• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN BROADBA pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN BROADBA pdf"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN

BROADBAND

ACCES

DI INDONESIA

Makalah

Disusun sebagai pengganti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen dan Keekonomian Proyek Teknik

Dosen Pengajar : DR. Ir. Iwan Krisnadi MBA

Oleh :

Ria Rizki Yuliana 1706992513

PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

(2)

ABSTRAK

Saat ini peran informasi menjadi sangat penting baik untuk kepentingan pemerintahan, perekonomian, sosial budaya, dan bahkan pertahanan keamanan. Oleh karena itu, pola pikir yang menempatkan prasarana informasi dan komunikasi hanya sebagai pelengkap dan pemberdaya harus disesuaikan dengan kondisi global saat ini yang menuntut informasi menjadi motor penggerak pembangunan.

Broadband memungkinkan penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian informasi dilakukan secara lebih cepat, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel sehingga informasi tersebut tidak kehilangan nilai dan bahkan dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.

Seiring dengan perkembangan infrastruktur jaringan 4G di tanah air, pemerintah, dalam hal ini Kementrian Telekomunikasi dan Informasi (Kemkominfo), mulai menelurkan kebijakan berbagi jaringan atau active network sharing. Langkah ini mulai santer dibicarakan beberapa waktu belakangan. Dalam jangka panjang, impelementasi berbagi infrastruktur diharapkan bisa membuat industri telekomunikasi semakin terjangkau dan berkelanjutan.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai strategi apa yang harus dilakukan oleh Pemrintah dalam rangka percepatan pengembangan Broadband Access di Indonesia dengan menggunakan metode SWOT untuk mengetahui keterkaitan antara peluang eksternal dengan kekuatan internal serta kelemahan internal dengan ancama eksternal. Dari analisa tersebut akan menghasilkan strategi yang akan digunakan oleh Pemerintah dalam percepatan pengembangan Broadband Access di Indonesia.

Kata Kunci : Broadband Access, Sharing Infrastruktur, SWOT.

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

a. Peran Broadband sebagai Pendorong Pembangunan

Saat ini peran informasi menjadi sangat penting baik untuk kepentingan pemerintahan, perekonomian, sosial budaya, dan bahkan pertahanan keamanan. Oleh karena itu, pola pikir yang menempatkan prasarana informasi dan komunikasi hanya sebagai pelengkap dan pemberdaya harus disesuaikan dengan kondisi global saat ini yang menuntut informasi menjadi motor penggerak pembangunan.

Broadband memungkinkan penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian informasi dilakukan secara lebih cepat, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel sehingga informasi tersebut tidak kehilangan nilai dan bahkan dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.

Peran TIK khususnya broadband sebagai mesin pertumbuhan di seluruh aspek pembangunan dalam tahun-tahun mendatang juga diyakini oleh dunia internasional. Urgensi implementasi pitalebar dalam pembangunan diangkat oleh berbagai konferensi dan pertemuan internasional dan nasional seperti dinyatakan dalam United Nations Conference on Sustainable Development (Rio+20) yang diadakan pada bulan Juni 2012.

(3)

Dalam rangka mewujudkan pencapaian broadband yang akan mendorong pembangunan dan penciptaan nilai tambah bagi masyarakat, maka pemerintah telah menyelesaikan penyusunan rencana pembangunan pitalebar nasional yang dituangkan dalam Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 dan ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014. Pitalebar dalam Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 didefinisikan sebagai akses internet dengan jaminan konektivitas selalu tersambung, terjamin ketahanan dan keamanan informasinya serta memiliki kemampuan triple-play dengan kecepatan minimal 2 Mbps untuk akses tetap (fixed) dan 1 Mbps untuk akses bergerak (mobile).

