MODUL
INSPEKSI FISIK INSTALASI
ENERGI BARU TERBARUKAN
(PLTS DAN PLTB)
MENDUKUNG DIKLAT TEKNIS
INSPEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
Oleh : Eko Erisman, S.T
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KETENAGALISTRIKAN, ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
ii
D.2 Indikator Hasil Belajar ... 3
E. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ... 3
BAB II MATERI POKOK I ... 6
INSPEKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA TERPUSAT ON GRID DAN OFF GRID ... 6
A. Gambar dan Diagram Modul ... 6
A.1 Monocrystalline ... 7
A.2. Polycrystalline ... 8
A. 3. Thin Film Solar Cell (TFSC) ... 9
B. Prosedur Pemeriksaan ... 15
B.1 Pemeriksaan Dokumen ... 16
B.2. Pemeriksaan Secara Visual ... 19
C. Inspeksi Modul (Rangkaian Seri paralel) ... 19
C.1. Tata Letak ... 23
C.2 Kemiringan ... 24
D. Inspeksi Inverter Off Grid dan On Grid ... 25
E. Inspeksi Batere dan BCU/BCR ... 29
F. Inspeksi Sistem Proteksi ... 35
G. Perlengkapan atau Peralatan Pengamanan Kebakaran ... 41
H. Perlengkapan atau Pelindung Terhadap Bahaya Benda Bertegangan ... 42
I. Sistem Instalasi/Pengawatan ... 43
J. Rangkuman ... 48
iii
BAB III MATERI POKOK II ... 50
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) ... 50
A. Gambar dan Diagram ... 50
B. Prosedur Pemeriksaan ... 56
C. Turbin ... 57
D. Gearbox ... 59
E. Transmisi Mekanik ... 60
F. Brake System ... 60
G. Generator ... 61
H. Sistem Kontrol ... 64
I. Baterai ... 67
J. Menara ... 68
K. Rangkuman ... 69
L. Evaluasi ... 69
BAB IV MATERI POKOK III ... 71
PENYUSUNAN LAPORAN ... 71
A. Laporan Inspeksi Fisik Instalasi PLTS dan PLTB ... 71
B. Format Laporan Inspeksi Fisik Instalasi PLTS ... 72
C. Format Laporan Inspeksi Fisik Instalasi PLTB ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 74
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kondisi Angin ... 53
Tabel 3.2. Tingkat Kecepatan Angin di Atas Permukaan Tanah ... 53
Tabel 3.3. Prosedur Inspeksi PLTB ... 56
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Modul Monocrystalline ... 7
Gambar 2.2. Modul Polycrystalline ... 8
Gambar 2.3. Thin Film Solar Cell ... 10
Gambar 2.4. Klasifikasi PLTS ... 10
Gambar 2.5. Skema PLTS Mandiri (Dengan Sistem Proteksi Petir dan Surja) ... 12
Gambar 2.6. Skema PLTS Grid Connected (Dengan Sistem Proteksi Petir dan Surja) ... 14
Gambar 2.7. Grafik Arus dan Tegangan Pada Hubungan Seri PV Array (V Besar) ... 20
Gambar 2.8. Grafik Arus dan Tegangan Pada Hubungan Paralel PV Array (I Besar) ... 21
Gambar 2.9. Rangkaian Dua Modul Terhubung Secara Seri ... 21
Gambar 2.10. Rangkaian Dua Modul Terhubung Seri - Paralel ... 21
Gambar 2.11. Name Plate Module Photovoltaic ... 22
Gambar 2.12. Module Photovoltaic Pecah ... 23
Gambar 2.13. Struktur Penopang PV Array (Mounting Struktur PV Array) ... 24
Gambar 2.14. Bentuk Gelombang Tegangan Inverter ... 26
Gambar 2.15. Inverter dan Lokasi Name Plate Inverter ... 28
Gambar 2.16. Grid Connected Inverter ... 29
Gambar 2.17. Inverter (Indoor) ... 29
Gambar 2.18. Name Plate Baterai ... 30
Gambar 2.19. Instalasi Baterai (Battery Bank) ... 31
Gambar 2.20. Pengawatan Terminal Baterai ... 32
Gambar 2.21. Pengawatan Pembumian Dudukan baterai Bank ... 32
vi
Gambar 2.24. BCU PLTS SHS ... 35
Gambar 2.25. Proteksi Sambaran Petir Langsung dengan Kawat Bumi yang Digelar Diatas Instalasi ... 36
Gambar 2.26. Induksi Elektromagnet ... 36
Gambar 2.27. Induksi Elektrostatik ... 37
Gambar 2.28. Proteksi akibat Sambaran Petir Tidak Langsung (Surja Petir) menggunakan Surge Protector/Absorber ... 37
Gambar 2.29. Bagian Atas PLTS ... 37
Gambar 2.30. Pembumian ... 37
Gambar 2.31. Bagian Atas PLTS tanpa Penangkal Petir ... 38
Gambar 2.32. Pembumian Penangkal Surja Petir ... 38
Gambar 2.33. Surge Protector pada Junction Box PLTS ... 38
Gambar 2.34. Pemadam Kebakaran pada Ruang Kontrol ... 41
Gambar 2.35. Disconnecting Switch DC Side dan AC Side ... 42
Gambar 2.36. Pintu Instalasi Outdoor ... 42
Gambar 2.37. Pintu Instalasi Indoor ... 42
Gambar 2.38. Battery Bank dengan Pelindung Terminal ... 43
Gambar 2.39. Battery Bank Tanpa Pelindung Terminal (Salah) ... 43
Gambar 2.40. Penghantar Indoor digunakan untuk Outdoor ... 44
Gambar 2.41. Meter dan Indikator Sistem Pengawatan ... 44
Gambar 2.42. Pengawatan antar Modul Menggantung ... 45
Gambar 2.43. Pengawatan antar Modul Menggantung ... 45
Gambar 2.44. Pengawatan antar ModulMenggantung ... 46
Gambar 2.45. Pengawatan PV Array Terhampar Tanpa Pelindung ... 46
Gambar 2.46. Pengawatan pada Junction Box (Pemasangan Terminasi Ditandai untuk Pemeriksaan Kekencangan Baut) ... 47
Gambar 2.47. Pengawatan pada Konduit di Bawah Tanah……….. 48
Gambar 2.48. Tanda/Sign untuk Disconnecting Switch sekaligus Proteksi pada PLTS Grid Connected ... 48
Gambar 3.1. Konstruksi PLTB ... 51
vii
Gambar 3.3. Flow Diagram PLTB ... 52
Gambar 3.4. Total Kapasitas dan Prediksi PLTB sampai tahun 2010 . 54
Gambar 3.5. Jenis - Jenis Kincir Angin ... 58
Gambar 3.6. Karakterisrik Kincir Angin ... 58
Gambar 3.7. Sistem PLTB Kecepatan Konstan (Fixed-Speed) ... 64 Gambar 3.8. Sistem PLTB Kecepatan Berubah
(Variable-Speed) (Rotor-Belitan) ... 65
Gambar 3.9. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (Variable-Speed Back to Back Conventer) ... 65 Gambar 3.10. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (V
ariable-Speed) (Rotor Sangkar)... 66 Gambar 3.11. Sistem PLTB Kecepatan Berubah (Variable-Speed)
(Rotor Permanen Magnet) ... 66
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik
masyarakat dan mengurangi ketergantungan energi dari bahan fosil
adalah dengan mendorong pembangunan Pembangkit listrik Energi Baru
Terbarukan (EBT). Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang
dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan antara lain panas
bumi, angin bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta
gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut (Undang – undang (UU) nomor
30 Tahun 2007 tentang Energi Pasal 1).
Pertumbuhan Pembangkit EBT ini harus tetap dalam koridor keselamatan
yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu sesusai dengan Undang Undang Nomer 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan Pasal 44, ayat I “Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan”. Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud bertujuan untuk mewujudkan kondisi : andal dan aman bagi
instalasi; aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya; dan
rarnah lingkungan. Dalam UU nomor 30 Tahun 2007 pasal 8 ayat 2 juga disebutkan “setiap kegiatan pengelolaan energi wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di
bidang keselamatan yang meliputi standaridisasi, pengaman dan keselamatan instalasi, serta keselamatan dan kesehatan kerja.”
