• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUTIARA YANG TERPENDAM GAMBANG RANCAG SE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MUTIARA YANG TERPENDAM GAMBANG RANCAG SE"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i UNIVERSITAS INDONESIA

MUTIARA YANG TERPENDAM: GAMBANG RANCAG SEBAGAI PENYUMBANG PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA BETAWI

oleh

Jenni Anggita 0806353564

Program Studi Indonesia Faculties Ilmu Pengetahuan Budaya

Universitas Indonesia Depok

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tulisan yang diajukan oleh:

Nama : Jenni Anggita

NPM : 0806353564

Program Studi : Indonesia

Judul : Mutiara yang Terpendam: Gambang Rancag sebagai Penyumbang Pengembangan Pariwisata Budaya Betawi

Tulisan ini telah disetujui dan disahkan pada: Senin, 21 Februari 2011

oleh

Dosen Pembimbing

Syahrial, M. Hum.

Manajer Mahasiswa dan Alumni

(3)

iii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa makalah ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.

Pamulang, 21 Maret 2011

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Manusia dengan akal budinya tetaplah makhluk yang terbatas. Ketakterbatasan adalah milik Sang Pencipta. Setiap waktu dan kesempatan semata-mata adalah kasih dan rahmat dari-Nya. Puji syukur pertama-tama saya sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segalanya. Berkat kasih-Nya pula, penyusunan karya tulis ini dapat berjalan dengan lancar. Karya tulis ini berjudul Gambang Rancag sebagai Penyumbang Pengembangan Pariwisata Budaya Betawi. Penyusunan karya tulis ini merupakan salah satu syarat dalam program pemilihan mahasiswa berprestasi 2011 yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.

Penulis memperoleh informasi tentang gambang rancag dari salah seorang teman diskusi. Setelah mencari tahu lebih jauh tentang gambang rancag, penulis semakin penasaran terhadap salah satu teater tutur Betawi ini. Ada yang berbeda dari seni dan kebudayaaan Betawi yang satu ini: begitu beragam perpaduan seni di dalamnya. Lebih mengejutkan lagi karena senimannya tinggal satu. Betapa ironis hal tersebut, padahal gambang rancag merupakan salah satu warisan bangsa yang menunjukkan jati diri, karakter bangsa.

Gambang rancag sebenarnya berpotensi untuk semakin berkembang. Sayangnya promosi dan publikasi terhadap gambang rancag sedikit sekali. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan fungsi, formula, juga upaya mengembangkan gambang rancag. Penulis berharap melalui makalah ini kita semakin sadar akan mutiara terpendam yang dimiliki bangsa. Kemudian timbul suatu daya upaya untuk memelihara dan mengembangkannya.

(5)

v mengucapkan terima kasih kepada tiga dosen pembimbing lainnya: Bapak Dr. R. Cecep Eka Permana, Ibu Mamlahatun Buduroh, M.Hum. yang telah meminjamkan penulis buku-buku terkait gambang rancag, Ibu Turita Indah Setyani, S.S., dan Mas Hendra Kaprisma, S.Hum..

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para panitia dan juri yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan Mapres ini: Bapak Dr. Ali Akbar, Bapak Albert Roring, M.Hum., Bu Irma Novianti, S.Si., Bu Sri Affriarti, Dr. Lilie Suratminto, Ibu Dien Rovita, M.Hum. dan panitia serta juri lainnya yang penulis lewatkan. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis. Sungguh apa yang penulis dapatkan tidak akan penulis letakkan di dalam peti. Namun, akan penulis letakkan di atasnya sehingga dapat berguna bagi orang lain.

Pada tanggal 11 dan 14 Maret 2011 penulis mewawancarai satu-satunya seniman gambang rancag yaitu Babe Jali dan Bang Firman. Penulis merasa beruntung dapat bertemu dengan mereka. Rasa terharu dan bangga menyelinap perlahan-lahan dalam hati penulis. Penulis sungguh berterima kasih kepada mereka berdua. Mereka adalah seniman yang seluruh hidupnya dipersembahkan demi berkesenian dan berkarya. Ada rasa miris sekaligus puas. Penulis semakin mencintai bangsa ini dengan khazanah seni dan budayanya yang luar biasa. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Mak Piah, Babe Diman, Babe Diding, dan Bang Udin, yang penulis temui di Setu Babakan. Sungguh melalui tutur kata dan pancaran mata mereka penulis merasa optimis dan masih ada harapan untuk mengembangkan seni dan budaya Betawi.

