commit to user
EROTISME DALAM KUMPULAN CERPEN
DJENAR MAESA AYU
JANGAN MAIN-MAIN (dengan KELAMINMU):
SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
MARILDA ALI DAMRU C0207003
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
EROTISME DALAM KUMPULAN CERPEN
DJENAR MAESA AYU
”JANGAN MAIN-MAIN (dengan KELAMINMU)”:
SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIKA
Disusun oleh
MARILDA ALI DAMRU C0207003
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Dra. Murtini, M.S NIP 195707141983032001
Mengetahui
Ketua Jurusan Sastra Indonesia
Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag NIP 196206101989031001
commit to user
EROTISME DALAM KUMPULAN CERPEN
DJENAR MAESA AYU
”
JANGAN MAIN-MAIN (dengan KELAMINMU)”:
SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIKA
Disusun oleh
MARILDA ALI DAMRU C0207003
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal 29 Juli 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag
NIP 196206101989031001 ………..
Sekretaris Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum
NIP 196412311994032005 ………..
Penguji I Dra. Murtini, M.S.,
NIP 195707141983032001 ………...
Penguji II Dwi Susanto, S.S, M.Hum.,
NIP 1981107062006041002 ………
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D. NIP 196003281986011001
commit to user
PERNYATAAN
Nama : MARILDA ALI DAMRU NIM : C0207003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Erotisme dalam Kumpulan Cerpen Djenar Maesa Ayu, Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu): Sebuah Tinjauan Semiotika adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 23 Juni 2011
Yang membuat pernyataan
MARILDA ALI DAMRU C0207003
commit to user
MOTTO
Saat seseorang meremehkan pilihan kita, perjuangkan dan buktikan bahwa pilihan
itu nantinya adalah sebuah kebanggaan
(Penulis)
commit to user
PERSEMBAHAN
1. Almarhum Papa, Drs. B. M. Ali Damru. Seorang motivator terbesar dalam
kehidupanku. Terima kasih atas kepercayaan dan kemandirian yang telah Papa
ajarkan. Saat orang lain melakukan hal yang sama, Papa telah membentukku
menjadi seseorang yang berbeda. Aku ingin bisa menjadi seorang yang cerdas
dan baik seperti Papa. Goresan hidup Papa tidak hanya tertinggal di kanvas,
tetapi juga ada di hatiku. Terima kasih, Pa.
2. Mamaku, Ety Rahayu Iryani. Terima kasih telah melahirkan dan merawatku.
Maaf jika selama ini aku seringkali keras dan ceroboh, tetapi Mama mengerti
bahwa semua itu adalah bagian pembelajaran dari hidupku.
3. Orang-orang yang ada di hatiku. Terima kasih untuk segala yang telah kalian
berikan padaku.
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
limpahan nikmat, rahmat dan karunia dari Allah SWT senantiasa menaungi
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Erotisme
dalam Kumpulan Cerpen Djenar Maesa Ayu, Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu): Sebuah Tinjauan Semiotika. Skripsi ini disusun guna meraih gelar
sarjana pada Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis sangat berterima kasih atas segala doa, bantuan, dukungan dan
dorongan yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah berkenan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelsaikan skripsi ini.
2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan izin serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi
ini.
3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
telah memberikan perhatian dan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Dra. Murtini, M.S., Dosen Pembimbing skripsi yang senantiasa
memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis. Terima kasih
commit to user
atas limpahan waktu yang selalu diluangkan. Penulis mengagumi Bu
Murtini sebagai sosok Ibu yang dapat memahami mahasiswa sebagai putra
putrinya dan seorang teman diskusi yang menyenangkan.
5. Drs. Henry Yustanto, M. A., Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis.
6. Dwi Susanto, S.S, M.Hum., Penelaah Skripsi yang selalu memberikan
ilmu dan motivasi kepada penulis.
7. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa
perkuliahan berlangsung.
8. Papa dan Mama yang telah merawat dan membesarkan, serta mendidik
penulis.
9. Irsan Murdikdo, terima kasih atas segala kesabaran dan motivasi yang
diberikan.
10.Geng Entung:, Marina Catur Nopita Wati, Eri Dwi Astuti, Arvita
Kusumardani, Vitalia Rakhman dan Panca Ratna Sari. Terima kasih atas
segala perhatian dan kebersamaan yang telah kalian berikan. Seekor
kepompong telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, teman-teman.
Sebentar lagi, kita semua akan bersam-sama menjadi kupu-kupu yang
terbang dan hinggap di bunga yang kita pilih.
11.Saudara-saudara dan keluargaku, terima kasih telah memberikan doa serta
dukungan baik moril maupun materiil.
12.Teman-teman Sastra Indonesia UNS angkatan 2007. Terima kasih atas
segala doa, semangat, bantuan dan kebersamaan yang telah diberikan
kepada penulis.
commit to user
Di samping itu, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per
satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 23 Juni 2011
Penulis
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
LEMBAR MOTTO ... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka ... 11
B. Landasan Teori ... 15
C. Kerangka Pikir ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian ... 22
commit to user
B. Sumber Data dan Data ... 22
1. Sumber Data ... 22
2. Data ... 23
C. Metode Penelitian ... 23
D. Pendekatan ... 23
E. Teknik Pengumpulan Data ... 24
F. Teknik Pengolahan Data ... 24
BAB IV ANALISIS A. Tanda dalam Cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) 26
1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan ... 26
2. Tanda dalam Ranah Kode-Kode Kultural ... 27
3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa ……….. 31
B. Tanda dalam Cerpen Mandi Sabun Mandi ……….... 34
1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan ... 34
2. Tanda dalam Ranah Kode-Kode Kultural ... 36
3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa ……….. 40
C. Tanda dalam Cerpen Menyusu Ayah ... 43
1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan ... 43
2. Tanda dalam Ranah Kode-Kode Kultural ... 47
3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa ... 53
D. Tanda dalam Cerpen Payudara Nai Nai ... 57
1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan ... 57
2. Tanda dalam Ranah Kode-Kode Kultural ... 59
3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa ... 66
commit to user BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
commit to user
xiii
ABSTRAK
Marilda Ali Damru. C0207003. 2011. Erotisme dalam Kumpulan Cerpen Djenar Maesa Ayu,”Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”: Sebuah Tinjauan Semiotika. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana tanda-tanda yang diindikasikan dengan unsur erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)? (2) Bagaimana makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)? (3) Bagaimana pesan yang terkandung dalam unsur-unsur erotisme pada teks kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan wujud tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) (2) Mendeskripsikan makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). (3) Mendeskripsikan pesan dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Objek material dari penelitian ini adalah kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu), karya Djenar Maesa Ayu yang mengindikasikan unsur erotis di dalamnya. Adapun objek formalnya meliputi tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). Sumber data penelitian ini adalah kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu . Data dalam penelitian ini adalah kata-kata berunsur erotis yang terdapat dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
EROTISME DALAM KUMPULAN CERPEN DJENAR MAESA AYU
JANGAN MAIN-MAIN (dengan KELAMINMU): SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIKA
Marilda Ali Damru 1
Drs. Murtini, M.S2
ABSTRAK
2011. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana tanda-tanda yang diindikasikan dengan unsur erotisme dalam
kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)? (2)
Bagaimana makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme
dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?
