• Tidak ada hasil yang ditemukan

FINAL MAKALAH BUKTI AUDIT DAN KERTAS KER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FINAL MAKALAH BUKTI AUDIT DAN KERTAS KER"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN

Disusun Oleh:

1. Dinda Ayuningtyas (C1F015073)

2. Rizki Febrian (C1F015074)

3. Maftuh Prihantono (C1F015076) 4. Wika Wahyu Firmansyah Putra (C1F015088) 5. Reza Pranata Putra (C1F015094)

6. Sulton (C1F015095)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Auditing

PROGRAM STUDI S1-AKUNTANSI ALIH JENJANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai bagian dari pemenuhan tugas mata kuliah Auditing program alih jenjang S1-Akuntansi Program Beasiswa STAR-BPKP Batch VI.

Dalam penyusunan makalah ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi pemikiran bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, ditemui banyak kekurangan dan kekhilafan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan agar dapat menjadi perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Purwokerto, Juli 2016

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

I. PENDAHULUAN... 4

A. Latar Belakang... 4

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penyusunan Makalah... 4

II. PEMBAHASAN... 5

A.Bukti Audit... 6

1. Pengertian Bukti Audit... 6

2. Persuasivitas Bukti Audit... 6

3. Evaluasi Bukti Audit... 8

4. Prosedur Audit Untuk Memperoleh Bukti Audit... 8

5. Tingkatan Bukti Audit... 9

6. Keputusan Auditor Berkaitan dengan Bukti Audit... 10

7. Situasi Audit yang Mengandung Risiko Besar... 11

B.Kertas Kerja Pemeriksaan... 11

1. Pengertian dan Fungsi Kertas Kerja Pemeriksaan... 11

2. Isi Kertas Kerja Pemeriksaan... 12

3. Jenis Kertas Kerja Pemeriksaan... 12

4. Contoh Kertas Kerja Pemeriksaan... 13

5. Format Kertas Kerja Pemeriksaan... 14

6. Organisasi Kertas Kerja Pemeriksaan... 15

7. Kepemilikan Kertas Kerja Pemeriksaan... 16

8. Pengarsipan dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan... 16

C.Contoh Kasus... 17

III. PENUTUP... 28

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independen dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Dua diantara beberapa banyak aspek yang harus dipahami dengan baik dalam proses auditing adalah memahami esensi dari bukti audit dan kertas kerja. Pertama terkait dengan bukti audit, auditor harus dapat mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar dapat mendukung kesimpulan audit. Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Bukti audit tersebut juga harus didokumentasikan dengan baik dalam kertas kerja audit. Hal itu dimaksudkan agar mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan analisis dan evaluasi.

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep-konsep berkaitan dengan bukti audit?

2. Bagaimana konsep-konsep berkaitan dengan kertas kerja pemeriksaan?

3. Apa contoh kasus yang berkaitan dengan bukti audit dan kertas kerja pemeriksaan?

C. Tujuan Penyusunan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah dirumuskan sebagai berikut:

1. Menjelaskan konsep-konsep bukti audit.

2. Menjelaskan konsep-konsep kertas kerja pemeriksaan.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Bukti Audit

1. Pengertian Bukti Audit

Dalam buku Auditing & Assurance Services: A Systematic Approach, Messier, Glower, dan Prawitt (2006) menjelaskan bahwa bukti audit adalah seluruh informasi yang digunakan oleh auditor untuk mencapai kesimpulan yang menjadi dasar pendapat audit dan mencakup informasi yang terdapat dalam catatan-catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan serta informasi lainnya. Sedangkan Mulyadi (2002) menyatakan bahwa bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.

Bukti audit terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya, yang digunakan auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Adapun jenis bukti audit yang diperlukan oleh seorang auditor terdiri dari:

a. Data akuntansi

Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi yaitu seperti: jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum dan catatan tidak resmi. b. Semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.

Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan, infeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

2. Persuasivitas Bukti Audit

(7)

a. Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat. Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini: 1) Relevansi

Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Suatu bukti mungkin relevan dalam suatu tujuan audit, tetapi tidak relevan dalam tujuan audit yang lain.

2) Sumber

Secara garis besar, sumber-sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi bukti yang diperoleh adalah sebagai berikut:

 bukti audit berasal dari klien ataupun di luar organisasi klien;  bukti yang diperoleh dari pihak independen lebih dapat diandalkan;

 efektivitas internal control. Semakin efektif internal control perusahaan, semakin tinggi tingkat keandalan bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor; dan

 kualifikasi pemberi informasi. 3) Ketepatan waktu

Faktor ini berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh oleh auditor. Untuk saldo akun-akun neraca, bukti yang diperoleh yang dekat tanggal neraca memiliki tingkat keandalan yang lebih tinggi. Untuk akun-akun lainnya, bukti lebih meyakinkan bila diperoleh dari sampel yang dipilih sepanjang periode laporan. 4) Objektivitas

Objektifitas adalah sesuatu yang sangat penting. Bukti objektif umumnya lebih andal dibandingkan dengan bukti yang bersifat subjektif.

b. Kecukupan Bukti Audit

Kecukupan berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah:

1) Materialitas dan Risiko.

Akun yang memiliki saldo besar dalam laporan keuangan memerlukan jumlah bukti audit yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo kecil (tidak material). Untuk akun yang mempunyai kemungkinan atau risiko salah saji yang tinggi untuk disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang memiliki kemungkinan kecil salah saji.

(8)

Faktor ekonomi dapat dilihat dari pertimbangan mengenai segi waktu dan biaya. Misalnya, dibandingkan dengan memeriksa seluruh bukti, meskipun dalam audit seorang auditor hanya memeriksa jumlah bukti yang sedikit, tetapi asal dapat memberikan keyakinan yang tinggi, maka dengan pertimbangan waktu dan biaya hal tersebut tepat dilakukan.

3) Ukuran dan Karakteristik Populasi

Ukuran populasi ditentukan oleh banyaknya item dalam populasi. Semakin besar populasi semakin banyak bukti yang diperlukan. Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota populasi. Semakin homogen suatu populasi maka jumlah bukti audit yang dipilih lebih kecil dibandingkan dengan populasi yang heterogen.

3. Evaluasi Bukti Audit

Kemampuan untuk mengevaluasi bukti audit secara tepat adalah keahlian penting lain yang harus dikembangkan oleh seorang auditor. Evaluasi yang tepat atas bukti membutuhkan pemahaman auditor atas jenis yang tersedia dan keandalan relatif atau diagnosisnya. Auditor harus mampu menentukan kapan jumlah yang cukup dari bukti kompeten yang telah didapat dalam rangka memutuskan apakah kewajaran asersi manajemen dapat didukung.

4. Prosedur Untuk Memperoleh Bukti Audit

Dalam memperoleh bukti audit, auditor dapat melakukan beberapa prosedur berikut ini:

a. Inspeksi

Inspeksi dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu inspeksi secara rinci terhadap dokumen dan catatan-catatan atau inspeksi terhadap aktiva berwujud/kondisi fisik sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap kondisi fisik suatu aktiva tetap misalnya, auditor akan dapat menaksir keaslian dokumen atau mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang mungkin dilakukan.

b. Pengamatan (Observation)

Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat pelaksanaan suatu kegiatan.

c. Konfirmasi

Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas dari kepentingan dan independen.

(9)

1) Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab baik informasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.

2) Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab jika informasi yang diterimanya tidak akurat.

d. Permintaan keterangan/tanya jawab

Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan dokumenter.

e. Penelusuran/Tracing

Dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.

f. Prosedur analitis

Prosedur analitis merupakan pemeriksaan dokumen pendukung yang meliputi:

1) Pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.

2) Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan. g. Perhitungan kembali

Perhitungan kembali merupakan pemeriksaan keakuratan matematis dari dokumen atau suatu catatan.

h. Scanning

Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.

i. Pelaksanaan ulang (reperforming)

Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan pada perhitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien.

j. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)

Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor perlu menggunakan teknik audit berbantuan komputer dalam menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan diatas. Teknik terkadang disamakan dengan atau merupakan bagian proses dalam pelaksanaan prosedur penghitungan kembali.

5. Tingkatan Bukti Audit

Dari berbagai cara memperoleh bukti audit, secara umum dapat ditentukan hirarki atau tingkatan jenis bukti audit berdasarkan keandalannya yaitu sebagai berikut:

Tingkat

Keandalan Prosedur Perolehan Bukti

(10)

Reperformance

Hierarki di atas merupakan panduan secara umum, dalam setiap jenis perusahaan tentu dapat berbeda kondisinya atau terdapat beberapa pengecualian, misalnya konfirmasi dapat dipandang sebagai bukti dengan tingkat keandalan tinggi jika dilakukan terhadap pihak ketiga yang mempunyai kredibilitas tinggi dan inpendensi yang diakui banyak pihak.

6. Keputusan Auditor Berkaitan dengan Bukti Audit

Bukti audit yang kompeten dan cukup harus diperoleh melalui inspeksi pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit. Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan yang telah disajikan dengan wajar.

Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah ke dalam 4 (empat) sub keputusan berikut ini.

a. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan.

Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor harus menentukan untuk mengunakan prosedur audit tertentu. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini.

1) Menghitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.

2) Meminta cut-offbank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu setelah tanggal neraca.

3) Melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien.

(11)

Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk setiap prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audit yang lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.

c. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel.

Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa. d. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedut Audit.

Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasa nya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun. Umumnya, klien menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah tanggal neraca.

7. Situasi Audit yang Mengandung Risiko Besar

Dalam situasi tertentu, risiko terjadi kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun dan dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi biasa. Oleh karena itu, auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar seperti beberapa contoh berikut ini.

a. Pengendalian intern yang lemah

Pengendalian intern menentukan jumlah dan kualitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Jika pengendalian intern lemah, maka bukti yang diperlukan lebih banyak dan lebih rinci, demikian juga sebaliknya.

b. Kondisi keuangan yang tidak sehat

Kondisi keuangan yang tidak sehat terkait utang dan piutang perusahaan cenderung memicu perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan terkait utang dan piutang nya.

c. Manajemen yang tidak dapat dipercaya

Seorang auditor seyogyanya juga mengetahui latar belakang dan riwayat direktur dan manajemen perusahaan serta tetap waspada terhadap pernyataan-pernyataan lisan dari manajemen.

d. Penggantian auditor

Jika suatu perusahaan tanpa alasan yang jelas mengganti auditornya dapat disebabkan karena ketidakpuasan perusahaan atas auditor sebelumnya atau karena adanya perselisihan antara perusahaan dan auditor lama. Maka dari itu, auditor harus lebih cermat jika menghadapi situasi semacam ini.

B. Kertas Kerja Pemeriksaan

(12)

Kertas kerja pemeriksaan/Audit Documentation adalah catatan utama auditor dari pekerjaan yang dilakukan dan merupakan dasar bagi kesimpulan dalam laporan auditor. Kertas kerja juga memfasilitasi perencanaan, kinerja, dan supervisi perikatan dan memberikan dasar bagi review kualitas pekerjaan dengan memberikan kepada reviewer dokumentasi tertulis dari bukti yang mendukung kesimpulan signifikan auditor (SA 3 dan SA Seksi 339).

Kertas kerja pemeriksaan juga disebut sebagai data audit. Standar audit (SA dan SA Seksi 339) menetapkan bahwa kertas kerja memiliki dua fungsi:

a. menyediakan penunjang utama bagi laporan auditor; dan b. membantu dalam pelaksanaan dan supervisi audit.

