• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN UMUM"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN UMUM (Money Politics terhadap Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih di TPS dalam Pemilihan Umum di Kota Baubau). KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BAUBAU 2015. i.

(2) KATA PENGANTAR. Puji Syukur kehadirat Allah SWT., karena atas karunia, taufik dan hidayah-Nya, Komisi Pemlihan Umum Kota Baubau dapat menyelesaikan laporan akhir kegiatan penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum, dengan topik: “Money Politic terhadap Kehadiran Pemilih dan Ketidakhadiran Pemilih di TPS dalam Pemilihan Umum di Kota Baubau”. Laporan penelitian ini menyajikan Informasi hasil penelitian yang dilakukan. Penulisan laoran hasil penelitiaan ini merupakan bentuk tanggung jawab dan komitmen Komisi Pemilihan Umum, khususnya Komisi Pemilihan Umum Kota Baubau selaku pelaksana kegiatan, dalam rangka mewujudkan pemilu yang berkualitas dan berintegritas dimasa yang akan datang. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memperlancar pelaksanaan seluruh kegiatan penelitian ini. Semoga bermanfaat. Terimakasih.. Baubau,. Juli 2015. Ketua KPU Kota Baubau,. Dian Anggraini. ii.

(3) DAFTAR ISI. Halaman Judul ................................................................................................. i. Kata Pengantar ................................................................................................ ii. Daftar Isi .......................................................................................................... iii. Daftar Gambar………………………………………………………………... v. Daftar Tabel .................................................................................................... vi. Daftar Grafik…………………………………………………………………. viii. BAB I.. PENDAHULUAN………………………………………………….. 1. 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1. 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 7. 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7. 1.4. Manfaat Penelitian........................................................................ 7. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………. 9. 2.1. Konsep Demokrasi ………......................................................... 9. 2.2. Partisipasi Poitik ……................................................................. 15. 2.3. Pemilihan Umum ....................................................................... 23. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………….. 30. 3.1. Jenis Penelitian .......................................................................... 30. 3.2. Sifat Penelitian .......................................................................... 30 3.3. Subyek Penelitian ..................................................................... 30. 3.4. Sumber Data................................................................................. 31. 3.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 31. 3.6. Analisis Data…………………………………………………… 33 3.7. Jadual Penelitian………………………………………………... iii. 33.

(4) BAB IV. GAMBARAN UMUM KOTA BAUBAU…………………………. 34. 4.1. Keadaan Geografis .................................................................... 34. 4.2. Penduduk ................................................................................... 39. 4.3. Pendidikan ................................................................................. 42. 4.4. Kondisi Sosial Ekonomi ............................................................ 48. BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………. 59 5.1. Partisipasi Pemilih dalam Pelaksanaan Pemilu di Kota Baubau. 59. 5.1.1. Jumlah Pemilih Terdaftar dalam Pemilu Legislatif dan Pilres 2014……………………………………………... 59 5.1.2. Jumlah Pemilih yang Memberikan Hak Pilih dalam Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014…………………….. 62 5.1.3. Jumlah Pemilih Terdaftar pada Pemilu Legislatif dan Pilpres Tahun 2009, serta Pilwali Baubau Tahun 2012... 63 5.2. Trend Money Politics terhadap Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih di TPS………………………………………………… 67 5.2.1. Karakter Responden…………………………………….. 67. 5.2.2. Analisis Hasil Penelitian………………………………... 69 BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………………………… 84. Daftar Pustaka………………………………………………………………… 85. iv.

(5) DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. : Peta Administratif Kota Baubau………………………..……. 34. Gambar 2. : Peta Garis Depan Konektivitas Global Indonesia………..….. 37. Gambar 3. : Grafik Perkembangan Penduduk Kota Baubau Tahun 2008-2012…………………………………………..... 40. : Angka Melek Huruf Penduduk Kota Baubau, Tahun 2007/2008 -2011/2012………………………………. 47. : Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Terbuka………………………………………………………. 50. : Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Baubau,. 55. Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6. Tahun 2008-2013……………………………………………. Gambar 7. : Karakter Berdasarkan Kelompok Responden……………….. 67. Gambar 8. : Karakter Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……………. 68. Gambar 9. : Karakter Responden Berdasarkan Umur…………………….. 68. Gambar 10 : Karakter Responden Berdasarkan Pekerjaan……………….... 69. v.

(6) DAFTAR TABEL. Tabel 1. : Data Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Tahun 1971-2004…………………….………………………. 4. Tabel 2. : Bentuk Partisipasi Politik Konvension dan Non-Konvension.. 19. Tabel 3. : Jadual Penelitian……………………………………………... 33. Tabel 4. : Luas Wilayah Kota Baubau menurut Kecamatan……………. 36. Tabel 5. : Persebaran dan Kepadatan Kependudukan Kota Baubau……. 41. Tabel 6. : Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2012…………………………………………….. 42. : Persebaran Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2013 Menurut Kecamatan di Kota Baubau……………………….... 43. : Perkembangan Sekolah dan Murid Tahun 2008-2012 di Kota Baubau………………………………………………. 43. : Jumlah Guru dan Murid menurut Tingkatan Pendidikan di Kota Baubau………………………………………………. 44. : Persebaran Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2012 Menurut Kecamatan di Kota Baubau……. 44. : Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Baubau…………………………………………………. 46. : Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Baubau…………………………………………………. 46. Tabel 13. : Capaian Indikator Penduduk dan IPM Tahun 2008-2012…... 48. Tabel 14. : Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas di Kota Baubau……….. 50. Tabel 15. : Perkembangan Serapan Tenaga Kerja Kota Baubau Per Sektor 2008-2012………………………………………... 52. : Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Sumber Pertumbuhan Kota Baubau 2012-2013 (%)…………………………………. 55. : Nilai dan Peran Sektor Ekonomi dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kota Baubau, 2010-2013…………. 57. Tabel 18. : Daftar Pemilih pada Pileg 2004…………………………….... 60. Tabel 19. : Daftar Pemilih pada Pilpres 2014……………………………. 61. Tabel 20. : Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih dalam Pileg 2014…………………………………………….. 62. : Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih dalam Pilpres 214……………………………………………. 63. Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12. Tabel 16 Tabel 17. Tabel 21. vi.

(7) Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25. : Jumlah Pemilih dan Pengguna Hak Pilih dalam Pileg 2009…………………………………………….. 64. : Jumlah Pemilih dan Pengguna Hak Pilih dalam Pilpres 2009…………………………………………... 65. : Jumlah Pemilih dan Pengguna Hak Pilih dalam Pilwali Kota Baubau 2012…..………………………... 66. : Data Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Tahun 2009-2014…... 66. vii.

(8) DAFTAR GRAFIK. Grafik 1. : Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pileg…………..……... 70. Grafik 2. : Alasan Berpartisipasi dalam Pelaksanaan Pileg……………... 70. Grafik 3. : Alasan jika tidak berpartisipasi pada saat Pileg……………... 71. Grafik 4. : Tingkat Partisipasi dalam Pilpres…………….…………….... 72. Grafik 5. : Alasan berpartisipasi saat Pilpres……………………………. 73. Grafik 6. : Alasan tidak berpartisipasi dalam Pilpres…………………... 73. Grafik 7. : Alasan lain tidak berpartisipasi dalam Pilpres……………….. 74. Grafik 8. : Harapan Masyarakat terhadap caleg terpilih…………………. 75. Grafik 9. : Responden mendengar caleg menjajikan imbalan kepada pemilih……………………………………………….. 77. Grafik 10. Perlu-tidaknya seseorang caleg menjanjikan sesuatu imbalan kepada pemilih agar hadir ke TPS memilih caleg…………... 78. : Jika ada yang menjanjikan suatu imbalan kepada pemilih, apakah memilih caleg tersebut……………………………….. 78. Grafik 12. : Gambaran tentang caleg yang ideal………………………….. 79. Grafik 13. : Gambaran lain tentang caleg yang ideal……………………….. 80. Grafik 14. : Perlunya diberikan sanksi terhadap pelaku money politics…... 81. Grafik 15. : Jenis sanksi yang diberikan kepada caleg yang melakukan money politics…………………………….... 82. : Jenis sanksi lainnya kepada caleg yang melakukan money politics ……………………………………………….. 82. : Perlu tidaknya politik uang di Pileg/Pilpres……………………. 83. Grafik 11. Grafik 16 Grafik 17. :. viii.

