• Tidak ada hasil yang ditemukan

Redevelopment Taman Budaya Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Redevelopment Taman Budaya Sumatera Utara"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni adalah sebuah bentuk ekspresi yang memiliki sifat-sifat kreatif,

emosional, individual, abadi, dan universal. Pandangan masyarakat terhadap seni

dapat dilihat dari tinggi rendahnya minat untuk melihat acara-acara seni seperti

drama, konser musik, tari, permutaran film, ataupun pameran lukisan. Dari sana

akan timbul ketertarikan dan keinginan untuk melihat, menonton kembali,

mempelajari, ataupun mendalami kesenian tersebut. Masyarakat akan mencari

wadah untuk berkreasi ataupun sekedar menikmati sehingga apresiasi terhadap

seni tersebut tersalurkan dan semakin meningkat. Apalagi seni dapat diminati oleh

segala golongan umur dan ekonomi.

Sesuai dengan salah satu sifat seni, yaitu kreatif, maka seni dapat dipakai

manusia untuk menciptakan kreasi-kreasi baru, mengikuti nilai-nilai yang

berkembang di masyarakat. Memang untuk berkreasi tidak perlu mengenal batasan

tempat dan waktu, tapi untuk menciptakan sesuatu yang dapat dikenal dan memiliki

dampak terhadap masyarakat maka ada faktor-faktor yang harus diperhatikan,

seperti tempat pertunjukan dan tempat latihan.

Medan adalah kota metropolitan ketiga terbesar di Indonesia, tetapi sejauh

ini wadah pertunjukan dan pengembangan minat seni masih sedikit dan belum

dikenal luas oleh masyarakat. Jika diperhatikan, Medan memiliki Pekan Raya

Sumatera Utara (PRSU) dan Taman Budaya Sumatera Utara, namun

tempat-tempat tersebut dinilai kurang memadai dilihat dari fisik bangunan dan fasilitas yang

ada.

Akhir 2012 hingga sekarang, berita tentang pengalihan Taman Budaya

Sumatera Utara dari kepengurusan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Pemerintagan Provinsi Sumatera Utara ke Pemerintah Kota Medan menjadi berita

hangat. Pasalnya, isu mengenai perubahan fungsi taman budaya mulai terdengar.

Walikota Medan, Rahudman Harahap menegaskan, bangunan Taman Budaya

Sumatera Utara (TBSU) tetap menjadi gedung kesenian yang kepemilikannya ada

pada Pemerintah Kota Medan (Pemko). Hal ini juga terlihat dari sebuah plang tepat

(2)

Budaya adalah milik Pemko Medan. Hak pengelolaan no 1 Kampung durian dan

akan dibangun serta dimanfaatkan".

Pemko Medan akan mengelola Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) di

Jalan Perintis Kemerdekaan Kelurahan Gaharu, Kecamatan Medan Timur.

Pengelolaannya akan diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Parawisita

(Disbudpar) Kota Medan bersama-sama dengan Dewan Kesenian Medan (DKM).

“Tanah atau lahan TBSU adalah milik Pemko Medan. Karena itu sesuai dengan Undang-Undang Otonomi Daerah, maka TBSU akan kita kelola.

Pengelolaannya kita serahkan kepada Disbudpar Kota Medan

bersama-sama dengan DKM. Kita akan segera alokasikan anggaran untuk pengelolaannya,” Rahudman Harahap, www.dnaberita.com, 14/2/2013.

Setelah Pemko Medan yang mengelola TBSU maka bangunan yang selama

ini digunakan sebagai tempat berkesenian dan diresmikan oleh Menteri Pariwisata

dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof DR Sjarief Thajib, pada 17 Maret 1977

itu langsung dibenahi. Hal itu dilakukan agar para komunitas seni di Kota Medan

dapat melakukan berbagai aktifitas seni, terutama dalam rangka mengembangkan

seni budaya di Sumut.

Medan harusnya memiliki tempat representatif dan ikonik terhadap nilai seni.

Representatif dan ikonik menjadi sudut pandangan umum masyarakat sehingga

mudah dikenal dan muncul ketertarikan untuk mencoba berkegiatan didalamnya.

Dari situ akan muncul keinginan untuk mencoba menonton, hingga akhirnya

mencoba untuk mempelajari. Para tokoh seni dan seniman pun dapat berkreasi

secara maksimal untuk dapat memberikan sajian pertunjukan seni bagi masyarakat,

hingga ikut terlibat dalam memberikan pengarahan ataupun pendalaman bagi

masyarakat yang berminat.