(6)

vi Bu Riris; Bu Pamela; Bu Edwina; Bu Niken, Bu Ratna; Bu Priscilla; Pak Umar; Pak Tommy; Pak Liberty; Pak Maman; Bu Mia; Pak Daniel; dan lain-lain.

Seikat bunga cinta ananda persembahkan pada kedua orangtua dan adik penulis. Kepada ibunda dan ayah: penulis akan berusaha memberikan yang terbaik kepada kalian. Kehadiran kalian dalam kehidupan penulis merupakan harta yang tak ternilai.

Teman adalah harta yang berharga. Sungguh penulis merasa tidak akan sampai pada tahap ini tanpa kalian, sahabat-sahabatku, keluargaku. Mula-mula terima kasih kepada Dera—si kecil cabai rawit—ketua IKSI yang sejak awal melihat potensi dalam diri penulis dan tak jemu mengajak penulis untuk ikut serta kegiatan Mapres ini. Terima kasih kepada semua pengurus IKSI periode 2011 yang luar biasa, penyelanggaraan seleksi Mapres tahap jurusan sungguh membuka mata penulis. Terima kasih kepada Kak Angga, motivasi pertama-tama penulis mengikuti pemilihan Mapres ini karena dukungan, bimbingan, dan doa darimu adikmu ini dapat sampai tahap dua belas besar. Kak Anggalah yang menyadarkan penulis bahwa kedua belas besar Mapres ini adalah mutiara yang terpendam.

Terima kasih juga kepada teman-teman IKSI 2006: Angga, Emon, dan Nanto, dll., IKSI 2007: Gifa. Gina, Opank, dll.; teman-teman IKSI 2009: Mala, Kitul, Beni, Eki, Reta, Viktor, dll.; teman-teman IKSI 2010: Norman, Arke, Abi, Dio, dll.; Terutama kepada teman-teman IKSI 2008: Meidy yang sudah menyentil penulis dengan pertanyaan sederhana, “Kenapa Jen, lu mau ikut jadi Mapres? Kalau sudah menang, lu mau apa?” Sungguh pertanyaan itu masih penulis resapi dan cari-cari karena penulis tidak ingin menjawab dengan jawaban biasa, tapi yang pasti pengalaman, pelajaran berharga, dan perjumpaan dengan kesebelas mapres—yang hebat-hebat—terbukti penulis dapatkan sampai detik ini. Terima kasih juga kepada Idha atas saran, kritik, semangat, dan bantuannya. Terima kasih Keke, Dewi, Betmen, Eries, Rainy, Dipta, Taher, Agung, Nita, Pita, Dedep, Lucky, Yuke, Winda, Rahma, Wahyu, Alvin, Denty, Bepe, Rima, Sisca, Boti, Winda, Esty, Dihu, Senja, Ari, Hannah, dll..

(7)

vii Claudia, Wawan, Daniel, Dhea, Gisel, Wina, Andhika, Cuni, Mega, Atha, Wilson, dll.. yang terus mendukung penulis.

Perjumpaan berharga dengan kesebelas Mapres sungguh pengalaman menyenangkan dan berharga bagi penulis. Walaupun kebersamaan kita sebentar saja, kesan mendalam kepada kalian semua penulis rasakan. Semoga perjumpaan dalam Mapres ini berlanjut dan berbuah manis di kemudian hari. Terima kasih Dona, Nuni, Kinoy, Lala, Bernard, Cisa, Najwa, Puti, Muti, Alan, Diana. Kalian sungguh mutiara yang terpendam.

Akhirnya, penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan kritik adalah dua hal yang senantiasa penulis nantikan. Tuhan memberkati kita semua.

Pamulang, 21 Maret 2011

(8)

viii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan...………...ii

Surat Pernyataan Bebas Plagiarisme...iii

Kata Pengantar...………...iv

Daftar Isi...………...viii

Ringkasan...………...x

Summary...………...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………...1

1.2 Rumusan Masalah………...4

1.3 Tujuan Penelitian………...4

1.4 Manfaat Penelitian………...4

BAB II PENDEKATAN FOLKLOR DALAM PENELITIAN GAMBANG RANCAG: TELAAH PUSTAKA DAN METODE PENULISAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Folklor Betawi………...6