2. Isi Kertas Kerja Pemeriksaan

Standar audit (SA Seksi 339 Nomor 05) menjelaskan bahwa kuantitas, tipe, dan isi kertas kerja bervariasi dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor, namun harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar pekerjaan lapangan yang dapat diterapkan telah diamati. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:

a. Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan diamatinya standar pekerjaan lapangan yang pertama.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.

c. Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang telah diterapkan, dan pengujian yang telah dilaksanakan, memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menunjukkan diamatinya standar pekerjaan lapangan ketiga.

3. Jenis Kertas Kerja Pemeriksaan

Kebanyakan Kantor Akuntan Publik mengelola kertas kerja pemeriksaan dalam dua jenis arsip: permanen dan tahun berjalan. Arsip permanen (permanent files) berisi data historis mengenai klien yang tetap relevan bagi audit. Di sisi lain, arsip tahun berjalan (current files) meliputi informasi dan data yang terkait secara khusus pada pemakaian tahun berjalan.

(13)

No. Arsip Permanen Arsip Tahun Berjalan

1 Salinan atau ringkasan anggaran dasar perusahaan.

Salinan laporan keuangan dan laporan auditor.

2 Bagan akun. Rencana dan program audit.

3 Bagan organisasi. Salinan atau ringkasan notulen rapat penting komite.

4 Buku panduan akuntansi. Kertas kerja neraca saldo. 5 Salinan kontrak penting (kontrak

pensiun, kontrak serikat kerja, sewa, dan lain lain.

Ayat jurnal penyesuaian dan reklasifikasi.

6 Persyaratan penerbitan saham dan obligasi.

Terdapat berbagai jenis kertas kerja. Kertas kerja pemeriksaan yang biasa ditemukan meliputi rencana dan program audit, kertas kerja neraca saldo, analisis dan daftar akun, memorandum audit, dan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi. Berikut penjelasannya secara lebih rinci:

a. Rencana dan Program Audit

Rencana audit berisi strategi yang diikuti auditor dalam melakukan audit. Dokumen ini menggambarkan pemahaman auditor mengenai klien dan potensi risiko audit. Dokumen ini berisi kerangka kerja dasar mengenai bagaimana sumber daya audit (jam audit yang dianggarkan) harus dialokasikan ke berbagai perikatan. Program audit berisi prosedur audit yang akan dilaksanakan oleh auditor. Secara umum, tiap proses bisnis dan saldo akun memiki program audit yang terpisah.

b. Kertas Kerja Neraca Percobaan

Kertas kerja neraca percobaan menghubungkan jumlah di laporan keuangan dengan kertas kerja audit. Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo buku besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit), penyesuaian, saldo setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah diaudit). Dicantumkannya saldo akhir (yang tealh diaudit) tahun sebelumnya akan mempermudah pelaksanaan proses analitis tertentu.

(14)

1. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item yang dilaporkan dalam laporan keuangan

2. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual

3. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item laporan keuangan

c. Analisis dan Daftar Akun

Kertas kerja analisis akun biasanya memasukkan aktivitas di akun tertentu selama periode tersebut.

d. Memorandum Audit

Kebanyakan pekerjaan auditor didokumentasikan dalam memorandum tertulis. Termasuk di dalamnya diskusi mengenai hal-hal seperti pengendalian internal, kekeliruan yang teridentifikasi, dan masalah yang dihadapi selama audit.

e. Jurnal Penyesuaian dan Reklasifikasi

Kertas kerja pemeriksaan harus memasukkan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi yang diidentifikasi oleh auditor atau klien. Jurnal penyesuaian dibentuk untuk mengoreksi salah saji di catatan klien. Misalnya, jika auditor menemukan bahwa hal-hal persediaan tertentu telah dinilai dengan tidak benar, jurnal penyesuaian dibukukan di catatan klien maupun kertas kerja neraca saldo. Jurnal reklasifikasi dibuat untuk menyajikan informasi dengan benar mengenai laporan keuangan. Jurnal reklasifikasi mempengaruhi akun laporan laba rugi atau akun neraca, tetapi tidak keduanya. Misalnya, jurnal reklasifikasi mungkin perlu untuk menyajikan kewajiban lancar dari porsi utang jangka panjang yang akan jatuh tempo.

