinya keadaan tanah, sifatnya dan tujuan pemberian haknya. Hal tersebut dimaksudkan agar tanah harus dapat dipelihara dengan baik dan dijaga kualitas kesuburan serta kondisi tanah sehingga kemanfaatan tanahnya dinikmati tidak hanya oleh pemilik hak atas tanah saja tetapi juga masyarakat lainya. Oleh karena itu kewajiban memelihara tanah itu tidak saja dibebankan kepada pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan juga menjadi beban bagi setiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai suatu hubungan hukum dengan tanah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Yurike Imelda Paendong, SH, M.Kn (Pejabat Pembuat Akta Tanah) bahwa seseorang tidak bisa menolak pengambilan tanah pribadi sebagai fungsi sosial karena ketika ia sudah menandatangani akta tanah berarti iaa sudah setuju baahwa jika pemerintah akan mengambil tannah tersebut sebagai fungsi sosial.

“Dalam akata tannah itu sah ada keterangan untuk pelepasan tanah, jadi aneh jika ia menolak untuk melepaskan tanah tersebut.”

Dan dasar pokok dari UU No 20 tahun 1961 tentang pencabutan hak atas tanah itu adalah ketentuan pasal 18 UU No. 5 tahun 1960 (UUPA) yang menggariskan untuk kepentingan umum negara dapat melakukan pencabutan hak atas tanah. Pada pasal 18 UUPA tersebut selengkapnya sebagai berikut:

“untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bersama dari rakyat hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang- undang”

(8)

tanahnya jatuh kepada negara karena pencabutan hak berdasarkan Pasal 18 UUPA”.

Untuk melaksanakan ketentuan pasal 18 UUPA tentang Ontiegening tersebut dituntut persayaratan tegas dan ketat sebagai berikut:

1. Pencabutan hak hanya dapat dilaksanakan bilamana kepentingan umum benar-benar menghendaki. Unsur kepentingan umum ini harus tegas menjadi dasar dalam pencabutan hak ini;

2.Sesuai dengan ketentuan UU No. 20 tahun 1961 pencabutan hak atas tanahnya dapat dilakukan atas izin presiden.

3. Pencabuatan hak atas tanah tersebut harus di sertai ganti rugi yang layak. Pencabutan hak yang dilakukan oleh pemerintah tanpa mengindahkan persyaratan tersebut adalah merupakan perbuatan melanggar hukum atau menyalahgunakan wewenang oleh pemerintah.

Ketika tanah sudah menjadi milik pribadi lalu dijadikan pemerintah sebagai fungsi sosial, tidak semerta-merta pemerintah mengambil begitu saja. Berdasarkan keterangan dari bapak Giyarno dan dan bapak Sugeng yang tanahnya dijadikan sebagai fungsi sosial, bahwa ia diberikan gantirugi sebesar harga tanah itu, namun dibayar secara berangsur.

“Mengenai harga tanah biasa mereka bayar sesuai harga tanah yang ada di sekitar situ saja. Lalu mereka bayar dua kali, pertama sebagai uang muka sebagai tanda jadi, lalu pada saat mulai pengerjaan mereka langsung membayar lunas.”

Di kota Manado, pemerintah dalam juga dalam pelaksanaan pengambilan tanah sebaagai fungsi sosial berdasarkan hukum, yakni mereka membuat surat terlebih dahulu sebelum mengambil tanah tersebut.

(9)

“dalam pelepasan tanah, pemerintah harus membuat surat tertulis tentang pengambilan tanah sebagai fungsi sosial.”

Berdasarkan observasi di kota Manado bahwa rata-rata masyarakat kota manado menerima atas kebijakan pemerintah untuk peggunaan tanah pribadi sebagai fungsi sosial hak atas tanah, karena menurut mereka itu juga demi kepentingan mereka jadi mereka setuju atas kebjakan ini. Hanya saja mereka sangat menyesalkan dalam pelaksanaannya ideka sesuai dengan harapan mereka. Biasannya pelaksanaannya sangat terlambat walaupun pembayaaran gantirugi itu secara langsung.

