Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya
811
Perancangan
Business Process Improvement
Untuk Layanan Kepegawaian
Menggunakan Domain
Service Design
Dalam
Framework Information
Technology Infrastructure Library
(ITIL) V3 (Studi Pada Bank XYZ)
Citra Hemas Jati Inayu1, Yusi Tyroni2, Nanang Yudisetiawan3
Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email: 1cici.people@gmail.com, 2yusi_tyro@ub.ac.id, 3nanang@ub.ac.id
Abstrak
Bank XYZ merupakan perusahaan perbankan yang memiliki kantor pusat di Kota Jakarta. Proses bisnis
layanan kepegawaian untuk cuti, lembur, dan update data pegawai pada Bank XYZ masih
mengandalkan paper based, sehingga bagian unit HC area (Human Capital) harus menginputkan secara
manual data rekap kedalam SAP (Sistem Administrasi Pegawai). Pegawai unit HC area akan sangat rentan untuk melakukan kesalahan input yang dapat berakibat fatal bagi perhitungan gaji pegawai.
Penerapan paper based pada sebagian aktivitas cuti, lembur, dan update data juga menyebabkan proses
berjalan kurang efisien dan efektif sehingga waktu proses menjadi lebih lama. Metode yang digunakan
dalam melakukan perbaikan proses bisnis mengacu pada framework ITIL v3 domain service design.
Hasil perbaikan proses bisnis layanan kepegawaian Bank XYZ untuk cuti yaitu percepatan waktu rata-rata sebesar 58.11 menit karena hilangnya aktivitas PIC (Person in Charge) dalam meminta dan menyampaikan formulir izin cuti, serta pemerataan pemanfaatan pada atasan, pegawai, dan HC area karena hilangnya peran PIC dan kurir. Pada proses bisnis lembur pegawai, percepatan waktu rata-rata sebesar 370.98 menit karena hilangnya peran PIC dalam melakukan perekapan secara manual, serta pemerataan pemanfaatan pada atasan, pegawai, dan HC area karena hilangnya peran PIC dan kurir. Pada
proses bisnis update data pegawai terdapat percepatan sebesar 22.6 menit karena hilangnya aktivitas
memberikan formulir serta input data pegawai, serta terdapat perubahan persentase pemanfaatan resource karena berkurangnya aktivitas HC area.
Kata kunci: proses bisnis,process business improvement, metode ITIL V3, domain service design.
Abstract
XYZ Bank is a banking company with head office in Jakarta. The employment service business process for leave, overtime, and update of employee data at Bank XYZ still rely on paper based, so that the HC area unit (Human Capital) must manually input recap data into SAP (Employee Administration System). HC area unit employees will be particularly vulnerable to input errors that can be fatal for employee salary calculations. The implementation of paper based on some activities of leave, overtime, and data update also cause the process runs less efficient and effective so that the processing time becomes longer. The method used in doing business process improvement refers to the framework of ITIL v3 domain service design. The result of the business process improvement of XYZ staffing service business for leave is an average time acceleration of 58.11 minutes due to loss of PIC (Person in Charge) activity in requesting and submitting the leave leave form, as well as equalization of utilization to superiors, employees and HC area due to loss of role PIC and courier. In the employee overtime business process, the average acceleration time of 370.98 minutes due to loss of PIC's role in manual recording, as well as equitable distribution of employers, officers, and HC areas due to loss of PIC and messenger role. In the business process update employee data there is an acceleration of 22.6 minutes due to loss of activity provide the form and input employee data, and there is a change in resource utilization percentage due to reduced HC area activity.
1. PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi di era sekarang ini semakin berkembang pesat. Manusia tidak terlepas dari penggunaan teknologi hampir di segala aspek kehidupan. Era digital juga membawa manusia memasuki babak baru yaitu
paperless dan atau lesspaper world. Melakukan
perubahan dari paper based office menjadi
paperless office ataupun lesspaper office erat kaitannya dengan peningkatan proses bisnis perusahaan. Persaingan bisnis salah satunya bisa dimenangkan oleh perusahaan dengan cara mengoptimalkan proses bisnisnya. Penulis tertarik untuk mengamati proses bisnis yang ada pada Bank XYZ.