Inspeksi Instalasi Pembangkit EBT merupakan salah satu kegiatan dalam
rangka mewujudkan keselamatan ketenagalistrikan, sesuai dengan
Undang Undang Nomer 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan Pasal
44, ayat 4, setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki
sertifikat laik operasi. Sertifikat laik operasi diberikan apabila suatu
instalasi tenaga listrik telah memenuhi standar yang berlaku setelah
2
Dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah yang menangani bidang ketenagalistrikan
maka sangat perlu diberikan pengetahuan tentang inspeksi instalasi
pembangkit EBT. Pengetahuan ini bisa didapatkan dalam Diklat Teknis
Inspeksi Sistem Tenaga Listrik yang merupakan salah satu diklat teknis
pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan, Energi Baru,
Terbarukan dan Konservasi Energi (Pusdiklat KEBTKE). Untuk
mendukung peningkatan itu semua maka disusunlah Modul Inspeksi
Instalasi EBT yang meliputi dua jenis pembangkit EBT yaitu Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/angin
(PLTB).
PLTS adalah pembangkit listrik ramah lingkungan dan sebagai salah satu
alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik menggunakan bahan
bakar fosil. Sumber energi PLTS adalah Energi matahari yang
dipancarkan dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan
solar cells panel. Inspeksi Instalasi PLTS dilakukan pada PLTS terpusat baik on grid maupun off grid. Sementara itu PLTB merupakan pembangkit listrik yang dapat menkonversi (mengubah) energi angin menjadi energi
listrik. Energi angin memutar turbin angin/kincir angin. Turbin angin yang
berputar juga menyebabkan berputarnya rotor generator karena satu
poros sehingga menghasilkan listrik.
B. Deskripsi Singkat
Modul pembelajaran ini mencakup pelajaran mengenai: tahapan-tahapan
inspeksi instalasi serta standar instalasi pembangkit maupun prosedur dan
tata cara penginspeksian fisik instalasi pembangkit untuk daerah
3
dapat mempermudah pembaca dalam mempelajari dan memahami
substansi yang ingin disampaikan.
C. Manfaat Modul
Manfaat modul pembelajaran ini bagi peserta diklat/pembaca adalah akan
memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai proses inspeksi
instalasi PLTS dan PLTB serta standar maupun prosedur dalam
melakukan inspeksi sesuai dengan kewenangannya.
D. Tujuan Pembelajaran
D.1. Hasil Belajar
Setelah membaca modul pembelajaran ini peserta diklat/pembaca
diharapkan mampu memahami proses Inspeksi fisik instalasi PLTS dan
PLTB.
D.2. Indikator Hasil Belajar
Setelah membaca modul pembelajaran ini peserta diklat/pembaca
diharapkan mampu :
1. Menjelaskan Inspeksi PLTS Terpusat
2. Menjelaskan Inspeksi PLTB
3. Membuat dan menyusun laporan kegiatan inspeksi
E. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada modul ini akan diuraikan
menjadi :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Manfaat Modul
4 E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
BAB II MATERI POKOK I
INSPEKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA TERPUSAT ON
GRID DAN OFF GRID
A. Gambar dan Diagram Modul
B. Prosedur Pemeriksaan
C. Inspeksi Modul (Rangkaian Seri Paralel)
D. Inspeksi Inverter Off Grid dan On Grid
E. Inspeksi Batere dan BCU/BCR
F. Inspeksi Sistem Proteksi
G. Perlengkapan atau Peralatan Pengaman Kebakaran
H. Perlengkapan atau Pelindung Terhadap benda Bertegangan
I. Sistem Instalasi dan Pengawatan
J. Rangkuman
K. Evaluasi
BAB III MATERI POKOK II
INSPEKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB)
A. Gambar dan Diagram
B. Prosedur Pemeriksaan
C. Turbin
D. Gear Box
E. Transmisi Mekanik
5 Bab IV MATERI POKOK II
PENYUSUNAN LAPORAN
A. Laporan Inspeksi Instalasi PLTS
B. Laporan Inspeksi Instalasi PLTB
6
BAB II
MATERI POKOK I
INSPEKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA TERPUSAT ON GRID DAN OFF GRID
Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari materi pokok ini, peserta diklat/pembaca diharapkan
mampu memahami dan menjelaskan kegiataan inspeksi Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Terpusat on grid dan off grid.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) baik terpusat on grid (terhubung) maupun off grid (tidak terhubung) saat ini makin meningkat. PLTS dibuat dengan sistem terpusat karena pembangkit seperti ini memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan beberapa tipe pembangkit listrik tipe
yang lain dalam memenuhi kebutuhan energi di daerah tertentu.
Kelebihan itu diantaranya adalah ketersediaan energi primer yang relatif
merata dibandingkan dengan sumber energi primer lain. PLTS terpusat on grid dan off grid, memiliki infrastruktur yang lebih sederhana dibandingkan PLTMH atau PLT Biomassa, dan pemeliharaan yang relatif lebih
sederhana. Pembangunan PLTS terpusat ditujukan untuk mengurangi
ketergantungan pada energi fosil dan memperkuat jaringan listrik.
A. Gambar dan Diagram Modul
Pertama-tama akan dijelaskan secara singkat komponen penting dalam
sistem ini yang berfungsi sebagai perubah energi cahaya matahari
menjadi energi listrik. Listrik tenaga matahari dibangkitkan oleh
komponen yang disebut solar cell atau sel surya yang besarnya sekitar
10 - 15 cm2 . Tenaga listrik yang dihasilkan oleh satu sel surya sangat
7
satuan komponen yang disebut modul. Modul surya adalah rangkaian dari
beberapa sel surya yang dihubungkan seri atau paralel yang ditempatkan
sedemikian rupa berbentuk persegi atau persegi panjang, dilaminating
dan dilapis kaca khusus dan diberi penguat rangka/frame pada keempat
sisinya. Setiap modul sel surya dirancang memiliki daya puncak spesifik
(SPLN D5.005: 2012). Modul surya dibagi dalam beberapa jenis, antara
lain sebagai berikut :
A.1 Monocrystalline
Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris
tipis-tipis. Dengan teknologi seperti ini, dihasilkan kepingan sel surya
yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadi
sel surya yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya lainnya,
sekitar 15% - 20%. Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun
membentuk solar modul (panel surya) akan menyisakan banyak
ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini umumnya
berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari bentuk batangan
kristal silikonnya, seperti terlihat pada gambar 2.1 berikut.
8
Keterangan gambar :
1. Batangan kristal silikon murni 2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis
3. Sebuah sel surya monocrystalline yang sudah jadi
4. Sebuah panel surya monocrystalline yang berisi susunan sel surya monocrystalline. Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel surya jenis ini.
A.2. Polycrystalline
Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang
dilebur/dicairkan kemudian dituangkan dalam cetakan yang
berbentuk persegi. Keeping silicon poli kristal dibuat dengan
teknologi casting berupa balok silicon dan dipotong-potong tipis (wire-sawing) menjadi kepingan, dengan ketebalan sekitar 250-350 micrometer (SPLN D3.022-1: 2012). Efisiensinya lebih rendah,
sekitar 13%-16%. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding
monocrystalline, karenanya harganya menjad lebih murah. Jenis ini
paling banyak dipakai saat ini, seperti gambar 2.2 di bawah berikut.