(9) BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia yang memiliki masyarakat yang heterogen. Pemilihan umum adalah salah satu sarana yang memungkinkan masyarakat dapat merealisasikan harapan dan cita-citanya untuk mewujudkan iklim kehidupan yang lebih baik. Karena itu, pemilihan umum adalah langkah awal bagi terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta mendapatkan akses bagi terpenuhinya hak-hak mereka sebagai warga negara. Melalui pemilihan umum, rakyat Indoneisa turut serta secara aktif berpartisipasi memilih wakil mereka, yang secara langsung atau pun tidak langsung akan mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah. Karena itu, partisipasi politik adalah aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, yang sekaligus menjadi ciri khas adanya modernisasi politik. Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk paritisipasi politik sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat, karena pada saat pemilu itulah, rakyat menjadi pihak yang paling menentukan bagi proses politik di suatu wilayah dengan memberikan suara secara langsung. Masyarakat adalah komponen penentu berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemilu. Karena, pada dasarnya hanya kekuatan pemlih atau masyarakatlah yang bisa menentukan nasib negara dan bangsa ke depan. Setiap warga negara, apapun latar belakangnya; suku, agama, ras, jenis kelamin, status sosial, dan golongan, memiliki hak yang sama untuk berserikat dan berkumpul, menyatakan pendapat,. 1.

(10) dan menyikapi secara kritis kebijakan pemerintah. Hak ini disebut hak politik. Hak politik dimaksud, secara luas dapat langsung diaplikasikan secara kongkrit melalui pemilihan umum. Pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen IV UUD 1945 pada Tahun 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rangkaian pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu tahun 2004. Pada tahun 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia" (“LUBER”). "Langsung" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. "Umum" berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. "Bebas" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Dan, "rahasia" berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia, hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Asas pemilu yang “LUBER” telah digunakan sejak era orde baru. Pada era reformasi berkembang pula asas pemilu yang “jujur” dan “adil” ("JURDIL"). Asas "jujur" mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara. 2.

(11) pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Asas "adil" adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.1 Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain. Dalam Pemilu, para pemilih juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Partisipasi politik rakyat, melalui pemilu, merupakan salah satu aspek penting dalam demokrasi. Asumsi yang mendasarinya adalah orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya, adalah orang itu sendiri. Pengalaman pemilu yang berlangsung dalam beberapa dekade menunjukkan banyaknya pemilih yang tidak memberikan suaranya. Jika kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi, maka partisipasi pilitik cenderung aktif. Sebaliknya, jika kesadaran dan kepercayaan sangat kecil maka paritisipasi politik menjadi pasif dan apatis.. 1. https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia.. 3.

(12) Sejarah penyelenggaraan Pemilu di Indonesia, dari periode ke periode cenderung. menunjukkan. trend. penurunan. tingkat. partisipasi. pemilih.. Kecenderungan tingkat partisipasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.. Tabel 1: Data Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Tahun 1971-2004. Tahun. Pemilih Terdaftar (Jiwa). 1971 1977 1982 1987 1992 1997 1999 2004* 2004** 2004 ***. 58.558.776 69.871.092 82.134.195 93.737.633 107.565.413 125.640.987 118.158.778 148.158.778 155.048.803 152.246.188. Tidak Suara Menggunakan Menggunakan Sah Hak (%) Hak (%) (%) 96,62 96,52 96,47 96,43 96,06 93,55 92,74 84,07 78,23 76,93. 3,38 3,48 3,53 3,57 4,94 6,45 7,26 15,93 21,77 23,37. 96,59 94,90 93,71 95,00 95,67 96,13 96,61 91,19 97,83 97,94. Suara Tidak Sah (%) 3,41 5,10 6,29 5,00 4,33 3,87 3,39 8,81 2,17 2,06. Sumber : Kompas, edisi 6 April 2009 (hal. 4) Keterangan * : Pemilihan Legislatif ** : Pemilihan Presiden Putaran I *** : Pemilihan Presiden Putaran II. Tingkat partisipasi pemilih dalam pemilihan umum selama periode orde baru selalu di atas 90%. Meskipun demikian, partisipasi politik di bawah rezim pemerintahan Soeharto ini dinilai semu. Sejumlah faktor ditengarai turut mempengaruhi, seperti represi politik dan model mobilisasi yang sangat kuat di bawah tekanan rezim berkuasa. Meskipun partisipasi pemilu pada era Orde. 4.

(13) Baru memiliki kecendrungan turun dalam setiap penyelenggaraan, tetapi penurunannya tidak terlalu signifikan. Pada penyelenggaraan pemilu pertama di era reformasi, antusiasme pemilih masih tinggi, dimana tercatat lebih dari 92,74% pemilih menggunakan hak pilihnya. Dalam pemilu legislatif yang diselenggarakan dengan sistem langsung untuk pertama kali pada tahun 2004, tingkat partisipasi menurun drastis. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih hingga mencapai 15,93%. Kemudian, pada pilpres putaran pertama, pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya sebesar 21,77%. Jumlah tersebut kemballi menurun menjadi 23,37% pada pilpres putaran kedua. Pada pemilu legislatif tahun 2009, angka partisipasi politik masyarakat mengalami penurunan dibandingkan pemilu yang dilakukan sebelumnya, meski tidak terlalu signifikan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh KPU, angka partisipasi politik masyarakat secara nasional pada pemilu legislatif tahun 2009 mencapai 70,69%.2 Meningkatnya angka pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu di antara berbagai faktor tersebut adalah dugaan praktek money politics (politik uang). Wacana (diskursus) tentang money politics dalam pemilihan umum, memang, seolah menjadi hal yang biasa pada masa kini, meskipun praktek tersebut diyakini dapat mengancam integritas pemilihan umum. Dalam praktek money politics, seorang pemilih akan cenderung tidak memilih kandidat sesuai dengan kesadaran. 2. http://www.kpu.go.id KPU Evaluasi Partisipasi Pemilih dalam Pemilu 2009, Kamis, 04/03/2015 20.45 WITA. 5.

(14) politiknya, tetapi menggunakan kesadaran semu yang bersumber dari sikap apatisme maupun karena tekanan ekonomi. Riset partisipasi pemilih merupakan salah satu elemen penting dalam upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pemilu. Riset partisipasi pemilih akan memberikan data yang diperlukan sebagai bahan perumusan kebijakan berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu. Hasil riset memastikan program dan kebijakan kepemiluan tidak dibangun atas postulat spekulatif, tetapi dikonstruksi berlandaskan argumen empirik dan rasional dengan proses yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam negara demokrasi, partisipasi pemilih menjadi elemen penting demokrasi perwakilan. Ia adalah pondasi praktik demokrasi perwakilan. Persoalannya, terdapat sejumlah masalah menyangkut partisipasi pemilih yang terus menggelayut dalam setiap pelaksanaan pemilu. Sayangnya, persoalan itu tidak banyak diungkap dan sebagian menjadi ruang gelap yang terus menyisakan pertanyaan. Beberapa persoalan terkait dengan partisipasi dalam pemilu di antaranya adalah fluktuasi kehadiran pemilih ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Pelaksanaan pemilihan umum di Kota Baubau, juga menunjukkan trend yang sama.. Oleh banyak kalangan, fenomena ini ditengarai berhubungan dengan maraknya praktek politik uang (money politics). Masalah ini perlu dibedah untuk diketahui akar masalah dan dicari jalan keluarnya. Harapannya, partisipasi dalam pemilu berada pada idealitas yang dicita-citakan. Oleh karena itu, program riset menjadi sebuah medium yang sangat penting dalam manajemen pemilu.. 6.

(15) 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok yang hendak dijawab dalam penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat partisipasi pemilih dalam pelaksanaan pemilihan umum di Kota Baubau? 2. Apakah fluktuatifnya tingkat kehadiran dan ketidakhadiran pemilih di TPS dideterminasi oleh maraknya praktek money politics?. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah seperti tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi pemilih dalam pelaksanaan pemilihan umum di Kota Baubau. 2. Untuk. mengetahui. apakah. fluktuatifnya. tingkat. kehadiran. dan. ketidakhadiran pemilih di TPS dideterminasi oleh maraknya praktek money politics?. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pelbagai hal seperti tersebut berikut: a. Sebagai bahan referensi untuk menemu-kenali berbagai masalah yang terkait dengan tingkat partisipasi pemilih, khususnya yang berhubungan dengan maraknya praktek money politics dalam pelaksanaan pemilihan umum di Kota Baubau.. 7.

(16) b. Sebagai. bahan. referensi. dalam. penyusunan. rekomendasi. yang. berhubungan dengan konstruksi kebijakan tentang strategi peningkatan partisipasi pemilih dalam pelaksanaan pemilihan umum di Kota Baubau pada khususnya, dan pemilihan umum secara nasional pada umumnya.. 8.

