• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan Kemampuan Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan Kemampuan Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas Jambi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Semirata 2013 FMIPA Unila |489

Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan

Kemampuan Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas

Jambi

Dra. Sofnidar, M.Si., Drs. Husni Sabil, M.Pd., Sri Winarni, S.Pd., M.Pd.

PMIPA FKIP Universitas Jambi E-mail: sofnidar21@yahoo.com

Abstrak. Kemampuan geometri mahasiswa PGSD FKIP Universitas Jambi tentang konsep-konsep geometri yang dipelajari di sekolah dasar rata-rata masih antara 40-50% saja dapat dikuasai dengan baik. Masih terjadi beberapa miskonsepsi, seperti menyebut bangun datar dengan bangunan datar, memberi nama bangun datar tidak secara berurutan, menotasikan titik dengan huruf kecil, dll. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa PGSD FKIP Universitas Jambi masih memerlukan proses penanaman konsep untuk setiap materi geometri yang dipelajari agar mampu dikuasai dengan baik, salah satunya melalui pendekatan pendidikan realistik. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan geometri mahasiswa dengan penerapan pendekatan PMRI di PGSD Universitas Jambi. Karena melalui pendekatan PMRI mahasiswa dilatih untuk terbiasa berfikir, berani mengemukakan pendapat dan bekerjasama dengan penggunaan benda-benda kongkret yang biasa ditemui dan dimanipulasinya dalam kehidupan sehari hari pada tahap penanaman konsep, berdiskusi pada tahap pemahaman konsep dan bekerja secara individu pada tahap pembinaan keterampilan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan terhadap mahasiswa PGSD FKIP Universitas Jambi kelas A semester II yang mengikuti kuliah matematika dasar II, yang terdiri dari 46 orang, dengan 8 orang laki-laki dan 38 orang perempuan pada semester genap 2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan dengan 3 siklus yang masing-masing siklusnya diuraikan dengan 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi dan revisi untuk siklus berikutnya. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PMRI yang diamati menggunakan lembar observasi untuk kegiatan dosen dan aktifitas mahasiswa, serta menggunakan lembar tes untuk melihat kemampuan geometri mahasiswa. Pelaksanaan tindakan lebih melatih mahasiswa dalam menjelaskan setiap konsep yang dipelajari melalui benda kongkret atau gambarnya langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan rata-rata kemampuan geometri mahasiswa PGSD FKIP Universitas Jambi dari 36,70 pada siklus 1 menjadi 55,5 pada siklus 2 dan 70 pada siklus 3, dengan nilai kemampuan mahasiswa minimal cukup meningkat dari 17% pada siklus 1 menjadi 28% pada siklus 2 dan 74% pada siklus 3. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan kepada dosen-dosen PGSD Universitas Jambi khususnya pada pembelajaran matematika dasar II materi geometri agar dapat menerapkan pendekatan PMRI, karena dapat meningkatkan kemampuan geometri mahasiswa serta dapat membuat mahasiswa lebih mempersiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran, dapat menumbuhkan rasa keingintahuan siswa yang tinggi dalam menyelesaikan masalah, serta dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas mahasiswa untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan caranya sendiri dengan lebih tekun.

Kata Kunci: Kemampuan, Geometri, dan PMRI

PENDAHULUAN

Konsep dasar geometri yang dipelajari

(2)

490| Semirata 2013 FMIPA Unila

(IP) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi meliputi konsep titik, garis, dan bidang serta hubungan satu sama lainnya, konsep segitiga (unsur-unsurnya dengan beberapa perhitungannya), konsep lingkaran (unsur-unsurnya dengan beberapa perhitungannya). Konsep-konsep tersebut sangat penting dan dasar untuk dapat memahami konsep-konsep geometri yang lainnya. Terkait dengan konsep geometri yang dipelajari di Sekolah Dasar (SD) juga sangat erat, dimana konsep bangun datar dan bangun ruang yang dipelajari juga meliputi pengenalan bangun, unsur-unsurnya serta sifat-sifat yang berlaku untuk setiap bangun yang dipelajari. Pembahasan atau pembelajaran materi geometri untuk pembelajaran matematika SD tersebut dibahas pada mata kuliah matematika dasar II.

Di dalam praktek, sering penulis temukan kesalahan-kesalahan konsep dasar geometri yang disajikan mahasiswa, seperti menyebut bangun datar atau bangun ruang dengan bangunan datar dan bangunan ruang, pemberian nama bangun datar atau bangun ruang yang tidak urut (salah), klasifikasi masing-masing bangun tersebut sering salah, seperti kubus dan balok dikatakannya bangun datar, trapesium dikatakan bangun ruang, tidak jelasnya perbedaan sifat-sifat masing-masing bangun tersebut dan lain-lainnya. Selama ini penulis menganggap bahwa kesalahan-kesalahan tersebut muncul karena mahasiswa grogi tampil dan dalam proses belajar menjadi seorang guru. Karena permasalahan tersebut selalu muncul untuk setiap angkatan yang mengikuti perkuliahan mata kuliah matematika dasar II maka penulis baru mempertanyakan tentang kemampuan geometri mahasiswa tentang konsep-konsep geometri yang dipelajari di sekolah dasar tersebut dengan memberikan tes. Ternyata hasilnya sangat di luar dugaan penulis, di mana rata-rata

mahasiswa hanya memahami antara 40-50 % saja konsep-konsep geometri materi matematika SD tersebut. Masih terjadi beberapa miskonsepsi, seperti menyebut bangun datar dengan bangunan datar, memberi nama bangun datar tidak secara berurutan, menotasikan titik dengan huruf kecil, dll. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa PGSD Universitas Jambi masih memerlukan proses penanaman konsep untuk setiap materi geometri yang dipelajari agar mampu menguasainya.

(3)

Semirata 2013 FMIPA Unila |491

guru dalam menerapkan PMRI tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. siswa tidak mudah lupa pengetahuan yang diperoleh karena mereka sendiri yang membangunnya,

2. suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika, 3. siswa merasa dihargai dan semakin

terbuka karena setiap jawaban siswa ada nilainya,

Dengan pendekatan PMRI siswa dilatih untuk terbiasa berfikir, berani mengemukakan pendapat dan bekerjasama. Siswa tidak boleh dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi, sehingga pendidikan matematika harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Dengan demikian, menurut Zulkardi (2002) PMRI merupakan teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata atau pernah dialami siswa. Teori ini juga menekankan pada keterampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya siswa menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan argumentasinya, menjustifikasi jawaban mereka serta melatih nuansa demokrasi dengan menghargai strategi atau pendapat teman lain.