Terdapat beberapa aktivitas pada Bank XYZ yang menjadi perhatian dalam penelitian ini antara lain, cuti dan lembur pegawai, serta
update data pegawai yang sebagian prosesnya
masih menerapkan paper based. Saat ini, arsip
cetak disimpan di dosir pegawai yang dikelola oleh unit HC Area Bank XYZ. Dosir pegawai merupakan map data pegawai yang menyimpan data pegawai sejak awal masuk hingga keluar.
Dokumen berbentuk softcopy akan disimpan di
pusat arsip yang berada di kantor pusat. Tidak semua dokumen membutuhkan arsip cetak,
sehingga aktivitas – aktivitas yang terdapat pada
proses cuti, lembur, dan update data pegawai
pada Bank XYZ dapat ditinjau kembali untuk dapat mengurangi permasalah ada.
Penelitian sebelumnya dengan judul
“Business Process Improvement on Maintanance Management: a Case Study”
menggunakan ITIL untuk membantu
mengidentifikasi tantangan dan peluang untuk menyelaraskan TI dengan kebutuhan bisnis, serta meningkatkan kualitas layanan pada ANA airports Portugal. Pada jurnal dengan judul
“Evaluasi Tingkat Kesiapan Service design
menggunakan IT Infrastructure Library (ITIL)
Versi 3 pada PT Fajar Mas Murni Bekasi (Studi
kasus: Aplikasi AS400)” dilakukan pengukuran
terhadap tingkat kesiapan service design pada
aplikasi AS400 dan rekomendasi untuk
melakukan evaluasi terhadap service design
pada aplikasi AS400.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan dan jurnal terdahulu yang dirujuk
dalam penelitian ini, business process
improvement dengan framework ITIL v3
menggunakan domain service design dipilih
sebagai metode yang tepat dalam menyelesaikan
masalah. Pada penelitian ini business process
improvement pada proses cuti, lembur, dan
update data dilakukan dengan harapan alur kegiatan berjalan lebih efisien dan efektif
sehingga perusahaan dapat mengurangi
kesalahan yang ada, memperpendek waktu tunggu, meminimasi sumber daya, serta memberi kemudahan bagi pengguna layanan.
Business process improvement dilakukan dengan menggunakan metode ITIL (Information Technology Infrastructure Library) versi 3. ITIL versi 3 merupakan metode yang berguna dalam
meningkatkan kepuasan pengguna atau
konsumen akan layanan TI. Metode ITIL versi 3 cocok digunakan pada penelitian ini karena proses bisnis yang akan diteliti merupakan bagian dari layanan kepegawaian Bank XYZ. Kepuasan pelanggan yaitu pegawai menjadi sangat bergantung pada kelancaran aktivitas-aktivitas yang ada dalam proses bisnis tersebut. Pada penelitian ini tahap ITIL yang
digunakan yaitu service design. Pemilihan
service design karena layanan kepegawaian cuti,
lembur, dan update data pegawai pada Bank
XYZ sudah ditetapkan dan terdefinisi dengan jelas serta memiliki nilai bagi pengguna. Fokus perhatian saat ini yaitu perlu dilakukan
perbaikan pada layanan cuti, lembur, dan update
data pegawai, sehingga perusahaan dituntut untuk dapat mendesain layanan yang tepat.
Domain service design berguna dalam
mendesain dan membangun layanan TI yang sesuai, untuk meningkatkan kepuasan pengguna akan layanan sehingga dapat mendukung perbaikan proses bisnis.