(3) Bagaimana pesan yang terkandung dalam unsur-unsur erotisme
pada teks kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu)?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan wujud tanda-tanda
dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
(2) Mendeskripsikan makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur
erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu). (3) Mendeskripsikan pesan dalam kumpulan cerpen
Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Objek material dari penelitian ini adalah
kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu), karya
Djenar Maesa Ayu yang mengindikasikan unsur erotis di dalamnya. Adapun objek formalnya meliputi tanda-tanda dalam kumpulan
cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). Sumber data
penelitian ini adalah kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu . Data dalam penelitian ini adalah kata-kata berunsur
erotis yang terdapat dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main
(dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Tanda-tanda
dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
diindikasikan dengan unsur erotisme yang menggambarkan suatu perilaku, keadaan atau suasana yang berkaitan dengan hasrat seksual
(2) Makna tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main
(dengan Kelaminmu) yang diindikasikan dengan unsur-unsur erotisme merupakan sebuah penggambaran tentang masyarakat perkotaan yang terlihat homogen, pada kenyataannya sarat dengan perbedaan dan permasalahan (3) Pesan-pesan yang terkandung
dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
disampaikan dengan cara mengecoh pembaca lewat unsur-unsur erotis di dalam setiap cerpen. Adapun pesan yang disampaikan
dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
adalah setiap orang diharapkan untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga maupun hubungan antara orang tua dengan anak untuk menghindari terciptanya suatu pertentangan atau permasalahan dalam keluarga serta masyarakat.
1
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dengan NIM C0207003 2
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan hasil dari seni kreatif dan imajinatif yang bermediumkan
bahasa, sebagai bentuk pengungkapan kembali pengamatan pengarang tentang
realitas kehidupan di sekitarnya (Saini K. M, 1986:14-15). Karya sastra
merupakan hasil karya imajinatif manusia yang bermediakan bahasa, bersifat
estetik dan merupakan gambaran dari kehidupan. Karya sastra terdiri dari novel,
puisi, pantun, cerita pendek atau cerpen, cerita bersambung atau cerbung, prosa
dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji salah satu genre
karya sastra yaitu mengenai cerpen.
Lelasari dan Nurlailah menyatakan bahwa cerpen merupakan suatu
karangan pendek yang berbentuk naratif atau cerita prosa, yang mengisahkan
kehidupan manusia yang penuh perselisihan, mengharukan atau menggembirakan,
dan mengandung kesan yang sulit untuk dilupakan (2006:62). Cerita pendek atau
biasa disingkat dengan cerpen, merupakan karangan pendek yang mengisahkan
tentang kehidupan manusia dalam satu babak. Cerpen memiliki fungsi bukan
hanya sekedar alat komunikasi, melainkan itu cerpen lebih mementingkan
pengalaman yang didapat dari pembaca itu sendiri (Frankes, James R. dan
Isodere Transchen, 1959:6). Pembaca diharapkan memperoleh kesan yang dalam
setelah membaca cerpen.
Terdapat berbagai macam tema cerita yang terdapat di dalam cerpen.
Tema-tema cerita tersebut antara lain percintaan, ekonomi, sosial, politik dan
unsur-
commit to user
unsur lain yang membangun cerita di dalam cerpen itu sendiri. Salah satu di antara
muatan cerita di dalam cerpen adalah cerita yang mengandung unsur erotis.
Erotis dalam arti luas adalah segala bentuk pengungkapan cinta antara pria
dan wanita, antara jenis kelamin yang sama (homoerotik), atau cinta terhadap diri
sendiri (auto-erotik). Dalam arti sempit, erotis tidak hanya bermakna seksualitas
yang lebih bersifat jasmaniah, tetapi juga meliputi aspek mental dalam seksualitas
dan pengembangan rangsangan yang ditimbulkan oleh seksualitas (S.R.H.
Sitanggang, Suyono Suyatno, Joko Adi Sasmito, 2002:8). Hal tersebut dapat
terungkap dalam berbagai bentuk, misalnya dunia mode, periklanan, dan dunia
seni, termasuk sastra yang terekam dalam wujud lambang bahasa atau teks.
Erotisme dalam sebuah teks berupa penggambaran melalui sarana bahasa yang
membungkus suatu perilaku atau tindakan, keadaan, atau suasana yang berkaitan
dengan hasrat seksual (S.R.H. Sitanggang, Suyono Suyatno, Joko Adi Sasmito,
2002:8). Erotis merupakan ekspresi pengungkapan rasa cinta baik berupa aspek
jasmani ataupun mental dalam ranah seksual.
Dalam memandang setiap persoalan, terlebih-lebih yang berhubungan
dengan masalah seksual, dalam hal ini erotisme, yang sering muncul dalam
pikiran setiap orang, terkadang sulit untuk membedakan dan memilah antara
erotisme, seksualitas dan pornografi. Akibatnya, seringkali seseorang
menganggap hal-hal tersebut tabu untuk dibicarakan.
Erotisme berasal dari kata erotis, yang memiliki arti berkenaan dengan
sensasi seks, rangsangan-rangsangan atau berkenaan dengan nafsu birahi (Anton
M. Moeliono, 1990:165). Dari kata erotis tersebut kemudian muncul erotisme.
commit to user
membungkus suatu perilaku atau tindakan, keadaan, atau suasana yang berkaitan
dengan hasrat seksual (S.R.H. Sitanggang, Suyono Suyatno, Joko Adi Sasmito,
2002:9). Kemudian muncul kata erotika, yang memiliki arti karya sastra yang
tema atau sifatnya berkenaan dengan nafsu birahi atau sebuah karya seni atau
sastra yang menekankan pada cerita seks, sehingga menimbulkan gejolak birahi
bagi penikmatnya atau pembacanya (Lelasari dan Nurlailah, 2005:94).
Dalam bahasa Perancis, erotisme adalah “sous-tendu par le libido” yang
artinya berkenaan dengan libido, sedangkan libido menurut KBBI berarti “nafsu
berahi yang bersifat naluri”. Dari sini, maka dapat dikatakan bahwa erotisme itu
adalah penggambaran perilaku, keadaan, atau suasana yang didasari oleh libido
sehingga dapat menimbulkan nafsu birahi (http.Patriagintings.multiply.com).
Menurut kamus psikologi James Drever (dalam Nancy Simanjuntak
1986:141), erotic digunakan dalam konteks perasaan, dorongan dan kehendak
seks, juga bagi orang-orang yang terutama sangat tertarik pada sensasi dan
perasaan yang demikian. Menurut James Drever pula (dalam Nancy Simanjuntak
1986:141), eroticism atau erotism di dalam literatur psikoanalisa digunakan
sebagai kerangka umum bagi kegairahan seksual, sedang dalam psikopatologi
sebagai kerangka umum bagi pertunjukkan perasaan dan reaksi seksual yang
berlebih-lebihan.
Dalam kehidupan sehari-hari, dijumpai juga istilah seksualitas. Seksualitas
berasal dari kata seks yang memiliki arti jenis kelamin. Dari kata seks kemudian
berkembang menjadi seksual, yang memiliki arti berkenaan dengan seks (jenis
kelamin). Seksual juga memiliki pengertian berkenaan dengan perkara
commit to user
menjadi seksualitas yang memiliki arti ciri-ciri, sifat, atau peranan seks. Selain itu,
seksualitas juga bermakna sebagai dorongan seks atau kehidupan seks (Anton M.
Moeliono, 1990:796-797).
Dalam permasalahan seksualitas dikenal juga istilah porno, yang memiliki
arti cabul. Cabul mempunyai pengertian kotor atau tidak senonoh (melanggar
kesopanan atau kesusilaan) (Anton M. Moeliono, 1990:143). Dari kata porno
kemudian muncul kata pornografi, yang memiliki arti tulisan cabul yang bersifat
asusila dan kotor (Lelasari dan Nurlailah, 2005: 203). Menurut kamus psikologi
James Drever (dalam Nancy Simanjuntak 1986:357), pornography atau
pornografi adalah bacaan yang menyangkut hal cabul.