(17) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Konsep Demokrasi a. Pengertian Demokrasi Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos/cratein yang berarti pemerintahan. Jadi secara bahasa demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Menurut International commission for jurist, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak-hak untuk membuat keputusankeputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang di pilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka melalui proses pemilihan yang bebas. Menurut C.F Strong, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas. Menurut Samuel Huntington, sistem politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala dan didalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.. 9.

(18) Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tertinggi di negara tersebut. Pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Pemerintahan demokrasi dapat dinyatakan pula sebagai sistem pemerintahan kedaulatan rakyat.. b. Prinsip-Prinsip Demokrasi Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi." Menurutnya, prinsipprinsip demokrasi adalah sebagai berikut : 1. Kedaulatan rakyat; 2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah; 3. Kekuasaan mayoritas; 4. Hak-hak minoritas; 5. Jaminan hak asasi manusia; 6. Pemilihan yang bebas dan jujur; 7. Persamaan di depan hukum; 8. Proses hukum yang wajar; 9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional; 10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik; 11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.. 10.

(19) c. Ciri-ciri Negara Demokrasi Ciri negara demokrasi adalah adanya kebebasan bagi warganya untuk mengurus diri sendiri. Salah satu wujudnya adalah dengan adanya otonomi daerah. Dengan otonomi ini, pemerintah daerah diberikan kebebasan oleh pemerintah pusat utuk mengurus diri sendiri. Menurut Bingham Power Jr, ciri-ciri negara demokrasi, yaitu : 1. Legitimasi pemerintah; 2. Pengaturan organisasi secara teratur dalam negara paling tidak terdapat 2 (dua) partai politik; 3. Setiap warga negara sudah memenuhi syarat berhak dalam pemilu; 4. Setiap warga negara dalam pemilu dijamin kerahasiaannya; 5. Masyarakat dijamin kebebasannya.. d. Model Demokrasi Filsafat politik yang mendasari demokrasi pada prinsipnya bersifat universal dan dapat diterapkan pada semua masyarakat dewasa ini. Sebaliknya model-model yang berkembang diberbagai masyarakat dalam berbagai era sangat bervariasi. Model tersebut dapat dibagi menurut tiga perspektif yang berbeda. 1. Demokrasi Presidensial Dalam demokrasi presidensial, presiden memiliki kedudukan kuat dalam pembuatan keputusan dan kekuasaan politik yang kuat. Kekuasaan politik presiden sering kali disejajarkan dengan parlemen atau bahkan lebih kuat dari parlemen. Dalam demokrasi presidensial. 11.

(20) kepala negara yang dipilih secara langsung oleh rakyat merupakan pusat kekuasaan mandiri, yang juga berpengaruh baik dalam pembentukan pemerintahan maupun penyusunan undang-undang. 2. Demokrasi Parlementer Dalam demokrasi parlementer, parlemenlah satu-satunya lembaga perwakilan tertinggi untuk pengambilan keputusan. Peranan presiden pada kasus ini terbatas pada tugas-tugas mewakili Negara dan penengah dalam situasi konflik. Dalam demokrasi parlementer kekuasaan pengambilan keputusan politik dijalankan oleh wakil-wakil rakyat sesuai dengan hasil pemilihan umum. 3. Demokrasi Perwakilan atau Demokrasi Langsung Demokrasi perwakilan mempercayakan sepenuhnya pengambilan keputusan ditingkat parlemen oleh wakil-wakil. yang dipilih.. Demokrasi langsung akan mengalihkan sebanyak mungkin keputusan kepada rakyat yang berdaulat: misalnya melalui referendum, jajak pendapat rakyat, dan keputusan rakyat atau mengembalikan sebanyak mungkin keputusan ketingkat komunitas lokal.. e. Negara Demokrasi Negara. demokrasi. adalah. suatu. negara. yang. menganut. sistem. pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat sekalipun dalam mekanisme pemerintahanya baik yang menyangkut infrastruktur politik maupun suprastruktur politik berbeda satu dengan yang lain. Dilihat dari paham yang dianut demokrasi dapat dibedakan menjadi:. 12.

(21) 1. Demokrasi Liberal Sistem pemerintahan ini diterapkan di negara barat, kebebasan individu untuk bergerak, berpikir dan mengeluarkan pendapat sangat dijunjung tinggi. Dengan demikian, persamaan hak dalam bidang politik sangat dijunjung tinggi, namun pada bidang ekonomi tetap memegang persaingan bebas. Akibatnya terjadi kesenjangan antara golongan ekonomi kuat (kapitalis) dan golonagan ekonomi lemah (buruh). Di negara yang menganut demokrasi liberal sistem masyarakatnya bebas merdeka, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia setinggi-tingginya, bahkan kadang-kadang diatas kepentingan umum. 2. Demokrasi Sosialis Di negara yang menerapkan demokrasi sosialis menitikberatkan pada paham kesamaan yang menghapus perbedaan antara kelas sesama rakyat. Oleh sebab itu, pada negara sosialis tidak ada hak perseorangan, yang ada adalah hak kolektif atau hak umum. Untuk mencapai masyarakat sosialis yang sejahtera dan sama rata (tujuan negara) pada masyarakat itu masih berlaku kediktatoran proletar atau kediktatoran mayoritas (buruh dan tani). Akan tetapi, kekuasaan negara hanya dikendalikan oleh satu partai yaitu komunis baik pada bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Kekuasaan legislatif meliputi dua badan yaitu Dewan Uni atau Majelis Rendah yang anggotanya dipilih oleh rakyat, dan Dewan Nasional yang anggotanya dipilih langsung oleh rakyat negara bagian.. 13.

(22) Badan eksekutif memegang kekuasaan sangat luas, antara lain mengeluarkan keputusan-keputusan dan dekrit bahkan kalau perlu memberhentikan anggota kabinet. 3. Demokrasi Pancasila Pada hakikatnya Demokrasi adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah kekuasaan yang tertinggi ada di tangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan adalah penggunaan akal pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat, dan dilaksanakan dengan sadar, jujur, bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai dengan hati nurani yang luhur. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia. dalam. merumuskan. dan. memutuskan. sesuatu. hal. berdasarkan kehendak rakyat sehingga mencapai mufakat. Perwakilan adalah prosedur peran serta rakyat dalam pemerintahan yang dilakukan melalui badan perwakilan. Dari uraian di atas demokrasi Pancasila dapat diartikan Kerakyatan yang. dipimpin. oleh. hikmat. kebijaksanaan. dalam. permusyawaratan/perwakilan yang dijiwai dan diliputi sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beadab, Persatuan Indonesia serta untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang bersumberkan pada kepribadian dan filsafat bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.. 14.

(23) 2.2. Partisipasi Politik Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Di negaranegara yang proses modernisasinya secara umum telah berjalan dengan baik, biasanya tingkat partisipasi warga negara meningkat. Modernisasi politik dapat berkaitan dengan aspek politik dan pemerintah. Partisipasi politik pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah3. a. Pengertian Partisipasi Politik Pemerintah dalam membuat dan melaksanakan keputusan politik akan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Dasar inilah yang digunakan warga masyarakat agar dapat ikut serta dalam menentukan isi politik. Perilaku-perilaku yang demikian dalam konteks politik mencakup semua kegiatan sukarela, dimana seorang ikut serta dalam proses pemilihan pemimipin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan kebijakan umum. Menurut Budiarjo, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politk, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah.4 Menurut Huntington dan Nelson, bahwa parpartisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang 3. Sastromatmodjo, S. Partisipasi Politik, Semarang, IKIP Semarang Press, 1995, hlm. 67. 4. Ibid. Hlm 68. 15.

(24) dimaksud untuk mempengaruhi pembuat keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual dan kolektif, terorganisir dan spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan. Legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.5 Menurut Davis, partisipasi politik adalah sebagai mental dan emosinal yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada tujuan atau citacita kelompok atau turut bertanggung jawab padanya.6 Dalam negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pimpinan. Dari pengertian mengenai paritisipasi politik di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa kegiatan yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk berpatispasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah.. b. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik Bentuk partisipasi politik seseorang tampak dalam aktivitas-aktivitas politiknya. Bentuk partisipasi politik yang paling umum dikenal adalah pemungutan suara (voting) entan untuk memilih calon wakil rakyat atau untuk memilih kepala negara.. 5 6. Budiarjo, M. Partisipasi dan Partai Politik, 1998, hlm. 3 Op.cit. hal. 85. 16.