Walaupun pitalebar didefinisikan secara teknis, keberhasilan pembangunan pitalebar tidak saja dinilai dari penyediaan prasarana, tetapi juga dari tingkat adopsi dan kualitas penggunaannya dalam mendukung pertumbuhan pembangunan nasional dan daya saing Indonesia di tingkat global, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Dalam lima tahun ke depan (2019), pembangunan pitalebar nasional direncanakan dapat memberikan akses tetap di wilayah perkotaan ke 71% rumah tangga (20 Mbps) dan 30% populasi, serta akses bergerak ke seluruh populasi (1 Mbps). Adapun di wilayah perdesaan, prasarana pitalebar akses tetap diharapkan dapat menjangkau 49% rumah tangga (10 Mbps) dan 6% populasi, serta akses bergerak ke 52% populasi (1 Mbps).

Untuk meningkatkan adopsi layanan pitalebar oleh masyarakat luas, harga layanan pitalebar ditargetkan paling tinggi sebesar 5% dari rata-rata pendapatan bulanan pada akhir tahun 2019. Penguatan industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam negeri diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar terjaring (captive market) yang meliputi 4,5 juta orang Pegawai Negeri Sipil, 50 juta siswa, 3 juta pendidik, dan 60 juta rumah tangga pengguna internet. Target dalam pembangunan sarana prasarana Broadband pemerintah telah menetapkan target sebagai berikut :

(4)

Upaya-upaya mendorong percepatan pengembangan pita lebar di Indonesia telah dilakukan secara parsial oleh masing-masing operator dengan salah satu diantaranya ekspansi jaringan , pengembangan BTS, dan lain –lain. Namun upaya tersebut masih belum cukup dapat mencapai target-terget yang di butuhkan oleh masyarakat.

c.Capaian Rencana Pita Lebar ( Broadband) Indonesia

Dari sekian target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, masih banyak target-target yang belum dapat dipenuhi antara lain: mobile broad-band harus mencapai 100% populasi pada tahun 2019 masih menyisakan 7% target populasi khususnya untuk wilayah rural. Kemudian Fixed Broadband yang harus mencapai 49% rumah tangga dan tarif fixed broadband untuk rumah tangga yang relatif masih dibawah target RPI yaitu baru mencapai 2% dari pendapatan perkapita dari target 5% dari pendapatan perkapita. (RPI 2014-2019)

d. Krisis Frekuensi Spektrum untuk Mobile Broadband Indonesia.

“Mobile broadband menjadi andalan untuk meningkatkan penetrasi internet di Indonesia. Masalahnya, ada bahaya laten yang harus bisa diatasi yakni krisis spektrum,” ungkap Dirjen SDPPI kala menjadi pembicara di seminar National Broadband Economy (Sumber : IndoTelko.com).

Cepatnya kondisi krisis spektrum untuk mobile broadband tak bisa dilepaskan dari peningkatan penggunaan perangkat pintar seperti komputer tablet dan smartphone yang menuntut pemakaian frekuensi radio sebagai elemen pokok yang menghubungkan setiap perangkat gadget.

e. Penerapa sharing infrastruktur mendapat penolakan Big Operator

Seiring dengan perkembangan infrastruktur jaringan 4G di tanah air, pemerintah, dalam hal ini Kementrian Telekomunikasi dan Informasi (Kemkominfo), mulai menelurkan kebijakan berbagi jaringan atau active network sharing. Langkah ini mulai santer dibicarakan beberapa waktu belakangan. Dalam jangka panjang, impelementasi berbagi infrastruktur diharapkan bisa membuat industri telekomunikasi semakin terjangkau dan berkelanjutan. Hal tersebut terkait dengan rencana penyediaan jaringan pita lebar dan menjadikan industri telekomunikasi semakin efisien. Selama ini sejumlah operator sudah melakukan passive sharing yang meliputi penggunaan tower, BTS (base tranceiver station), dan pasokan daya.

(5)

Dalam implementasinya nanti, pemerintah tidak akan memaksa operator, tetapi hanya menganjurkan. Hal ini mengingat adanya pertimbangan bisnis antar operator yang harus diperhitungkan. Ada beberapa model dalam penerapan network sharing, di antaranya adalah multi operator radio access network (MORAN) dan multi operator core network (MOCN). Pada model MORAN, dua operator atau lebih akan berbagi BTS, namun tetap menggunakan spektrum frekuensi masing-masing. Sedangkan MOCN adalah berbagi BTS, sekaligus berbagi spektrum frekuensi. Dalam MOCN, kedua operator sepakat untuk saling berbagi spektrum yang dimilikinya.