Dari uraian tersebut selanjutnya dapat dibedakan pengertian erotisme,
seksualitas dan pornografi. Seksualitas adalah sesuatu hal yang berhubungan
dengan kelamin manusia. Erotisme adalah ekspresi pengungkapan rasa cinta baik
berupa aspek jasmani ataupun mental dalam ranah seksual yang didasari adanya
hasrat, sedangkan pornografi adalah sesuatu hal yang bersifat asusila atau tidak
senonoh. Erotisme berbeda dengan pornografi. Dalam erotisme ada suasana yang
didasari libido atau hasrat, tetapi pengekspresiannya tidak bersifat cabul, kasar
atau tidak senonoh. Karya-karya sastra yang bersifat erotis, diciptakan bukan
untuk dengan sengaja menimbulkan nafsu birahi pembacanya. Hal tersebut
berbeda dengan karya-karya sastra yang bersifat pornografi. Karya sastra yang
bersifat pornografi memang sengaja diciptakan atau dibuat untuk menimbulkan
nafsu birahi pembacanya.
Di dalam dunia sastra Indonesia, terdapat karya-karya yang mengandung
commit to user
unsur erotis didalamnya adalah dalam Babad Tanah Jawi. Di dalam salah satu
bagian Babad Tanah Jawi, tertulis bagaimana seorang prabu melakukan
persenggamaan dengan keempat istrinya (http.Patriagintings.multiply.com). Di
dunia cerpen Indonesia, karya-karya yang menghadirkan unsur erotis di dalamnya
antara lain, “Di Medan Perang” karya Trisnojuwono pada tahun 1962,
“Kejantanan di Sumbing” karya Subagio Sastrowardoyo pada tahun 1982,
“Musim Gugur Kembali ke Connecticut” karya Umar Kayam pada tahun 1975
dan “Aquarium” karya Fadli Rasyid pada tahun 1974 (http://id.shvoong.com/
social-sciences/1691008-erotisme-dan-pornografi/).
Sejak dulu, keberadaan karya sastra yang mengandung unsur erotis telah
diciptakan dalam dunia sastra Indonesia. Hanya saja, karya-karya tersebut
sebagian besar ditulis oleh pengarang laki-laki. Hal tersebut terjadi karena pada
saat itu masih ada anggapan tabu di lingkungan masyarakat, bagi pengarang
perempuan untuk menciptakan karya sastra yang mengandung unsur erotis. Pada
tahun 1998, Ayu Utami meluncurkan karyanya berjudul “Saman”yang diterbitkan
oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Ayu Utami berhasil menjadi seorang
pengarang perempuan yang mengusung unsur erotis dan feminisme dalam
karyanya. Kemunculan karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang perempuan
dengan mengusung unsur erotis kemudian berlanjut dengan hadirnya
pengarang-pengarang perempuan lain yang mulai berani mengangkat unsur-unsur erotis
dalam karyanya. Hal itu ditunjukkan dengan hadirnya pengarang-pengarang
perempuan seperti Djenar Maesa Ayu lewat karyanya, “Mereka Bilang Saya
Monyet” pada tahun 2003 dan “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” pada
commit to user
Asmara dengan “Kembar Keempat”yang diterbitkan oleh Andal Krida Nusantara,
Stefani Hid dengan “Cerita Dante” pada tahun 2006 yang diterbitkan oleh
Grasindo dan masih banyak pengarang perempuan lainnya yang masih banyak
bermunculan hingga saat ini.
Di tengah gencarnya fenomena tersebut, Djenar Maesa Ayu hadir dengan
kumpulan cerpen yang mengandung unsur erotis di dalamnya (untuk kemudian
dikumpulkan menjadi sebuah buku). Kumpulan cerpen tersebut berjudul Jangan
Main-Main (dengan Kelaminmu). Pada kumpulan cerpen tersebut, Djenar Maesa
Ayu menampilkan permasalahan kemanusiaan dalam sebuah rumah tangga dan
hubungan antara orang tua dengan anak yang masih jarang dikemukakan dalam
masyarakat, sehingga hal itu memberikan pembaruan bagi cerpen-cerpen
karyanya. Djenar juga menyajikan cerita-cerita atau adegan yang berani dengan
memunculkan unsur-unsur erotis di dalamnya, sehingga mendukung tema dari
kumpulan cerpen tersebut. Hal itu dapat terlihat, dari segi tema percintaan dan
kritik sosial yang diangkat oleh Djenar pada kumpulan cerpennya, dengan
dibumbui unsur-unsur erotis di dalamnya.
Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu), Djenar
Maesa Ayu banyak menghadirkan kata-kata dan cerita berunsur erotis pada setiap
cerpennya. Hal ini dapat diindikasikan oleh pembaca sebagai suatu tanda,
sehingga hal tersebut menarik perhatian penulis untuk dapat meneliti tentang
makna di balik tanda-tanda tersebut.
Sebuah kumpulan cerpen berjudul Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu) yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh Gramedia Pustaka Utama,
commit to user
menampilkan unsur erotisme di dalam karyanya. Adapun cerpen-cerpen tersebut
antara lain, (1) Jangan Main-main (dengan Kelaminmu); (2) Mandi Sabun Mandi;
(3) Moral ; (4) Menyusu Ayah; (5) Saya Adalah Seorang Alkoholik!; (6) Staccato;
(7) Saya di Mata Sebagian Orang; (8) Ting!; (9) Penthouse 2601 dan (10)
Payudara Nai Nai.
Dalam penelitian ini, kumpulan cerpen Djenar Maesa Ayu yang berjudul
Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu), akan dianalisis berdasarkan tinjauan
semiotika Umberto Eco dalam ranah batas-batas politis meliputi komunikasi
rabaan (tactil comunication), kode-kode kultural (code cultural) dan komunikasi
massa (mass communication). Teori semiotika Umberto digunakan untuk
mengungkap makna dan pesan di balik tanda-tanda yang diindikasikan dengan
teks-teks erotis dalam kumpulan cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu).
Berdasarkan hal tersebut, penulis memberikan judul penelitian ini, Erotisme
dalam Kumpulan Cerpen Djenar Maesa Ayu, ”Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu)” : Sebuah Tinjauan Semiotika.
A. Pembatasan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada aspek
wujud tanda meliputi tanda-tanda yang diindikasikan sebagai unsur erotisme yang
membangun Kumpulan Cerpen Djenar Maesa Ayu, ”Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu)”, makna tanda, dan pesan dalam kumpulan cerpen ”Jangan
Main-Main (dengan Kelaminmu)”.
Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu),
commit to user
dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil empat cerpen untuk diteliti karena
dengan pertimbangan empat cerpen tersebut memiliki tanda-tanda berunsur erotis
yang lebih banyak atau dominan dibandingkan dengan enam cerpen lain yang
berunsur erotis dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana tanda-tanda yang diindikasikan unsur-unsur erotisme dalam
kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?
2. Bagaimana makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme dalam
kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?
3. Bagaimana pesan yang terkandung dalam unsur-unsur erotisme pada teks
kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan wujud tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan
Main-Main (dengan Kelaminmu).
2. Mendeskripsikan makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme
dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu).
3. Mendeskripsikan pesan dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis
maupun praktis. Adapun manfaat yang dimaksud sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat:
a. Mendeskripsikan makna tanda-tanda yang diindikasikan dalam teks
erotis pada kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu).
b. Memberikan tambahan pengetahuan terutama mengenai semiotika,
khususnya semiotika Umberto Eco.
c. Memberikan sumbangan terhadap perkembangan teori semiotika
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat:
a. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai pesan dan
permasalahan yang disampaikan dalam kumpulan cerpen Jangan
Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu,
terdapat dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita.
b. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai perbedaan antara
karya sastra yang bersifat erotis dengan karya sastra yang bersifat
commit to user
c. Membantu pembaca dalam memahami dan memaknai kumpulan
cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar
Maesa Ayu.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk
memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun
sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
Bab pertama adalah pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
serta sistematika penulisan.