Taman Budaya Sumatera Utara merupakan tempat yang paling aktif dipakai

oleh para seniman Medan. Fungsinya sendiri sebagai tempat pelatihan dan

pembinaan seni dan budaya. Bukan hanya lokasinya yang strategis dan berada di

pusat kota, tapi masih aktifnya perangkat komunitas yang menggunakan lokasi

tersebut sebagai area pertunjukan atau sekedar berdiskusi. Terdapat 5 jenis

kesenian yang dikembangkan disini, yaitu seni rupa, seni tari, seni teater, seni

(3)

sanggar yang disediakan, cukup dengan mendaftar tanpa harus membayar. Disini

juga sering diadakan pertunjukan yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi dapat

disimpulkan tempat ini sesuai dengan target untuk mencapai apresiasi terhadap

seni, yaitu melihat, berlatih, hingga terlibat di dalam seni itu sendiri.

Akan tetapi jika dilihat dari kondisi fisik, Taman Budaya Sumatera Utara

belum sesuai dengan harapan yang ingin dicapai, yaitu menjadi representatif dan

ikonik. Perlu dilakukan peremajaan kembali terhadap Taman Budaya Sumatera

Utara sehingga secara fungsional maupun fisik bisa berjalan dengan baik dan

berfungsi semakin optimal. Maka dapat disimpulkan Redevelopment Taman

Budaya Sumatera Utara menjadi solusi yang baik sebagai wujud peduli dalam

peningkatan apresiasi seni masyarakat Kota Medan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dipilihnya studi kasus proyek Redevelopment Taman

Budaya Sumatera Utara ini adalah :

 Meningkatkan kualitas wadah yang menampung apresiasi dan minat terhadap seni budaya,

 Menjadi salah satu wadah pelestarian dan pengembangan seni budaya di Kota Medan,

 Menjadi tempat informasi, tempat edukasi informal, dan sarana pertunjukan seni budaya di Kota Medan,

 Meningkatkan fasilitas-fasilitas yang ada sehingga berpengaruh dalam peningkatan kualitas daya kreatif para pelaku seni,

 Menjadi tempat yang representatif dan dikenal sebagai ruang terbuka publik oleh masyarakat.

1.3 Lingkup Permasalahan

Masalah yang akan timbul dalam Redevelopment Taman Budaya Sumatera

Utara adalah :  Fungsi

 Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan

(4)

 Bagaimana menciptakan fasilitas seni yang dapat mewadahi minat masyarakat kota Medan akan seni,

 Bagaimana sirkulasi yang menghubungkan beberapa fungsi atau ruang yang berbeda,

 Bagaimana menyediakan ruang-ruang yang sesuai dengan aktifitas-aktifitas yang ada dan dapat memberikan kenyamanan pada setiap pertunjukan,  Pengaturan sirkulasi dan kenyamanan manusia dalam menikmati

pertunjukan baik indoor maupun outdoor,

 Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek

sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek.  Arsitektur

 Bagaimana pemilihan material yang tepat sesuai dengan kondisi eksisting serta suhu sehingga dapat mendukung karakter bangunan,

 Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang nyaman untuk pengunjung proyek ini,

 Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil.  Struktur

 Bagaimana pemecahan masalah struktur dan akustik bangunan,

 Bagaimana memilih struktur yang tepat dan mampu mendukung bangunan, baik bentuk maupun kekuatan sesuai dengan kebutuhan.

 Utilitas

 Bagaimana pengaturan sistem utilitas pada bangunan sehingga memiliki nilai komersial yang tinggi.

1.4 Metode Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan terhadap pemecahan permasalahan dalam

kasus Redevelopment Taman Budaya Sumatera Utara ini adalah :

a. Studi Pustaka

Studi ini mencakup pemahaman kebutuhan dan kelayakan akan lokasi, pola

aktifitas yang terjadi di dalamnya dan kebutuhan akan ruang-ruang dan

(5)

b. Wawancara

Melakukan tanya jawab mengenai fungsi dan harapan yang ingin dicapai

dengan pengelola ataupun masyarakat pecinta seni untuk membantu

memperlengkap data sehingga menunjang perencanaan dan perancangan.

c. Studi Literatur

Studi literatur merupakan suatu pendekatan masalah secara deskriptis dengan

mempelajari pemahaman tentang arsitektur dan pengalamannya melalui studi

dan tinjauan pustaka. Hal yang dilakukan selama studi literatur antara lain :  Mempelajari dan memahami kebutuhan dan persyaratan yang dibutuhkan

terkait dengan perencanaan dan perancangan,

 Mempelajari karakter bentuk, material, warna, tekstur, dan skala yang dapat merangsang kreatifitas,

 Mempelajari karakter para pecinta seni pada umumnya,

 Mempelajari dasar-dasar teoritis melalui studi pustaka dan asistensi sebagai panduan kelayakan program yang sesuai dengan judul perancangan.

d. Survey Lapangan

Survey lapangan yang dilakukan berfungsi untuk :

 Mendapatkan data-data mengenai kondisi, potensi, lokasi, dan hal-hal yang dapat mempengaruhi proses perancangan,

 Mempelajari kondisi dan karakter lokasi.