XL dan Indosat menyambut baik kebijakan active network sharing ini. Kedua operator tersebut akan menggunakan jaringan 4G-LTE bersama melalui (MORAN) di Banyumas, Surakarta, Batam, dan Banjarmasin. Kerja sama ini rencananya diteruskan untuk beberapa kota lainnya.

Namun demikian Operator terbesar indonesia yaitu PT. Telkomsel menolak rencana penerapan Kebijakan Sharing Infrastructure yang di gagas oleh Kementerian Kominfo. Perusahaan ini menilai bahwa 10 Negara pengguna selular terbesar, hanya 2 negara yang melakukan Active Network Sharing yakni Brasil dan Rusia. Jika dilihat dari market share di kedua Negara tersebut, tidak ada operator yang dominan. Dan Active Network Sharing tersebut dilakukan antar operator dengan market share yang setara. Telkomsel juga melihat bahwa tidak ada Negara yang memberlakukan Active Network Sharing di Negara-negara yang memiliki operator yang dominan. “Jadi, tidak ada benchmark yang memadai untuk Indonesia melakukan langkah ini,” ujar Ivan lebih lanjut. Bahkan, Telkomsel melihat bahwa Active Network Sharing ini tidak memberikan manfaat lebih kepada pelanggan dan Operator. Padahal, untuk mendukung program percepatan pita lebar, efisiensi biaya dari Active Network Sharing harus dialokasi kepada percepatan penggelaran jaringan.

Selanjutnya PT Telkomsel melihat bahwa Active Network Sharing tidak menjamin kesetaraan dan keseimbangan pembangunan jaringan. Hal ini mengingat bahwa :

1) UU RI 36/ 1999 Tentang Telekomunikasi menimbang Point b : bahwa penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa.

2) Lisensi 3G yang diberikan bersama-sama pada tahun 2006 tidak disertai dengan komitmen pembangunan yang sama untuk semua operator sehingga beberapa operator hanya membangun di daerah-daerah yang menguntungkan saja. Hal ini bertentangan dengan semangat pemerataan pembangunan yang diamanatkan UU. Terlihat adanya kelemahan pada reward dan punishement.

(6)

saat ini pembangunan BTS Indonesia perlu ditingkatkan. Sebagai gambaran, untuk total impor komponen network adalah 2,288 juta USD. Sebesar 70% adalah belanja untuk network Telko atau sebesar 1,601.6 juta USD yang digunakan untuk Impor komponen BTS. Sedangkan untuk Network Sharing akan memberikan saving sebesar 30% dari impor komponen BTS atau sebesar 480.5 juta USD.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan kondisi eksisting sebagaimana telah dijabarkan pada latar belakang di atas, dan didukung bahwa melihat kebutuhan dan target yang telah ditetapkan maka upaya-upaya “biasa” dengan mengandalkan kemampuan ekspansi penyelenggara telekomunikasi tidak akan cukup dapat mengejar target dan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat Indonesia khususnya dalam industri TIK serta langkanya spectrum frekuensi sebagai salah satu sumber daya dalam mendorong percepatan broadband. Dengan melihat kondisi tersesehingga diperlukan suatu strategi yang baik dalam melakukan percepatan pengembangan pita lebar di Indonesia.

1.3. Batasan Masalah

Dalam penulisan ini kami sengaja membatasi pembahasan masalah pada kekhususan pada bagaimana analisa strategi percepatan pengembangan broadband access di Indonesia berdasarkan analisa SWOT, formulasi strategi dan implementasi strategi dalam strategi percepatan pengembangan pita lebar melalui perumusan kebijakan sharing infrastruktur oleh pemerintah.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi-strategi yang harus diambil pemerintah, sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang ada pada saat ini dalam rangka melakukan percepatan Broadband Access di Indonesia.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan Jurnal ini nantinya diharapkan antara lain :

a. Secara akedemis dapat bermanfaat bagi para peneliti berikutnya sebagai referensi, rujukan atau bandingan pada penulisan atau penelitian yang serupa;

b. Secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai referensi pemerintah dalam menentukan strategi dalam pengembangan pita lebar;

c. Secara pribadi sebagai syarat kelulusan dalam penyelesaian studi magister manajemen telekomunikasi;