5. Format Kertas Kerja Pemeriksaan

(15)

Semua dokumentasi harus memiliki judul yang tepat. Judul harus memasukkan nama klien, judul kertas kerja, dan tanggal akhir tahun klien.

b. Pemberian Indeks dan Referensi Silang

Dokumen audit harus diorganisasikan sehingga anggota tim audit atau kantor akuntan dapat menemukan bukti audit yang relevan. Beberapa kantor menggunakan sistem surat-menyurat; kantor lain menggunakan beberapa jenis sistem penomoran. Misalnya, kertas kerja umum mungkin diberi label “A”, kertas kerja sistem pengendalian internal “B”, kertas kerja “C”, dan seterusnya. Jika auditor melakukan pekerjaan audit di satu kertas kerja dan informasi pendukung didapat dari kertas kerja lain, auditor memberikan referensi silang (dapat “dihubungkan” dalam perangkat lunak audit) atas informasi di tiap kertas kerja. Proses pemberian indeks dan referensi silang memberi jejak dari laporan keuangan ke dokumen audit individual sehingga reviewer dapat dengan mudah mengikuti.

c. Tanda Kutip

Auditor menggunakan tanda kutip untuk mendokumentasikan kerja yang dilakukan. Tanda kutip (tick mark) adalah notasi sederhana yang dibuat auditor di dekat, atau di samping, suatu hal atau jumlah dalam dokumen audit. Simbol tanda kutip biasanya diterangkan atau didefinisikan di dasar dokumen audit, meskipun banyak kantor akuntan menggunakan paket standar tanda kutip. Banyak kantor akuntan publik mendokumentasikan kesimpulannya mengenai akun individu atau komponen laporan keuangan.

6. Organisasi Kertas Kerja Pemeriksaan

(16)

untuk mendukung setiap akun buku besar umum. Tiap dokumen audit ini diberi indeks dan semua jumlah yang penting diberi referensi silang di antara dokumen audit.

7. Kepemilikan Kertas Kerja Pemeriksaan

Kertas kerja pemeriksaan adalah milik dari auditor. Hal ini termasuk bukan hanya dokumen audit yang disiapkan oleh auditor tetapi juga dokumen yang disiapkan oleh klien atas permintaan auditor. Auditor harus menyimpan dokumen audit untuk suatu periode yang wajar dalam rangka memenuhi kebutuhan prakteknya dan kewajiban hukum atas penyimpanan catatan. Beberapa Kantor Akuntan Pubik menyimpan dokumen audit ke dalam mikrofilm, sedangkan kantor lain menghancurkannya setelah waktu terpenuhi. Meskipun auditor memiliki dokumen audit, dokumen tersebut tidak boleh diperlihatkan, kecuali dalam kondisi tertentu, kepada orang lain dengan persetujuan klien.

8. Pengarsipan dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan

Standar legal dan audit telah lama mengharuskan auditor untuk menyimpan berkas auditnya untuk beberapa tahun setelah laporan audit diterbitkan. Di Amerika Serikat misalnya setelah skandal Enron-Andersen, UU Sarbanes-Oxley menerbitkan panduan baru mengenai pengarsipan dan penyimpanan berkas audit. Arthur Andersen diberi dakwaan dan tuduhan federal atas pelanggaran hukum untuk menghapus dan menghilangkan kertas kerja pemeriksaan yang berkaitan dengan audit Enron.

Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori sebagai berikut yakni file permanen dan file tahun berjalan. File permanen (permanent file) memuat data yang diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak perikatan dengan klien di masa mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan (current file) memuat informasi penguat yang berkenaan dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan saja.