Bab kedua berisi kajian terdahulu, kajian pustaka dan kerangka pikir. Bab
ketiga adalah metode penelitian. Dalam bab ini dibahas tentang objek penelitian,
sumber data dan data, metode penelitian, pendekatan, teknik pengumpulan data
dan teknik pengolahan data.
Bab keempat adalah analisis kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu) dengan pendekatan semiotika Umberto Eco. Analisis ini membahas
tentang wujud tanda-tanda, makna berdasarkan tanda-tanda, dan pesan di balik
makna tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu) sehubungan dengan teori semiotika Umberto Eco dalam ranah
batas-batas politis, meliputi komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode
kultural (code cultural) dan komunikasi massa (mass communication).Bab kelima
commit to user BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran penulis di beberapa universitas,
penelitian dengan objek kajian berupa semiotika Umberto Eco untuk kumpulan
cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu, belum
pernah dilakukan. Sejauh ini teori semiotika Umberto Eco baru digunakan untuk
mengkaji film. Di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Universitas Sebelas
Maret Surakarta ditemukan beberapa penelitian dengan menggunakan teori
semiotika Riffatere, Roland Barthes, dan Charles Sanders Peirce berikut ini.
1. Keragaman Makna dalam cerpen Kematian Paman Gober karya Seno
Agung Gumira Ajidarma: Analisis Semiotika Sastra Roland Barthes, oleh
Catur Widiatmoko, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra dan Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun
2004. Penelitian tersebut membahas mengenai teks Kematian Paman
Gober yang menghasilkan beberapa fakta tekstual yang signifikan yang
berperan sebagai penanda bagi munculnya keragaman makna dalam
cerpen Kematian Paman Gober. Yang dapat ditafsirkan oleh Kematian
Paman Gober terkait pencapaian estetikanya, yaitu kemampuannya
berperan sebagai representasi dari karya sastra dan pemikiran filsafat
postmodern.
2. Simbolisasi Moral dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!
commit to user
Daryatmo, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan
Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2005.
Penelitian tersebut membahas mengenai (1) alur, penokohan, latar, tema
dan amanat dari keempat cerpen dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang,
Saya Monyet (2) makna simbolisasi moral dari keempat cerpen dalam
kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet dengan menggunakan
pendekatan semiotik Riffatere (3) hubungan intertekstualitas dalam
kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet dengan karya sastra lain.
3. Novel Kabut Kelam karya Achmad Munif: Sebuah Pendekatan Semiotik,
oleh Sadewo Wahyu Wardoyo, mahasiswa program studi Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada
tahun 2008. Dalam skripsi tersebut, teori yang digunakan adalah teori
semiotika Charles Sanders Peirce. Penelitian tersebut membahas mengenai
(1) mengenai aspek formal yang meliputi latar, penokohan, alur dan tema
yang membentuk makna keseluruhan dalam novel Kabut Kelam; (2)
tentang tanda-tanda dalam novel Kabut Kelam yang dapat diungkapkan
dengan pendekatan semiotik dan (3) tentang pemahaman makna-makna
yang terkandung dalam novel Kabut Kelam yang dapat diungkapkan
dengan pendekatan semiotik.
4. Cerpen ”Bulan” karya Budi Darma: Analisis Semiotika Roland Barthes,
oleh Rahma Karyani, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra dan Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun
2009. Penelitian tersebut membahas mengenai tokoh-tokoh dalam cerpen
commit to user yang harus diungkapkan maknanya.
5. Simbolisasi Konflik Sosial Dalam Novel Hubbu karya Mashuri: Sebuah
Pendekatan Semiotik, oleh Alfan Noor Rakhmat, mahasiswi program studi
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas
Maret Surakarta pada tahun 2009. Dalam skripsi tersebut, teori yang
digunakan adalah teori semiotika Charles Sanders Peirce. Penelitian
tersebut membahas mengenai mendeskripsikan makna dan amanat novel
Hubbu karya Mashuri dalam tinjauan semiotik dan mendeskripsikan
nilai-nilai sosial novel Hubbukarya Mashuri dalam kehidupan masyarakat.
Sebagian besar penelitian di atas menganalisis objek-objeknya dengan
menggunakan teori semiotika Riffatere, Roland Barthes, dan Charles Sanders
Peirce. Posisi penulis dalam hal ini adalah mencoba meneliti dengan
menggunakan pendekatan yang sama yaitu semiotika, namun berbeda pakar
semiotika, yaitu Umberto Eco. Penulis meneliti tanda-tanda dalam kumpulan
cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) sehubungan dengan teori
komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode kultural (cultural codes) dan
komunikasi massa (mass communication) dalam ranah batas-batas politik dari
Umberto Eco.
Penelitian cerpen sebagai objek kajian dengan menggunakan teori
semiotika Umberto Eco juga belum pernah dilakukan. Di Universitas Sebelas
Maret Surakarta ditemukan penelitian film dengan menggunakan kajian semiotika
Umberto Eco sebagai berikut.
1. Film Musikal Dokumenter Generasi Biru, Sebuah Tinjauan Semiotika
commit to user
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas
Maret Surakarta pada tahun 2010. Penelitian tersebut membahas mengenai
(1) wujud tanda-tanda dalam film Generasi Biru; (2) mendeskripsikan
unsur naratif dan sinematik berdasarkan tanda-tanda dalam film Generasi
Birudan (3) Mendeskripsikan makna tanda dan pesan dalam film Generasi
Biru.
Penelitian dengan menggunakan objek kumpulan cerpen ”Jangan
Main-Main (dengan Kelaminmu)” karya Djenar Maesa Ayu, pernah dipergunakan di
beberapa universitas dengan pendekatan yang berbeda. Penelitian tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Eksistensi Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Jangan Main-Main
(dengan Kelaminmu) Karya Djenar Maesa Ayu: Kajian Feminisme, oleh
Farida Tunikmah, mahasiswa program Pendidikan Bahasa Indonesia dan
Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2006.
Penelitian tersebut membahas mengenai aspek struktural dalam kumpulan
cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) dan mendeskripsikan
eksistensi perempuan dalam Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
karya Djenar Maesa Ayu.
Penelitian cerpen dengan kajian tentang erotisme di Universitas
Sebelas Maret juga belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini mendorong
penulis untuk mencoba meneliti kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu yang di dalamnya terdapat unsur-unsur
commit to user
belum banyak ditemukan, dan penelitian dengan menggunakan teori semiotika
Umberto Eco juga belum pernah digunakan untuk meneliti cerpen.
B. Landasan Teori
Pengertian Semiotika
Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda.
”Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses
yang berlaku bagi penggunaan tanda” (Zoest, 1993:1). ”Semiotika adalah studi
tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya,
hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh
mereka yang mempergunakannya” (Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest, 1996:5).
”Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda” (Alex
Sobur, 2006:15). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
semiotika merupakan pendekatan yang membicarakan mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan sistem tanda.
Pada hakikatnya, segala sesuatu yang melingkupi kehidupan ini bisa
menjadi tanda. Hal ini disebabkan karena apapun dapat berpotensi menjadi tanda.
Tanda-tanda yang dimaksud berupa gerakan tangan, gerakan kepala, kedipan
mata, warna, bentuk bibir, lambaian tangan, bentuk tulisan, bendera, dan lain-lain
yang berada di sekitar kehidupan ini.