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1. Proses Bisnis
Proses bisnis merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam menjalankan bisnisnya. Proses bisnis
mencakup inisiasi masukan (input),
pengolahan input menjadi output (proses), dan menghasilkan keluaran (output). Output yang dihasilkan mempunyai dampak yang baik bagi konsumen maupun bagi organisasi. (Harmon, 2007).
2.2 Proses Bisnis Modelling (BPM)
jenis Model Proses Bisnis yang utama menurut Alan Chapman, yaitu (Chapman, 2017):
1. Model dasar 'as-is', yang menggambarkan
situasi saat ini.
2. Model 'to-be', yaitu model proses bisnis baru
yang memiliki tujuan dan harapan
kedepan yang difungsikan untuk
menganalisis, menguji, menerapkan dan meningkatkan proses.
2.3 Business Process Improvement (BPI) Business Process Improvement atau
perbaikan proses bisnis dicapai dengan
memeriksa dan memahami mengapa, apa, serta bagaimana proses dan interaksi antara orang-orang, proses, dan teknologi (Attong & Metz, 2013). Pada penelitiain ini, perbaikan proses
bisnis didasarkan atas pedoman dari framework
ITIL v3 pada domain service design.
Peningkatan dilakukan dengan terlebih dahulu
memodelkan proses bisnis as-is pada aktivitas
cuti, lembur, dan update data. Kemudian
membuat proses bisnis to-be berdasarkan dari
hasil analisa dengan framework ITIL v3 domain
service design untuk mengetahui proses apa saja yang perlu ditingkatkan.
2.4 Information Technology Infrastructure Library (ITIL)
ITIL (Information Technology
Infrastucture Library) adalah framework ITSM
IT Service Management) yang paling banyak digunakan di dunia saat ini. ITIL berfungsi untuk memberikan arahan kepada organisasi untuk memanfaatkan TI sebagai alat dalam mendorong
pembangunan, perubahan bisnis, serta
transformasi. ITIL bertujuan dalam
meningkatkan efisiensi dan mencapai tujuan peningkatan layanan. (OpenCampus, n.d.).
Gambar 1 Service lifecyle
Sumber : Bernard (2011)
2.5 Service Design
Service design merupakan tahap merancang dan mengembangkan layanan TI. Layanan TI yang dimaksud termasuk arsitektur, sistem, proses, ukuran dan metric, alat untuk ITSM,
serta kebijakan dan dokumen yang berguna untuk memenuhi kebutuhan bisnis saat ini dan masa depan (Bernard, 2011). Proses-proses
dalam service design ada tujuh, antara lain
(UCISA, n.d.) :
1. Service Level Management.
2. Capacity management. 3. Availability management.
4. IT Service Continuity management. 5. Information Security management. 6. Service Catalogue management. 7. Supplier management.
2.6 Maturity Level
IT Maturity Model merupakan model yang digunakan untuk mengukur tingkat kematangan pengelolaan teknologi informasi dalam suatu
organisasi. IT Maturity Model terdiri dari lima
tingkat kematangan pengelolaan IT, meliputi :
tingkat 0 (non-existent), tingkat 1 (initial),
tingkat 2 (repeateable), tingkat 3 (defined),
tingkat 4 (managed) dan tingkat 5 (optimised).
Semakin tinggi maturity level akan semakin baik
proses pengelolaan teknologi informasi, yang secara tidak langsung bermakna semakin reliable dukungan teknologi informasi dalam proses pencapaian tujuan organisasi (Limited, 2013).