9
A.3. Thin Film Solar Cell (TFSC)
Thin Film adalah sel fotovoltaik yang dibuat dengan teknologi lapisan tipis (thin film) material semi konduktor. Teknologi pembuatan sel fotovoltaik dengan lapisan tipis ini dimaksudkan untuk mengurangi
biaya pembuatan solar sel mengingat teknologi ini hanya
menggunakan kurang dari 1% dari bahan baku silikon jika
dibandingkan dengan bahan baku untuk tipe silikon wafer.
Metode yang paling sering dipakai dalam pebuatan silikon jenis
lapisan tipis ini adalah dengan Plasma-enjanced chemical vapor
deposition (PECVD) dari gas silane dan hirdrogen. Lapisan yang dibuat dengan metode ini menghasilkan silikon yang tidak memiliki
arah orientasi kristal atau yang dikenal sebagai amorphous silikon (non kristal), awalnya banyak diterapkan pada kalkulator dan jam
tangan. Efisiensinya antara 6% - 8%.. Selain menggunakan material
dari silikon, sel fotovoltaik lapisan tipis juga dibuat dari bahan
semikonduktor lainnya yang memiliki efisiensi solar sel tinggi seperti
cadmium Telluride (Cd Te), efisiensinya sekitar : 9%-11% dan
Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) memiliki efisiensi paling tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Sel surya jenis ini sangat tipis
karenanya sangat ringan dan fleksibel seperti pada gambar 2.3 di
10
Gambar 2.3. Thin Film Solar Cell
Suatu Instalasi PLTS secara mendasar dibagi menjadi dua bagian,
yaitu PLTS yang dikoneksikan dengan jaringan (grid connceted) dan PLTS yang berdiri sendiri. Terdapat banyak varian instalasi PLTS
yang klasifikasinya dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini.
11
Suatu PLTS Mandiri yang lengkap biasanya terdiri atas :
1. Photovoltaic (PV) Module (jika modul tunggal ) atau Array (jika PV
Module banyak)
2. BCU/BCR (battery control unit/battery charge regulator), yang berfungsi untuk mengubah tegangan modul sehingga sesuai
dengan tegangan baterai dan dapat digunakan untuk mengisi
baterai.
3. Inverter, digunakan untuk mengubah tegangan arus searah menjadi tegangan bolak-balik. Inverter tergantung pada
rangkaiannya ada yang harus memiliki kemampuan grid connected (bila digunakan dalam instalasi hibrid dengan pembangkit lain) dan tanpa kemampuan grid connected.
4. Baterai, digunakan untuk menyimpan energi yang dikonversi dari
energi surya ke energi listrik.
5. Sistem pengawatan (instalasi) yang menghubungkan antar bagian
di atas. Di bagian ini juga terdapat junction box, disconnecting switch, surge protector, fuse, dan lain-lain.
6. Sistem pembumian, baik pembumian terhadap sambaran petir
langsung dan tidak langsung (surge protection) maupun pembumian instalasi pembangkit.
12
PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode
PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode
P
13
Suatu PLTS on grid yang lengkap biasanya terdiri atas :
1. PV Module (jika modul tunggal ) atau Array (jika PV Modul banyak)
2. Inverter, digunakan untuk mengubah tegangan arus searah
menjadi tegangan bolak-balik. Inverter tergantung pada
rangkaiannya ada yang harus memiliki kemampuan grid connected (bila digunakan dalam instalasi hibrid dengan pembangkit lain) dan tanpa kemampuan grid.
3. Sistem pengawatan (instalasi) yang menghubungkan antar bagian
diatas. Di bagian ini juga terdapat junction box, disconnecting switch, fuse, dan lain-lain.
4. Sistem pembumian, baik pembumian terhadap petir maupun
pembumian instalasi pembangkit.
14
PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode
PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode PV Module Bypass Diode
P
15
Dari uraian di atas tergambar bahwa PLTS on grid memiliki bagian yang lebih sedikit dibandingkan dengan PLTS off grid, yaitu tidak memiliki BCU dan Baterai sebagai penyimpan energi.
B. Prosedur Pemeriksaan
Inspeksi Fisik adalah memeriksa dan meneliti kelaikan operasional
komponen-komponen penting pada sistem pembangkit.
Sesuai dengan namanya inspeksi ini dilakukan dengan melihat kondisi
fisik (secara visual dengan mata) dan menggunakan indera lainnya yaitu
kuping (pendengaran), kulit (suhu), kulit (getaran), hidung (bau). Secara
visual juga, dengan melihat name plate kita dapat diketahui indikasi kelayakan komponen (kesesuain dengan standards) pada sebuah Instalasi. Sebelum melakukan pemeriksaan/inspeksi, ada beberapa hal
yang harus diketahui, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pembuatan
laporan hasil inspeksi.
Hal yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan inspeksi diantaranya
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Dokumen
a. Spesifikasi teknik peralatan utama
b. Gambar diagram satu garis (single line diagram) c. Gambar dan tata letak (lay out) peralatan utama d. Gambar dan tata letak pemadam kebakaran
e. Gambar sistem pentanahan
f. Gambar instalasi listrik gedung pembangkit
g. Sertifikat uji pabrik peralatan utama (sertifikat produk)
h. Buku manual operasi
i. Izin lingkungan dan dokumen lingkungan hidup
2. Pemeriksaan Secara Visual
3. Pemeriksaan Modul Surya
16 5. Pemeriksaan Baterai
6. Pemeriksaan Inverter
7. Pemeriksaan Sistem Pengkabelan/pengawatan
8. Pemeriksaan Sistem pembumian
9. Pengukuran Tahanan Sistem Pembumian
B.1 Pemeriksaan Dokumen
Pada review dokumen ini maka dokumen perencanaan atau dokumen instalasi diperiksa untuk mendapatkan spesifikasi teknis
dan spesifikasi material instalasi yang akan diinspeksi.
Dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam rangka inspeksi adalah:
1 Informasi Lokasi Referensi Identifikasi Tanggal Pembangunan : ___________________________ Nama Pemilik : ___________________________ Alamat Lokasi : ___________________________ 2 Informasi Perancang
Nama Perancang : ___________________________ Kontak Person : ___________________________ Alamat : ___________________________ Nomor Telepon : ___________________________
E-mail : ___________________________
3 Informasi Pemasang
Nama : ___________________________ Kontak Person : ___________________________ Alamat : ___________________________ Telepon : ___________________________
17
Konduit dari PV Array
(Combiner/Junction Box) ke DC
Disconnecting Switch lalu ke BCU teridentifikasi
Ya Tidak
BCU/BCR terspesifikasi Ya Tidak
Sistem Pembumian Peralatan diidentifikasi
Disconnecting switch lalu ke
Battery Bank teridentifikasi
Ya Tidak
Inverter terspesifikasi Ya Tidak
Konduit dari Inverter ke AC
Disconnecting Switch lalu ke beban terdentifikasi
Ya Tidak
Metoda pengawatan pada titik koneksi diidentifikasi.