2.1.2 Fungsi Sastra dan Penelitian Folklor………...8

2.1.3 Formula………...………...9

2.2 Metode Penulisan………...………...10

BAB III GAMBANG RANCAG SEBAGAI FOLKLOR BETAWI 3.1 Masyarakat, Seni, dan Kebudayaan Betawi………...12

3.2 Keistimewaan Gambang Rancag dan Ruang Lingkupnya………...13

BAB IV GAMBANG RANCAG: ASET BUDAYA BETAWI 4.1 Fungsi Gambang Rancag Pada Masyarakat Pendukungnya... 16

(9)

ix

4.2.1 Rancagan Babe Jali………..19

4.2.2 Rancagan Bang Firman………...21

4.3 Solusi Kreatif Inovatif Mengembangkan Gambang Rancag………...22

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...26

5.2 Rekomendasi...26

Daftar Pustaka...………....………...28

(10)

x

RINGKASAN

Indonesia memiliki kekayaan seni dan budaya yang luar biasa. Warisan budaya (cultural heritage) yang dimiliki suatu bangsa menyatakan karakter atau jati diri bangsa tersebut. Warisan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan aset berharga yang bernilai tinggi, baik dari segi sejarah, sosial, maupun ekonomi. DKI Jakarta sebagai ibu kota negara merupakan tempat yang tepat mempromosikan seni dan kebudayaan. Salah satu seni dan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di DKI Jakarta adalah seni dan kebudayaan Betawi. Perpaduan etnis lain dalam seni musik, seni sastra, seni tari, seni rupa, teater, upacara tradisional, sampai pada kulinernya yang khas merupakan mutiara yang terpendam: memiliki potensi besar, namun kurang diperhatikan oleh kita.

Salah satu seni dan kebudayaan Betawi yang menarik adalah gambang rancag. Gambang rancag bisa disebut sebagai pertunjukan musik sekaligus teater, bahkan sastra. Ia terdiri atas dua kata yaitu gambang dan rancag. Gambang berarti musik pengiringnya adalah gambang kromong dan rancag adalah cerita yang dibawakannya dalam bentuk pantun berkait.

Gambang rancag merupakan folklor Betawi. Dalam makalah ini, penulis menggunakan penelitian folklor sebagai landasan teori untuk mengetahui fungsi dan formula dalam gambang rancag. Selain itu, penulis juga akan mencari solusi kreatif dan inovatif untuk menumbuhkembangkan gambang rancag. Lebih spesifik lagi, gambang rancag termasuk ke dalam Folklor Setengah Lisan Betawi karena adanya percampuran Folklor Bukan Lisan Betawi, yaitu pada musik dan alat musik gambang kromong dan Folklor Lisan Betawi, yaitu pada bahasa Betawi, cerita rakyat Betawi, puisi rakyat Betawi, dan nyanyian rakyat Betawi.

(11)

xi 1. Sebagai sistem proyeksi yang dapat mencerminkan angan-angan

kelompok.

2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan.

3. Sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial, alat pengendali sosial, sekaligus alat pendidikan anak.

4. Memberikan jalan agar lebih superior daripada orang lain dan untuk mencela orang lain.

5. Sebagai alat protes ketidakadilan dalam masyarakat. 6. Sebagai hiburan sekaligus ekspresi kebudayaan.

Formula gambang rancag mengalami perubahan dari masa Babe Jali dan Bang Firman. Mereka adalah seniman gambang rancag yang tersisa. Setelah dokumentasi rancagan mereka dibandingkan, terdapatlah persamaan berupa beberapa kata dan perubahan durasi waktu dan jumlah cerita yang dibawakan. Perubahan tersebut merupakan upaya cerdas yang dilakukan untuk menarik masyarakat mengenal dan menyukai gambang rancag.

(12)

xii

SUMMARY

Indonesia has many astounding arts and culture heritages. Cultural heritage which people have implied the characters and identity from those people. Indonesian culture heritage is one of most valuable things for Indonesia, such as history, social, even economics. DKI Jakarta, as Indonesian’s capital City, is suitable place for promoting our arts and culture. One of culture which arises and developed at DKI Jakarta is culture of Betawi. Ethnical assimilation in arts, literature, rituals, and theater has great potential that haven’t seen by us.

One of the art and culture from Betawi that interesting is gambang rancag. Gambang rancag is usually described as a musical performance and theatre, even literature. It consists of two elements, which is rancag and gambang kromong. Gambang rancag is one of Bataviannese folklore. In this paper, author used folklore research methods as theory in order to know the purpose and formula at gambang rancag. Moreover, author is also giving a solution for developing culture of gambang rancag. Gambang rancag is a half-oral literature because it is a mix between music and literacy of Betawi, such as poetry, folklore, and Betawi’s language.