Tabel 1 Skala pembulatan maturity level
Skala pembulatan Tingkat model maturity
4.51 -5.00 5 – dioptimalisasi (optimized)
3.51 – 4.50 4 – diatur (managed)
2.31 – 3.50 3 – ditetapkan (defined)
1.31 – 2.50 2 – dapat diulang (repeatable)
0.51 – 1.50 1 – inisialisasi (initial)
0.00 – 0.50 0 – tidak ada (nun-existent)
3. METODOLOGI
Penelitian pada penelitian ini merupakan jenis penelitian non-implementatif. Penelitian dilakukan pada unit Area Bank XYZ mulai
bulan Januari 2017. Dalam melakukan
pengumpulan data dilakukan teknik wawancara dan kuesioner, kuesioner dibagikan kepada 13 orang responden dari 16 orang populasi berdasarkan rumus slovin dengan toleransi eror
10%. Empat orang diantaranya dipilih
berdasarkan teknik purposive sampling Terdapat
langkah-langkah atau tahapan untuk
menyelesaikan proyek penelitian ini. Alur
berikut.
Gambar 2 Metodologi penelitian
4. PERANCANGAN
4.3 Hasil dan Analisa Maturity level Tabel 2 Pertanyaan service management as a
practice
No Kode Service Management as a Practice
1 SMaP
01
Terdapat manajemen layanan
kepegawaian untuk proses cuti, lembur, dan update data pegawai yang
terdefinisi dengan jelas.
2 SMaP
02
Tersedia layanan TI dalam mengelola urusan kepegawaian untuk proses cuti, lembur, dan update data pegawai yang dikelola dan dioperasikan untuk tingkat risiko yang rendah
3 SMaP
03
Ada suatu hasil yang diberikan kepada pengguna atau pemangku kepentingan dari setiap proses yang terdapat pada layanan kepegawaian untuk proses cuti, lembur, dan update data pegawai.
4 SMaP
04
Adanya keaktifan dalam mengelola desain layanan baru ataupun perubahan layanan pada layanan kepegawaian untuk proses cuti, lembur, dan update
data pegawai.
5 SMaP
05
Adanya keaktifan dalam mengelola desain portofolio layanan, termasuk layanan katalog pada layanan
kepegawaian untuk proses cuti, lembur, dan update data pegawai.
6 SMaP
06
Tersedia layanan TI dalam mengelola urusan kepegawaian untuk proses cuti, lembur, dan update data pegawai yang
berorientasi pada bisnis dan pelanggan.
7 SMaP
07
Tersedia layanan TI dalam mengelola urusan kepegawaian untuk proses cuti, lembur, dan update data pegawai yang hemat biaya dan aman.
8 SMaP
08
Tersedia layanan IT dalam mengelola urusan kepegawaian untuk proses cuti, lembur, dan update data pegawai yang fleksibel dan memenuhi tuntutan peningkatan bisnis.
9 SMaP
09
Adanya pemahaman mengenai layanan kepegawaian untuk proses cuti, lembur, dan update data pegawai yang
disediakan.
4.3.1 Hasil Maturity Level
Service Management as a practice
Tabel 3 Maturity level service management as a practice
No
Bobot Nilai
Tota l Resp
on Mat urity level Resp onde n
Mat urit y leve
l Cur rent Kod
e 0 1 2 3 4 5
1 SMa
P01 0 0 2 7 4 0 13 3.15 4
2 SMa
P02 0 0 1 4 8 0 13 3.53 4
3 SMa
P03 0 0 0 8 5 0 13 3.38 4
4 SMa
P04 0 0 3 5 5 0 13 3.15 4
5 SMa
P05 0 0 0 6 7 0 13 3.53 4
6 SMa
P06 0 0 2 7 4 0 13 3.15 4
7 SMa
P07 0 0 0 1
0 3 0 13 3.23 4
8 SMa
P08 0 0 5 4 4 0 13 2.92 3
9 SMa
P09 0 0 0 1
1
2 0 13 3.92 4
Scor e 0 0
1 3
5 2
5
2 0 117 3.33 3.88
Pada tabel 3 diketahui nilai maturity level responden tertinggi yaitu 3.92 pada pertanyaan nomor 9. Tingginya nilai tersebut karena sudah terdapat aturan atau SOP yang jelas mengenai layanan kepegawaian dan terdapat perjanjian
kerja bersama yang disepakati oleh stakeholder
terkait. Sedangkan nilai maturity level
responden terendah terdapat pada pertanyaan nomor 8. Nilai tersebut merupakan yang paling rendah karena SAP saat ini hanya dapat diakses oleh HC area, sehingga menyebabkan waktu proses menjadi lebih lama karena sebagian aktivitas masih berjalan manual.