(25) Dalam buku pengantar sosiologi Politik, Michael Rush dan Philip Althoff mengidentifkasi bentuk-bentuk partisipasi politik sebagi berikut: 1. Menduduki jabatan politik atau adiministarasi; 2. Mencari jabatan politik atau administrasi; 3. Mencari anggota aktif dalam suatu organisasi politik; 4. Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi politik. 5. Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi politik 6. Menjadi anggtota pasif dalam suatu organisasi semi politik 7. Paritispasi dalam rapat umum, demonstrasi, dsb 8. Partisipasi dalam diskusi politik internal 9. Partisipasi dalam pemungutan suara.. Sastroatmodjo juga mengemukakan tentang bentuk-bentuk paritipasi politik berdasarkan jumlah pelakunya yang dikategorikan menjadi dua yaitu partisipasi individual dan partisipasi kolektif. Partisipasi individual dapat berwujud kegiatan seperti menulis surat yang berisi tuntutan atau keluhan kepada pemerintah. Partisipasi kolektif adalah bahwa kegiatan warga negara secara serentak dimaksudkan untuk mempengaruhi penguasa seperti dalam kegiatan pemilu. Sementara itu, Maribath dan Goel membedakan partisipasi politik menjadi beberapa kategori: 1. Apatis, adalah orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.. 17.

(26) 2. Spektator, adalah orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilu. 3. Gladiator, adalah mereka yang aktif terlibat dalam prose politik misalnya komunikator, aktifis partai dan aktifis masyarakat. 4. Pengkritik, adalah orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak konvensional. Menurut Rahman, kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi politik mempunyai berbagai macam bentuk. Bentuk-bentuk partisipasi politik yang terjadi berbagai negara dan waktu dapat dibedakan menjadi kegiatan politik dalam bentuk konvensional dan non konvensional, termasuk yang mungkin legal (seperti petisi) maupun ilegal, penuh kekerasan, dan revolusioner. Bentuk-bentuk frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas kehidupan politik, kepuasan/ketidakpuasan warga negara. Bentuk-bentuk partispasi politik yang dikemukakan oleh Alomond yang terbagi dalam dua bentuk yaitu partisipasi politik konvensional dan partisipasi politik non konvensional. Rincian bentuk partispasi politik sebagai berikut :. 18.

(27) Tabel 2: Bentuk Partisipasi Politik Konvension dan Non-Konvensional Konvensional. Non-Konvensional. Pemberian suara (voting). Pengajuan petisi. Diskusi politik. Berdemonstrasi. Kegiatan kampanye. Konfrontasi, mogok. Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan. Tindak kekerasan politik harta benta (pengerusakan, pengeboman). Komunikasi individual dengan pejabat politik dan administrative. Tindak kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembubuhan). c. Tujuan Partisipasi Politik Adanya kondisi masyarakat yang beraneka ragam tentunya tiap-tiap warga masyarakat mempunyai tujuan hidup yang beragam pula sesuai dengan tingkat kebutuhannya, dan upaya memenuhi kebutuhan itu di refleksikan dalam bentuk kegiatan, yang tentunya kebutuhan yang berbeda akan menghasilkan kegiatan yang berbeda pula. Demikian pula dalam partisipasi politiknya tentu tujuan yang ingin dicapai antara warga satu berbeda dengan yang lain. Menurut Waimer menyatakan bahwa yang menyebabkan timbulnya pergerakan ke arah partispasi yang lebih luas dalam prose politik yaitu : 1. Modernisasi di segala bidang, berimplikasi pada komersialisme pertanian, industri, perbaikan pendidikan, pengembangan metode masa, dan sebagainya. 2. Terjadinya perubahan-perubahan struktur kelas sosial. Perubahan sturktur kelas baru itu sebagai akibat dari terbentuknya kelas menegah. 19.

(28) dan pekerja baru yang semakin meluas dalam era industrialisasi dan modernisasi. Dari hal itu muncul persoalan yaitu siapa yang berhak ikut serta dalam pembuatan-pembuatan keputusan-keputusan politik yang akhirnya membawa perubahan dalam pola partisipasi politik. Kelas menegnah baru itu secara praktis menyuarakan kepentingankepentingan masyarakat yang terkesaan demokrtis. 3. Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi masa merupakan faktor yang meluasnya komunikasi politik masyarakat. Ideide baru seperti nasionalisme, liberalisasi akan membangkitkan tuntutan-tuntan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Komunikasi yang luas mempermudah penyebaran ide-ide seluruh masyarakat. Dengan masyarakat yang belum maju sekalipun akan dapat menerima ide-ide politik tersebut secara tepat. Hal itu berimplikasi pada tuntutan-tuntutan rakyat ikut serta menentukan dan mempengaruhi kebijakan pemerintah. 4. Adanya konflik di antara pemimpin-pemimpin politik. Pemimpin politik yang bersaing memperebutkan kekuasaan sering kali untuk mencapai kemenangan dilakukan dengan cara mencari dukungan masa. Dalam hal mereka beranggapan, adalah sah apabila yang mereka lakukan. demi. kempentingan. rakyat. dan. dalam. uapaya. memperjuangkan ide-ide partisipasi masa. Implikasinya adalah munculnya tuntutan terhadap hak-hak rakyat, baik hak asasi manusia, keterbukaan, demokratisasi, maupun isu-isu kebebasan pers. Dengan. 20.

(29) demikian pertentangan dan perjuangan kelas menengah kekuasaan mengakibatkan perluasan hak pilih rakyat. 5. Adanya keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah ini seringkali merangsang tumbuhnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi untuk ikut serta dalam mempengaruhi keputusan politik.. Hal. tersebut. merupakan. konsekuensi. dari. perbuatan. pemerintah dalam segala bidang kehidupan. Menurut Davis, partisipasi politik bertujuan untuk mempengaruhi pengasa baik dalam arti memperkuat maupun dalam pengertian menekannya sehingga mereka memperhatikan atau memenuhi kepentingan pelaku partisipasi. Tujuan tersebut sangat beralasan karena sasaran partisipasi politik adalah lembaga-lembaga politik atau pemerintah yang memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan politik. Sedangkan bagi pemerintah, partisipasi politik dari warga negara mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendukung program-program pemerintah, artinya peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan pembangunan. 2. Sebagai organisasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan. Jadi partisipasi politik sangatlah penting bagi masyarakat maupun pemerintah. Bagi masyarakat dapat sebagai sarana untuk memberikan. 21.

(30) masukan, kritik, dan saran terhadap pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, sedangkan bagi pemerintah partisipasi politik merupakan sebuah mekanisme pelaksanaan fungsi kontrol terhadap pemerintah dan pelaksanaan kebijakan.. d. Landasan Partisipasi Politik Hutington dan Nelson mengemukakan bahwa landasan yang lazim digunakan untuk menyelenggarakan partisipasi politik adalah: 1. Kelas: perorangan-perorangan dengan status sosial, pendapatan, pekerjaan yang serupa. 2. Kelompok/komunal: perorangan-perorangan dari ras, agama, bahasa atau etnisitas yang sama. 3. Lingkungan (negihborhood): perorangan-perorangan yang secara geografi bertempat tinggal berdekatan satu sama lain. 4. Partai : perorangan yang mengidentifikasikan diri dengan organisasi formal yang sama yang berusaha untuk meraih atau mempertahankan kontrol atas bidang-bidang eksekutif dan legislatif pemerintah. 5. Golongan (function): perorangan-perorangan yang dipersatukan oleh intraksi yang terus menerus atau intens satu sama lain, dan salah satu manifestasinya adalah pengelompokan patro-klien, artinya satu golongan yang melibatkan pertukaran manfaat-manfaat secara timbal balik di antara perorangan-perorangan yang mempunyai sistem status, kekayaan dan pengaruh yang tidak sederajat.. 22.

(31) Hermawan berpendapat bahwa yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku politik, adalah: 1. Lingkungan sosial politik tidak langsung seperti sistem politik, media masa, sistem budaya, dan lain-lain. 2. Lingkungan politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor seperti keluarga, teman agama, kelas, dan sebagainya. 3. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. 4. Faktor sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan politik, seperti suasana kelompok, ancaman, dan lain-lain.. 2.3. Pemilihan Umum a. Pengertian Pemilihan Umum (Pemilu) Berdasarkan UUD 1945 Bab I Pasal 1 ayat (2) kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam demokrasi modern yang menjalankan kedaulatan itu adalah wakil-wakil rakyat yang ditentukan sendiri oleh rakyat. Untuk menentukan siapakah yang berwenang mewakili rakyat maka dilaksanakan pemilihan umum. Pemilihan umum adalah suatu cara memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dilembaga perwakilan rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik.. 7. Dalam Undang-Undang. Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2007 tentang penyelenggara. 7. Syarbaini, S. dkk, Sosiologi dan Politik, Jakarta, Galia Indonesia, 2002, hlm. 80. 23.