Ya Tidak
5 Module
Tegangan Open Circuit Max (Voc) :___________Volt Arus Hubung Singkat (Isc) :___________Amp Daya Maksimum pada Standard Test
Condition
:___________Wp Tegangan pada Pmax :___________Volt Arus pada Pmax :___________Amp Tegangan Sistem Max :___________Volt
Rating Fuse Series Max :___________Amp 6. Array
Jumlah module terhubung seri :_________buah Jumlah paralel string module :_________rangkaian Jumlah Module Total :_________buah Tegangan Kerja :_________Volt
Arus Kerja :_________Amp
Maksimum Tegangan Sistem :_________Volt Arus Hubung Singkat :_________Amp 7 BCU/BCR
Arus Maksimum :_________Amp Tegangan Kerja :______s.d.______ Volt Tegangan Maksimum :_________Volt
8 Inverter
Rating Daya :_________VA
DC Input
- Tegangan Nominal :_________Volt
- Daerah Kerja :______s.d.______ Volt - Tegangan Input Maksimum yang
diperbolehkan
18
AC Output
- Frekuensi Output :______s.d.______ hz - Tegangan Output :______s.d.______ Volt 9 Baterai
Tipe (Basah/Kering) :
Tegangan :_________Volt
Tipe Fuse String :___________________________
Rating Fuse String :_______________________Amp Apakah terpasang Blocking Diode Ya Tidak
Rating Arus BlockingDioda :_______________________Amp
Rating Tegangan Blocking Dioda
:_______________________Volt Apakah Terpasang Surge protector Ya Tidak
Rating Tegangan Surge protector
:_______________________Volt
Rating Arus Surge Protector :_______________________Amp Kabel Array
Merek / Pembuat :___________________________ Tipe :___________________________ Ukuran :___________________________ 11 Proteksi
DC Disconnecting Switch
Lokasi :___________________________
Rating Tegangan DC
Disconnecting Switch Lokasi Proteksi Surja Petir :___________________________ Ukuran Proteksi Surja Petir :_______________________Amp Proteksi Arus Lebih
19
Proteksi Arus Sisa
Ada Proteksi Arus Sisa (GPAS) Ya, ada Tidak ada
Rating RCD :_______________________mA
12 Pembumian
Pembumian Array dan Rangka Array (untuk Surja Petir/Lightning Surge)
Ya, ada Tidak ada Ukuran Penghantar
Pembumian array dan rangka
:________________________mm
Lokasi pembumian :___________________________ Pembumian Terhadap Sambaran Petir
(terhadap sambaran langsung Petir/Direct Lightning)
Lokasi pembumian :___________________________
Detail untuk komponen-komponen atau bagian-bagian di atas
apabila tidak tercantum secara mendetail pada dokumen
perencanaan dapat dilihat secara langsung pada instalasi, hal ini
juga berguna untuk memastikan kesamaan antara dokumen
perencanaan atau desain dengan instalasi terpasang.
B.2. Pemeriksaan Secara Visual
Pemeriksaan secara visual pada butir ini ditujukan untuk mengetahui
keberadaan name plate dari komponen utama, kesesuaian dengan standard yang berlaku atau ada dan kesesuaian dengan data
perencanaan atau pembangunan yang telah didapat melalui review
dokumen.
C. Inspeksi Modul (Rangkaian Seri paralel)
Sebuah Array PV terdiri dari sejumlah modul PV yang disatukan untuk mencapai tegangan yang diinginkan dan daya yang dibutuhkan untuk itu
20
Modul PV dihubungkan secara seri untuk meningkatkan tegangan.
Misalnya, dua buah modul dengan tegangan voc 36 volt yang dapat
dihubungkan secara seri untuk menciptakan sistem tegangan DC 72 volt.
Ini dapat dikaitkan dengan tegangan searah/DC 72 volt pada persyaratan
dalam pencapaian tambahan daya. Array ini dapat terdiri dari hanya dua modul PV, atau ribuan modul PV. Modul PV dapat dihubungkan secara
seri untuk mendapatkan tegangan yang besar dan parallel untuk
memperoleh arus yang besar. Sebelum terhubung secara paralel, modul
dibentuk menjadi PV Array Listrik yang terhubung secara seri untuk menghasilkan tegangan yang tepat. Sel-sel mengubah energi surya
menjadi listrik arus searah melalui efek fotovoltaik. Kebanyakan PV Array
menggunakan inverter untuk mengubah listrik DC yang dihasilkan oleh
modul ke arus bolak-balik ke dalam infrastruktur yang ada untuk lampu
listrik, motor, dan beban lain. Modul-modul dalam PV Array biasanya pertama dihubungkan secara seri untuk mendapatkan tegangan yang
diinginkan, lalu kabel dihubungkan secara parallel. Solar Array biasanya diukur dari daya puncak listrik yang hasilkan, dalam watt, kilowatt, atau
bahkan megawatt. Gambar grafik hubung seri PV Modul dapat dilihat
pada gambar 2.7 dan hubung seri paralel pada gambar 2.8 di bawah ini.
Gambar 2.7. Grafik Arus dan Tegangan pada Hubungan
21
Gambar 2.8. Grafik Arus dan Tegangan pada Hubungan
Paralel PV Array (I besar)
Gambar 2.9. Rangkaian Dua Modul Terhubung Secara Seri
22 Hal hal yang diperiksa
Name Plate Module tersedia?
Ada Tidak Ada
Data Modul sesuai dengan dokumen instalasi?
Ya Tidak
Apakah Modul tersertifikasi Ya Tidak
Standar Lainnya SPLN D3.022-1 : 2012 ______________
__________________________________
Gambar 2.11. Name Plate Module Photovoltaic
Apakah Module dalam kondisi fisik baik (tidak ada retakan, atau frame yang bengkok (akibat rangka yang melendut)
Ya Tidak
Apakah Module terpasang dengan baik (baut ada dan terpasang kencang)
Ya Tidak Pengawatan Module terpasang baik (tutup
pengawatan tidak terbuka)
Ya Tidak Ada suara, bau atau panas yang tidak normal Ya Tidak
Gambar 2.12 di bawah ini menunjukkan salah satu kerusakan pada modul
23
Gambar 2.12. Module Photovoltaic Pecah
C.1. Tata Letak
Tata letak berpengaruh penting untuk mendapatkan daya paling
optimal. Modul fotovoltaik perlu paparan maksimum sinar matahari
langsung dalam waktu yang lama serta terhindar dari pengaruh
bayangan (shading) apapun yang dapat mengurangi produksi daya puncak (Wattpeak) modul. Potensi efek bayangan pada waktu yang berbeda dari hari ke hari dan tahun ke tahun harus dipertimbangkan.
Beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah: kemudahan
instalasi & pemeliharaan; rugi daya potensial karena kabel; lokasi
komponen sistem lainnya - baterai, inverter dan beban, panjang
kawat ke baterai, tampilan PV Array dan kemudahan akses untuk melakukan pemeliharaan serta pembersihan harus dipertimbangkan.
Idealnya panel harus ditempatkan agar tegak lurus terhadap
matahari siang hari, yaitu kearah Selatan/utara dan pada sudut
kemiringan kira-kira sama dengan sudut lintang, meskipun juga
modul-modul PV akan berfungsi bila dipasang secara datar. Sebuah
sudut dengan kemiringan curam akan meningkatkan output daya
24
berkurang di musim panas, (tetap akan memiliki sudut lintang
ditambah 15 º).
Untuk menghindari pengaruh karat bahan frame mount dapat dibuat dengan aluminium atau stainless steel dan bautnya yang digunakan harus dibuat tahan terhadap karat dan mampu menahan angin.
Gambar 2.13 di bawah menunjukkan beberapa bentuk tata letak
Modul.
Gambar 2.13. Struktur Penopang PV Array
(Mounting Struktur PV Array)
C.2 Kemiringan
Sudut kemiringan memiliki dampak yang besar terhadap radasi
matahari di permukaan panel surya. Untuk sudut kemiringan tetap,
daya maksimum selama satu tahun akan diperoleh ketika sudut
25
dkk,2010). Misalnya panel surya yang terpasang di khatulistiwa
(lintang = 0°) yang diletakkan mendatar (angle = 0°), akan menghasilkan energi maksimum.
Biasanya, lokasi terbaik untuk modul surya adalah meja modul yang
menghadap selatan, tapi atap wajah timur atau barat juga dapat
diterima.
D. Inspeksi Inverter Off Grid dan On Grid
Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus
listrik searah (DC – Direct Current) menjadi arus listrik bolak balik (AC –
Alternating Current).
Inverter mengkonversi arus DC 12/24 volt dari sumber arus backup seperti
batere, panel surya/solar cell menjadi AC 220 volt setara PLN. Dalam
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), inverter diperlukan untuk
menyediakan sumber arus AC untuk perangkat listrik seperti lampu,
televisi, pompa air, dan lain-lain.