Hasil rata-rata maturity level responden
yang didapat dari kuesioner pada sub-domain
service management as a practice yaitu 3.33,
yang berada pada level 3 atau define. Pengguna
diaplikasikan untuk proses cuti, lembur, dan
update data yang masih berjalan manual tersebut.
Setelah dilakukan wawancara untuk
mencocokkan nilai maturity level menurut responden dengan fakta di lapangan, ternyata
ada perbedaan hasil. Rata-rata maturity level
current bernilai 3.88 yang berada pada level 4 (manage). Peningkatan yang cukup signifikan itu karena perusahaan sebenarnya sudah mempersiapkan layanan TI untuk mendukung proses-proses yang berjalan kurang efektif dan butuh perbaikan tersebut, namun belum ada tindak lanjut untuk dapat mengaplikasikannya. Untuk lebih jelasnya pada tabel 4 berikut deskripsi proses-proses yang ada di perusahaan saat ini untuk setiap poin pertanyaan terdapat :
Tabel 4 Maturity level current service management as a practice
Deskripsi proses
SM aP0 1
4
Terdapat unit Human Capital yang mengelola kepegawaian dan sudah terdapat aplikasi untuk
kepegawaian dengan nama SAP (Sistem Administrasi Pegawai) yang di dalamnya juga mencakup proses pencatatan, perekapan, dan monitoring cuti, lembur, dan
update data pegawai.
SM aP0 2
4
Pegawai sudah mengetahui kemana mereka harus bertanya jika terdapat hal-hal terkait layanan kepegawaiaan, termasuk proses cuti, lembur, dan update data (ke unit Human Capital).
SM aP0 3
4 Ada output atau laporan yang bisa disampaikan kepada atasan.
SM aP0 4
4
Terdapat unit pengembangan TI di kantor pusat yang secara intensif mengelola desain untuk layanan baru atau perubahan layanan.
SM aP0 5
4
Terdapat unit pengembangan TI di kantor pusat yang secara intensif mengelola desain portofolio dan layanan katalog.
SM aP0 6
4 Sudah ada sistem SAP dan dikelola oleh unit TI pengembangan.
SM aP0 7
4 Sudah ada sistem SAP dan dikelola oleh unit TI pengembangan.
SM aP0 8
3
Program SAP sudah fleksibel (dapat dirubah maupun ditambahan) namun belum memenuhi tuntutan peningkatan bisnis karena fungsinya masih terbatas untuk melakukan perekapan, pencatatan, dan
monitoring cuti lembur, dan update data pegawai.
Sm aP0 9
4
Program SAP memiliki sistem keamanan berlapis dan terus diawasi dan dikelola oleh unit IT security dan IT operation.
Rendahnya nilai pada poin pertanyaan 8 karena program SAP sudah fleksibel (dapat dirubah maupun ditambahan namun belum memenuhi tuntutan peningkatan bisnis karena fungsinya masih terbatas untuk melakukan perekapan, pencatatan, dan monitoring cuti
lembur, dan update data pegawai.
4.3.2 Analisa Maturity Level
Service Management as a Practice
Tabel 5 Gap service management as a practice
No Kode Maturity levelCurrent Gap
1 SMaP01 4 0
Nilai rata-rata maturity level Service
Management as a Practice pada saat ini (current) yaitu 3.88 yang berada pada level 4.