1.6. Data Penelitian

(7)

2. Tinjauan Teoritis 2.1 Definisi Broadband

Banyak yang mengasosiasikan broadband dengan kecepatan transmisi tertentu atau seperangkat layanan tertentu, seperti digital subscriber loop (DSL) atau jaringan area lokal nirkabel (wLAN). Namun, karena teknologi broadband selalu berubah, definisi broadband juga terus berkembang.

Saat ini menurut Internasional Telecommunication Union (ITU) (2003), istilah broadband biasanya menggambarkan koneksi Internet terbaru yang berkisar antara 5 kali sampai 2000 kali lebih cepat daripada teknologi dial-up Internet sebelumnya. Namun, istilah broadband tidak mengacu pada kecepatan tertentu atau layanan tertentu. Broadband menggabungkan kapasitas koneksi (bandwidth) dan kecepatan. Rekomendasi I.113 dari Sektor Standardisasi ITU mendefinisikan broadband sebagai "kapasitas transmisi yang lebih cepat daripada tingkat dasar Integrated Services Digital Network (ISDN) pada 1,5 atau 2,0 Megabit per detik (Mbits)".

Teknologi broadband secara umum didefinisikan sebagai jaringan atau serviceinteret yang memiliki kecepatan transfer yang tinggi karena lebar jalur data yang besar. Meskipun jalur data yang disediakan untuk penggunanya sangat lebar, teknologi broadband biasanya membagi jalur lebar tersebut dengan pengguna sekitarnya. Namun jika tidak ada yang menggunakan, pengguna akan menggunakan sepenuhnya jalur lebar tersebut (Rukayya, 2011).

Teknologi broadband atau pita lebar merupakan salah satu tenologi media transmisi yang mendukung banyak frekuensi, mulai dari frekuensi suara hingga video. Teknologi broadband bisa membawa banyak sinyal dengan membagi kapasitasnya (yang sangat besar) dlam beberapa kanal bandwidth. Setiap kanal beroperasi pada frekuensi yang spesifik. Secara sederhana, istilah teknologi broadband digunakan untuk menggambarkan sebuah koneksi berkecepatan 500 Kbps atau lebih. Tetapi Federal Communication Commission (FCC) mendefinisikan broadband dengan kecepatan minimal 200 Kbps. Saat ini, teknologi broadband wireless merupakan tujuan utama dari evaluasi teknologi telekomunikasi.

Broadband menawarkan akses data multimedia berkecepatan tinggi berupa layanan gambar, audio, dan video termasuk videostreaming, video messaging. Melalui perangkat yang mendukung teknologi tersebut, pengguna juga bisa mengakses hiburan mobile TV dan mengunduh musik, serta melakukan komunikasi real-time menggunakan teknologi fixed mobile seperti webcam melalui ponsel.

Definisi umum broadband adalah proses pengiriman dan penerimaan data melalui sistem jaringan telekomunikasi dengan kecepatan tinggi. Umumnya kecepatan mulai dari 256 Kbps sampai dengan 100 Mbps yang terhubung dengan perangkat pengguna/pelanggan disebut broadband (Rukayya, 2011).

2.1.1. Definisi Pitalebar Indonesia

(8)

menggunakannya, yang dapat berbeda antara negara berkembang dan negara maju (Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019, p.46)

Pitalebar dalam dokumen Rencana Pitalebar Indonesia (RPI 2014-2019, p.46) didefinisikan sebagai akses internet dengan jaminan konektivitas selalu tersambung, terjamin ketahanan dan keamanan informasinya, serta mamiliki kemampuan triple-play dengan kecepatan minimal 2 Mbps untuk akses tetap dan 1 Mbps untuk akses bergerak.