Pada umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen ialah : 1. Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien

2. Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur 3. Struktur organisasi

4. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama 5. Ketentuan-ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi

(17)

7. Skedul amortisasi kewajiban jangka panjang serta penyusutan aktiva pabrik 8. Ikhtisar prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien

C. Contoh Kasus Kasus I

Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk. Permasalahan

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

(18)

Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:

“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian.

Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.

Sanksi dan Denda

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka: Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.

(19)

juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.

Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku 2001.

(20)

yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk

Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.

(21)

Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui, perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan publik.

Dampak Terhadap Profesi Akuntan

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para akuntan publik.

PEMBAHASAN

(22)

manajemen. Manipulasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan penjualan yang pada akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan. Bukti yang diberikan manajemen berupa master prices telah digelembungkan nilainya sehingga lebih besar dari yang seharusnya. Hal tersebut menyebabkan adanya overstated pada penjualan dan laba. Bukti yang didapat auditor tidak sesuai dengan bukti yang sebenarnya. Dapat dilihat bahwa, bukti audit yang didapat oleh auditor tidak kompeten. Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat. Bukti audit yang kompeten seharusnya bebas dari kepalsuan dan manipulasi. Selain di sisi bukti audit, sisi professional auditor juga menjadi issue. Auditor harus professional yaitu cermat dalam melaksanakan tugas audit yang juga mencakup cermat dalam mengevaluasi bukti. Kemampuan untuk mengevaluasi bukti audit secara tepat adalah keahlian penting lain yang harus dikembangkan oleh seorang auditor. Evaluasi yang tepat atas bukti membutuhkan pemahaman auditor atas jenis yang tersedia dan keandalan relatif atau diagnosisnya. Auditor harus mampu menentukan kapan jumlah yang cukup dari bukti kompeten yang telah didapat dalam rangka memutuskan apakah kewajaran asersi manajemen dapat didukung.

Di sisi lain, bukti audit juga harus cukup, yaitu cukup dilihat dari segi kuantitas serta pengambilan sample yang tepat. Pengambilan sample terkait dengan banyaknya populasi dan karakteristik populasi. Semakin besar populasi semakin banyak bukti yang diperlukan. Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota populasi. Semakin homogen suatu populasi maka jumlah bukti audit yang dipilih lebih kecil dibandingkan dengan populasi yang heterogen. Dilihat dari kasus Kimia Farma, sample yang diambil belum sepenuhnya mewakili populasi yang ada sehingga terdapat unit yang tidak disample dan unit tersebut melakukan kecurangan.

Kasus II

Studi Kasus Bukti Audit Kasus Audit IT Bank Indonesia

Deskripsi Singkat

(23)

Kasus Aliran dana YPPI atau YLPPI adalah murni temuan tim audit BPK. Tim tersebutlah yang menentukan rencana kerja, metode, teknik pemeriksaan, analisis maupun penetapan opini pemeriksaan kasus tersebut sesuai dngan standar pemeriksaan yang berlaku.

Perintah pemeriksaan BI dan YPPI ini dikeluarkan oleh Anggota Pembina Keuangan Negara II (Angbintama II) dan Kepala Auditorat Keuangan Negara II (Tortama II) yang membawahi pemeriksaan BI. Selama periode bulan Februari hingga Mei 2005, Tim Audit BPK melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan BI Tahun 2004. Tim Audit BPK juga memeriksa Yayasan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (YLPPI) yang berdiri pada tahun 1977, karena afiliasi lembaganya dengan BI.

Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK di BI menemukan adanya asset/tanah BI yang digunakan oleh YLPPI. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut oleh Kantor Akuntan Publik Muhammad Thoha atas perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai asset sebesar Rp 93 miliar.

Kronologis

 Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK menemukan bahwa terdapat aset/ tanah yang digunakan oleh YLPPI. BI juga menyediakan modal awal YLPPI, memberikan bantuan biaya operasionalnya serta mengawasi manajemennya.