Untuk memperoleh nilai maturity level yang
diharapkan, solusi yang harus diterapkan yaitu dengan meningkatkan sistem SAP yang sudah
ada untuk fungsi cuti, lembur dan update data
pegawai agar memenuhi tuntutan peningkatan bisnis. Peningkatan bisnis dapat dilakukan dengan perbaikan proses bisnis yang ada pada
aktivitas cuti, lembur, dan update data pegawai.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Proses Bisnis As-Is
Simulasi ini digunakan untuk mengetahui apakah proses bisnis yang berjalan saat ini sudah sesuai dengan harapan yang ingin dicapai perusahaan atau masih perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
5.1.1 Proses Bisnis Cuti Pegawai
Tabel 6 Hasil simulasi proses bisnis as-is cuti pegawai
compl surat izin
cuti Task 40 40 2 2 2 80
Memberi formulir surat izin cuti via
email Task 40 40 3 3 3 120
Meneruska n formulir surat izin cuti via
email Task 40 40 1 1 1 40
Mencetak formulir surat izin
cuti Task 40 40 3 3 3 120
Mengisi formulir surat izin
cuti Task 40 40 2 2 2 80
Memberi persetujuan
izin cuti Task 40 40 5 5 5 200
Memberi pesan cuti
ditolak Task 18 18 2 2 2 36
Menerima pesan cuti
ditolak Task 18 18 2 2 2 36
Menerima pesan cuti
ditolak Task 1 1 2 2 2 2
Mencocokk an formulir dengan data cuti
pegawai Task 22 22 10 10 10 220
Menyerahk an formulir surat izin
cuti Task 22 22 60 60 60 1320
Memberi pesan cuti ditolak via telepon/ema ngani surat
izin cuti Task 21 21 5 5 5 105
Menerima surat izin
cuti Task 21 21 1 1 1 21
Menerbitka n surat izin
cuti Task 21 21 5 5 5 105
Revisi data cuti surat izin cuti via
menampilkan jumlah instance yang selesai yaitu
40. Jumlah tersebut sama dengan jumlah
instance diawal, artinya setiap aktivitas dilewati dengan benar berdasarkan probabilitas yang
ditentukan. Waktu minimal proses bisnis as-is
cuti pegawai secara keseluruhan adalah 22 menit, waktu maksimal sebesar 116 menit, dengan waktu rata-rata 67.78 menit. Dari uraian tersebut didapatkan total waktu sebesar 2711 menit.
Tabel 7 Hasil simulasi resource proses bisnis as-is cuti pegawai
Resource Utilization
Simulasi resource menjelaskan besarnya
jumlah pemanfaatan resource, jumlah tersebut
menunjukkan waktu resource sedang sibuk
dalam bentuk persentase. Pada Tabel 7 diketahui
bahwa pemanfaatan PIC (Person in Charge)
adalah yang paling besar yaitu 97.77%, kemudian kurir sebesar 89.07%, kemudian pegawai sebesar 23.48%, atasan 23.41%, dan jumlah pemanfaatan paling kecil yaitu HC area sebesar 12.75%. PIC dan kurir memiliki persentase pemanfaatan yang cukup besar. Besarnya pemanfaatan tersebut menyebabkan
adanya antrian, sehingga instance harus
menunggu sampai PIC atau kurir tersedia kembali.
5.2 Analisa Fit/Gap
Table 8 Analisis fit/gap cuti pegawai
No Kriteri a surat izin cuti ke PIC
G
Eliminate Aktivitas ini surat izin cuti via telepon/e mail ke HC Area
G
Eliminate Aktivitas ini surat izin cuti via
G
email ke surat izin cuti via email ke pegawai
G
Eliminate Aktivitas ini surat izin cuti
G
Eliminate Aktivitas ini surat izin
cuti P
Simplify Aktivitas ini
Simplify Aktivitas ini
Simplify Aktivitas ini
Automate Aktivitas ini surat izin cuti ke HC Area
G
Eliminate Aktivitas ini
Simplify Aktivitas ini
Simplify Aktivitas ini
Eliminate Aktivitas ini
Automate Aktivitas ini surat izin cuti
P
Simplify Aktivitas menandat n approval
18
Automate Aktivitas ini
Simplify Aktivitas ini
Simplify Aktivitas ini
Hasil Persentase Partial Fit= (Jumlah Partial Fit
Dari hasil diatas diketahui bahwa aktivitas yang sudah berjalan baik sehingga tidak diperlukan adanya perbaikan sebesar 31%, kegiatan yang sudah berjalan baik namun masih perlu dilakukan perbaikan sebesar 35%, dan kegiatan yang berjalan kurang baik sebesar 31% sehingga masih perlu menjadi fokus perhatian.