Pada dasarnya matematika adalah abstrak. Pengertian realistic dalam RME atau PMRI adalah dapat dibayangkan. Jadi nyata dipikiran si siswa (Marpaung, 2002). Pokok persoalan dapat diperoleh dari dunia nyata, tetapi tidak harus. Dalam

RME persoalan yang bersifat kontekstual amat perlu. Dalam pendekatan pendidikan matematika tradisional yang bersifat mekanistik, persoalan kontekstual, kalaupun digunakan, berfungsi sebagai contoh atau penerapan untuk meyakinkan bahwa siswa sudah memahami materi pokok. Dalam RME persoalan kontekstual dan keadaan dunia nyata digunakan baik sebagai bahan penerapan konsep maupun untuk memunculkan dan mengembangkan matematika. Dalam RME soal harus disajikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pemecahannya dengan berbagai cara, tidak tunggal, meski jawabannya tunggal. Jadi siswa atau kelompok siswa didorong mengambil inisiatif dan kreatif mengembangkan kemampuan sendiri. Diharapkan juga memupuk kepercayaan pada diri sendiri.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian tindakan kelas tentang bagaimana penerapan pendekatan PMRI untuk meningkatkan kemampuan konsep geometri mahasiswa PGSD Universitas Jambi. Karena materi geometri dipelajari secara berkelanjutan di sekolah dasar dan banyak ditemukan permasalahannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga harus dikuasai mahasiswa dengan baik agar dapat mempelajari materi-materi selanjutnya dengan baik juga sampai jenjang yang lebih tinggi serta dapat melaksanakan pembelajarannya di sekolah dasar nantinya dengan benar dan tepat.

Rencana pemecahan terhadap permasalahan yang telah diuraikan di atas, untuk meningkatkan kemampuan konsep geometri mahasiswa pada pembelajaran mata kuliah matematika dasar II dengan menerapkan pendekatan PMRI akan dilakukan dengan cara-cara atau langkah-langkah sebagai berikut:

(4)

492| Semirata 2013 FMIPA Unila

dimanipulasi mahasiswa dalam kehidupan sehari hari pada tahap penanaman konsep, berdiskusi pada tahap pemahaman konsep dan bekerja secara individu pada tahap pembinaan keterampilan.

b. Mahasiswa dapat memanipulasi langsung benda-benda yang digunakan seperti yang telah diuraikan di atas dalam proses pembelajaran serta berinisiatif dan kreatif mengembangkan kemampuannya baik secara individu dan kelompok dalam menyelesaikan masalah geometri yang diberikan. Dosen berperan sebagai fasilitator, moderator dan evaluator. c. Untuk meningkatkan motivasi dan

aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka akan digunakan juga berbagai metode permainan dan demonstrasi. Dalam permainan tersebut mahasiswa akan menyelesaikan berbagai permasalahan geometri dalam waktu yang ditentukan serta mendemonstrasikannya. Hal ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Penilaian dilakukan oleh dosen untuk menentukan nilai dari masing-masingnya secara komulatif. d. Pada akhir setiap siklus mahasiswa

mengerjakan soal tes untuk melihat keberhasilan mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan kriteria ketuntasan masing-masing mahasiswa secara individu dalam belajar, yaitu minimal mencapai 65%. Pembelajaran matematika realistik mempunyai kelebihan dan kelemahan, menurut Suwarsono (2001:5) kelebihan dari Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah sebagai berikut:

1) PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan tentang kegunaan matematika pada umumnya.

2) PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa. 3) PMR memberikan pengertian yang

jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu masalah tidaklah tunggal, bahkan tidak harus sama antara sesama siswa bahkan dengan gurunya.

4) PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika orang harus mempelajari sendiri proses itu. Tanpa kemauan untuk mempelajari sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi. 5) PMR memadukan kelebihan-kelebihan

dari berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul, antara lain pendekatan pemecahan masalah, pendekatan konstruktivis, dan pendekatan yang berbasis lingkungan dan lain-lain.

Sedangkan kelebihan-kelebihan yang lain dari PMR adalah:

1) Menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif, siswa selalu berupaya mencari strategi dalam menyelesaikan masalah serta berani mengungkapkan ide atau pendapat sendiri.

2) Dapat menumbuhkan rasa keingintahuan siswa yang tinggi dalam menyelesaikan masalah, karena masalah berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa.

3) Dapat memberikan pemahaman yang lebih tringgi kepada siswa tentang konsep-konsep matematika, karena konsep-konsep tersebut dikonstruksi sendiri oleh siswa.

(5)

Semirata 2013 FMIPA Unila |493

Selanjutnya, menurut Suwarsono (2001:8) kelemahan-kelemahan PMR adalah sebagai berikut:

1) Upaya mengimplementasikan PMR membutuhkan perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah dipraktekkan. Siswa dalam pembelajaran PMR tidak lagi dipandang sebagai pihak yang mempelajari segala sesuatu yang sudah jadi tetapi dipandang sebagai pihak yang aktif mengkonstruksi konsep-konsep matematika. Guru tidak lagi sebagai pengajar tetapi lebih sebagai pendamping siswa. Disamping itu, peranan soal kontekstual tidak sekedar dipandang sebagai wadah untuk menerangkan aplikasi dari matematika, tetapi justru digunakan sebagai titik tolak untuk mengkonstruksi konsep-konsep matematika itu sendiri.

2) Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam PMR tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa, terlebih karena soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam-macam cara.

3) Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan soal juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh guru. 4) Proses pemgembangan kemampuan

berfikir siswa melalui soal-soal kontekstual, proses matematisasi horizontal dan proses matematisasi vertical juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena proses dan mekanisme berfikir siswa harus diikuti dengan cermat agar dapat membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali terhadap konsep-konsep matematika tertentu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dimana penelitian ini

dilaksanakan oleh ketua peneliti beserta anggota terhadap mahasiswa program studi PGSD yang mengikuti proses pembelajaran mata kuliah matematika dasar II kelas A yang terdiri dari 46 orang, dengan 8 orang laki-laki dan 38 orang perempuan pada semester genap 2011/2012 di PGSD FKIP Universitas Jambi dengan menerapkan pendekatan PMRI. Penelitian tindakan ini akan dilaksanakan dengan prosedur penelitian sebagai berikut:

Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

a. Analisis silabus dan materi mata kuliah matematika dasar II.

b. Menyiapkan bahan tentang materi pembelajaran geometri.

c. Membuat dan mempersiapkan alat peraga (benda-benda kongkrit yang sering ditemui mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari) yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. d. Membuat scenario pembelajaran

dengan menerapkan pendekatan PMRI untuk setiap siklus.

e. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap kali pertemuan.

f. Membuat soal-soal kontekstual tentang geometri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

g. Membuat lembar observasi untuk melihat efektifitas penerapan pendekatan PMRI dalam proses pembelajaran.

h. Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah kemampuan geometri mahasiswa pada pembelajaran geometri sudah dapat ditingkatkan serta apakah mahasiswa telah mampu menguasai konsep-konsep geometri dengan baik dan benar.

Pelaksanaan Tindakan

(6)

494| Semirata 2013 FMIPA Unila

PMRI sesuai dengan scenario pembelajaran yang telah direncanakan, dengan memperhatikan kegiatan dosen dan kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk setiap siklus. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan scenario pembelajaran yang telah direncanakan, dengan langkah-langkah pembelajaran secara umum sebagai berikut:

Kegiatan Awal:

1. Memberikan orientasi tentang materi yang akan dipelajari melalui pemberian ilustrasi atau bercerita atau memberikan gambar-gambar.

2. Memberikan apersepsi dengan membahas permasalahan-permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan materi geometri yang akan dipelajari menggunakan alat peraga.

3. Memberikan motivasi dengan menyampaikan pentingnya materi pembelajaran dikuasai dengan baik serta aplikasi materi dalam kehidupan sehari-hari serta mamfaatnya untuk pembelajaran di sekolah dasar.

4. Memberikan acuan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran serta menyapaikan materi yang akan dipelajari secara singkat dan garis besarnya saja.

Kegiatan Inti: a. Proses eksplorasi:

1. Memberikan masalah (tugas) kontekstual beserta alat peraganya dan meminta mahasiswa untuk memahami masalah tersebut. Peran dosen hanya sebagai fasilitator dan mahasiswa diminta untuk memikirkan cara penyelesaian dari suatu masalah.

2. Menjelaskan situasi dan kondisi dengan memberikan petunjuk atau saran seperlunya(terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang belum dipahami mahasiswa, penjelasan hanya sampai mahasiswa mengerti maksud tugas.

b. Proses elaborasi:

1. Mahasiswa secara berpasangan atau berkelompok menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri, yang diutamakan adalah cara pemecahan dan jawaban masalah yang berbeda. Dosen memotivasi mahasiswa dengan memberikan pertanyaan, petunjuk atau saran untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. 2. Memberikan waktu dan kesempatan kepada mahasiswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara berkelompok untuk selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan pada diskusi kelas yang dipimpin langsung oleh dosen.

c. Proses konfirmasi:

1. Dari hasil diskusi, dosen mengarahkan mahasiswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur dengan metode tanya jawab.

Kegiatan Akhir:

a. Melakukan umpan balik terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan.

b. Membimbing mahasiswa membuat rangkuman/kesimpulan dari semua konsep yang dibahas.

c. Memberikan tindak lanjut terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pekerjaan rumah tentang materi yang dipelajari dan menyampaikan materi yang akan dipelajari berikutnya serta meminta siswa untuk mempersiapkan diri mengikuti proses pembelajaran tersebut.

3. Observasidan Evaluasi

(7)

Semirata 2013 FMIPA Unila |495

pendekatan PMRI meliputi aktivitas dalam melaksanakan kegiatan awal, inti dan akhir, serta terhadap mahasiswa tentang hal-hal yang terkait dengan motivasi dan aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran akibat pelaksanaan tindakan, seperti kesiapan mahasiswa untuk mengikuti proses pembelajaran, perhatian mahasiswa terhadap penjelasan dosen, keseriusan dan keaktifan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan diskusi kelompok, keaktifan mahasiswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan, keseriusan mahasiswa dalam mengerjakan tugas individu yang diperintahkan dosen.

Proses observasi akan dilaksanakan oleh ketua pelaksana penelitian dan anggota peneliti yang lain dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat secara bersama. Observasi terhadap aktivitas dosen dalam melaksanakan pembelajaran akan diberikan penskoran dengan kriteria sebagai berikut:

a. Skor 1 jika pelaksanaan indikator yang diobservasi muncul 0% - 25% (kurang sesuai/baik)

b. Skor 2 jika pelaksanaan indikator yang diobservasi muncul 26% - 50% (cukup sesuai/baik)

c. Skor 3 jika pelaksanaan indikator yang diobservasi muncul 51% - 75% (sesuai/baik)

d. Skor 4 jika pelaksanaan indikator yang diobservasi muncul 76% - 100% (sangat sesuai/ baik).

e. Observasi terhadap mahasiswa dilakukan dengan menghitung frekuensi mahasiswa yang memunculkan indikator yang diobservasi.

Sedangkan evaluasi dilaksanakan setiap akhir siklus untuk melihat tingkat kemampuan geometri mahasiswa dengan memberikan tes berupa uraian konsep-konsep dasar geometri sesuai dengan materi yang dipelajari yang telah dirancang oleh tim penelitian dengan

memperhatikan kualitas dari tes yang diberikan, yaitu dengan memperhatikan validitas isi dari tes tersebut.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Data hasil observasi dianalisis dengan mencari persentase untuk setiap indicator yang diobservasi, sedangkan data hasil evaluasi dianalisis dengan menjumlahkan skor yang diperoleh untuk masing-masing mahasiswa serta mencari rata-rata dan ketuntasan secara klasikal. Selanjutnya data hasil evaluasi tersebut dikelompokkan serta dibandingkan dengan criteria keberhasilan untuk melihat apakah proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan PMRI yang dilaksanakan telah dapat meningkatkan kemampuan geometri mahasiswa pada pembelajaran mata kuliah matematika dasar II, serta sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya jika criteria keberhasilan belum tercapai. Tetapi jika criteria keberhasilan telah tercapai sebelum semua materi terselesaikan maka siklus selanjutnya digunakan untuk pemantapan sampai semua materi selesai dipelajari dengan tindakan yang sama.