 Berkaitan dengan dibuatnya peraturan tahun 1993 tentang penggunana asset/tanah oleh YLPPI serta hubungan terafiliasi antara YLPPI dengan BI, maka Tim Audit BPK meminta laporan keuangannya agar dapat diungkapkan dalam Laporan Keuangan BI  Dari perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi

keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai aset sebesar Rp 93 miliar (Informasi mengenai kekayaan YPPI per 31 Desember 2003 ini diperoleh dari Laporan Keuangannya yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Mohammad Toha)

 Juni 2005-Oktober 2006: Tim Audit BPK melakukan pendalaman dengan kasus dengan menetapkan sendiri metode, teknik, objek pengungkapan kasus, analisis, serta penetapan opini pemeriksaan.

(24)

Temuan Penyimpangan

1. Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank Indonesia. Pada saat perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, kekayaan dalam pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar. Jumlah Rp 100 miliar ini lebih besar dari penurunan nilai aset YPPI yang diduga semula sebesar Rp 93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI sebesar Rp 100 miliar tersebut tidak tercatat pada pembukuan BI sebagai penerimaan atau utang.

2. Menghindari Peraturan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Dimana dana tersebut dipindahkan dulu dari rekening YPPI di berbagai bank komersil, ke rekening yang terdapat BI, baru kemudian ditarik keseluruhan secara tunai.

3. Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan pendirian yayasan semula. Ini bertentangan dengan UU Yayasan, dan putusan RDG tanggal 22 Juli 2003 yang menyebutkan bahwa dana YPPI digunakan untuk pembiayaan kegiatan sosial kemsyarakatan.

4. Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum anggota DPR. Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada individu mantan pejabat BI, atau melalui perantaranya. Diduga, dana ini digunakan untuk menyuap oknum penegak hukum untuk menangani masalah hukum atas lima orang mantan Anggota Dewan Direksi/ Dewan Gubernur BI. Padahal, kelimanya sudah mendapat bantuan hukum dari sumber resmi anggaran BI sendiri sebesar Rp 27,7 miliar. Bantuan hukum secara resmi itu disalurkan kepada para pengacara masing-masing. Dan dana Rp 68,5 miliar

Dasar Pengambilan Dana YPPI

 Keputusan Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) tanggal 3 Juni 2003menetapkan agar Dewan Pengawas YLPPI menyediakan dana sebesar Rp 100 milar untuk keperluan insidentil dan mendesak di BI

(25)

 RDG yang kedua dilakukan pada tanggal 22 Juli 2003 menetapkan agar BI mengganti atau mengembalikan dana Rp 100 miliar yang diambilnya dari YPPI.

Penanganan Kasus YPPI

 5 Juli 2005: Ketua BPK, Anwar Nasution (AN) memanggil Gubernur BI,

Burhanuddin Abdullah (BA). AN meminta yang bersangkutan untuk dapat menyelesaikan kasus tersebut dengan baik agar tidak menimbulkan gejolak politik maupun mengganggu karirnya sendiri atau karir semua pihak yang terkait.

 21 Juli 2005: Ketua BPK memberikan himbauan yang sama pada Paskah Suzetta (PS). Kala itu, PS menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi XI DPR-RI dan kemudian diangkat menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Kabinet Indonesia Bersatu.

 Ketua BPK, AN, menyarankan untuk dapat menyelesaikan kasus Aliran Dana YPPI sesuai dengan aturan hukum, termasuk UU tentang Yayasan dan sistem pembukuan BI sendiri. Saran AN secara spesifik adalah:

 agar seluruh uang YPPI dapat dikembalikan  agar pembukuan YPPI dapat dikoreksi kembali  Toleransi yang diberikan AN:

 Memberikan jangka waktu penyelesaian oleh BI yang sama dengan tenggang waktu yang diperlukan Tim Audit BPK untuk mendalami kasus YPPI, termasuk melengkapi data dan bukti.