5.3 Simulasi Proses Bisnis To-Be
Simulasi ini juga berguna untuk mengukur
sejauh apa perbaikan yang dilakukan
perusahaan, apakah sudah sesuai dengan harapan yang ingin dicapai atau belum. Dengan
dilakukannya simulasi terhadap proses bisnis
to-be, maka dapat dilihat perbandingannya dengan
proses bisnis as-is yang berjalan saat ini.
5.3.1 Proses Bisnis Cuti Pegawai
Tabel 9 Hasil simulasi proses bisnis to-be cuti pegawai kan dengan data cuti surat izin
cuti Task 6 6 0.5 0.5 0.5 3
Menerima pesan cuti
ditolak Task 11 11 0 0 0 0
Memberi laporan
cuti ditolak Task 11 11 0.5 0.5 0.5 5.5
Memberi pesan surat izin cuti
ditolak Task 23 23 0.5 0.5 0.5 11.5
Menerima pesan cuti
ditolak Task 23 23 0.5 0.5 0.5 11.5
Menerima surat izin
cuti Task 6 6 0.5 0.5 0.5 3
Revisi data cuti
pegawai Task 1 1 5 5 5 5
Simulasi proses bisnis to-be untuk pegawai
ajukan lembur atas keinginannya yang terdapat
pada tabel 9 menampilkan jumlah instance yang
selesai yaitu 40. Jumlah tersebut sama dengan
jumlah instance diawal, artinya setiap aktivitas
dilewati dengan benar berdasarkan probabilitas yang ditentukan. Waktu minimal proses bisnis
to-be cuti pegawai secara keseluruhan adalah 4.58 menit, waktu maksimal sebesar 26.17 menit, dengan waktu rata-rata 9.67 menit. Dari uraian tersebut didapatkan total waktu sebesar 406.92 menit. Berdasarkan hasil diatas diketahui
bahwa proses bisnis to-be dapat mempercepat
waktu minimal proses sebesar 17.42 menit, waktu maksimal sebesar 89.83 menit, waktu rata-rata sebesar 58.11 menit, dan total waktu sebesar 2304.08 menit. Beberapa aktvitas yang mempercepat waktu proses antara lain adanya otomatisasi pada aktivitas untuk mengisi rencana cuti serta penyampaian dan penerimaan informasi persetujuan dan penolakan izin cuti.
Adanya otomatisasi juga menyebabkan
hilangnya peran PIC sebagai perantara dalam meminta dan menyerahkan formulir izin cuti kepada HC area. Aktivitas tersebut merupakan yang paling banyak memangkas waktu proses.
Tabel 10 Hasil simulasi resource proses bisnis to-be cuti pegawai
Resource Utilization
Pegawai 78.79%
Atasan 76.05%
Simulasi resource menjelaskan besarnya
jumlah pemanfaatan resource dalam bentuk
persentase. Pada Tabel 10 diketahui bahwa pemanfaatan terbesar yaitu pegawai dengan persentase sebesar 78.79%, kemudian atasan sebesar 76.05%, kemudian yang terakhir HC area sebesar 56.97%. Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa peningkatan sebesar 52.64% terjadi pada atasan, peningkatan 78.79% terjadi pada pegawai, dan peningkatan sebesar 44.22% pada HC area. Sedangkan untuk peran PIC dan
kurir dihilangkan pada proses bisnis to-be.