(32) pemiliham umum dinyatakan bahwa pemilihan umum, adalah saranan pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Repbulik Indonesia tahun 1945. Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak. asasi. adalah. suatu. keharusan. bagi. pemerintah. untuk. melaksanakan pemilu. Sesuai dengan asas bahwa rakyatlah yang berdaulat maka. semuanya. itu. harus. dikembalikan. kepada. rakyat. untuk. menentukannya. Adalah suatu pelanggaran suatu hak asasi apabila pemerintah tidak mengadakan pemilu atau memperlambat pemilu.8 Dari pengertian di atas dipahami bahwa pemilu adalah sarana mewujudkan pola kedaulatan rakyat yang demokratis dengan cara memilih wakil-wakil rakyat, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Karena pemilu merupakan hak asasi mansia maka pemilu 2014 warga negara yang terdaftar pada daftar calon pemilih berhak memilih langsung wakil-wakilnya dan juga memilih langsung Presiden dan Wakil Presidennya.. b. Tujuan Pemilihan Umum Tujuan pemilu adalah menghasilkan wakil-wakil rakyat yang representatif dan selanjutnya menentukan pemerintahan. Dalam UUD 8. Kusnardi, M. dan Ibrahim, H. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta, Sinar Bakti, 1994, hlm. 329. 24.

(33) 1945 Bab VII B pasal 22 E ayat (2) pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan Wakil Presiden serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), kemudian dijabarkan dalam UU RI Nomor 15 tahun 2011 bahwa pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sesuai dengan amanat konstitusional yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.. c. Asas Pemilihan Umum Berdasarkan Pasal 22 E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoneisa tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pengertian asas pemilu adalah : 1. Langsung Yaitu rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara. 2. Umum Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17 tahun atau telah pernah kawin, berhak ikut memilih dalam pemilu. Warga negara yang sudah berumur 21. tahun berhak dipilih dengan tanpa ada diskriminasi. (pengecualian).. 25.

(34) 3. Bebas Setiap warga negara yang memilih menentukan pilihannya tanpa tekanan. dan. paksaan. dari. siapapun/dengan. apapun.. Dalam. melaksanakan haknya setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya. 4. Rahasia Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan apapun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapapun suaranya akan diberikan. 5. Jujur Dalam. penyelenggaraan pemilu seitap penyelenggara/pelaksana. pemilu, pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas, dan pemantau pemilu, termasuk pemilih serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku. 6. Adil Berarti dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilih dan parpol perserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.. 26.

(35) d. Sistem Pemilihan Umum Dalam ilmu politik dikenal bermacam-maca sistem pemilhan umum, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu : “single member constituency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil ; biasanya disebut Sistem Distrik) dan multi-member constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil ; biasanya dinamakan Prorportional Representation atau Sistem Perwakilan Berimbang)”.9 1. Single-member constituency (Sistem Distrik) Sistem ini merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan didasarkan atas kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam Dewan Perwakilan Rakyat. Untuk keperluan itu daerah pemilihan dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam Dewan Perwakilan Rakyat ditentukan oleh jumlah distrik. Dalam pemilihan umum legislatif, untuk anggota Dewan Perwakilan Daerah pesertanya perseorangan menggunakan sistem distrik. 2. Multi-member constituency (Sistem Perwakilan Berimbang) Satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil, biasanya dinamakan prorportional representation atau sistem perwakilan berimbang. Sistem ini dimaksud untuk menghilangkan bebarapa kelemahan dari sistem distrik. Gagasan pokok ialah bahwa jumlah kursi yang diperoleh oleh. 9. Rahman, H.A. Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta, Garaha Ilmu, 2007, hlm. 151. 27.

(36) suatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya. Untuk keperluan ini diperlukan suatu pertimbangan.10 Jumlah total anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditentukan atas dasar pertimbangan dimana setiap daerah pemilih memilih sejumlah wakil sesuai dengan banyaknya penduduk dalam daerah pemilih itu. Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi dimana dengan adanya sistem pemilihan umum yang bebas untuk membentuk dan terselenggaranya pemerintahan yang demokratis. Hal ini sesuai dengan tujuan negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia dilaksanakan sebagai saranan pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasrkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu 2014 dilakukan dua kali putaran dimana pemilu putran pertama memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD (legislatif) kemudian pemilu putaran ke dua yaitu memilih Perseiden dan Wakil Presiden (eksekutif). Dalam pemilu legislatif rakyat dapat memilih secara langsung wakil-wakil mereka yang akan duduk di kursi DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.. Pada. pemilihan. umum. anggota. legislatif. menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka dimana dalam. memilih,. wakil-wakilnya. 10. rakyat yang. dapat akan. Ibid. 152. 28. mengetahui mewakilinya. siapa. saja. daerahnya.. calon Selain.

(37) dilaksanakan sistem proporsional juga adanya sistem distrik dalam pemilihan untuk anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Dengan adanya sistem pemilihan umum yang terbuka inilah diharapkan dapat memilih. wakil-wakil. rakyat. yang. mempunyai. integritas. dan. benar-benar mewakili aspirasi, keragaman, kondisi, serta keinginan dari rakyat yang memilihnya.. 29.

(38) BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu jenis penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lokasi penelitian yang telah ditetapkan menjadi objek penelitian lapangan. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif, melalui penyebaran kuesioner. Meskipun demikian, hanya bersifat deskriptif, tidak sampai pada tataran mencari hubungan antara variabel atau infenrensial.. 3.2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat “empiris-analitis”. Berdasarkan hal itu, maka penelitian ini berusaha menggambarkan, menjelaskan, dan memaparkan faktafakta seperlunya, sesuai temuan data dalam penelitian.. 3.3. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Baubau, yang diklasifikasi dalam beberapa kategori, yaitu: (1) pengurus partai politik, (2) unsur pemerintah, (3) tokoh masyarakat, dan (4) pemilih pemula. Kalsifikasi subyek kemudian dipetakan menurut karakter gender (jenis kelamin), umur, dan wilayah domisili.. 30.

(39) 3.4. Sumber Data Data penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kegiatan penelitian lapangan, termasuk jawaban responden atas serangkaian pertanyaan yang diajukan dalam bentuk kuesioner. Sedangkan, data sekunder diperoleh melalui sumber-sumber pustaka yang relevan dengan isu utama penelitian, termasuk dokumen-dokumen yang relevan dengan isu utama penelitian, yang tersedia diberbagai instansi terkait.. 3.5. Teknik Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka pengumpulan data dilakukan melalui beberapa pendekatan, yaitu: a. Observasi: Observasi merupakan suatu cara dalam pengumpulan data penelitian yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang diteliti. Kegiatan ini dibarengi dengan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai hal yang diamati. Dalam konteks penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan atau perilaku masyarakat kota Baubau, baik yang berhubungan dengan respons terhadap pelaksanaan pemilu, maupun trend money politic dan kecenderungan pengaruhnya terhadap angka partisipasi pemilih. Hasil observasi memudahkan peneliti untuk memetakkan. pertanyaan-. pertanyaan yang disusun dalam sebuah angket (kuesioner), yang akan disebarkan kepada sejumlah responden.. 31.

(40) b. Dokumentasi: Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian yang dilakukan melalui pencatatan berbagai dokumen atau laporan yang tersedia pada instansi-instansi terkait, seperti buku-buku atau monografi yang terkait dengan pokok masalah penelitian.. c. Daftar Pertanyaan (kuesioner/angket): Daftar pertanyaan yang disusun dalam bentuk kuesioner atau angket adalah. suatu. daftar. yang. berisi. pertanyaan-pertanyaan. yang. memungkinkan peneliti dapat mengumpulkan data, berupa pendapat dari para responden yang telah ditetapkan. Daftar pertanyaan ini dibagikan kepada para responden yang akan mengisinya, dengan pilihan jawaban yang telah tersedia. Teknik penyebaran angket kepada subyek penelitian dilakukan melalui purposive sampling, yakni teknik penarikan sampel yang dilakukan secara sengaja dalam memilih responden. Pemilihan responden didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu, seperti pernah ikut pemilihan umum.. d. Wawancara: Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pandangan atau respon subyek penelitian terhadap isu, tema, atau topik penelitian. Teknik ini dilakukan melalui tanya jawab secara lisan dan tatap muka langsung dengan subyek yang telah diidentifikasi sebelumnya. Pengumpulan data melalui wawancara. 32.