Secara umum, tanda disusun dari sejumlah elemen yang berbeda, yang
masing-masing dapat berfungsi sebagai tanda. Suatu tanda harus diamati agar
commit to user
tanda yang bersifat paling sederhana hingga tanda yang mencapai tingkatan sangat
rumit, sehingga membutuhkan pencermatan yang lebih tajam.
Semiotika modern memiliki dua pakar, yaitu Ferdinand de Saussure dan
Charles Sanders Peirce. Ferdinand de Saussure menyebut ilmu tanda tersebut
sebagai semiologi, sedangkan Charles Sanders Peirce menyebut ilmu tanda
sebagai semiotika. Walaupun terdapat perbedaan penyebutan istilah, namun
maksud dari keduanya tetaplah mengenai ilmu tanda. Di Eropa, suksesnya
pemikiran semiotika Charles Sanders Peirce terasa secara jelas dan efektif dalam
karya Umberto Eco, salah satu tokoh yang memberikan kontribusi besar bagi
kemajuan ilmu semiotika. Umberto Eco lebih mengedepankan teori semiotika
secara umum. Penelitian ini memanfaatkan teori semotika Umberto Eco karena
objek penelitian dalam penelitian ini memerlukan teori semiotika dalam ranah
batas-batas politis yang meliputi komunikasi rabaan (tactil comunication),
kode-kode kultural (cultural codes) dan komunikasi massa (mass communication) dari
Umberto Eco. Menurut pendapat Eco, tanda dapat digunakan untuk mendustai,
mengelabui atau mengecoh. Dalam hal ini, teks-teks erotis pada kumpulan cerpen
Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) digunakan pengarang untuk mengelabui
atau mengecoh pembaca saat menangkap pesan dibalik kumpulan cerpen tersebut.
Umberto Eco merupakan salah satu tokoh semiotika yang juga merupakan
seorang filosof dan novelis berkebangsaan Italia. Panuti Sudjiman dan Aart van
Zoest berpendapat bahwa semiotika Umberto Eco merupakan bidang kajian
semiotika secara umum yang mampu menjelaskan semua permasalahan fungsi
tanda berdasarkan sistem tanda berdasarkan sistem hubungan antarunsur, yang
commit to user
Dalam bukunya yang berjudul Teori Semiotika: Signifikasi Komunikasi,
Teori Kode, Serta Teori Produksi-Tanda, Eco mengemukakan tentang The theory
of lie (teori ”dusta”) dalam ranah semiotika umum. Selanjutnya dalam dunia
semiotika, teori ini dikenal dan digunakan oleh para semiotikawan untuk
mengkaji suatu tanda berdasarkan pada objek yang mereka teliti.
The theory of lie (teori ”dusta”) Umberto Eco menjelaskan bahwa
semiotika pada prinsipnya adalah disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk mendustai, mengelabui atau mengecoh. Jika sesuatu tidak
dapat digunakan untuk mengecoh, maka ia tidak dapat digunakan pula untuk
mengatakan apapun. The theory of lie (teori ”dusta”) Umberto Eco bukan
merupakan teori yang memiliki pengertian negatif. Kata-kata mengecoh,
mendustai, dan mengelabui yang dikemukakan Umberto Eco hendaknya tidak
diartikan secara denotatif. The theory of lie (teori ”dusta”) hadir dalam lingkup
sastra yang memiliki ciri tersendiri untuk mengungkapkan sesuatu. Hal inilah
yang sebenarnya terkandung dalam pemikiran Umberto Eco dalam The theory of
lie (teori ”dusta”) miliknya.
Selain mengungkapkan The theory of lie (teori ”dusta”), Umberto Eco juga
memuat pemikirannya tentang batas-batas penelitian semiotika. Umberto Eco
secara umum (general semiothic theory) membagi semiotika ke dalam batas-batas
penelitian sesuai dengan objek dan kesepakatan sementara. Batas-batas penelitian
yang dimaksud Umberto Eco adalah batas politis, batas alami,
batas-batas epistemologis. Batas politis Umberto Eco juga dikenal sebagai batas-batas budaya.
Istilah budaya digunakan Umberto Eco untuk menghindari salah tafsir bagi kata
commit to user
ini karena objek yang digunakan hanya memungkinkan diteliti melalui batas-batas
politisnya.
Batas-batas politis merupakan wilayah penelitian mulai dari proses
komunikasi yang tampak lebih alami dan spontan hingga sampai pada sistem
kultural yang sangat rumit. Batas-batas politis yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain terdiri dari:
1.) Komunikasi rabaan (tactil comunication): bahwa rabaan mempunyai mempunyai simbol tertentu. Teori Eco ini biasanya digunakan dalam psikologi. Dilibatkan dan disadari dalam komunikasi antar pihak-pihak yang tak dapat melihat dan dalam perilaku dalam interaksi jarak. Bahkan jenis kajian ini cenderung melibatkan perilaku-perilaku yang jelas-jelas terkodifikasi secara sosial, semacam ciuman, pelukan, bantingan, tepukan di pundak, dan seterusnya. Dalam karya sastra, teori tersebut dapat dilihat dari kata-katanya (pilihan kata). Pemakaian kata-kata tetap dilihat dengan kaitannya kultural atau kesopanan (antropologi kultural) (Eco, 2009:11).
2.) Kode-kode kultural (cultural codes): riset semoiotis akhirnya menggeser perhatiannya kepada fenomena-fenomena yang agak sulit diistilahkan dengan sistem tanda dalam pengertian ketat kata ini, begitu pula dengan sistem komunikasi, karena fenomena-fenomena ini lebih berupa sistem perilaku dan nilai. Yang saya maksud di sini adalah sistem sopan santun, hierarki-hierarki dan apa yang disebut dengan ”sistem pemodelan sekunder” –yaitu sistem yang menurut para pemikir Soviet mencakup mitos, legenda, teologi primitif yang ditampilkan dalam wujud sebuah tatanan dunia yang dibayangkan sebuah masyarakat dan tidak ketinggalan tipologi kebudayaan, yang mengkaji kode-kode yang mendefinisikan sebuah model kultural tertentu; juga model organisasi sosial seperti sistem kekerabatan atau jaringan komunikasi terorganisasi kelompok atau masyarakat yang lebih maju (Eco, 2009:16-17).
commit to user
bukannya menjangkau kelompok-kelompok tertentu yang sudah jelas melainkan lingkaran penerima yang tak terbatas yang hidup di berbagai macam situasi sosiologis; (3) Kelompok-kelompok produktif yang mengolah dan mengirimkan pesan-pesan tertentu dengan sarana-sarana industri (Eco, 2009:17-18).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakann teori komunikasi rabaan
(tactil comunication), kode-kode kultural (code cultural) dan komunikasi massa
(mass communication) dalam ranah batas-batas politis berdasarkan teori Umberto
Eco. Teori ini digunakan untuk mengkaji tanda yaitu berupa teks yang memiliki
unsur erotis dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu).
C. Kerangka Pikir
Dalam penelitian terhadap kumpulan cerpen Jangan Main-main
(dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu ini, digunakan pendekatan
semiotika dalam ranah komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode
kultural (code cultural) dan komunikasi massa (mass communication) dalam
batas-batas politis dari Umberto Eco. Penulis merasa dengan penerapan teori
tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang akan dikaji, yaitu tanda serta
makna yang terdapat dalam kumpulan cerpen Jangan Main-main (dengan
Kelaminmu). Kerangka pikir yang digunakan untuk menganalisis kumpulan
cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) adalah sebagai berikut.