Macam-macam Inverter :
1. Square sine wave inverter adalah tipe inverter yang menghasilkan Output gelombang (sinus) persegi, jenis inverter ini
tidak cocok untuk beban AC tertentu seperti motor induksi atau
transformer, selain tidak dapat bekerja square sine wave dapat
merusak peralatan tersebut.
2. Modified sine wave inverter adalah tipe inverter yang menghasilkan Output gelombang persegi yang
disempurnakan/persegi kuasi yang merupakan kombinasi antara
square wave dan sine wave.. Inverter ini masih dapat menggerakan
perangkat yang menggunakan kumparan, hanya saja tidak maksimal
26 tertentu, peralatan audio.
3. Pure sine wave inverter adalah tipe inverter yang menghasilkan Output gelombang sinus murni setara PLN. Inverter
jenis ini diperlukan terutama untuk beban-beban yang menggunakan
kumparan induksi agar bekerja lebih mudah, lancar dan tidak cepat
panas.
4. Grid Tie Inverter adalah tipe special inverter yang dirancang untuk menyuntikkan arus listrik ke sistem distribusi tenaga listrik yang
sudah ada, misalkan PLN/Genset. Inverter tersebut harus
disinkronkan dengan frekuensi grid yang sama, biasanya berisi satu
atau lebih fitur maksimum power point tracking untuk mengkonversi jumlah maksimum daya yang tersedia, dan juga termasuk fitur
proteksi keselamatan.
Gambar 2.14 di bawah ini adalah bentuk dari gelombang tegangan
inverter.
Gambar 2.14. Bentuk Gelombang Tegangan Inverter
Grid Tie Inverter juga dikenal sebagai synchronous inverter dan perangkat ini tidak dapat berdiri sendiri, apalagi bila jaringan tenaga listriknya tidak
27
dari sistem PLTS ini bisa disalurkan kembali ke jaringan listrik PLN untuk
digunakan bersama.
Rugi-rugi/loss yang terjadi pada inverter biasanya berupa dissipasi daya dalam bentuk panas. Effisiensi tertinggi dipegang oleh grid tie inverter
yang diklaim bisa mencapai 95-97% bila beban outputnya hampir
mendekati batas bebannya.
Sedangkan pada umumnya effisiensi inverter adalah berkisar 50-90%
tergantung dari tipe inverter dan beban outputnya. Bila beban outputnya
semakin mendekati beban kerja inverter yang tertera maka effisiensinya
semakin besar, demikian pula sebaliknya.
Modified sine wave inverter bila dipaksakan untuk beban-beban induktif maka effisiensinya akan jauh berkurang dibandingkan dengan pure sine wave inverter. Perangkat beban akan menyedot daya 20% lebih besar dari yang seharusnya. Oleh karena itu dari sisi harga maka pure sine wave inverter adalah yang paling mahal selain Grid Tie Inverter.
Hal hal yang diperiksa
Name Plate Inverter tersedia
Ada Tidak Ada
Data name Inverter sesuai dengan data perencanaan atau pembangunan ?
28 Inverter memenuhi persyaratan teknik
Ya Tidak
Gambar 2.15. Inverter dan Lokasi Name Plate Inverter
Hal-hal yang diinspeksi :
Inverter pada lokasi yang baik (aman dari jangkauan orang, tidak terkena sinar matahari, tidak terkena hujan, ada ventilasi yang baik)
Ya Tidak
Inverter dalam kondisi baik (permukaan bersih, pengawatan baik dan rapi)
Ya Tidak Indikator dan panel pada Inverter bekerja
baik
Ya Tidak Ada suara, bau atau panas yang tidak
normal
Ya Tidak
Gambar 2.16 dan gambar 2.17 dibawah ini adalah gambar grid connected
29
Gambar 2.16. Grid Connected Inverter
Gambar 2.17. Inverter (Indoor)
E. Inspeksi Batere dan BCU/BCR
Pada beberapa skema di PV sistem, baterai memegang peranan yang
penting. seperti diketahui bahwa output dari PLTS bersumber dari
intensitas sinar matahari, karena itu seiring dengan berubahnya kondisi
sinar matahari yang berubah-ubah pada pada satu hari, maka bervariasi
pula output tenaga listrik yang dihasilkan PLTS dalam satu hari itu. saat
langit cerah, listrik yang dihasilkan besar. saat cuaca mendung, output
listriknya pun rendah. ini merupakan salah satu masalah pada sistem
listrik, kenapa?
30
dibangkitkan sama dengan energi yang dibutuhkan, hal ini berkaitan
dengan kestabilan sistem. kalau sumber energi berasal dari sinar matahari
yang kondisinya tidak bisa kita perkirakan, maka akan timbul masalah.
saat energi listrik di sistem berlebih, frekuensi akan naik. saat energi listrik
kurang, frekuensi akan turun. dua-duanya bisa mengakibatkan kerusakan
pada peralatan listrik. Peralatan bisa mati mendadak, atau tiba-tiba jadi
kepanasan makanya penting untuk mengatur energi yang dibangkitkan.
Solusinya adalah dengan menggunakan baterai. Baterai difungsikan
sebagai penyimpan energi dari sinar matahari. saat energi matahari
berlebih, sisanya akan masuk ke baterai, saat energi matahari kurang,
kekurangannya diambilkan dari energi yang tersimpan di baterai. dengan
adanya baterai, sistem menjadi lebih stabil dan andal.
Hal hal yang diperiksa
Name Plate Baterai Bank tersedia
Ada Tidak Ada
Data Name Plate Baterai sesuai dengan data perencanaan atau pembangunan ?
Ya Tidak
Apakah Baterai tersertifikasi Ya Tidak
SNI 04 – 6392 – 2000 / EC 61427-1:1999
Lainnya
________________________
________________________
31 Hal-hal yang diinspeksi adalah :
Baterai pada lokasi yang baik (aman dari jangkauan orang (ada pelindung atau dalam ruanga khusus), tidak terkena sinar matahari, tidak terkena hujan, ada ventilasi yang baik).
pecah, terminal yang kotor/berkarat, suhu baterai tidak wajar (terlalu panas).
Ya Tidak
Pengawatan Baterai dalam kondisi baik (pengawatan baik dan rapi).
Ya Tidak Rak atau lemari baterai dalam kondisi baik. Ya Tidak Untuk rak atau lemari baterai dari
logam,terdapat pembumian yang baik
Ya Tidak Ada suara, bau atau panas yang tidak
normal
Ya Tidak
Gambar 2.19 dan gambar 2.20 di bawah ini menunjukkan kondisi Baterai
yang baik dan pengawatan baterai.
32
Gambar 2.20. Pengawatan Terminal Baterai
Gambar 2.21. Pengawatan Pembumian Dudukan Baterai Bank
Gambar 2.22 di bawah ini adalah gambar kondisi baterai pelat rusak
33
Gambar 2.22. Kondisi Baterai Pelat Tersulfasi (Rusak) dan Pelat Baik
Hal hal yang diperiksa
Name Plate BCU tersedia
Ada Tidak Ada
Data Name Plate BCU sesuai dengan data perenacanaan/pembangunan ?