(41) sekaligus dimaksudkan untuk memperkuat data dalam hasil kuesioner penelitian.. 3.6. Analisis Data Analisis data dilakukan untuk mengolah data yang telah ditemukan, baik berupa data primer maupun data sekunder. Analisis data bersifat deskriptif, dengan tujuan memberi gambaran masalah yang diteliti melalui analisa kualitatif. Analisis data diawali dengan mengumpulkan data kuesioner yang telah disebarkan pada responden. Selanjutnya, dihitung, diklasifikasikan, sehingga dapat diketahui besaran prosentasenya. Setelah itu dilakukan pemaduan antara hasil kuesioner dengan hasil wawancara, dengan menggunakan analisa kualitatif berdasarkan kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil analisis kemudian menjadi acuan dalam perumusan kesimpulan/rekomendasi penelitian.. 3.7. Jadual Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 5 (lima) bulan, dengan tahapan-tahapan kegiatan seperti tersebut pada tabel 3 di bawah ini. No. Kegiatan. Waktu. 1. Persiapan (penyusunan instrumen penelitian). April 2015. 2. Penelitian Lapangan. 3. Proses Analisis. Juni 2015. 3. Penyusunan Laporan. Juli 2015. 4. Publikasi Hasil Penelitian. Mei – Juni 2015. 33. Agust – Nov 2015.

(42) BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA BAUBAU. 4.1. Keadaan Geografis Secara geografis Kota Baubau terletak di bagian Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara yang berupa wilayah kepulauan. Kota Baubau berada di Pulau Buton dengan posisi koordinat sekitar 0,5°15’ hingga 0,5°32’ Lintang Selatan dan 122°46’ Bujur Timur. Secara fisik, Kota Baubau terletak pada Selat Buton dan dikelilingi. oleh. kecamatan-kecamatan. dari. Kabupaten. Buton.. Menurut. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001, batas-batas administrasi Kota Baubau adalah sebagai berikut : . Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton;. . Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton;. . Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton (sekarang Kabupaten Buton Selatan);. . Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton.. Gambar 1: Peta Wilayah Administrasi Kota Baubau. Sumber: Dokumen RIPKDA Kota Baubau 2014. 34.

(43) Luas wilayah daratannya sekitar 221,00 km2 yang tersebar dalam 4 kecamatan dan 38 kelurahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Baubau. Hingga pertengahan tahun 2015, wilayah Kota Baubau telah terbagi dalam 8 (delapan) wilayah kecamatan dan 43 wilayah kelurahan yaitu : 1.. Kecamatan Betoambari terdiri atas 5 kelurahan yang meliputi Sulaa, Waborobo, Lipu, Katobengke dan Labalawa.. 2.. Kecamatan Wolio terdiri atas 7 kelurahan yang meliputi Kelurahan Bataraguru, Tomba, Wale, Batulo, Wangkanapi, Kadolokatapi dan Bukit Wolio Indah.. 3.. Kecamatan Bungi terdiri atas 5 kelurahan yang meliputi Kelurahan Liabuku, Ngkaring-Ngkari, Kampeonaho, Waliabuku, dan Tampuna.. 4.. Kecamatan Sorawolio terdiri atas 4 kelurahan yang meliputi Kelurahan Kaisabu Baru, Karya Baru, Bugi, dan Gonda Baru.. 5.. Kecamatan Kokalukuna terdiri atas 6 kelurahan yang meliputi Kelurahan Waruruma, Lakologou, Liwuto, Sukanaeyo, Kadolomoko dan Kadolo.. 6.. Kecamatan Murhum terdiri atas 5 kelurahan yang meliputi Kelurahan Baadia, Melai, Wajo, Lamangga, dan Tanganapada. 7.. Kecamatan Lea-Lea terdiri atas 5 kelurahan yang meliputi Kelurahan Lowu-Lowu, Kalia-lia, Palabusa, Kolese, dan Kantalai.. 8.. Kecamatan Batupoaro terdiri atas 6 kelurahan yang meliputi Kelurahan Bone-Bone, Tarafu, Wameo, Kaobula, Lanto dan Nganganaumala. Kecamatan Sorawolio merupakan salah satu kecamatan terluas dengan. wilayah mencapai 37,67% dari luas wilayah Kota Baubau yang mencapai. 35.

(44) 221 km2, diikuti Kecamatan Bungi 21,34%, Kecamatan Lea-Lea 13,09%, dan Kecamatan Betoambari 12,62%. Sementara itu kecamatan-kecamatan lainnya memiliki persentase luas wilayah dibawah 10% persen. Luas wilayah masing-masing kecamatan, serta prosentasenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4: Luas Wilayah Kota Baubau Menurut Kecamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8. Luas (km2). Persentase (%). Betoambari Wolio Sorawolio Bungi Kokalukuna Murhum Lea-Lea Batupoaro. 27,89 17,33 83,25 47,17 9,44 4,9 28,93 1,55. 12,62 7,84 37,67 21,34 4,27 2,22 13,09 0,70. Jumlah. 221,00. 100. Kecamatan. Sumber: Lampiran Keputusan DPRD Kota Baubau No … Tahun 2015 tanggal 18 April 2015. Secara geostrategis, Kota Baubau berperan sebagai kota transit sekaligus daerah penghubung (connecting area) antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dengan posisi seperti ini, maka Kota Baubau berperan sebagai titik transit bagi Jalur Nasional Sekunder yang menghubungan ALKI III dan ALKI II.. 36.

(45) Gambar 2: Peta Garis Depan Konektivitas Global Indonesia. Sumber: Dokumen RIPDA Kebudayaan Kota Baubau, 2014. Karakteristik Wilayah Kota Baubau untuk wilayah utara cenderung subur dan bisa dimanfaatkan sebagai wilayah pengembangan pertanian dalam arti luas, yaitu meliputi wilayah Kecamatan Bungi, Sorawolio, sebagian Kecamatan Wolio dan Betoambari. Wilayah selatan cenderung kurang subur diperuntukan bagi pengembangan perumahan dan fasilitas pemerintahan. Sementara wilayah pesisir untuk pengembangan sosial ekonomi masyarakat. Kondisi topografi wilayah Kota Baubau relatif bervariasi mulai dari topografi yang datar, bergelombang hingga berbukit. Kawasan yang mempunyai kemiringan lahan 0 - 8% adalah kawasan yang berada dibagian Utara dan Barat wilayah Kota Baubau, semakin ke Timur, kemiringan semakin besar dan merupakan perbukitan yang membentang dari Utara ke Selatan. Daerah tertinggi sebagian berada di Kecamatan Sorawolio. Topografi wilayah datar berada pada tempat-tempat yang saat ini merupakan pusat-pusat permukiman di Kecamatan Murhum, sebagian Kecamatan Betoambari dan Kecamatan Wolio. Berdasarkan. 37.

(46) kondisi topografi tersebut, maka Kota Baubau dapat dibagi atas tiga keadaan wilayah, meliputi : a. Lahan Datar, terdapat di sepanjang pantai dengan ketinggian 5 meter di atas permukaan laut dan tersebar di wilayah kecamatan dan Kecamatan Sorawolio dengan kemiringan 0 - 8%. b. Daerah Agak Datar, terdapat di bagian utara dan tenggara pusat Kota Baubau dengan ketinggian 5 - 10 m di atas permukaan laut. c. Daerah bergelombang, berada pada ketinggian sekitar 60 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 15 - 30%, terutama terdapat di Kecamatan Betoambari. Secara umum kondisi fisik wilayah Kota Baubau memiliki karakteristik wilayah pesisir. Morfologi perkembangan Kota Baubau tumbuh pada dataran rendah di sepanjang pinggir pantai dan Daerah Aliran Sungai, dengan limitasi perkembangan berupa kondisi bentang alam yang relatif berbukit dan tandus di beberapa bagian daratan, menyebabkan perkembangan kawasan ini relatif lambat sehingga membutuhkan dukungan kebijakan pemerintah untuk menstimulasi pertumbuhan kawasan ini. Wilayah Kota Baubau memiliki dua sungai utama yang memiliki potensi sebagai sumber tenaga listrik, irigasi dan kebutuhan rumah tangga masyarakat Kota Baubau. Yang pertama adalah Sungai Baubau yang melintas dalam kota. Sungai ini membagi wilayah Kecamatan Wolio dan Betoambari yang bermuara di Selat Buton. Yang kedua adalah Sungai Bungi yang merupakan sumber air bersih PDAM. Selain kedua sungai tersebut di atas, juga terdapat sumber air. 38.