Data yang diperoleh dari hasil observasi setiap kali pertemuan dalam masing-masing siklus dianalisis dengan: a. Mencari persentase aktivitas untuk

setiap indicator untuk setiap siklus b. Menentukan criteria hasil observasi

yang diperoleh untuk setiap indikatornya.

c. Kriteria yang ditetapkan terhadap indicator yang diobservasi disesuaikan dengan standar penilaian yang digunakan di Universitas Jambi yaitu: 1. K = Kurang, yaitu mahasiswa yang

(8)

496| Semirata 2013 FMIPA Unila

2. C = Cukup, yaitu mahasiswa yang menunjukkan keseriusan/ kemampuan/ hasil aktifitasnya lebih atau sama dengan 60% dan kecil dari 70%.

3. B = Baik, yaitu mahasiswa yang menunjukkan keseriusan/ kemampuan/ hasil aktifitasnya lebih atau sama dengan 70% dan kecil dari 80%.

4. SB = Sangat Baik, yaitu mahasiswa yang menunjukkan keseriusan/ kemampuan/ hasil aktifitasnya lebih atau sama dengan 80%.

d. Mereratakan persentase aktivitas semua indicator dalam setiap siklus serta menentukan kriterianya seperti di atas. Sedangkan, data hasil tes yang diperoleh mahasiswa untuk setiap siklus dianalisis dengan langkah-langkah: 1. Melakukan penskoran terhadap hasil

jawaban mahasiswa langkah perlangkah sesuai dengan skor yang telah ditetapkan untuk masing-masing soal dengan total skor 100.

2. Menjumlahkan skor yang diperoleh masing-masing mahasiswa.

3. Menentukan nilai angka dan nilai huruf yang diperoleh masing-masing mahasiswa sesuai standar penilaian yang digunakan atau yang ditetapkan di Universitas Jambi, yaitu seperti pada tabel 1. berikut.

Tabel 1. Standar Penilaian di Universitas Jambi

Nilai Angka

Nilai

Huruf Keterangan

80 – 100 A Sangat Baik

75 – 79,99 B+ Baik

70 – 74,99 B Baik

65 – 69,99 C+ Cukup

60 – 64,99 C Cukup

55 – 59,99 D+ Kurang

50 – 54,99 D Kurang

0 – 49,99 E Kurang

Keterangan: Nilai C – A sudah lulus, D & D+ lulus tapi harus diulang, dan E tidak lulus.

Menentukan nilai rata-rata kelas yang diperoleh mahasiswa untuk setiap siklus. Yang menjadi indikator keberhasilan

penelitian tindakan kelas ini adalah apabila penguasaan konsep geometri mahasiswa pada pembelajaran mata kuliah matematika dasar II rata-rata telah mencapai nilai minimal 70 (B) atau secara klasikal mahasiswa yang telah berhasil lulus (memperoleh nilai minimal C) sudah mencapai 85% atau lebih, hal ini berarti bahwa mahasiswa telah menguasai konsep-konsep geometri dari materi mata kuliah matematika dasar II rata-rata sudah baik. Apabila criteria tersebut belum tercapai maka pelaksanaan tindakan direvisi sesuai hasil refleksi sampai tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan. Jika kriteria keberhasilan telah tercapai sebelum semua materi mata kuliah matematika dasar II selesai, maka penelitian tetap dilakukan dengan pemantapan tindakan yang telah diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus 1

Pada siklus 1, konsep geometri yang dipelajari dalam pembelajaran matematika dasar II adalah konsep titik, garis, bidang; hubungan titik dengan titik, titik dengan garis, titik dengan bidang; hubungan garis dengan garis, garis dengan bidang; serta hubungan bidang dengan bidang; bagian-bagian garis; sudut, jenis-jenis sudut dan hubungan antar sudut; kurva dan jenis-jenis kurva; transversal dengan sifat-sifat sudut yang dibentuknya; serta geometri trasformasi. Alat peraga yang digunakan pada proses pembelajarannya adalah spidol untuk membuat nokhtah kecil, lidi tusuk sate untuk menyatakan garis dengan tanda-tanda panahnya, serta kertas karton untuk menyatakan bidang. Semua materi tersebut dipelajari tiga kali pertemuan yang diakhir pertemuan ketiga dilakukan kuis. Dalam proses pembelajaran mahasiswa dikelompokkan atas 3-3 orang yang duduk berdekatan.

(9)

Semirata 2013 FMIPA Unila |497

dosen membagikan lidi tusuk sate dan kertas karton, semua mahasiswa menunjukkan keheranan, awalnya mahasiswa tidak tahu mau diapakan, tetapi setelah dosen memberikan petunjuk dan membagikan tugas yang harus dilakukan mahasiswa, barulah mahasiswa menunjukkan antusiasnya untuk mengerjakan tugas melalui proses pengamatan langsung dan memanipulasi alat peraga yang diberikan. Mahasiswa pada umumnya sudah sibuk dan aktif mengerjakan tugas, hanya saja mahasiswa masih banyak yang tidak membawa mistar, sehingga dalam menggambarkan garis, bidang, dan sudut main coret saja, karena mahasiswa sudah terbiasa seperti itu saja sebelumnya, walaupun dosen sudah selalu mengingatkan mahasiswa untuk selalu melatih diri untuk melakukan yang seharusnya dan yang sebenarnya.

Keaktifan yang ditunjukkan mahasiswa masih didominasi oleh mahasiswa yang berkemampuan sedang ke atas, yang biasanya aktif dalam pembelajaran. Walaupun demikian akatifitas yang ditunjukkan mahasiswa secara keseluruhan sudah ada peningkatan akibat adanya alat peraga yang dimanipulasinya.