Walapun pitalebar didefinisikan secara teknis, keberhasilan pembangunan pitalebar tidak saja dinilai dari penyediaan prasarana, tetapi juga dari tingkat adopsi dan kualitas pemanfaatan pitalebar yang mendukung pertumbuhan pembangunan nasional, penguatan daya saing Indonesia di tingkat global, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

2.1.2. Konsep Pembangunan Pitalebar Indonesia

Pembangunan pitalebar merupakan isu kompleks yang tidak hanya berorietnasi kepada pembangunan prasarana tetapi juga kepada pemberdayaan masyarakat agar adopsi dan utilisasi pitalebar memiliki makna. Pembangunan pitalebar tidak hanya diarahkan untuk kepentingan ekonomi tetapi juga ke seluruh aspek pembangunan termasuk pertahanan keamanan. Pembangunan pitalebar sebagai sabuk pengamanan informasi di daerah perbatasan negara merupakan salah satu bentuk menjaga kedaulatan bangsa.

Pembangunan pitalebar nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan daya saing bangsa dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Dengan demikian, Rencana Pitalebar Indonesia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rencana dan strategi pembangunan nasional seperti RPJPN, MP3EI, RPJMN, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) seperti yang disajikan dalam Gambar di bawah ini.

(9)

Rencana Pitalebar Indonesia disusun dengan mengacu kepada visi pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Sejalan dengan visi pembangunan nasional 2025, visi RPI adalah memberdayakan masyarakat untuk mendukung transformasi Indonesia menjadi negara maju melalui pengembangan dan pemanfaatan pitalebar sebagai prasarana dan meta-infrastructure. Pitalebar Indonesia dibangun untuk mencapai tiga tujuan pembangunan yaitu (1) mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing bangsa; (2) mendukung peningkatan kualitas pembangunan manusia Indonesia; dan (3) menjaga kedaulatan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut, pitalebar mempunyai empat pilar utama yaitu (1) prasarana dan keamanan; (2) adopsi dan utilisasi kreatif; (3) legislasi, regulasi dan kelembagaan; serta (4) pendanaan. Kerangka rancangan pitalebar secara ringkas disampaikan dalam Gambar berikut.

Gambar 3 Kerangka Rancangan Pitalebar Indonesia 2014-2019

2.2 Definisi Strategi

Strategi secara umum adalah teknik untuk mendapatkan kemenangan (victory) pencapaian tujuan (to achieve goals). Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi, pengembangan produk , penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture (David, p.15, 2004).

(10)

1. Pengertian Umum Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuantersebut dapat dicapai.

2. Pengertian khusus Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang barudan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

Menurut Rangkuti (2013, p.183) strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimulkan bahwa strategi adalah suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan dan keunggulan bersaing dengan mempertimbangkan faktor eksternal dan internal suatu perusahaan atau organisasi.

2.3 Definisi Analisa SWOT

Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam pemilihan strategi dasar adalah melalui analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2006) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan atau organisasi. Dengan demikian perencanaan strategis strategic plannner) harus menganilisi faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

Menurut Kotler (2009, p.51) analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threats) merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran eksternal dan internal. Sebelum melakukan pola pikir pendekatan analisa SWOT ini dibagi menjadi 3 aspek. Adapun ketiga aspek dalam analisa SWOT ini adalah terdiri dari :

1. Aspek Global

Dalam aspek global ini kita harus mengetahui SWOT atau KEKEPAN kita yang berkaitan dengan aspek global, aspek yang besifat garis besar, yang kadang-kadang bersifat internasional serta tidak jarang bernuansa religius. Aspek global ini sangat berkaitn dengan “Misi” dan ”Visi” yang harus dikembangkan oleh perusahaan kita 2. Aspek Strategis

(11)

3. Aspek Operasional

Aspek operasional merupakan aspek yang bersifat jangka pendek atau tahunan, atau bahkan kurang dari setahun. Renana operasional ini akan menjabarkan secara operasional serta rinc terhadap rencana strategis. Operasionalisasi terhadap strategi yang dipilih dan ditetapkan harus ditindaklanjuti dalam bentuk keterampilan atau keahlian yang harus dikuasai, bentuk-bentuk latihan yang harus dilaksanakan, alat-alat macam apa yang harus disiapkan, begitu pula siapa personalis yang harus melakukannya dan sebagainya.

Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan (gambar 1.)

Gambar 4 Diagram SWOT

Kuadran I :

Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II :

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran III :

Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around).

(12)

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive).

Dalam analisis SWOT, dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal maupun eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masing-masing faktor tersebut, kemudian dilakukan skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian ditentukan fokus rekomendasi strategi.

2.3.1. Matrik SWOT

Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti pada Tabel berikut :

E F I E F E

STRENGTH (S)

(Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal)

WEAKNESSES

(Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal)

OPPORTUNITIES (O) (Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal)

Strategi SO

Daftar kekuatan untuk meraih keuntungan dari peluang yang ada

Strategi WO

Daftar untuk memperkecil

kelemahan dengan memanfaatkan keuntungan dari peluang yang ada

THREATS (T)

(Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal)

Strategi ST

Daftar kekuatan untuk

menghindari ancaman

Strategi WT

Daftar untuk memperkecil

kelemahan dan menghindari ancaman

Tabel 1 Contoh Matrik SWOT

Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi sebagai berikut : 1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal. 2. Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

(13)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.

Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi WT (Weaknesses-Threats). Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:

1. Tuliskan kekuatan internal organisasi yang menentukan. 2. Tuliskan kelemahan internal organisasi yang menentukan. 3. Tuliskan peluang eksternal organisasi yang menentukan. 4. Tuliskan ancaman eksternal organisasi yang menentukan.

5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat.

6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat.

7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat.

8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT dalam sel yang tepat.

2.3.2. Analisis Faktor Strategis Eksternal

Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi (Rangkuti, 2006). Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors AnalysisSummary/EFAS), dengan langkah sebagai berikut :

1. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.

2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1.

3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-msing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1.

4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

(14)

Faktor-faktor

Strategis Eksternal Bobot Rating

Skor Pembobotan

Tabel 2 Faktor-Faktor Strategis Eksternal (EksternalStrategic Factors Analysis Summary/EFAS)

2.3.3. Analisis Faktor Strategis Internal

Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (InternalStrategic Factors AnalysisSummary/IFAS). Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel 3 berikut.

Faktor-faktor Strategis

Internal Bobot Rating

Skor Pembobotan

(15)

3. Metode Penelitian

a. Penelitian Deskritif Kualitatif

Metode penelitian yang akan digunakan dalam peniltian ini adalah metode deskriptif kualititatif dimana penelitian akan mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang yaitu dimana pemerintah dihadapkan dalam kondisi untuk dapat memenuhi target ketercapaian pengembangan pita lebar di Indonesia namun disisi lain dihadapkan pada kondisi adanya krisis spectrum frekuensi. Penelitian ini akan memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung.

b. Hipotesis Deskriftif

Rumusan hipotesys deskriptif adalah jawaban sementara untuk rumusan masalah deskriptif, yaitu berkaitan dengan variabel mandiri.khusus dalam penulisan ini akan difokuskan pada jawaban perlunya sebuah upaya khusus dan wajib oleh pemerintah dalam mempercepat pengembangan broadband melalui kebijakan infrastruktur sharing. Dengan merumuskan kekurangan dan kelebihan pada masing faktor internal dan eksternal melalui analisa SWOT maka akan dapat diketahui seberapa kuat kebijakan infrasktur sharing dapat dijadikan sebagai strategi dalam mendorong percepatan pengembangan acces broad band.

4. Analisa dan Pembahasan 4.1 Analisa Matrik SWOT

Berikut analisa Strategi Percepatan Pembangunan Acces Broadband di Indonesia melalui Insfrastruktur Sharing, dalam matriks SWOT.