Ya Tidak
Apakah BCU tersertifikasi Ya Tidak
SNI 04 – 6391 – 2000 / EN 50314-3,1999
Lainnya
________________________
________________________
________________________
________________________
________________________
healthy,
without
34
Gambar 2.23. BCU dan Lokasi Name Plate BCU
Hal-hal yang diinspeksi :
BCU pada lokasi yang baik (aman dari jangkauan orang, tidak terkena sinar matahari, tidak terkena hujan, ada ventilasi yang baik)
Ya Tidak
BCR dalam kondisi baik (permukaan bersih, pengawatan baik dan rapi)
Ya Tidak Indikator dan panel pada BCU bekerja
baik
Ya Tidak Ada suara, bau atau panas yang tidak
normal
Ya Tidak
35
Gambar 2.24. BCU PLTS SHS
F. Inspeksi Sistem Proteksi
Hal-hal yang di inspeksi :
1. Pembumian Instalasi atas Sambaran Langsung dan tak langsung
Petir
Terdapat 3 tipe akibat sambaran petir (lightning strike) : 1). Sambaran Petir langsung (Direct Lightning Strike)
a. Tinggi dari gelombang arus 50% dari serangan petir memiliki
tinggi gelombang arus 15 s.d. 20 kA.
b. Namun demikian, beberapa gelombang arus petir memiliki
arus hingga 200 ~ 300 kA.
c. Adalah tidak mungkin untuk melindungi fasilitas yang terkena
langsung sambaran petir.
d. Dibutuhkan proteksi dengan penangkal petir atau kawat bumi
36
Gambar 2.25. Proteksi Sambaran Petir Langsung dengan Kawat Bumi yang Digelar Diatas Instalasi
2). Sambaran Petir Tidak langsung 1 : Induksi Elektromagnet
a. Arus petir yang diakibatkan pelepasan muatan antara awan
dan bumi mengindukasikan medan magnet.
b. Surja Petir diinduksikan pada penghantar oleh medan
magnet didekatnya.
37
3). Sambaran Petir Tidak langsung 2 : Induksi Elektrostatik
a. Muatan positif diinduksikan pada penghantar oleh awan
badai di atasnya.
b. Setelah hilangnya muatan di awan karena pelepasan beban,
muatan positif pada penghantar mengalir ke dua arah
penghantar sebagai surja petir.
Gambar 2.27. Induksi Elektrostatik
Gambar 2.28 Proteksi Akibat Sambaran Petir Tidak Langsung
(Surja Petir) menggunakan Surge Protector/Absorber
Gambar 2.29. Bagian Atas PLTS Menunjukkan Penangkal Petir
38
Gambar 2.31. Bagian Atas PLTS tanpa Penangkal Petir
Gambar 2.32. Pembumian Penangkal Surja Petir
39 2. Inspeksi pada sistem pembumian
Terdapat proteksi terhadap sambaran petir
langsung
Ya Tidak Sistem pengawatan terhadap sambaran petir
langsung dalam kondisi baik
Ya Tidak Terdapat proteksi terhadap surja petir Ya Tidak Sistem pengawatan terhadap surja petir
dalam kondisi baik
Ya Tidak Pembumian Array dan Rangka Array (Surja
Petir/Lightning Surge) digabungkan dengan pembumian terhadap sambaran petir
Ya Tidak
Terdapat proteksi surja untuk peralatan Ya Tidak Proteksi surja untuk peralatan dalam keadaan
baik
Ya Tidak Sistem pengawatan proteksi surja untuk
peralatan dalam kondisi baik
Ya Tidak
3. Pengukuran Tahanan Sistem Pembumian
Tahanan pembumian perlu dibedakan antara tahanan untuk pembumian
sistem dan tahanan pembumian untuk proteksi terhadap petir.
a. Tahanan pembumian untuk proteksi petir secara langsung dan
tidak langsung. Tahanan pembumian untuk sistem proteksi ini
sebaiknya adalah sekecil mungkin untuk memberikan jalan
tersingkat aliran arus ke bumi. Tahanan ini dibatasi harus lebih
kecil dari 5 ohm.
Besar tahanan pembumian untuk proteksi petir secara langsung dan tidak langsung ≤ 5 ohm.
Ya Tidak
b. Tahanan pembumian instalasi biasanya dibatasi hingga
maksimum tegangan sentuh akibat adanya arus ke bumi hanya
mencapai 50 V AC. Besar tahanan dalam hal ini dibatasi oleh
besar arus bumi yang diizinkan mengalir oleh proteksi arus lebih.
40
Besar tahanan pembumian untuk proteksi instalasi R bumi ≤ 50 V / I Proteksi insalasi
Ya Tidak Besar tahanan pembumian untuk proteksi
petir secara langsung dan tidak langsung ≤ 5 ohm.
Ya Tidak
c. Pembumian Instalasi atas Sambaran Tidak langsung Petir
Ada Tidak Ada
d. Penggunaan Surge Protector untuk melindungi instalasi atas Sambaran Tidak langsung Petir
Ada Tidak Ada
e. Adanya Bypass Diode pada module
Ada Tidak Ada
f. Adanya Fuse untuk string
Ada Tidak Ada
g. Adanya Blocking Diode pada Juction Box
Ada Tidak Ada
h. Adanya Disconnecting Switch sisi DC
Ada Tidak Ada
i. Adanya Disconnecting Switch sisi AC
Ada Tidak Ada
j. Adanya Proteksi Overcurrent
41 k. Adanya Proteksi Arus Sisa (GPAS)
Ada Tidak Ada
G. Perlengkapan atau Peralatan Pengamanan Kebakaran
Hal hal yang diinspeksi :
Alat Pemadam Kebakaran
Ada Tidak Ada
Alat pemadam Kebakaran sesuai memenuhi persyaratan teknik (untuk kebakararan listrik) ?
Ya Tidak
Gambar 2.34. Pemadam Kebakaran pada Ruang Kontrol
Peralatan Disconnecting Switch (disconnecting switch akan memutus sumber energi yang menyebabkan kebakaran tetap berlangsung)
Sisi DC antara PV Array dengan BCU
Ada Tidak Ada
Sisi DC antara BCU dengan Batere Bank
Ada Tidak Ada
Sisi AC antara Inverter dengan Beban
42
Data Name Disconnecting Switch sesuai dengan data perencanaan atau pembangunan ?
Ya Tidak
Gambar 2.35. Disconnecting Switch DC Side dan AC Side
H. Perlengkapan atau Pelindung Terhadap Bahaya Benda
Bertegangan
Hal hal yang diinspeksi :
Ada barrier terhadap benda bertegangan
Ada Tidak Ada
Gambar 2.36. Pintu Instalasi
Outdoor
Gambar 2.37. Pintu Instalasi
43
Gambar 2.38. Battery Bank
dengan pelindung Terminal
Gambar 2.39. Battery Bank
Tanpa Pelindung Terminal (salah)
I. Sistem Instalasi/Pengawatan
o Instalasi
Instalasi disini hanya mencakup bagian yang keseluruhan instalasi,
namun pada satu bagian ini akan dibahas masalah kondisi umum
instalasi dan bangunan sipil.
Kondisi Instalasi secara visual Baik ?
Ya Tidak
Kondisi Bangunan Sipil secara visual baik (tidak ada kebocoran) ?
Ada Tidak Ada Pintu, Jendela dan Ventilasi dalam kondisi baik ?
Ya Tidak
Instalasi PV Array dalam kondisi baik (tidak ada karat, lendutan rangka, baut/mur module yang lepas/hilang) ?
Ya Tidak
o Pengawatan
Pemeriksaan yang dilakukan :
Penghantar yng digunakan sesuai (tipe) Ya Tidak Seluruh meter dan indikator dalam kondisi
baik dan bekerja
Ya Tidak Kabel antar module PV terpasang baik dan
tidak menggantung
44
Pengawatan antara PV array dengan Junction Box dan BCU/Inverter terpasang baik dan terlindung
Ya Tidak
Pengawatan terpasang baik dan terminasi
kuat
Ya Tidak Pengawatan yang tertutup atau berada dalam
konduit dalam keadaan baik
Ya Tidak Tanda/Sign untuk bagian bagian yang penting
ada, posisi mencolok dan dalam kondisi mudah dipahami
Ya Tidak
Gambar 2.40. Penghantar Indoor digunakan untuk Outdoor
Gambar 2.41 di bawah ini adalah meter dan indikator sistem
pengawatan
45
Gambar 2.42. Pengawatan antar Modul Menggantung
46
Gambar 2.44. Pengawatan antar Modul Menggantung
47
Gambar 2.46. Pengawatan pada Junction Box (Pemasangan
Terminasi Ditandai untuk Pemeriksaan Kekencangan Baut)
48
Gambar 2.48. Tanda/Sign untuk Disconnecting Switch sekaligus
Proteksi pada PLTS Grid Connected
J. Rangkuman
Inspeksi Fisik adalah bagian dari pembinaan dan pengawasan bidang
ketenagalistrikan yang dilakukan oleh PNS Inspektur Ketenagalistrikan.