Ketika dosen memimpin diskusi kelompok dalam menyampaikan hasil kerja kelompoknya, mahasiswa sudah melakukanya dengan serius, tetapi banyak mahasiswa yang terlena saja, tidak mencatatnya dengan lengkap. Sehingga ketika dosen meminta mahasiswa untuk menjawab pertanyaan dosen tentang pengertian dan definisi-definisi dari konsep materi yang dipelajari, mahasiswa banyak yang masih ragu-ragu, dan bertanya kiri-kanan kepada teman-temannya untuk meyakinkan diri menjawabnya. Begitu juga ketika dosen membimbing mahasiswa dalam membuat kesimpulan sesuai tujuan pembelajaran yang ingin di capai.

Hasil observasi terhadap aktivitas dosen dalam melaksanakan proses

pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI terlihat bahwa dosen sudah menerapkan pendekatan PMRI dengan sangat baik, walaupun masih ada aktivitas yang belum mendapatkan skor maksimal, yaitu aktivitas dosen dalam memberikan orientasi, motivasi, masalah kontekstual dengan alat peraganya, dan memberikan umpan balik. Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI terlihat bahwa hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran masih berkategori kurang aktif. Perhatian mahasiswa terhadap penjelasan dosen sudah cukup, aktifitas mahasiswa dalam mengerjakan tugas sudah baik, dan keseriusan mahasiswa dalam mengerjakan tugas masih cukup karena hanya 30 orang yang menyelesaikan tugasnya. Tetapi indikator yang lain masih berkategori kurang. Hal tersebut karena 20 orang mahasiswa masih belum mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, dengan tidak membawa mistar, 18 orang masih duduk-duduk santai saja dan tidak mencatat, 21 orang belum memahami apa yang diperintahkan, 28 orang hanya mengikut saja apa yang dilakukan teman sekelompoknya, 31 orang mengikuti apa yang dilakukan temannya, 34 orang aktif bertanya dalam mengerjakan tugas dengan 10 orang mau memberikan penjelasan pada temannya, 12 orang aktif menanggapi penjelasan dan pertanyaan dosen, tetapi ketika tanya jawab dalam umpan balik dan meminta mahasiswa untuk menyimpulkan sesuai dengan tujuan pembelajaran 29 orang masih belum bisa memberikan penjelasan dengan tepat dan benar.

(10)

498| Semirata 2013 FMIPA Unila

(4%) mahasiswa yang cukup dan 83% mahasiswa hasil belajarnya masih kurang. Kesalahan yang dilakukan mahasiswa dari jawaban yang diberikannya antara lain: mahasiswa belum dapat menjelaskan setiap konsep yang ditanyakan dengan lengkap, jelas, dan tepat. Uraian yang dinyatakan sekedar saja, gambar yang diminta digambar dengan mencoret-coret saja tanpa mistar, busur, dan jangka. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang telah diuraikan di atas diperoleh bahwa:

1. Belum semua mahasiswa mempersiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran dan membawa alat bantu yang diperlukan untuk pembelajaran.

2. Mahasiswa masih sulit memahami tugas yang diberikan.

3. Mahasiswa masih belum percaya diri dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sehingga masih sangat tergantung dan mengikuti temannya yang lebih pintar dan aktif bertanya pada dosen.

4. Mahasiswa masih belum dapat menjelaskan setiap konsep yang dipelajari dengan jelas, tepat, dan lengkap.

Berdasarkan hasil refleksi yang telah di uraikan di atas, maka tindakan harus dilanjutkan pada siklus 2 dengan melakukan perbaikan teknis pelaksanaan tindakan antara lain sebagai berikut: 1. Pada kegiatan penutup, saat

memberikan tindak lanjut, mahasiswa diingatkan untuk membawa dan melengkapi alat-alat tulis seperti mistar, busur, siku-siku, dan jangka untuk pertemuan berikutnya.

2. Dosen memberikan penjelasan yang lebih rinci dan terstruktur kepada siswa terhadap tugas yang harus dikerjakan mahasiswa dengan memadu mahasiswa secara langsung tahap pertahap.

3. Memberikan ukuran yang bebas dan lebih mengingatkan mahasiswa agar membuat tugas yang diberikan dengan cara dan ukuran sendiri dan menegaskan tidak boleh sama persis dengan teman yang duduk di kiri kanannya.

4. Pada konfirmasi dan menyimpulkan dosen lebih membimbing mahasiswa untuk menjelaskan kembali setiap konsep yang dipelajari dengan jelas, tepat, dan lengkap sesuai tujuan pembelajaran.

Hasil Penelitian Siklus 2

Pada siklus 2 ini konsep geometri yang dipelajari dalam pembelajaran matematika dasar II adalah konsep segitiga yang meliputi jenis-jenis segitiga dengan sifat-sifatnya, menggambar segitiga, garis-garis pada segitiga dengan sifat-sifatnya, serta beberapa perhitungan pada segitiga menggunakan dalil steward, dalil menelaos, dan dalil de ceva. Alat peraga yang digunakan pada proses pembelajarannya adalah kertas HVS, mistar, siku-siku, busur, dan jangka). Semua materi tersebut dipelajari tiga kali pertemuan yang diakhir pertemuan ketiga dilakukan kuis. Dalam proses pembelajaran mahasiswa dikelompokkan atas 3-3 orang yang duduk berdekatan.

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan PMRI pada siklus 2 ini menunjukkan bahwa saat dosen meminta mahasiswa untuk mengeluarkan kerta HVS, mistar, busur, siku-siku, dan jangka, masih ada juga mahasiswa yang tidak membawanya. Sehingga dalam proses pembelajaran mahasiswa tersebut meminjam-minjam kepada teman sekelompoknya.

(11)

Semirata 2013 FMIPA Unila |499

tidak sama dengan ukuran yang dibuat dosen di papan tulis. Proses tersebut membuat mahasiswa lebih aktif dan serius dalam mengerjakan tugasnya dan bagi yang kurang mengerti sudah langsung menanyakannya kepada dosen. Kegiatan proses pembelajaran lebih aktif dari siklus 1. Keaktifan yang ditunjukkan mahasiswa tidak lagi didominasi oleh mahasiswa yang berkemampuan sedang ke atas, yang biasanya aktif dalam pembelajaran.