STRENGTH (S)

1) Telah diterapkan di negara-negara lain dan sukses; yang Effisien dan Efektif

WEAKNESSES (W) 1) Belum ada payung

hukum yang kuat yang melandasi pelaksanan sharing infrasktruktur 2) Perlu melakukan Revisi

Undang-Undang yang telah menerapkan kebijakan yang serupa 4) Pemerintah belum

menciptakan

(16)

5) Dapat dijadikan sebagai tools untuk mendorong pemerataan akses Broad Band;

6) Tidak Membutuhkan Biaya Besar dalam antaroperator, yang saat ini masih rendah (low coverage gap).

6) Kurangnya pengawasan yang tegas dan atas tinggi belum didukung dengan ketersediaan spectrum frekuensi

OPPORTUNITIES (O) ada keleluasaan sebagai hasil kompetisi pelayanan.

5) Masyarakat di luar Jawa khususnya dapat

Strategi S-O

1) Mencontoh penerapan infrastruktur sharing dari negara-negara lain guna mendorong pemerataan layanan broadband dan kompetisi layanan pada suatu wilayah;( S1-O2;O3)

2) Menyusun dan

melakukan langkah kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi

1) Mewujudkan efisiensi sumberdaya namun perlu didukung dengan kebijakan yang memadahi terlebih dahulku;( W1,W2-O1;) 2) Mendorong kompetisi

layanan pada suatu wilayah dengan tetap memperhatikan kondisi 4) Dengan mendorong

(17)

memanfaatkan layanan telekomunikasi untuk meningkatkan

produktivitas di berbagai bidang.

4) Melindungi industri telekomunikasi dalam menjalankan pelayanan masyarakat dengan kebijakan dan landasan hukum yang tepat(S3-O4).

5) Dengan memanfaatkan anggaran seefisien mungkin namun dapat meningkatkan devisa dan dapat meningkatkan produktivitas rata-rata ( S5-O6;O7) 2) Pembangunan infrasktur

di daerah terpencil terancam terhambat jika kebijakan yang diambil tidak memberikan win win solution, sehingga akan berdampak pada gagalnya pemerataan akses;

3) Penyelenggara telekekomunikasi

berpotensi tidak sepakat satu sama lain dalam pelaksanaanya;

4) Menurunya revenue penyelenggara

telekomunikasi yang memiliki komitmen tinggi dalam pembangunan. 5) Menurunya kualitas

pelayanan pada customer

Strategi S-T

1) Melakukan upaya pendekatan kepada kualitas layanan kepada masyarakat;(S1-T5); 3) Melakukan evaluasi dan

pengawasan kebijakan sekaligus persaingan usaha yang sehat(S2-T2,T4)

4) Menyusun Kebijakan

dengan melihat

kelemahan kebijakan masa lalu (S3-T3).

Strategi W-T

1) Perlu adanya hukum yang kuat (W1,W2-T1) 3) Melakukan pemetaana

seluruh kekuatan jaringan penyelenggara sebelum memutuskan kebijakan yang akan diambil (W3-,T5,T4)

4) Memperkuat fungsi pengendallian (W5-T2) 5) Melakukan penataan

(18)

salah satu operator (Customer Experience)

akibat sharing

infrasttruktur dimaksud.

Tabel 4 Analisa SWOT Strategi Percepatan Pengembangan Broadband Access di Indonesia

4.1.1. Analisis Faktor Strategis Eksternal

Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi. Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah sebagai berikut :

1. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.

2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1.

3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-msing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1.

4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi organisasi pada diagram analisa SWOT.

Peluang

(Opportunities/O) Bobot (B) rating (r) Bxr

O1 0,15 4 0,60

O2 0,10 3 0,30

O3 0,10 3 0,30

O4 0,10 4 0,40

O5 0,10 3 0,30

O6 0,10 3 0,30

O7 0,10 3 0,30

Ancaman (treath/T)

T1 0,065 2 0,13

(19)

T3 0,025 1 0,03

T4 0,055 2 0,11

T5 0,08 1 0,08

TOTAL 1,00 2,90

Tabel 5 Analisa Faktor-Faktor Strategis Eksternal (EksternalStrategic Factors Analysi Summary/EFAS) Strategi Percepatan Pengembangan Broadband

Access di Indonesia

4.1.2. Analisis Faktor Strategis Eksternal

Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (InternalStrategic Factors AnalysisSummary/IFAS). Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel berikut.