(47) lainnya seperti: mata air Kaongke-Ongkea, mata air Wamembe, mata air Bungi dan mata air Koba. Keadaan iklim Kota Baubau pada umumnya hampir sama dengan wilayah lain di Sulawesi yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan suhu udara berkisar 200cc - 330cc. Musim hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember dan Maret, dimana angin barat yang bertiup dari Asia dan Samudra Pasifik mengandung banyak uap air. Sementara musim kemarau terjadi mulai bulan Mei sampai bulan Oktober, dimana angin timur yang bertiup dari Australia kurang mengandung uap air.. 4.2. Penduduk Peran Kota Baubau sebagai pusat aktifitas dan perekonomian masyarakat di wilayah Sulawesi Tenggara bagian Kepulauan, menyebabkan perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah penduduk siang dan malam karena besarnya jumlah penduduk komuter dari beberapa daerah di sekitarnya. Dari hasil pendataan BPS jumlah penduduk tetap non komuter di Kota Baubau dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2008 - 2012), rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,85%. Angka ini lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode yang sama yakni 2,17% dan Indonesia 1,49%. Selengkapnya perkembangan penduduk Kota Baubau selama kurun waktu 2008-2012 dapat dilihat pada grafik berikut:. 39.

(48) Gambar 3: Grafik Perkembangan Penduduk Kota Baubau Tahun 2008-2012 150,000 142,576. 140,000 137,118 130,000 127,743 120,000 2008. 139,717. 130,863. 2009. 2010. 2011. 2012. Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang mencapai 142.576 orang pada tahun 2012, sebagian besar tersebar di 8 kecamatan yang merupakan pusat perkotaan yaitu Kecamatan Wolio yang dihuni 27,72% dari total penduduk Kota Baubau, kemudian diikuiti oleh Kecamatan Batupoaro (18,90%), Murhum (14,06%), Kokalukuna (12,22%), dan Betoambari (11,88%). Sedangkan 3 kecamatan lainnya, yakni Kecamatan Bungi, Lea-Lea dan Sorawolio yang berada di pinggiran perkotaan persebaran penduduknya dibawah 6 persen. Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk pada suatu daerah dengan luas lahan yang tersedia setiap kilometer persegi. Tingkat kepadatan penduduk merupakan indikator yang sangat penting karena dapat memberikan gambaran tentang kemampuan suatu daerah dalam memberikan daya tampung dan daya dukung wilayah terhadap jumlah penduduk.. 40.

(49) Tingginya ditandai dari. dengan. tahun. Baubau. ke. sebesar. laju. pertumbuhan. tingkat tahun. 480. penduduk. kepadatan Pada. orang. penduduk. tahun per. di. km2. 2000. Kota. yang. terus. kepadatan. kemudian. Baubau. tahun. juga. meningkat. penduduk 2010. Kota sebesar. 620 orang per km2 selanjutnya pada tahun 2012 meningkat hingga 645 orang per km2. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Batupoaro yang dengan luas wilayah terkecil yaitu 1,55 km2 memiliki tingkat kepadatan 17.384 orang/km2. Sedangkan Kecamatan Sorawolio yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu 83,25 km2 justru memiliki kepadatan terkecil yaitu sebesar 89 orang/km.2. Tabel 5: Persebaran dan Kepadatan Kependudukan Kota Baubau No 1 2 3 4 5 6 7 8. Kecamatan Betoambari Murhum Wolio Kokalukuna Sorawolio Bungi Lea-lea Batupoaro KOTA BAUBAU SULTRA. Luas Wilayah (km2) 27,89 4,90 17,33 9,44 83,25 47,71 28,93 1,55 221 38,14. Jumlah 16.947 20.046 39.523 17.418 7.412 7.385 6.900 26.945 142.576 2.230.569. Kepadatan (Jiwa/km2) 609 4.091 2.281 4.845 89 155 239 17.384 632 58. Sumber : Dokumen RIPKDA Kota Baubau 2014. Dari jumlah penduduk yang mencapai 142.576 orang pada tahun 2012, sebagian besar tersebar di 5 kecamatan yang merupakan pusat perkotaan yaitu Kecamatan Wolio yang dihuni 27,86% dari total penduduk Kota Baubau, kemudian diikuti oleh Kecamatan Batupoaro (16,98%), Murhum (16,0%), Kokalukuna (12,25%), dan Betoambari (11,96°/0). Sedangkan 3 kecamatan. 41.

(50) lainnya, yakni Kecamatan Bungi, Lea-Lea dan Sorawolio yang berada di pinggiran perkotaan persebaran penduduknya dibawah 6 persen. Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah angka yang menggambarkan perbandingan banyaknya penduduk laki-laki terhadap 100 penduduk perempuan. Pada tahun 2012 dari 142.576 jiwa penduduk, tercatat 34.900 Kepala Keluarga atau rata-rata satu keluarga terdiri dari 4 jiwa. Perbandingan penduduk perempuan dengan penduduk laki-laki atau rasio jenis kelamin penduduk tahun 2012 sebesar 97,56 yang berarti dari setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 orang laki-laki. Perkembangan sex ratio dapat dilihat pada tabel di bawah ini.. Tabel 6: Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin tahun 2008 – 2012 Tahun. Jumlah Penduduk. Laki-laki. Perempuan. Rasio Jenis Kelamin. 2008. 127.743. 62.986. 64.757. 97,27. 2009. 130.862. 64.524. 66.338. 97,26. 2010. 139.991. 67.651. 69.340. 97,60. 2011. 139.717. 68.997. 70.720. 97,53. 2012. 142.576. 70.408. 72.168. 97,56. Sumber : Dokumen RIPKDA Kota Baubau 2014. 4.3. Pendidikan Keberhasilan pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana pendidikan pada setiap pendidikan. Gambaran ketersediaan sarana pendidikan dan peserta didik di Kota Baubau dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 di bawah ini:. 42.

(51) Tabel 7: Persebaran Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2013 Menurut Kecamatan di Kota Baubau SD/MI No 1 2 3 4 5 6 7 8. Kecamatan Wolio Betoambari Murhum Batupoaro Kokalukuna Bungi Sorawolio Lea-Lea. Jumlah Jumlah Gedung Murid Sekolah 12 5.739 8 2.324 8 2.224 11 3.451 10 2.630 5 997 5 4.337 7 1.060. SMP/MTs Rasio 385 291 278 314 263 199 267 151. Jumlah Jumlah Gedung Murid Sekolah 4 2.064 2 205 6 3.375 2 654 3 619 2 416 2 299. Rasio 516 103 563 327 206 208 150. Sumber : Dokumen RIPKDA Kota Baubau 2014. Tabel 8: Perkembangan Sekolah dan Murid Tahun 2008 s.d 2012 Kota Baubau No. Jenjang Pendidikan. I. 1 2 3 II. 1 2 3. SD/MI Jumlah gedung sekolah Jumlah murid Rasio SMP/MTs Jumlah gedung sekolah Jumlah murid Rasio. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 2013. 73 18.479 253. 73 19.285 264. 73 19.202 263. 75 19.737 263. 76 20.296 267. 79 20.373 258. 24 7.477 312. 24 7.664 319. 25 7.664 307. 29 7.945 274. 30 8.042 268. 31 8.605 278. Sumber : Dokumen RIPKDA Kota Baubau 2014. Rasio Murid-Guru (RMG) merupakan perbandingan jumlah murid dengan jumlah guru pada suatu jenjang pendidikan tertentu. RMG menggambarkan ratarata banyaknya murid yang diajar oleh seorang guru. Semakin sedikit murid ditangani oleh seorang guru, maka semakin baik pula proses belajar-mengajar. Guru akan mudah memantau aktivitas murid dan mudah mengukur prestasi belajar setiap siswa. Patokan umum yang digunakan adalah seorang guru idealnya hanya mengajari 20 orang murid.. 43.

(52) Tabel 9: Jumlah Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Baubau No I. 1 2 3 4 5 6 II. 1 2 3 4 5 6 III. 1 2 3 4 5 6 IV. 1 2 3 4 5 6. Tahun Ajaran Taman Kanak-Kanak (TK) 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 Sekolah Dasar (SD) 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 Sekolah Menengah Atas (SMA) 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013. Guru. Murid. Rasio Murid per Guru. 359 380 404 417 329 370. 2.546 2.704 3.598 3.292 3.295 2.979. 7 7 9 8 8 8. 4.130 4.342 4.341 4.373 4.413 4.296. 18.114 18.479 19.202 19.737 20.296 20.373. 16 14 14 14 16 16. 688 777 889 932 971 968. 7.790 7.477 7.664 7.945 8.042 8.605. 12 10 9 9 8 9. 821 797 924 1.026 936 1.058. 9.707 9.923 9.579 10.313 9.693 9.941. 12 12 10 10 10 9. Sumber : Dokumen RIPKDA Kota Baubau 2014. Tabel 10: Persebaran Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2012 Menurut Kecamatan di Kota Baubau. No 1 2 3 4 5 6 7. Kecamatan Wolio Betoambari Murhum/Batupoaro Kokalukuna Bungi Sorawolio Lea-Lea. Jumlah Guru. SD/MI Jumlah Murid. 292 139 137 205 164 70 80. 5.779 2.342 2.224 3.451 2.630 997 4.337. Rasio. Jumlah Guru. SMP/MTs Jumlah Murid. 20 17 16 17 16 14 17. 180 50 305 79 75 55. 2.064 205 3.375 654 619 416. Sumber : Dokumen RIPKDA Kota Baubau 2014. 44. Rasio 11 4 11 8 8 8.