Hasil observasi terhadap aktivitas dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI pada siklus 2 ini terlihat bahwa dosen sudah menerapkan pendekatan PMRI dengan sangat baik, walaupun masih ada aktivitas yang belum mendapatkan skor maksimal, yaitu aktivitas dosen dalam memberikan motivasi, masalah kontekstual dengan alat peraganya, dan memberikan umpan balik. Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI terlihat bahwa hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran sudah berkategori baik (aktif). Hanya saja mahasiswa masih belum dapat menjelaskan setiap konsep yang dipelajari dengan percaya diri, jelas, tepat, dan lengkap sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Hasil belajar yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti tes di akhir siklus 2 terlihat bahwa hanya 7 orang (15%) mahasiswa yang telah mencapai hasil belajar yang sangat baik, 1 orang (2%) mahasiswa yang baik, dan 5 (11%) mahasiswa yang cukup dan 72% mahasiswa hasil belajarnya masih kurang, walaupun nilai rata-rata yang diperoleh sudah naik menjadi 55,5. Kesalahan yang dilakukan mahasiswa karena gambar yang dihasilkan belum tepat. Mahasiswa membuat gambarnya belum halus sehingga garis garis yang dihasilkan

masih banyak yang bergeser, perhitungannya tidak benar, serta gambar yang dihasilkan tidak diberi keterangan.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang telah diuraikan di atas diperoleh bahwa:

1) Masih ada mahasiswa yang tidak membawa alat bantu yang diperlukan untuk pembelajaran.

2) Mahasiswa masih belum percaya diri dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sehingga masih tergantung dan mengikuti temannya yang lebih pintar.

3) Mahasiswa masih belum dapat menjelaskan setiap konsep yang dipelajari dengan jelas, tepat, dan lengkap.

Berdasarkan hasil refleksi yang telah di uraikan di atas, maka tindakan harus dilanjutkan pada siklus 3 dengan melakukan perbaikan teknis pelaksanaan tindakan antara lain sebagai berikut: a. Pada kegiatan penutup, saat

memberikan tindak lanjut, mahasiswa diingatkan untuk membawa dan melengkapi alat-alat tulis seperti mistar, busur, siku-siku, dan jangka untuk pertemuan berikutnya dan ditegaskan tidak boleh minjam-minjam dalam pembelajaran.

b. Memberikan penjelasan yang lebih tegas agar mahasiswa agar membuat tugas yang diberikan dengan cara dan ukuran sendiri dan menegaskan tidak boleh sama persis dengan teman yang duduk di kiri kanannya.

c. Pada konfirmasi dan menyimpulkan dosen lebih menegaskan kepada mahasiswa untuk menjelaskan kembali setiap konsep yang dipelajari dengan jelas, tepat, dan lengkap sesuai tujuan pembelajaran.

Hasil Penelitian Siklus 3

(12)

500| Semirata 2013 FMIPA Unila

tali busur, apotema, busur lingkaran (busur besar dan busur kecil), tembereng, juring atau sektor, sudut pusat dan sudut keliling, (2) konsep hubungan antar sudut pusat, panjang tali busur, dan luas juring. Alat peraga yang digunakan pada proses pembelajarannya adalah kertas HVS, mistar, siku-siku, busur, dan jangka, serta spidol bewarna. Semua materi tersebut dipelajari tiga kali pertemuan yang diakhir pertemuan ketiga dilakukan kuis. Dalam proses pembelajaran mahasiswa dikelompokkan atas 3-3 orang yang duduk berdekatan.

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan PMRI pada siklus 3 ini menunjukkan bahwa saat dosen mengeluarkan gambar lingkaran beserta bagian-bagiannya yang sudah diberi warna-warni yang menarik untuk menunjukkan bagian-bagian lingkaran yang berbeda, mahasiswa pada umumnya memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Ketika dosen melakukan apersepsi, masih banyak mahasiswa yang ragu-ragu dalam menjawab, tetapi sangat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, begitu juga ketika dosen memberikan motivasi dan pemberian acuan terhadap ruang lingkup materi yang akan dipelajari.

Mahasiswa diberi tugas untuk mengamati gambar lingkaran dengan bagian-bagiannya yang diberi warna-warni untuk membedakan satu sama lainnya, seperti gambar lingkaran yang ditempel di papan tulis. Mahasiswa mendefinisikan setiap bagian-bagian lingkaran dengan menunjukkan langsung berdasarkan gambar. Dalam mengerjakan tugas dosen memberikan penjelasan dan membimbing mahasiswa secara langsung dengan mencontohkan terlebih dahulu di depan kelas, hanya saja misalnya dalam membuat gambar lingkaran, mahasiswa harus menggunakan ukurannya sendiri tidak sama dengan ukuran yang dibuat dosen di papan tulis. Proses tersebut membuat mahasiswa lebih aktif dan serius

dalam mengerjakan tugasnya dan bagi yang kurang mengerti sudah langsung menanyakannya kepada dosen. Kegiatan proses pembelajaran lebih aktif dari siklus 1. Keaktifan yang ditunjukkan mahasiswa tidak lagi didominasi oleh mahasiswa yang berkemampuan sedang ke atas, yang biasanya aktif dalam pembelajaran.

Hasil observasi terhadap aktivitas dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI pada siklus 3 ini terlihat bahwa dosen sudah menerapkan pendekatan PMRI dengan sangat baik, walaupun masih ada aktivitas yang belum mendapatkan skor maksimal, yaitu aktivitas dosen dalam memberikan motivasi dan masalah kontekstual dengan alat peraganya.

Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI terlihat bahwa hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran sudah berkategori sangat baik (sangat aktif). Hanya saja mahasiswa masih belum dapat memberikan alasan yang lebih tepat terhadap jawaban-jawaban yang diberikan dari pertanyaan-pertanyaan dosen yang berkenaan dengan definisi dari setiap konsep-konsep yang dipelajari, walaupun mahasiswa sudah dapat menunjukkan dengan benar konsep tersebut melalui gambarnya. Mahasiswa dalam menjelaskannya masih ragu-ragu, melihat-lihat ke teman disekitarnya untuk meyakinkan jawabannya.