There are six functions in gambang rancag. 1. Projection system which brought by a group

2. Jurisdictions of any social system and cultural institution.

3. Control social systems and educational programmed for next generation. 4. Increasing awareness that they are superior.

5. Protest media for injustice in public. 6. Recreation and vacation for public.

(13)

xiii made in order to increase the interest for gambang rancag. This way was done at many sectors by every element, such as internals (for Bataviannese) and externals (community and government).

(14)

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melakukan perjalanan ke suatu tempat, melihat-lihat keindahan objek wisata dengan tujuan rekreasi, maupun edukatif merupakan harapan setiap orang. Kegiatan semacam itu disebut pariwisata. Pariwisata adalah suatu fenomena yang ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia yaitu kegiatan yang disebut perjalanan (travel) (Kodhyat, 1996: 1).

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki kekayaan seni dan budaya yang luar biasa. Warisan budaya (cultural heritage) yang dimiliki suatu bangsa menyatakan karakter atau jati diri bangsa tersebut. Warisan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia baik yang berbentuk artefak kebendaan (tangible) maupun yang non-kebendaan (intangible), sesungguhnya menyimpan potensi yang luar biasa untuk dikembangkan (Sedyawati, 2003: xi--xiii). Warisan budaya bangsa merupakan aset berharga yang bernilai tinggi, baik dari segi sejarah, sosial, maupun ekonomi.

Oleh karena itu, warisan budaya bangsa perlu dipelihara dan dikembangkan. Dengan memelihara dan mengembangkan warisan budaya dari berbagai suku bangsa di Indonesia, berarti membuka peluang untuk meningkatkan daya saing bangsa yang berbasis keunggulan lokal. Salah satunya dengan menjadikannya sebagai daya tarik wisata (tourist attraction). Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mendorong orang untuk berkunjung dan singgah di DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang bersangkutan (Kodhyat, 1996, 7).

(15)

xv merupakan khazanah seni dan kebudayaan Betawi yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu kesenian Betawi yang menarik adalah teater rakyatnya. Seni dan kebudayaan Betawi diwariskan turun-temurun mulai secara lisan (dari mulut ke mulut). Pengaruh kebudayaan dan kesenian Betawi dari kelompok etnis lain, maupun dari berbagai penjuru dunia tidak dapat dipungkiri. Perpaduan tersebut kemudian menyatu, tumbuh, dan berkembang di kalangan rakyat secara spontan dengan kesederhanaannya. Unsur kebudayaan Betawi yang paling kuat, dapat terasa dari seni pertunjukan yang mencerminkan kebetawiannya. Tidak heran jika kesenian Betawi—tidak terbatas pada masyarakat Betawi saja, tetapi juga non-Betawi—disebut sebagai kesenian rakyat.

Dalam makalah ini penulis tertarik meneliti lebih dalam mengenai salah satu teater tutur Betawi, gambang rancag. Kata gambang rancag terdiri atas dua kata yaitu gambang dan rancag. Gambang berarti musik pengiringnya adalah gambang kromong, sedangkan kata rancag sama artinya dengan pantun. Cerita yang dibawakan dengan dipantunkan disebut cerita rancagan, atau cukup disebut rancag atau rancak saja, berbentuk pantun berkait (Saputra, 2009: 58). Muhadjir (1986:164—165) mengungkapkan adanya perbedaan dialek dalam menyebutkan rancag pada orang Betawi Tengahan dan Pinggiran: rancag menurut ucapan orang Betawi Pinggiran diucapkan ‘rancag’, sedangkan menurut ucapan orang Betawi Tengahan ‘rancak’. Hal tersebut disebabkan orang Betawi Pinggiran biasa menyebutkan konsonan bersuara ‘b’, ‘d’, dan ‘g’.

Di kalangan rakyat, kesenian gambang rancag ini sebagai hiburan untuk memeriahkan pesta atau hajatan. Krisis ekonomi mempengaruhi seni pertunjukan ini sehingga, seniman gambang rancag berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari nafkah. Proses kelangsungan gambang rancag kian melemah sampai nyaris hilang. Pada tahun 1980, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta pernah menyelenggarakan seminar terkait gambang rancag.