1.5 Lingkup dan Batasan Proyek

a. Lingkup kajian

 Proyek bersifat fiktif

 Seluruh aspek fisik yang berhubungan dengan pembahasan bangunan Redevelopment Taman Budaya Sumatera Utara baik yang menyangkut

kondisi lingkungan tapak, massa bangunan dan program ruang.

 Objek pelaku untuk Redevelopment Taman Budaya Sumatera Utara merupakan golongan semua umur.

b. Batasan

 Tidak ada batasan umur bagi pelaku kegiatan karena sifatnya yang umum.  Ada batasan mengenai jenis kesenian yang akan dilatih dan dibina, karena

(6)

1.6 Kerangka Berpikir

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Judul

Redevelopment Taman Budaya Sumatera Utara

Tema

Arsitektur Regionalisme

Latar Belakang Tema

 Mampu meleburkan gaya arsitektur lama dengan gaya arsitektur modern,

 Menjadi lebih sensitif dengan vernakularisme dan keadaan lingkungan sekitar sehingga menjadi ikonik dan kontras dengan tidak mengabaikan sekitar.

Latar Belakang Judul

 Menyediakan wadah yang mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni,  Meningkatkan fungsinya

sebagai tempat pelatihan, pembinaan, sekaligus pertunjukan seni.

Tujuan dan Manfaat

 Menjadi salah satu wadah pelatihan, pembinaan, dan pertunjukan seni di Kota Medan, baik dari seni rupa, seni tari, seni teater, seni musik, dan seni sastra,

 Menjadi salah satu wadah yang mampu meningkatkan kualitas seni dari pelaku dan penikmat seni di Kota Medan.

Pengumpulan Data

 Studi literatur dan studi banding,  Studi lokasi : ukuran site, GSB, peraturan pemerintah, batas-batas site.

Perumusan Masalah

 Bagaimana mendapatkan konsep bangunan yang representatif dengan pendekatan regionalisme dan disesuaikan dengan fungsi bangunan dan lingkungan sekitar,  Bagaimana menyatukan semua

fasilitas yang ada sehingga dapat berintegrasi dengan baik,

 Bagaimana pemecahan struktur bangunan yang sesuai dengan fungsi bangunan,

 Bagaimana melibatkan pengguna agar mampu menikmati proses seni tersebut melalui pendalaman agenda kegiatan yang terencana.

Analisis Perancangan  Analisa Site,

 Analisa Kegiatan,  Analisa Ruang,

 Analisa Bentuk dan Langgam Bangunan.

Konsep Perancangan  Konsep massa

 Konsep tapak  Konsep desain

Desain Akhir

(7)

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Menjelaskan secara garis besar yang menjadi dasar perumusan

perancangan yang meliputi : latar belakang, maksud dan tujuan, masalah

perancangan, pendekatan, lingkup dan batasan proyek, kerangka berpikir, dan

sistematika pembahasan.

BAB II Deskripsi Proyek

Berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tinjauan umum,

tinjauan proyek, tinjauan fungsi, dan studi banding proyek sejenis.

BAB III Elaborasi Tema

Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema,

keterkaitan tema degan judul, dan studi banding tema sejenis.

BAB IV Analisa Perancangan

Berisi analisa secara fisik, meliputi lokasi, eksisting, tata guna lahan, potensi,

dan kondisi site, dan analisa secara non fisik, meliputi analisa kegiatan, pengguna,

jumlah pengunjung, bentuk, dan deskripsi besaran ruang.

BAB V Konsep Perancangan

Berisi konsep perancangan hasil analisa komprehensif yang digunakan

sebagai alternatif pemecahan masalah.

BAB VI Gambar Perancangan

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

There are some perspectives in the arrangement of interregional cooperation pattern, namely: (i) management perspective, such as Intergovernmental Management (IGM)

[r]

Secara mekanika, material kayu ini memiliki massa yang relatif ringan sehingga memperkecil beban yang diterima oleh tiang penyangga, memiliki nilai inersia yang rendah, mudah

yang dimanfaatkan oleh Suku Osing sebagai obat tradisional, mengetahui cara.. penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional, dan

Keterangan : Dimohon membawa dokumen Asli yang datanya dimasukan dalam isian dokumen kualifikasi sesuai dengan dokumen yang di upload/diunggah pada saat

Praktik mengajar dilakukan mulai tangal 10 Agustus 2015 sampai 12 September 2015 dengan guru pembimbing Ibu Lilik Yuliani, S.Pd. Sesuai dengan teknis pelaksanaan PPL

SALAH SATU POTENSI WISATA YANG ADA DI KECAMATAN IMOGIRI/ BANTUL/ YAKNI. ZIARAH MAKAM

suhu ini di sebabkan struktur material ini adalah FCC(face centered cubic) ,dimana juga material 5083 terdapat campuran magnesium yang dapat bekerja dengan baik