(13)

Bentuk-Semirata 2013 FMIPA Unila |501

bentuk kesalahan yang dilakukan mahasiswa adalah ketidaksempurnaan mahasiswa dalam mendefinisikan setiap bagian-bagian lingkaran walaupun mahasiswa sudah menunjukkan bagian lingkaran yang dimaksud dengan benar, serta masih adanya yang salah dalam perhitungan dalam menggunakan konsep perbandingan. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang telah diuraikan di atas diperoleh bahwa kriteria yang ingin dicapai pada penelitian ini sudah tercapai, walaupun masih ada mahasiswa yang belum dapat menjelaskan setiap konsep yang dipelajari dengan tepat, jelas dan sempurna, tetapi melalui gambar,

mahasiswa sudah dapat menunjukkan dengan benar.

Karena materi matematika dasar II ini tidak hanya materi geometri saja, tetapi masih ada materi barisan dan deret serta pengelolaan data, maka pembelajaran materi-materi tersebut tetap dilaksanakan dengan pendekatan PMRI untuk pemantapan dari apa yang telah diperoleh dalam menerapkan pendekatan PMRI.

Pembahasan

Hasil observasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan dosen dan aktivitas siswa dalam belajar dengan pendekatan PMRI pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 dapat dilihat pada tabel 2 dan table 3 berikut.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Dosen pada Siklus 1, 2 dan 3

No Indikator yang Diobservasi Skala Penilaian Skala Penilaian Skala Penilaian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I Kegiatan Awal:

1 Dosen memberikan orientasi √ √ √

2 Dosen melakukan apersepsi √ √ √

3 Dosen memberi motivasi √ √ √

4 Dosen memberikan acuan √ √ √

II Kegiatan Inti:

1 Dosen memberikan masalah/tugas kontekstual beserta alat peraganya dan meminta mahasiswa untuk memahami masalah/tugas tersebut.

√ √ √

2 Dosen memberikan petunjuk atau saran seperlunya(terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang belum dipahami mahasiswa

√ √ √

3 Dosen memotivasi mahasiswa dengan memberikan pertanyaan, petunjuk atau saran untuk menyelesaikan masalah/tugas dengan cara mereka sendiri

√ √ √

4 Dosen memberikan waktu dan kesempatan kepada mahasiswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara berkelompok untuk selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan pada diskusi kelas yang dipimpin langsung oleh dosen

√ √ √

5 Dari hasil diskusi, dosen mengarahkan mahasiswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur dengan metode tanya jawab

√ √ √

III Kegiatan Akhir:

1 Dosen melakukan umpan balik √ √ √

2 Dosen membimbing mahasiswa menyimpulkan materi

pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai √ √ √

3 Dosen memberi tindak lanjut dengan memberi PR tentang materi yang dipelajari dan mempersiapkan untuk pembelajaran materi selanjutnya

√ √ √

Jumlah Skor 42 45 46

Persentase Aktivitas 87,50 93,75 95,83

(14)

502| Semirata 2013 FMIPA Unila

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa pada Siklus 1, 2, dan 3 No Indikator yang Diobservasi Persentase Siklus 2 Siklus 3 Kategori

1 Mahasiswa menyiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran

56,52 83,33 93,75 K, SB, SB

2 Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen 60,87 87,50 91,67 C, SB, SB 3 Mahasiswa memahami masalah/tugas yang

diberikan dosen

54,35 87,50 87,50 K, SB, SB

4 Mahasiswa serius dan aktif diskusi dalam mengerjakan tugas

39,13 87,50 89,58 K, SB, SB

5 Mahasiswa menyelesaikan masalah/tugas dengan cara mereka sendiri

32,61 75,00 81,25 K, B, SB

6 Mahasiswa aktif bekerja atau bertanya pada teman/dosennya dalam mengerjakan tugas

73,91 87,50 91,67 B, SB, SB

7 Mahasiswa aktif menanggapi pertanyaan teman/dosennya

21,74 79,17 83,33 K, B, SB

8 Dalam menjawab pertanyaan dosen/temannya mahasiswa dapat menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya

26,09 52,08 66,67 K, K, C

9 Mahasiswa serius dan aktif dalam mengerjakan tugas individu yang diperintahkan dosen

65,22 87,50 89,53 C, SB, SB

10 Mahasiswa dapat menyimpulkan materi pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai

36,97 58,33 75,00 K, K, B

Rata-rata Persentase 46,74 78,54 84,995 K, B, SB Kategori Kurang Baik Sangat Baik

Keterangan: K : Kurang, C : Cukup, B : Baik, SB : Sangat Baik

Berdasarkan tabel 2. terlihat bahwa dosen telah menerapkan pendekatan PMRI pada pembelajaran matematika dasar II dalam upaya meningkatkan kemampuan geometri mahasiswa baik pada siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3. Walaupun rata-rata aktivitas mahasiswa yang belajar pada siklus 1 masih kurang, meningkat menjadi baik pada siklus 2 dan sudah sangat baik pada siklus 3. Aktivitas mahasiswa yang masih berkategori cukup adalah dalam menjawab pertanyaan dosen/temannya mahasiswa belum dapat menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya dengan jelas, dan lengkap. Mahasiswa masih menjawabnya pertanyaan dengan singkat-singkat saja, belum bisa membuat definisi dengan lengkap dan jelas berdasarkan gambar atau benda kongkritnya.

Melalui pendekatan PMRI mahasiswa menunjukkan aktivitas yang sangat baik dalam menyiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran, memperhatikan penjelasan dosen, memahami

masalah/tugas yang diberikan dosen, serius dan aktif diskusi dalam mengerjakan tugas, menyelesaikan masalah/tugas dengan cara mereka sendiri, aktif menanggapi pertanyaan teman/dosennya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwarsono (2001, 5) yang mengatakan bahwa pendekatan PMRI akan dapat menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif, siswa selalu berupaya mencari strategi dalam menyelesaikan masalah serta berani mengungkapkan ide atau pendapat sendiri, dapat menumbuhkan rasa keingintahuan siswa yang tinggi dalam menyelesaikan masalah, dapat memberikan pemahaman yang lebih tinggi kepada siswa tentang konsep-konsep matematika, serta siswa termotivasi untuk selalu mengingat materi yang pernah dipelajarinya.