1. Pada
tahap awal penulis menentukan objek penelitian, yaitu kumpulan cerpen
Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu. Dalam
kumpulan cerpen tersebut, ditemukan banyak tanda-tanda yang
diindikasikan dalam teks berunsur erotis, yang perlu diungkap makna dan
commit to user
empat cerpen yang memiliki tanda-tanda lebih banyak atau dominan
dibandingkan enam cerpen yang lain dalam kumpulan cerpen Jangan
Main-Main (dengan Kelaminmu) untuk diteliti.
2. Tahap selanjutnya adalah menentukan permasalahan-permasalahan yang akan
diteliti. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
adanya tanda-tanda, makna, dan pesan yang terdapat di dalam kumpulan
cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu.
3. Tahap selanjutnya adalah menentukan teori dan pendekatan yang akan
digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut.
Tanda-tanda yang terdapat dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu) kemudian dianalisis dengan memanfaatkan teori komunikasi
rabaan (tactil comunication), kode-kode kultural (cultural codes) dan
komunikasi massa (mass communication) dari Umberto Eco. Penggunaan
teori tersebut dimaksudkan untuk memperoleh makna tanda-tanda dan pesan
dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) secara
lebih optimal lagi. Hal ini terjadi karena semiotika merupakan teori yang
mengkaji tanda secara langsung.
4. Tahap akhir adalah simpulan, yaitu menyimpulkan pesan dari kumpulan
cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) dengan didasarkan pada
analisis terhadap tanda-tanda yang terkandung di dalam kumpulan cerpen
commit to user Bagan Kerangka Pikir
Kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
Tanda-tanda
yang berupa teks-teks berunsur erotis
Teori semiotika Umberto Eco meliputi teori komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode kultural (cultural codes) dan komunikasi massa (mass communication) dalam ranah batas-batas politis.
Makna tanda
Pesan
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan
objek formal (Sangidu, 2004:62). Objek material dari penelitian ini adalah
kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa
Ayu yang mengindikasikan unsur erotis di dalamnya. Adapun cerpen-cerpen yang
akan dikaji dalam penelitian ini antara lain, (1) Jangan Main-main (dengan
Kelaminmu); (2) Mandi Sabun Mandi; (3) Menyusu Ayah dan (4) Payudara Nai
Nai karena keempat cerpen tersebut memiliki tanda-tanda yang berupa teks-teks
berunsur erotis yang jumlahnya lebih dominan dibandingkan enam cerpen lain
dalam kumpulan cerpen tersebut. Adapun objek formalnya meliputi tanda-tanda
dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) yang
diindikasikan dengan teks-teks berunsur erotis.
B. Sumber Data dan Data
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen
Djenar Maesa Ayu yang berjudul Jangan Main-main (dengan Kelaminmu). Buku
dengan tebal 121 halamn ini ditulis oleh Djenar Maesa Ayu dan diterbitkan oleh
commit to user 2. Data
Data penelitian sastra adalah bahan penelitian atau bahan jadi penelitian
yang terdapat dalam karya-karya sastra yang akan diteliti (Sangidu, 2004:61).
Data penelitian sastra adalah segala informasi yang berhubungan dengan topik
penelitian. Adapun data dalam penelitian ini adalah empat cerpen dalam
kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu), yakni (1) Jangan
Main-main (dengan Kelaminmu); (2) Mandi Sabun Mandi; (3) Menyusu Ayah
dan (4) Payudara Nai Nai, karena keempat cerpen tersebut memiliki tanda-tanda
yang berupa teks-teks berunsur erotis yang jumlahnya lebih dominan
dibandingkan enam cerpen lain dalam kumpulan cerpen tersebut.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat
suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati
(Moleong, 2001:3). Dalam hal ini, metode penelitian kualitatif lebih
mementingkan kualitas informasinya dan bukan jumlahnya.
D. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semiotika berdasarkan
teori semiotika Umberto Eco. Teori semiotika Umberto Eco yang digunakan
commit to user
komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode kultural (cultural codes) dan
komunikasi massa (mass communication).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka
(studi pustaka), yaitu “Serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah penelitian”
(Mestika Zed, 2004:3). Apabila data sudah terkumpul, data-data tersebut
diklasifikasikan untuk kepentingan analisis. Dalam penelitian ini, data berupa
teks-teks berunsur erotis yang menunjukkan adanya tanda-tanda yang terdapat
sehubungan dengan teori semiotika dari Umberto Eco berdasarkan teori tanda
yang dilihat dari ranah batas politis yang meliputi komunikasi rabaan (tactil
comunication), kode-kode kultural (cultural codes) dan komunikasi massa (mass
communication).
F. Teknik Pengolahan Data
Berdasarkan pendapat Miles dan Huberman (1992:16-20), analisis data
dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu.
1. Reduksi data
Tahap ini dilakukan dengan memilih, memusatkan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ditemukan
dari catatan-catatan yang terkumpul. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
commit to user 2. Penyajian data
Tahap ini dilakukan setelah data terkumpul dan telah pula dilakukan
reduksi data. Penyajian data berfungsi untuk penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi
Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah diolah
dan dianalisis pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini digunakan teknik
penarikan kesimpulan induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan yang melihat
permasalahan dari data yang bersifat khusus untuk memperoleh kesimpulan yang
bersifat umum.
Pengumpulan Da
Penyajian Reduksi
Data Data
Penarikan Simpulan/ Verifikasi
commit to user
BAB IV
ANALISISA. Tanda dalam Cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
1. Tandadalam Ranah Komunikasi Rabaan
1) “Bagi pria semapan saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk
main-main, mulai main mata hingga main kelamin” (Djenar Maesa Ayu,
2008:1).
2) “Bagi mereka, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main,
mulai main mata hingga main kelamin” (Djenar Maesa Ayu, 2008:2).
3) “Bagi wanita secantik saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk
main-main, mulai main mata hingga main kelamin” (Djenar Maesa
Ayu, 2008:2).
4) “Bagi pria dan wanita secantik mereka berdua, hanya dibutuhkan
beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main
kelamin” (Djenar Maesa Ayu, 2008:3).
5) “Sekali-kali, tak ada salahnya memberi istri sentuhan dan kepuasan”
(Djenar Maesa Ayu, 2008:6).
6) “Target saya hanya kawin urat, bukan kawin surat” (Djear Maesa Ayu,
2008:6).
7) “Bisa juga seonggok daging itu hamil. Padahal saya hanya
menyentuhnya sekali dalam tiga sampai lima bulan“ (Djenar Maesa
Ayu, 2008:8).
8) “Dan ia melakukannya harus dengan kondisi lampu mati dan mata
commit to user
semampai, kaki belalang, rambut panjang, leher panjang, pinggang bak
gitar dan buah dada besar” (Djenar Maesa Ayu, 2008:8-9).
Dari kutipan di atas, ditemukan pernyataan berunsur erotis yang
mengandung unsur sentuhan dan rabaan di dalamnya. Pada kutipan nomor 1
sampai dengan nomor 8, terdapat pernyataan berunsur erotis yang masuk dalam
ranah komunikasi rabaan dan memiliki persamaan makna. Pernyataan tersebut
antara lain “… main kelamin” (kutipan nomor 1-4); “… memberi istri sentuhan
dan kepuasan” (kutipan nomor 5); ”… kawin urat ….” (kutipan nomor 6); “…
saya hanya menyentuhnya sekali dalam tiga sampai lima bulan” (kutipan nomor
7) dan “… ia melakukannya harus dengan kondisi lampu mati dan mata terpejam
….” (kutipan nomor 8). Dalam cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu),
delapan pernyataan tersebut memiliki makna hubungan seksual yang dilakukan
antara tokoh suami dengan tokoh istri (kutipan nomor 5, 7 dan 8) atau antara
tokoh suami dengan tokoh pacar gelap (kutipan nomor 1, 2, 3, 4 dan 6).