 Bila uang YPPI dikembalikan dan pembukuannya dikoreksi, AN akan menulis surat kepada penegak hukum bahwa tidak ada lagi kerugian negara.

(26)

BAB III PENUTUP

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, sebagai penutup dari makalah ini, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Bukti audit :

 Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya.

 Persuasivitas bukti audit menyangkut kecukupan dan kompetensi bukti audit. Cukup atau tidaknya bukti audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor dalam auditnya, sedangkan kompetensi menyangkut kualitas atau keandala.

 Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur audit khusus untuk memperoleh bukti audit. Beberapa prosedut tersebut antara lain inspeksi, pengamatan, wawancara, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti, pendukung, penghitungan dan scanning. Masing-masing dari prosedut tersebut memiiki tingkat keandalan yang berbeda-beda.

 Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan yaitu: penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan besarnya sampel, penentuan unsur tertentu yang dipilih sebagai anggota sampel, dan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.

2. Kertas Kerja Pemeriksaan :

 Kertas kerja pemeriksaan/Audit Documentation adalah catatan utama auditor dari pekerjaan yang dilakukan dan merupakan dasar bagi kesimpulan dalam laporan auditor.

 Terdapat dua jenis kertas kerja pemeriksaan yakni arsip permanen dan arsip tahun berjalan. Adapun, kuantitas, tipe, dan isi kertas kerja bervariasi sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor, namun harus dapat mendukung tercapainya tujuan audit.

 Kertas kerja pemeriksaan perlu diorganisasikan sehingga anggota tim audit (dan lainnya) dapat menemukan bukti audit untuk mendukung tiap akun laporan keuangan.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Bayangkara, IBK. 2008. Audit Manajemen: Prosedur Dan Implementasi. Salemba Empat. Jakarta

Elder, Randal J., Mark S. Beasley, Alvins A. Arens. 2010. Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach. Pearson Education. New Jersey.

Hinduan, Nuri. 2006. Jasa Audit & Assurance: Pendekatan Sistematis. Salemba Empat. Jakarta

Messier, Jr. W. F., Glover, S. M., & Prawit, D.F. 2006. Auditing and Assurance Services: A Systematic Approach. McGraw-Hill. New York

Mulyadi. 2002. Auditing. Salemba Empat. Jakarta

PSA No. 15 Kertas Kerja SA Seksi 339

Standar Audit 500 , Bukti Audit

http://palembang.bpk.go.id/?p=759 diakses pada 20 Juli 2016, 14.23 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis terdapat pengaruh positif yang signifikan antara servant leadership terhadap competitive advantage pada universitas di

Kami U-Inspire Indonesia dan Sky Volunteer (Synersia) didukung oleh LIPI, Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin, PPMB ITB, FPT PRB, MDMC, Forum Sudut Pandang dan

Syarat sebuah AGV dapat mengerjakan pekerjaan setelah pekerjaan selesai adalah waktu mulai pekerjaan lebih besar atau sama dengan jumlah dari waktu terkirim pekerjaan

Oleh karena pengaruh tenaga kinetis air hujan dan aliran air permukaan (untuk kasus di daerah tropis), partikel-partikel tanah tersebut dapat terkelupas dan terangkut ke

Prinsip kerja dari rangkaian sistem ini yaitu sensor DHT11 akan mendeteksi perubahan suhu yang terjadi di lingkungan, dan sensor YL-69 akan mendeteksi kadar air dalam

Dalam kasus jarak utama dengan persamaan  persamaan ini telah telah diselesaikan dengan menyusun sebuah potongan yang diindikasikan dengan OA pada

62 3004909300 [Obat] (tidak termasuk barang dari pos 30.02,30.05 atau 30.06) terdiri dari produk campuran atau tidak untuk keperluan terapeutik atau profilaktik, disiapkan dalam

Gene constructs pYES2-SoSUT1 transformed into yeast cells and grown strains INVSc1 on selection medium without uracil (B), while the control yeast without