(53) Tabel di atas menunjukkan bahwa selama tahun ajaran 2007/2008 2012/2013, RMG pada semua tingkatan pendidikan (kecuali SD) di Kota Baubau relatif stabil dan mempunyai kecenderungan untuk menurun. Hal ini disebabkan karena pertambahan jumlah murid selama tahun ajaran tersebut juga diimbangi dengan penambahan jumlah guru. Hal lain yang cukup menarik dari Tabel 4.9, RMG untuk tingkat pendidikan SD, setiap guru hanya mengajari sekitar 16 orang murid, dan untuk tingkat pendidikan SMP setiap guru hanya mengajari maksimal 9 orang murid. Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan guru di Kota Baubau pada berbagai tingkat pendidikan cukup memadai, meskipun belum terdistribusi secara merata. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan dasar sembilan tahun adalah salah satu indikator capaian dalam Tujuan Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yang menjadikan Program Pendidikan Dasar Sembilan Tahun menjadi salah program utama yang terus digenjot pencapaiannya oleh pemerintah. Dalam MDGs ditargetkan bahwa sampai dengan tahun 2015 APK dan APM Sekolah Dasar (SD) (Usia 7- 12 Tahun) dan Sekolah Menengah pertama (SMP) (usia 13-15) telah mencapai 100%. APM dan APK pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan di Kota Baubau sampai dengan tahun 2011 terus menunjukkan trend yang terus meningkat. Dua tabel di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun ajaran 2010/2011, APK dan APM jenjang pendidikan SD/Ml masing-masing mencapai 110,25% dan 94,40% atau meningkat dibandingkan dengan tahun ajaran 2009/2010 yang hanya mencapai 101,83% dan 88,12%. Begitu pula, APK dan APM untuk pada jenjang. 45.

(54) pendidikan SMP/MTs dari 79,40% dan 72,08% tahun 2009/2010 menjadi 122,40% dan 82,80% tahun 2010/2011 serta SMA/SMK/MA yang meningkat dari 97,70% dan 69,73% pada tahun ajaran 2009/2010 menjadi 137,41% dan 85,62% pada tahun ajaran 2010/2011. Tren yang terus meningkat ini selain disebabkan oleh meningkatnya kesadaran anak dan orang tua akan penting pendidikan juga oleh karena dukungan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang terus menjamin ketersediaannya baik oleh pemerintah maupun swasta.. Tabel 11: Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Baubau No. Jenjang Pendidikan. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 2013. 1. APM SD/MI. 94.2. 88,12. 92,29. 94,40. 98,80. 90,13. 2. APM SMP/MTs. 72,80. 72,08. 82,97. 76,00. 83,00. 81,79. 3. APM SMA. 64,59. 69,73. 85,62. 84,80. 90,00. 80,57. Sumber : Dokumen RIPKDA Kota Baubau 2014. Tabel 12: Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK)Kota Baubau No. Jenjang Pendidikan. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 2013. 1. APM SD/MI. 94,29. 101,83. 116,43. 110,25. 112,93. 109,8. 2. APM SMP/MTs. 76,63. 79,40. 122,40. 122,00. 122,00. 98,35. 3. APM SMA. 92,82. 97,70. 137,41. 121,00. 121,00. 103,21. Sumber : Dokumen RIPKDA Kota Baubau 2014. Peningkatan kualitas SDM ditandai oleh semakin meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia yang dapat dilihat dari tiga indikator utama, yaitu kesehatan, pendidikan dan Jaya bell. Pendidikan membuka peluang individu maupun masyarakat untuk memperoleh pengetahuan. Pengukuran keberhasilan. 46.

(55) pembangunan melalui pendekatan IPM dari aspek pendidikan dimulai dari Indeks Angka Melek Huruf (AMH), lndeks Rata-rata Lama Sekolah, Angka Rata-rata Lama Sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan indikator makro yang terkait dan ikut mempengaruhi angka tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung seperti Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni. Pencermatan atas data sebaran Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AHM) menunjukan bahwa ketersediaan sarana prasarana, aksesibilitas serta kondisi sosial ekonomi berpengaruh pada peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH). Gambar 4: Angka Melek Huruf Penduduk Kota Baubau Tahun 2007/2008 - 2011/2012 97.83. 98.01. 98.86. 3.7. 2.17. 2008/2009. 2009/2010. 1.99 2010/2011. 2011/2012. 95.2. 96.3. 4.8 2007/2008. Melek Huruf (Penduduk 15 Tahun ke Atas) (%). Buta Aksara (%). Sumber: Dokumen RIPKDA Kota Baubau, 2014. Berdasarkan gambar di atas, Angka Melek Huruf (AMH) penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2010/2011 sekitar 98,01%. Hal ini menunjukkan bahwa AMH atau kemampuan aksara penduduk usia 15 tahun ke atas mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan kata lain, angka buta aksara atau angka buta huruf di Kota Baubau mengalami penurunan,. 47.

(56) dari 3,70% pada tahun ajaran 2008/2009 menjadi 2,17% pada tahun ajaran 2009/2010 dan menurun lagi menjadi 1,99% pada tahun ajaran 2010/2011. Capaian ini cukup menggembirakan karena untuk tingkat nasional, angka melek huruf sampai akhir tahun 2010/2011 diperkirakan masih berada dalam kisaran 94%-95%. Adapun. kondisi. capaian. beberapa. indikator. pembentuk. indeks. Pembangunan Manusia Kota Baubau diuraikan pada di bawah ini. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Baubau juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 74,10 tahun 2011 menjadi 73,48 perkiraan pada tahun 2012. Capaian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan IPM Sultra (76,07) dan IPM Nasional (72,23). Tabel 13: Capaian lndikator Pendidikan dan IPM tahun 2008-2012 Indikator Pendidikan. Indikator Capaian 2008. 2009. 2010. 2011. 2012*. a. Angka melek huruf (%). 95.20. 95.30. 95.58. 95.60. 99.81. b. Angka Rata-rata lama sekolah (tahun). 9.60. 9.75. 9.84. 9.87. 10.00. c. Angka harapan hidup (tahun). 69.79. 70.09. 70.39. 70.69. 70.92. d. Pengeluaran riil perkapita (Rp. 000). 607.11. 608.12. 616.11. 624.67. 625.85. IPM Kota Baubau. 72.14. 72.56. 73.48. 74.10. 75.18. IPM Prov. Sultra. 69.00. 69.68. 70.36. 70.55. 74.75. IPM Nasional. 74.17. 74.76. 72.23. 72.79*. 73.34. Indeks Pembangunan Manusia. Sumber : Dokumen RIPKDA Kota Baubau, 2014. 4.4. Kondidisi Sosial Ekonomi Aspek ketenagakerjaan merupakan salah satu potensi pembangunan yang sangat menentukan keberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Permasalahan. 48.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa CD Pembelajaran Matematika Berbantuan Software Geogebra Dengan Pendekatan Konstruktivisme Berbasis Teori Jean Piaget Pada Materi

Analisis data yang digunakan adalah analisis kelayakan non-finansial dan kelayakan finansial ( Net Present Value, Internal Rate Return, Net Benefit/Cost Ratio, Payback Period, dan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan dapat diketahui bahwa waktu tunggu angkutan umum di dalam terminal Cikarang untuk AKDP 1 tidak sesuai dengan ketentuan/syarat dari

Nilai pencapaian setiap KPI yang telah didapat sebelumnya diolah dengan bobot dari masing-masing proses inti, atribut kinerja, dan KPI untuk mendapatkan indeks

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan..

Maluku Utara Sulawesi Utara Aceh Bangka Belitung Sulawesi Barat Papua Barat Jambi Sulawesi Tengah Gorontalo Kalimantan Barat Kalimantan Tengah NTT Bali Maluku Sulawesi Selatan

Diagnosis mencakup kriteria sebagai berikut: gagal hati kronis lanjut disertai dengan hipertensi portal; kreatinin serum melebihi 1,5 mg/dL atau kreatinin serum 24-jam <

36 Jendral Sudirman mengambil peran serta dalam upaya penyelesaian bentrokan militer yang terjadi di Surakarta sejak peristiwa pelucutan Mobil Brigade (MOBRIG) oleh pasukan