2. Tandadalam Ranah Kode-Kode Kultural
1) Saya heran, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala saya tentang pernikahan. Tapi jika dikatakan hubungan kami ini hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas saya akan menolak. Bagi pria semapan saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin (Djenar Maesa Ayu, 2008:1).
commit to user
3) “Target saya hanya kawin urat, bukan kawin surat” (Djenar Maesa Ayu,
2008:6).
Dari kutipan-kutipan di atas terdapat pernyataan berunsur erotis yang
mengandung kode-kode kultural di dalamnya. Pada kutipan nomor 1, 2 dan 3
terdapat pernyataan yang masuk dalam ranah kode-kode kultural karena
pernyataan itu bertentangan dengan kultur yang ada dalam masyarakat dan
diindikasikan dengan pernyataan “… main kelamin” dan “… kawin urat ….”.
Pernyataan-pernyataan tersebut dalam cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu) bermakna hubungan seksual yang terjadi antara laki-laki dan
perempuan. Pada kultur yang ada dalam masyarakat, untuk dapat melakukan
hubungan seksual, laki-laki dan perempuan harus menjalani pernikahan terlebih
dahulu. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat masih memegang
kuat norma-norma agama dan moral. Dalam norma agama, laki-laki dan
perempuan yang belum menikah akan dianggap berzina jika melakukan hubungan
seksual di luar pernikahan, sedangkan dipandang dari norma moral dalam
masyarakat, berhubungan seksual di luar pernikahan tidak pantas dilakukan. Di
dalam kehidupan masyarakat, sebelum menjalani proses pernikahan, sepasang
laki-laki dan perempuan terlebih dulu menjalani proses perkenalan antara pribadi
masing-masing dan dengan keluarga pasangannya.
Terdapat pernyataan “… tidak sekali pun terlintas di kepala saya tentang
pernikahan” (kutipan nomor 2) dan “Target saya hanya kawin urat, bukan kawin
surat” (kutipan nomor 3). Pernyataan dalam cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu) tersebut bermakna bahwa tidak adanya keinginan dalam diri seorang
commit to user
tersebut bertentangan dengan kultur yang ada di dalam masyarakat, karena
kenyataan di dalam masyarakat sendiri, apabila ada seorang perempuan yang telah
menginjak akil baliq dan dirasa telah cukup umur, mereka diminta untuk segera
menikah. Sementara pada masa sekarang ini, terdapat keinginan beberapa
perempuan modern yang telah memiliki kehidupan mapan untuk tidak terikat
dalam pernikahan. Penggambaran tersebut terlihat pada kutipan, “Tapi saya
memang tak ada beban. Target saya hanya kawin urat, bukan kawin surat” (Djenar
Maesa Ayu, 2008:6). Hal itu dapat terjadi karena di dalam diri mereka sudah tidak
ada kepercayaan lagi terhadap hubungan pernikahan. Perempuan-perempuan
tersebut berpendapat demikian, sebab adanya permasalahan-permasalahan yang
terjadi dalam rumah tangga, seperti perselingkuhan, kekerasan dalam rumah
tangga dan perceraian, membuat mereka tidak lagi percaya dan yakin terhadap
pernikahan itu sendiri. Permasalahan tersebut tergambar dalam kutipan berikut,
“Saya sudah terbiasa mendengar keluhan suami-suami tentang istri-istri mereka”
(Djenar Maesa Ayu, 2008:5). Menurut William J. Goode, “Di bawah
norma-norma hak modern, kelakuan seorang suami mungkin membuat sang istri tidak
bahagia” (1983:197). Pernyataan tersebut kemudian dapat menjadi salah satu
gambaran mengenai alasan bagi sebagian perempuan memilih untuk hidup
melajang. Jika kemudian timbul rasa ketertarikan terhadap pria,
perempuan-perempuan tersebut memilih untuk membatasi hubungan mereka sejauh pada
hubungan seksual yang terjadi tanpa ada ikatan pernikahan, seperti yang
digambarkan dalam kutipan nomor 3 di atas. Hal ini terjadi karena
perempuan-perempuan tersebut tidak ingin dipusingkan dan direpotkan oleh
commit to user
Dari permasalahan tersebut, kemudian muncul pertanyaan tentang fungsi
pernikahan dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Pernikahan bagi
sebagian orang menyimpan makna tersendiri. Ada orang-orang yang begitu
mendambakannya sehingga membuat mereka selalu terbayang-bayang akan
keindahan dalam kehidupan pernikahan. Tetapi ada juga orang-orang yang begitu
membencinya, seolah-olah pernikahan adalah sebuah sumber ketakutan dan
keresahan yang tidak bisa ditoleransi keberadaannya. Ketakutan dan keresahan itu
berasal dari permasalahan-permasalahan dan kegagalan dalam pernikahan yang
akhir-akhir ini sering dibicarakan masyarakat. Sebenarnya, eksistensi menikah itu
sendiri ada karena faktor kebutuhan manusia dalam membentuk sebuah
lingkungan keluarga yang di dalamnya akan berdiri sebuah aturan tersendiri yang
sifatnya bebas dan dapat dilaksanakan dengan sekehendak hati sesuai dengan
keinginan setiap pasangan
(http://www.kang-ian.com/2011/04/10/menentukan-tujuan-pernikahan/). Kebahagiaan merupakan sebuah puncak dari pernikahan
yang dilandasi oleh cinta dan berbagai faktor lain yang mendukung hadirnya
kebahagiaan tersebut dan penderitaan merupakan puncak dari pernikahan yang
dilandasi oleh benih kebencian serta berbagai faktor pendukung rusaknya makna
pernikahan tersebut. Faktor-faktor rusaknya sebuah pernikahan dapat berasal dari
benih perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, kemiskinan, dan masih
banyak permasalahan lainnya dalam rumah tangga. Pada pernikahan yang
dipenuhi penderitaan kemudian terjadi kegagalan dalam hubungan itu. Hal inilah
yang terjadi dalam gambaran masyarakat modern sekarang ini, sehingga fungsi
commit to user
3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa
1) Saya heran, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala saya tentang pernikahan. Tapi jika dikatakan hubungan kami ini hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas saya akan menolak. Bagi wanita secantik saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin (Djenar Maesa Ayu, 2008:2).
2) Awalnya memang urusan kelamin. Ketika pada suatu hari saya terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging tak segar dipenuhi gajih yang tak akan mudah hilang dengan latihan senam maupun fitness setipap hari sekalipun. … Anehnya, sejak hari itu, saya lebih memilih lekas-lekas berada di tengah-tengah kemacetan dan segudang rutinitas yang membosankan itu ketimbang lebih lama di rumah melihat seonggok daging yang tak sedap dipandang dan suara yang tak sedap di dengar. Kalau saya saja sudah jengah bertemu, apalagi kelamin saya? (Djenar Maesa Ayu, 2008:3-4).
3) “Target saya hanya kawin urat, bukan kawin surat” (Djenar Maesa Ayu,
2008:6).
4) Padahal saya hanya menyentuhnya sekali dalam tiga sampai lima bulan. Itu pun karena kasihan. … Juga dengan catatan, lampu harus mati dan mata terpejam. Karena saya sudah terbiasa melihat dan menikmati keindahan. Tubuh tinggi semampai. Kaki belalang. Rambut panjang. Leher jenjang. Pinggang bak gitar. Dan buah dada besar. Ah… seperti apakah bentuknya nenti setelah melahirkan? (Djenar Maesa Ayu, 2008:8).