(16)

xvi dan jumlah organisasi kesenian yang hidup di wilayah DKI tahun 1984/1985 (Muhadjir, dkk., 1986: 4), tidak satu pun tercatat kesenian gambang rancag.

Sampai sejauh ini, penulis berhasil menemui dua seniman gambang rancag bernama Jali dan anaknya, Firman, di Jalan Gandaria, dan mantan pemain gambang rancag, Diding dan Diman di Setu Babakan. Selain mereka, seniman gambang rancag antara lain Samad (Bapak dari Jali) yang dulu bermain bersama Jali dan Main di Gandaria. Grup musiknya bernama Jali Putra. Ada juga Entong Bedeh di Cijantung, Jakarta Timur, dan Amsar bersama Ali dan Minggu di Bendungan Jago, Jakarta Pusat. Grup musiknya bernama Cinta Damai. Sekarang ini, yang meneruskan gambang rancag hanya Firman, generasi ketiga, setelah Samad dan Jali. Dengan kata lain, gambang rancag sebagai salah satu seni dan kebudayaan Betawi nyaris hilang keberadaannya.

Masyarakat Betawi tinggal di Jakarta dan sekitarnya berdampingan dengan masyarakat non-Betawi. Di sanalah tempat masuknya berbagai jenis seni dan kebudayaan asing, tentu hal ini merupakan tantangan dalam mempertahankan gambang rancag. Ada beberapa faktor yang menyebabkan gambang rancag nyaris hilang, di antaranya karena setiap pemain gambang rancag harus mampu bernyanyi, dapat menyusun pantun, dan hafal jalan cerita yang dibawakan. Selain itu, juga disebabkan kurangnya publikasi dan promosi terhadap gambang rancag.

Penelitian yang cocok terhadap gambang rancag sebagai sebuah teater tutur Betawi adalah folklor. Kata folklor adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore yang terdiri atas dua kata folk dan lore. Di Indonesia yang memperkenalkan folklor sebagai sebuah cabang ilmu adalah James Danandjaja. Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (menemonic device) (Danandjaja, 1997: 2).

(17)

xvii yang dipakai dalam gambang rancag, serta upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan gambang rancag.

Selain dengan telaah pustaka, penulis mendapatkan informasi mengenai gambang rancag dengan wawancara dan dokumentasi pertunjukan yang lalu. Keistimewaan gambang rancag memiliki peluang besar untuk menjadi daya tarik wisata. Artinya, gambang rancag dapat menyumbang mengembangkan pariwisata budaya Betawi. Hal tersebut dapat terjadi dengan adanya promosi dan publikasi yang maksimal. Penulis berharap dengan adanya solusi kreatif dan inovatif yang penulis sampaikan dapat menumbuhkembangkan gambang rancag.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Apa fungsi dari gambang rancag sebagai teater tutur Betawi? 2. Seperti apakah formula yang dipakai dalam gambang rancag?

3. Upaya atau solusi apa yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan gambang rancag?

1.3Tujuan Penelitian

Dari tiga rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menguraikan fungsi dari gambang rancag sebagai teater tutur Betawi. 2. Menjelaskan formula yang dipakai dalam gambang rancag.

(18)

xviii 1.4Manfaat Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Rekan-rekan dan semua pihak Universiatas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Kota Madiun yang telah memberikan bantuan sehingga dapat terselesaikannya

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan penerapan metode SAS pada Mata Pelajaran Bahasa

(1) Pengawasan terhadap penerapan pemberlakuan SNI ISO 13006:2010 untuk Ubin Keramik kualitas pertama dan/atau persyaratan mutu dalam Lampiran I untuk Ubin Keramik

Aturan dan sanksi dibuat melalui kesepakatan bersama di nagari dan dituangkan dalam bentuk Peraturan Nagari (PERNA). Salah satu Perna yang pernah diterbitkan adalah Peraturan

PENGARUH METOD E LATIHAN SHORT INTERVAL TRAINING TERHAD AP PENINGKATAN KEMAMPUAN D AYA TAHAN PEMAIN FUTSALE. Universitas Pendidikan Indonesia

interval training terhadap peningkatan kemampuan daya tahan (endurance).. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka yang diharapkan. penulis melalui

Fast dissolving oral films: An innovative drug delivery system and dosage form.. Orally Fast Dissolving Films:Innovation In Formulation

Metode yang digunakan yaitu metode simple additive weighting (SAW), metode ini dipilih karena metode ini menentukan nilai bobot untuk setiap attribute,