Kekuatan

Strengthen(S) Bobot (B) rating (r) Bxr

S1 0,16 4 0,64

S2 0,16 4 0,64

S3 0,18 4 0,72

S4 0,09 3 0,27

S5 0,08 3 0,24

S6 0,08 3 0,24

S7 0,05 4 0,2

Kelemahan

Weaknesses(W)

W1 0,042 2 0,084

W2 0,037 2 0,074

W3 0,022 1 0,022

W4 0,032 2 0,064

W5 0,029 1 0,029

W6 0,038 1 0,038

W7

TOTAL 1 3,261

Tabel 6 Analisa Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysi Summary/IFAS) Strategi Percepatan Pengembangan Broadband Access

di Indonesia

4.2 Penentuan dan Perumusan Jenis Strategi

(20)

Gambar 5 Grafik Hasil Analisis SWOT

Gambar diatas menunjukkan bahwa strategi yang digunakan adalah Strategi S-O yaitu pemerintah memiliki peluang dan kekuatan untuk dapat menjalankan kebijakan Sharing Infrastruktur secara tegas dengan pilihan-pilihan strategi sebagaimana disampaikan pada hasil Analisis SWOT diatas yaitu :

1) Mencontoh penerapan infrastruktur sharing dari negara-negara lain guna mendorong pemerataan layanan broadband dan kompetisi layanan pada suatu wilayah;

2) Menyusun dan melakukan langkah kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi sumber daya alam terbatas ( frekuensi), sekaligus meningkatkan devisa;

3) Fokus pada upaya mewujudkan visi melalui kebijakan yang mendorong keperpihakan pada kemanfaatan dan produktivitas berbagai bidang;

4) Melindungi industri telekomunikasi dalam menjalankan pelayanan masyarakat dengan kebijakan dan landasan hukum yang tepat; dan

5) Dengan memanfaatkan anggaran seefisien mungkin namun dapat meningkatkan devisa dan dapat meningkatkan produktivitas rata-rata.

5. Kesimpulan dan Saran

(21)

6. Studi Pustaka

David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis. Jakarta : Salemba Empat.

Internasional Telecommunication Union (ITU).

Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran, edisi 13. Jakarta : Erlangga.

Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019.

Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Memebedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Gambar 2 Keterkaitan RPI dengan Dokumen Perencanaan Lain
Gambar 3 Kerangka Rancangan Pitalebar Indonesia 2014-2019
Gambar 4 Diagram SWOT
Tabel 1 Contoh Matrik SWOT
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peta spasial menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki kepadatan rumah tinggi memiliki kejadian kasus DBD tinggi seperti kecamatan Mranggen (95 kasus), Demak (55

Kali Ajir Lor tardapat 3 siswa (75%) dari 4 siswa yang kondisi rumahnya saat tidak terdapat bunyi pesawat mempunyai intensitas kebisingan > 55 dBA, untuk lebih jelasnya dapat

Menurut Padayatty (2003) setelah terbentuk radikal askorbil (suatu senyawa dengan elektron tidak berpasangan serta asam dehidroaskorbat dapat tereduksi kembali

Sistem pendukung keputusan ini dibangun dengan menggunakan teknologi komputer dengan model SAW, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan perhitungan kriteria yang

Dari hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan, maka diperoleh bentuk hubungan linier dari efisiensi modal kerja dan likuiditas digunakan analisis regresi

Kain campuran poliester-kapas (T/C), yaitu untuk poliester 65 % dan kapas 35 % adalah balian tekstil yang berupa kam yang dibuat dari campuran dua macam serat, yaitu dari serat

Skema database yang akan digunakan dalam Sistem Aplikasi Berbasis Web Untuk Menentukan Penderita Penyakit TBC Mendeteksi Penderita penyakit TBC adalah seperti pada gambar

Definisi Meyer’s Conversations Lexicon tentang alkaloid adalah tanaman basa yang terdapat pada tanaman-tanaman tertentu dan sering diketahui berdasarkan kemampuan fisiologinya