(15)

Semirata 2013 FMIPA Unila |503

Tabel 4. Rekapitulasi Kemampuan Geometri Mahasiswa pada Siklus 1, 2, dan 3 No Kemampuan Mahasiswa Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

1 Rata-rata 36,70 55,5 70

2 Kategori Kurang Kurang Baik

3 Ketercapaian 17% 28% 74%

Berdasarkan tabel 4 di atas terlihat bahwa peningkatan rata-rata kemampuan geometri mahasiswa dari siklus 1 ke siklus 2 adalah 18,8 sedangkan dari siklus 2 ke siklus 3 adalah 14,5 walaupun ketercapaian yang diperoleh hanya 74%. Hal tersebut terjadi karena menurut Marpaung (2003) melalui pendekatan PMRI siswa dilatih untuk aktif berfikir dan berbuat, pembelajaran dimulai dari masalah-masalah yang kontektual atau realistic buat siswa, siswa diberi kesempatan mengembangkan strategi belajarnya dengan berinteraksi dan bernegosiasi dengan teman atau gurunya dan guru membantunya, secara perlahan-lahan siswa dibimbing pada pembentukan konsep penyelesaian masalah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan pendekatan PMRI pada pembelajaran di PGSD Universitas Jambi dapat meningkatkan rata-rata kemampuan geometri mahasiswa dari 36,70 pada siklus 1 menjadi 55,5 pada siklus 2 dan 70 pada siklus 3, dengan nilai kemampuan mahasiswa minimal cukup meningkat dari 17% pada siklus 1 menjadi 28% pada siklus 2 dan 74% pada siklus 3. Hal tersebut dilakukan dengan melaksanakan kegiatan awal dengan maksimal, yaitu memberi orientasi, apersepsi, motivasi dan acuan dengan jelas, serta pada kegiatan inti guru menjelaskan situasi dan kondisi dengan memberikan petunjuk atau saran lebih jelas, terstruktur dan bertahap sampai mahasiswa mengerti maksud tugas, siswa berkelompok menyelesaikan tugas kontekstual dengan cara mereka sendiri, tetapi langsung mengerjakan

secara individu dengan dibimbing dosen secara langsung tahap pertahap dalam proses pengerjaan tugas yang diberikan. Dosen mengutamakan cara pemecahan dan jawaban tugas yang berbeda dengan memotivasi mahasiswa dengan memberikan pertanyaan, petunjuk atau saran untuk menyelesaikan masalah/tugas dengan cara mereka sendiri, serta memberikan waktu dan kesempatan kepada mahasiswa untuk membandingkan dan mendiskusikan hasil dari tugas secara berkelompok untuk selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan pada diskusi kelas yang dipimpin langsung oleh dosen. Berdasarkan hasil diskusi, dosen mengarahkan mahasiswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur dengan metode tanya jawab di mana dosen lebih menegaskan kepada mahasiswa untuk menjelaskan kembali setiap konsep yang dipelajari dengan jelas, tepat, dan lengkap sesuai tujuan pembelajaran.

(16)

504| Semirata 2013 FMIPA Unila

tidak boleh minjam-minjam dalam pembelajaran.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat penulis sarankan kepada dosen-dosen PGSD Universitas Jambi khususnya pada pembelajaran matematika dasar II materi geometri agar dapat menerapkan pendekatan PMRI, karena dapat meningkatkan kemampuan geometri mahasiswa serta dapat membuat mahasiswa lebih mempersiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran, dapat menumbuhkan rasa keingintahuan siswa yang tinggi dalam menyelesaikan masalah, serta dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas mahasiswa untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan caranya sendiri dengan lebih tekun.

DAFTAR PUSTAKA

Hardi, S. dan Fauzan, A., 2003, Mengapa PMRI?, , edisi perdana.

Hardi, S., 2004, Kerangka Didaktik PMRI, Buletin PMRI, edisi keempat.

Marpaung, Y., 2002, Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Perubahan Paradigma dalam Pembelajaran mata kuliah pendidikan matematika I di Sekolah, Matematika

atau Pembelajarannya, edisi Khusus Tahun VIII: 646-650.

.ReformasiPendidikan Matematika di Indonesia, Kompas, 16 September 2002.

Ratini, dkk, 2001, Pengalaman dalam melaksanakan Uji Coba Pembelajaran mata kuliah pendidikan matematika I Secara Realistik di MIN Yogkarta II,

Seminar Nasional Pendidikan Matematika Realistik di USD Yogyakarta.

Sembiring, R.K., 2001, Mengapa Memilih RME/PMRI, Seminar Nasional Pendidikan Matematika Realistik di USD Yogyakarta.

Suherman, E. dan Winataputra, U. S.. (1993). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikdasmen.

Sutarsih, I., 2001, Pengalaman dalam Uji Coba Pembelajaran mata kuliah pendidikan matematika I Secara Realistik, Makalah Seminar Nasional Pendidikan Matematika Realistik di USD Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Dosen pada Siklus 1, 2 dan 3
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa pada Siklus 1, 2, dan 3
Tabel 4. Rekapitulasi Kemampuan Geometri Mahasiswa pada Siklus 1, 2, dan 3

Referensi

Dokumen terkait

The result showed that civil servants investigator (PPNS) Kanwil Kemenkumham NTT and also Kupang Kota Police Resort have done progressive step such as appealing,

Di daerah sebagian tempat, di depan stasiun dan tempat lainnya, dan memparkir sepeda dan motor dengan berbaris di tempat wilayah yang dilarang (Area yang dilarang

kualifikasi terhadap hasil evaluasi penawaran yang telah Saudara-saudara

• Sebuah gambar adalah representasi visual dan grafis beberapa informasi yang dapat ditampilkan pada layar komputer atau dicetak.. • Gambar datang dalam

Hasil analisis terdiri dari tegangan dan deformasi yang terjadi pada model 3D CAD yang dirancang yang kemudian dianalisis melalui simulasi metode elemen hingga

Guna mendisain PLTU batubara skala kecil, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu: penetuan lokasi, disain batubara umpan dalam kaitannya pemilihan

Komputer server pada kasus ini juga bertindak sebagai penggerak dan pemutar kamera dalam aplikasi, sedangkan komputer client hanya digunakan untuk menerima data posisi dan

Wahid Udin Serasan