Selain inspeksi fisik bentuk bentuk lain inspeksi adalah pemeriksaan
instalasi listrik, pengawasan pengujian instalasi listrik, pengawasan
pengujian individual instalasi pembangkit, dll.
Pada Inspeksi Fisik PLTS, bagian-bagian yang diinspeksi adalah Modul,
Inverter, Baterai dan BCU/BCR, Sistem Proteksi, Perlengkapan atau
peralatan pengaman kebakaran, perlengkapan atau pelindung terhadap
benda bertegangan serta sistem instalasi dan pengawatan lebih detail.
Sebagai bagian dari pemenuhan persyaratan keteknikan maka bagian
bagian PLTS juga telah memiliki persyaratan khusus, baik standar
49
K. Evaluasi
1. Yang diinspeksi pada modul PV adalah :
a. Arah modul
b. Kemiringan Modul
c. Shading/bayangan
d. Semua jawaban benar
2. Bagian dari baterai yang harus diinspeksi adalah :
a. Terminasi setiap baterai
b. Spesifikasi Baterai
c. Temperatur dan kelembaban ruangan
d. Semua jawaban benar
3. Hal yang perlu diperhatikan pada saat menginspeksi Combiner Box
adalah, kecuali :
a. Tegangan Nominal Out Out
b. Korosi pada komponen-komponennya
c. Kandungan air atau kelembaban
d. Kerusakan pada komponen combiner box
4. Yang harus diperhatikan pada saat menginspeksi inverter pada
PLTS adalah sebagai berikut, kecuali :
a. Rating Daya
b. Tegangan sistem maksimum
c. Tegangan nominal DC Input
d. Frekuensi tegangan AC out put
5. Peralatan Disconecting Switch dipasang pada bagian sebagai
berikut, kecuali :
a. Sisi DC antara PV Array dengan BCU
b. Sisi DC antara BCU dengan baterai bank
c. Sisi AC antara PV array dengan BCU
50 Indikator Keberhasilan :
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran II ini, peserta diklat/pembaca
diharapkan mampu memahami dan menjelaskan Inspeksi Fisik Instalasi
PLTB.
BAB III
MATERI POKOK II
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB)
A. Gambar dan Diagram
Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering juga disebut dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah salah satu pembangkit
listrik energi terbarukan yang ramah lingkungan dan memiliki efisiensi
kerja yang baik jika dibandingkan dengan pembangkit listrik energi
terbarukan lainnya. Prinsip kerja PLTB adalah dengan memanfaatkan
energi kinetik angin yang masuk ke dalam area efektif turbin untuk
memutar baling-baling/kincir angin, kemudian energi putar ini diteruskan
ke generator untuk membangkitkan energi listrik. Energi Listrik ini
biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan
Dalam pembahasan PLTB ini, akan disampaikan bagaimana melakukan
inspeksi fisik terhadap bagian-bagian yang terdapat pada PLTB antara
lain turbin angin, gear box, generator, sistem proteksi, instalasi listrik,
instrumen kontrol, pompa dan kompresor, switchgear, transformator,
tower/menara PLTB. Gambar 3.1 di bawah ini menunjukkan gambar
Konstruksi PLTB, Gambar 3.2 menunjukkan komponen-komponen PLTB
51
52
Gambar 3.2. Komponen - Komponen PLTB
53
Syarat–syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1. Kondisi Angin
Tingkat kecepatan angin di atas permukaan tanah dapat dilihat pada tabel
3.2 di bawah ini :
54
Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas
maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan
yang paling berkembang saat ini. Berdasarkan data dari WWEA (World Wind Energy Association), sampai dengan tahun 2007 perkiraan energi listrik yang dihasilkan oleh turbin angin mencapai 93.85 GigaWatts,
menghasilkan lebih dari 1% dari total kelistrikan secara global.. Amerika,
Spanyol dan China merupakan negara terdepan dalam pemanfaatan
energi angin. Diharapkan pada tahun 2010 total kapasitas pembangkit
listrik tenaga angin secara glogal mencapai 170 GigaWatt seperti terlihat
pada gambar 3.4 di bawah ini.
Gambar 3.4. Total Kapasitas dan Prediksi PLTB Sampai Tahun 2010
Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total
kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang
dari 800 kilowatt. Di seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit
55
2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di empat
lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit,
dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit.
Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga
bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.
Untuk di Indonesia, dengan iklim tropisnya mungkin akan cukup sulit untuk
menemukan daerah dengan potensi angin (distribusi anginnya)yang
konstan/baik. Ada beberapa daerah di Indonesia yang katanya memiliki
kecepatan angin cukup tinggi (gust wind) berdasarkan survei yang
dilakukan selama 3 bulan, tapi hal ini tidak berguna bagi PLTB bila
kecepatan angin itu hanya cuma bertahan beberapa menit/detik saja dan
kemudian hilang. Perlu adanya survei/studi berkesinambungan yang
memerlukan data selama minimal satu tahun untuk mevalidasi potensi
angin didaerah tersebut. Rata-rata PLTB yang dijual di pasaran untuk
kapasitas kecil (kurang dari 100 kW), cut in dan cut out mereka adalah 3
dan 25 m/s dengan kecepatan optimumnya adalah 12 m/s. Didunia saat
ini banyak ditemukan PLTB stand alone yang beredar dipasaran (utk
ukuran 10 kW). Penggunanya adalah daerah-daerah terpencil yang tidak
tersentuh oleh ataupun terlalu mahal untuk dihubungkan oleh grid.
Kebanyakan dari mereka tidak murni hanya menggunakan PLTB tapi juga
menggunakan PV. Selain karena disebabkan kebutuhan listrik yang cukup
besar juga disertai dengan diversikasi energi apabila tiba-tiba tidak
terdapat angin yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di
Indonesia saat ini untuk daerah-daerah terpecil seperti di
kepulauan-kepulauan, diperlukan hybrid system antara potensi renewable energy
yang ada dilokasi (seperti PLTB-PV-baterai, PV-PLTMH-Fuel Cell, dll).
Akan tetapi perlu menjadi catatan, semua teknologi untuk penggunaan
energi-energi tersebut masih cukup mahal bila dilihat dari kelayakan
ekonominya terutama FC dan PV. Standar untuk mengembangkan
potensi renewable energy di daerah, bisa menggunakan standar IEC
56
B. Prosedur Pemeriksaan
Dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Nomor 05 Tahun 2014, prosedur pemeriksaan/inspeksi PLTB masuk ke
dalam prosedur inspeksi pembangkit lainnya. Adapun prosedur inspeksi
PLTB adalah seperti tercantum pada tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 3.3. Prosedur Inspeksi PLTB
No Mata Uji Baru Perpanjangan
1 Pemeriksaan Dokumen √ √
a. Spesifikasi teknik peralatan utama √ √ b. Gambar diagram satu garis
g. Sertifikasi uji pabrik peralatan utama (sertifikat produk)
f. Koordinasi proteksi dengan sistem jaringan
√ √
57
b. Perlengkapan/alat pemadam kebakaran
√ √
c. Perlengkapan/peralatan K3 √ √
d. Sistem pembumian √ √
Secara umum turbin angin dapat di bagi menjadi 2, yaitu turbin angin yang
berputar dengan sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu
vertikal. Gambar 3.5 menunjukan jenis-jenis kincir angin berdasarkan
bentuknya. Sedangkan gambar 3.6 menunjukkan karakteristik setiap kincir
angin sebagai fungsi dari kemampuannya untuk mengubah energi kinetik
angin menjadi energi putar turbin untuk setiap kondisi kecepatan angin.