Dilihat dari hasil pengerjaan pemerintah tentang fungsi sosial hak atas tanah bahwa hasil dari pengerjaan sesuai dengaan harapan masyaarakat. Berdasarkan hasil waawancara dengan bapak Aminuddin bahwa hasil pengerjaan di kota manado sudah berjalan dengan baik.

(10)

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Asas fungsi sosial hak atas tanah berasal dari teori fungsi sosial hak atas tanah yang dikemukakan oleh ahli hukum Perancis Leon Duguit. Awalnya teori ini muncul akibat adanya upaya untuk menentang konsep liberal klasik yang berkembang pada saat itu. Konsep liberal klasik mendominasi konsep politik dan hukum modern.

Berkaitan dengan perwujudan dan pengembangan fungsi social dari hak-hak atas tanah itu di dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara maka pada pasal-pasal lain dalam UUPA terutama pasal 7 (larangan latifundia), pasal 10 (larangan absentee), pasal 17 (penetapan ceiling), pasal 15 (kewajiban menjaga kesuburan tanah), pasal 14 (perencanaan peruntukkan dan penggunaan tanah), pasal 18 (pencabutan ha katas tanah), dan pasal-pasal lainnya yang masih memerlukan penjabaran lebih lanjut adalah merupakan konsrp pokok (azas) dalam UUPA yang wajib dilaksanakan.

(11)

Daftar Pustaka

Parlindungan, AP, 1991, Komentar atas Undang-Undang Pokok-Pokok Agraria, Bandung : Mandar Maju

Rubae, Achmad, 2017, Hukum pengadaan tanah untuk kepentingan umum, Malang : Bayuumedia

Yamin, Muhammad, 2003, Beberapa Dimensi Filosofis Hukum Agraria, Medan: Pustaka Bangsa Press.

Dasar Hukum

UU No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

UU No 20 tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak Atas Tanah

Jurnal

Foster, Sheila and Bonila, Daniel, The Social Function of Property: A comporative Law Perective (November 15, 2011) di http://ssrn.com/abstract=1960022

Sutarman, Dillah, Phillips, 2013, Metode Penelitian Hukum, Dilengkapi Tata Cara Dan Contoh Pennulisa Karya Ilmiah Bidang Hukum, Bandung : Alfabeta

Wawancara

Wawancara dengan Bapak Giyarno dan bapak Sugeng di kecamatan Singkil, kota

Manado

Wawancara dengan Ibu Yurike Imelda Paendong, SH, M.Kn (Pejabat Pembuat

Akta Tanah) di kecamatan Wenang, kota Manado

Referensi

Dokumen terkait

Pada rangkaian penguat ini, arus keluaran lebih kecil dibanding arus masukan, sehingga nilai penguatan arusnya lebih kecil dari 1, sementara nilai penguatan tegangan

Pasangan batu bata yang telah berdiri harus terus menerus dibasahi air selama 7 (tujuh) hari, setiap hari sekali pada pagi hari. Pada dasarnya spesi untuk plesteran sama dengan

Juga untuk mengumpulkan data tentang sejauh apa kebiasaan, kebiasaan, ekonomi, dan sistem mata pencaharian, pesta tahunan untuk menyambut perantau, pola pikir penduduk dan

Tahap kedua adalah tahap treatment atau tahap diberikan perlakuan, pada tahap ini siswa diberikan perlakuan yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media

Perhitungan ini dilakukan untuk sistem pembumian dan menetapkan batasan yang aman untuk perbedaan potensial yang mungkin terjadi pada Gardu Induk yang

obia pada hutan lindung ukkan kepadatan bakteri ndung Alami lebih tinggi dibandingkan di Hutan 4,4 x 10 5 cfu/gr). Dari 14 diisolasi, sebanyak 12 ke dalam kelompok solat

Un valor aislado elevado de los niveles de colesterol no es indicativo de padecer esta enfermedad, pero puede ser un aviso de la posible aparición de riesgo