Pada kutipan nomor 1 dan 3, Djenar menggambarkan kepada masyarakat
tentang fenomena sebagian perempuan modern masa kini yang memiliki
kehidupan mapan, tidak ingin terikat pernikahan dengan seorang laki-laki.
Sebagian perempuan yang memegang prinsip tersebut membatasi hubungan
mereka dengan laki-laki yang mereka sukai, sejauh pada hubungan seksual yang
dilakukan tanpa ada ikatan pernikahan. Djenar mengangkat fenomena atau
commit to user
membaca karyanya dalam bentuk cerpen Jangan Main-Main (dengan
Kelaminmu). Hal ini dilakukan Djenar sebagai penulis dengan tujuan, agar
masyarakat tidak menutup mata terhadap masalah-masalah yang terjadi di
sekitarnya. Ini sejalan dengan pendapat Eco yang mengemukakan, “Sebuah
masyarakat industri yang kelihatan homogen pada kenyataannya sarat dengan
perbedaan dan pertentangan, dan kelompok-kelompok produktif yang mengolah
dan mengirimkan pesan-pesan tertentu dengan sarana-sarana industri” (Eco,
2008:17).
Sarana industri yang dimaksud Eco dalam permasalahan tersebut adalah
buku-buku bertema sastra yang dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen
Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu. Akhir-akhir
ini terjadi kecenderungan dengan menyiasati penerbitan buku-buku sastra sebagai
sebuah industri. Hal ini karena persaingan pasar yang makin ketat, kepentingan
penerbit untuk mengembalikan modal dan meraih keuntungan, serta kesadaran
untuk memberikan royalti yang layak guna meningkatkan kesejahteraan
pengarang buku sastra, ikut mendorong ke arah tersebut
(http://penerbitanbuku.wordpress.com/2007/11/23/). Lewat buku-buku sastra
sebagai media industri, maka pesan-pesan tertentu yang ingin disampaikan
pengarang kepada masyarakat akan tersampaikan karena karya mereka dapat
dibaca dengan jangkauan yang lebih luas.
Pada kutipan nomor 2 dan 4, Djenar menggambarkan bahwa saat ini
terdapat fenomena perselingkuhan yang terjadi dalam rumah tangga karena suami
tidak lagi berhasrat kepada istrinya akibat fisik sang istri yang tidak menarik lagi
commit to user
menjalin hubungan gelap atau perselingkuhan dengan perempuan lain yang
dipandang lebih menarik dibandingkan dengan istrinya, seperti yang tergambar
dalam kutipan nomor 4. Djenar mengangkat fenomena tersebut dengan
menggambarkannya ke dalam teks-teks erotis dengan tujuan agar dapat menarik
minat masyarakat untuk membaca karyanya dalam bentuk cerpen Jangan
Main-Main (dengan Kelaminmu). Diharapkan setelah membaca cerpen tersebut,
masyarakat khususnya pembaca cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu),
mengetahui dan tidak menutup mata terhadap permasalahan-permasalahan yang
terjadi di sekitar mereka. Ini sejalan dengan pendapat Eco yang mengemukakan
bahwa saluran-saluran komunikasi bukannya menjangkau kelompok-kelompok
tertentu yang sudah jelas melainkan penerima yang tak terbatas yang hidup di
berbagai macam situasi sosiologis (Eco, 2008:17).
Tanda-tanda dalam ranah komunikasi massa berdasarkan teori Umberto
Eco yang terdapat dalam cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
diindikasikan dalam bentuk teks-teks yang berupa kata-kata, frasa dan kalimat
berunsur erotis. Seluruh kata-kata, frasa dan kalimat berunsur erotis dalam cerpen
Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) merupakan tanda dalam ranah
komunikasai massa. Teks-teks berunsur erotis dimunculkan dengan tujuan untuk
mengecoh pembaca, sehingga menarik masyarakat untuk membaca kumpulan
cerpen tersebut. Kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu),
menyajikan tema tentang permasalahan yang ada di sekitar masyarakat dan belum
banyak dikuak karena masih dianggap tabu oleh sebagian orang. Hal ini kemudian
menjadikan karya-karya dalam kumpulan cerpen tersebut menarik untuk dibaca
commit to user
B. Tanda dalam Cerpen Mandi Sabun Mandi
1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan
1) “Kalau anak sini ada yang secantik itu, aku rela gaji sebulan amblas
untuk nyicipi” (Djenar Maesa Ayu, 2008:16)
2) “Cermin di ruangan itu basah berembun, sama seperti pantulan
sepasang manusia yang erat basah di atas tempat tidur nanporak
poranda” (Djenar Maesa Ayu, 2008:17)
3) “Ternyata ia tak takut menghamili perempuannya. Mungkin benar,
mereka suami istri yang sedang mencari variasi” (Djenar Maesa Ayu,
2008:18)
4) “Dia tidak orgasme di dalam vagina. Dia orgasme di dalam mulut!”
(Djenar Maesa Ayu, 2008:18)
5) “Kok buru-buru? Enggak mau nambah?” dengan manja perempuan
indo membuka resleting celana Si Mas” (Djenar Maesa Ayu, 2008:19)
6) “Ia menghujani Mas dengan ciuman” (Djenar Maesa Ayu, 2008:19)
7) “Pasangan itu terengah-engah di ranjang. Jari perempuan itu
mencakar-cakar seprai hingga acak-acakan. Tangan prianya
menggenggam erat rambut perempuannya. Setelah itu, mereka diam
dalam kebersamaan. Hanya terdengar desah napas mereka yang
berangsur-angsur mereda” (Djenar Maesa Ayu, 2008:23)
8) “Tangan perempuan itu mencari-cari ponsel di atas meja sementara
tubuhnya masih berada di bawah pasangannya” (Djenar Maesa Ayu,
commit to user
Dari kutipan nomor 1 sampai 8 di atas, ditemukan pernyataan berunsur
erotis yang mengandung unsur sentuhan dan rabaan di dalamnya. Pada kutipan
nomor 1, terdapat pernyataan “… nyicipi”. Kata nyicipi dalam arti yang
sebenarnya adalah menjilat dan mengecap makanan untuk mengetahui rasanya
(Moeliono,1990:167). Dalam cerpen Mandi Sabun Mandi, kata nyicipi bermakna
mencoba merasakan kenikmatan yang diperoleh dari hubungan seksual yang
terjadi antara laki-laki dan perempuan berparas cantik seperti tokoh Sophie.
Kemudian pada kutipan nomor 2, terdapat pernyataan “… sepasang manusia yang
erat basah di atas tempat tidur nanporak poranda” yang dalam cerpen Mandi
Sabun Mandi bermakna sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang dalam
posisi berpelukan.
Pada kutipan nomor 3, terdapat pernyataan “… suami istri yang sedang
mencari variasi” yang bermakna sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang
mencari variasi posisi dalam hubungan seksual. Dalam cerpen Mandi Sabun
Mandi dalam perbincangan antara tokoh Meja dan Cermin, tokoh Cermin mengira
tokoh Mas dan Sophie adalah sepasang suami istri yang sedang mencari variasi
posisi dalam hubungan seksual. Hal ini disebabkan karena posisi hubungan
seksual yang tokoh Mas dan Sophie lakukan tidak sewajarnya seperti posisi
hubungan seksual pasangan lainnya, menurut tokoh Meja dan Cermin.
Pada kutipan nomor 4, terdapat pernyataan “Dia orgasme dalam mulut!”
yang dalam cerpen Mandi Sabun Mandi bermakna bahwa tokoh Mas melakukan
orgasme di dalam mulut Sophie. Kemudian pada kutipan nomor 5, terdapat
pernyataan “… dengan manja perempuan indo membuka resleting celana si Mas”