Dari gambar 3.6 dapat disimpulkan bahwa kincir angin jenis multi-blade
dan Savonius cocok digunakan untuk aplikasi PLTB kecepatan rendah dan cocok dipakai untuk daerah Indonesia. Sedangkan kincir angin tipe
58
Gambar 3.5. Jenis - Jenis Kincir Angin
59 Hal-hal yang perlu diinspeksi pada Turbin :
Name Plate Turbin tersedia ?
Ada Tidak Ada
Data turbin sesuai dengan dokumen instalasi ?
Ya Tidak
Apakah pada bagian Blade ada pasir atau partikel-partikel kecil ?
Ada Tidak
Apakah pada bagian Blade ada pasir atau partikel-partikel kecil ?
Ada Tidak
Apakah keretakan pada bagian blade ?
Ada Tidak
Apakah ada korosi pada bagian furing ?
Ada Tidak
Apakah ada bagian cat yang terkelupas ?
Ada Tidak
Apakah kondisi getaran pada turbin normal ?
ya Tidak turbin. Gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan
rendah dan meningkatkan kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit
(rpm),sekitar 1000-1800 rpm, kecepatan rotasi yang diperlukan oleh
sebagian besar generator untuk menghasilkan listrik. gearbox adalah
bagian mahal (dan berat) dari turbin angin. Gear box PLTB biasanya
60 Hal-hal yang perlu dinspeksi pada gear box : Apakah gear box berfungsi dengan baik?
ya tidak
Apakah pelumas yang digunakan cukup?
ya tidak
Apakah ada keretakan pada roda gigi?
ada tidak
Apakah ada bagian roda gigi yang aus?
ada tidak
E. Transmisi Mekanik
Transmisi mekanik pada PLTB adalah yang menghubungkan antara turbin
dan generator. Transmisi mekanis pada PLTB ada yang menggunakan
sabuk (belt), pulley dan kopling, tergantung PLTB menggunakan sistem apa. Intinya bagian ini berperan besar dalam menghasilkan energi listrik
pada generator.
Hal-hal yang perlu diinspeksi :
Apakah kekencangan sabuk (belt) cukup?
ya tidak
Apakah sumbu antar poros turbin dan generator lurus?
ya tidak
Apakah baut-baut penghubung kopling terpasang kuat ?
ya tidak
Apakah flane kopling diperkuat dengan pasak ?
ya tidak
F. Brake System
Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox
agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu
dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam
pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik
61
Kehadiran angin diluar diguaan akan menyebabkan putaran yang cukup
cepat pada poros generator, sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini
dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih
diantaranya overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar.
Hal-hal yang perlu diinepeksi adalah :
Apakah Brake system berfungsi dengan baik?
Ya tidak
Apakah pelumas yang digunakan cukup?
Ya tidak
Apakah bantalan cakram dalam kondisi baik?
Ya tidak
G. Generator
Generator adalah devais utama dalam pembuatan sistem turbin angin.
Generator berfungsi untuk mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
Prinsip kerjanya dengan menggunakan teori medan elektromagnetik.
High-speed shaft (Poros Putaran Tinggi) Berfungsi untuk menggerakkan generator
Controller (Alat Pengontrol)
Alat pengontrol ini men-start turbin pada kecepatan angin kira-kira 12-25 km/jam dan mematikannya pada kecepatan 90 km/jam. Turbin tidak
beroperasi di atas 90 km/jam, karena angin terlalu kencang dan dapat
merusaknya.
G.1 Jenis Generator
1. Generator arus searah (dc)
2. Generator sinkron
3. Generator induksi
62 G.2 Ciri Berbagai Generator
1. Generator arus searah dan alternator arus bolak – balik dapat
beroperasi pada setiap rpm, sedangkan generator sinkron arus
bolak – balik perlu diatur pada rpm yang tepat dan disinkronkan
dengan jaringan (grid). Tegangan generator bolak – balik adalah
satu atau tiga fasa
2. Generator induksi digunakan pada turbin angin karena motor –
motor induksi dioperasikan secara massal, biaya operasi dan
Maintenance lebih rendah, mudah dikontrol. Generator ini dibawa melalui kecepatan sinkronnya dan kemudian dihubungkan ke
jaringan, eksitasi dan sinkronisasi tidak diperlukan karena jaringan
listrik (utilitas) memberikannya.
3. Keuntungan generator searah (dc) atau alternator magnet
permanen adalah beroperasi pada Cp yang konstan, yang secara
aerodinamik lebih efisien dan tidak memerlukan penambah
kecepatan untuk turbin – turbin angin kecil (beberapa Watt sampai
kilo Watt). Untuk turbin angin kecil, generator sinkron tidak sesuai
untuk sistem interkoneksi karena kesulitan pengontrolan rpm rotor.
4. Generator induksi paling umum dipakai untuk turbin – turbin angin
5 kW sampai ratusan kW di interkoneksi ke jaringan karena
pengontrolan untuk sinkronisasi dengan jaringan adalah
sederhana. Jika pada jaringan terdapat kerusakan (kegagalan),
generator induksi secara otomatis terputus dan tidak
mengakibatkan masalah keselamatan. Generator – generator
induksi memperkecil faktor daya dan kapasitor koreksi dipasang
pada masing – masing turbin angin atau ladang angin. Rotor
generator induksi pada dasarnya beroperasi pada rpm konstan
yang ditetapkan oleh frekuensi jaringan. Rotor – rotor mencapai
63
Tabel 3.4. Pemakaian Generator
Hal-hal yang diinspeksi pada generator :
Name Plate Generator tersedia ?
Ada Tidak Ada
Apakah poros Generator terpasang dengan baik ?
Ya Tidak
Apakah getaran pada generator normal ?
Ya Tidak
Apakah baut-baut terpasang dengan kuat?
Ya Tidak
Apakah generator mempunyai proteksi terhadap sambaran petir?
Ya Tidak
Apakah putaran generator beroperasi dalam kondisi normal?
Ya Tidak
Kualitas Output :
IEC 62257 SNI 04-3851.2-1995
SNI 04-6612.3.1-2002 SNI 04-6612.2-2001
No Generator Pemakaian
1.
- Menghasilkan tegangan searah 12 VAC atau 24 VAC
- Dapat beroperasi pada setiap rpm
- Beroperasi pada Cp konstan (secara aerodinamik lebih efisien)
- Memerlukan pangaturan ke rpm yang tepat dan sinkronisasi dengan jaringan
64
H. Sistem Kontrol
Secara umum sistem kontrol kelistrikan dari PLTB dapat dibagi menjadi 2
yaitu (i) kecepatan konstan (ii) kecepatan berubah. Keuntungan dari
sistem kecepatan konstan (fixed-speed) adalah murah, sistemnya sederhana dan kokoh (robast). Sistem ini beroperasi pada kecepatan putar turbin yang konstan dan menghasilkan daya maksimum pada satu
nilai kecepatan angin. Sistem ini biasanya menggunakan generator
tak-serempak (unsynchronous generator), dan cocok diterapkan pada daerah yang memiliki potensi kecepatan angin yang besar. Kelemahan dari
sistem ini adalah generator memerlukan daya reaktif untuk bisa
menghasilkan listrik sehingga harus dipasang kapasitor bank atau
dihubungkan dengan grid. Sistem ini rentan terhadap pulsating power menuju grid dan rentan terhadap perubahan mekanis secara tiba-tiba.
Gambar 3.7 menunjukan diagram skematik dari sistem ini.
Gambar 3.7. Sistem PLTB Kecepatan Konstan (Fixed-Speed)
Selain kecepatan konstan, ada juga sistem turbin angin yang
menggunakan sistem kecepatan berubah (variable speed), artinya sistem didesain agar dapat mengekstrak daya maksimum pada berbagai macam
kecepatan. Sistem variable speed dapat menghilangkan pulsating torque yang umumnya timbul pada sistem fixed speed.