Meningkatnya pemanfaatan resource pada
atasan, pegawai, dan HC area disebabkan karena hilangnya peran kurir dan PIC pada jalannya proses bisnis cuti. Aktivitas dimaksimalkan pada
ketiga resource tersebut dengan bantuan sistem.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis, hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada layanan kepegawaian
untuk proses proses cuti, lembur, dan update
data pegawai, dapat diambil kesimpulan:
1. Berdasarkan hasil analisa maturity level, sub
domain yang berada pada level 4 sudah
memiliki kesiapan yang cukup untuk merancang layanan TI dalam rangka memenuhi kebutuhan bisnis. Sedangkan untuk sub-domain pada level 3 masih perlu dilakukan pengelolaan dan perbaikan agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan.
2. Berdasarkan hasil analisa maturity level
diketahui bahwa masih terdapat gap positif
(+) pada beberapa aktivitas. Oleh karena itu,
beberapa aktivitas perlu ditingkatkan
nilainya. Rekomendasi dibuat untuk dapat
memenuhi kebutuhan aktivitas yang
memiliki nilai dibawah rata – rata maturity
level current.
3. Simulasi proses bisnis as-is dan to-be
menghasilkan perbandingan sebagai berikut:
a. Proses bisnis usulan (to-be) cuti pegawai
dapat mempercepat waktu rata-rata sebesar 58.11 menit yang disebabkan hilangnya aktivitas PIC dalam meminta dan menyampaikan formulir izin cuti, selain itu meningkatkan pemanfaatan
resource pada atasan, pegawai, dan HC area yang disebabkan hilangnya peran PIC dan kurir.
b. Proses bisnis usulan (to-be) lembur
pegawai dapat mempercepat waktu rata-rata sebesar 370.98 menit yang disebabkan hilangnya peran PIC dalam melakukan perekapan secara manual,
serta meningkatkan pemanfaatan
pegawai, atasan, dan HC area yang disebabkan hilangnya peran PIC dan kurir.
c. Proses bisnis usulan (to-be) update data
pegawai dapat mempercepat waktu rata-rata sebesar 22.6 menit yang disebabkan hilangnya aktivitas yang dijalankan HC area seperti memberikan formulir pada pegawai dan melakukan penginputan
data pegawai, serta mengurangi
pemanfaatan resource pada pegawai dan
HC area, serta meningkatkan
pemanfaatan pusat dan kurir. Aktivitas yang paling berperan dalam perubahan
persentase pemanfaatan yaitu
berkurangnya aktivitas HC area
sehingga aktivitas pegawai lebih banyak tertuju kepada pusat.
DAFTAR PUSTAKA
Attong, M. & Metz, T., 2013. COD : CHANGE
OR DIE. [e-book] U.S: Taylor & Francis Group, LLC. Tersedia di: Google Books <http://booksgoogle.com> [1 Juni 2017]
Bernard, P., 2011. Foundations of ITIL.
[e-book] Van Haren Publishing. Tersedia di: Google Books <http://booksgoogle.com> [10 Mei 2017]
Chapman, A., 2017. Businessballs. [Online]
Available at:
http://www.businessballs.com/business-process-modelling.htm
[Accessed 3 march 2017].
Harmon, P., 2007. Business Process Change.
[e-book] USA: Morgan Kaufmann. Tersedia di: Google Books
<http://booksgoogle.com> [2 Mei 2017]
Limited, A., 2013. Axelos Global Best Practice.
[Online]
Available at:
https://www.axelos.com/best-practice-solutions/itil/itil-maturity-model [Accessed 7 April 2017].
OpenCampus, n.d. OpenCampus. [Online]
Available at:
us/itil-foundation/what-is-itil [Accessed 4 June 2017].
UCISA, n.d. UCISA. [Online]
Available at: https://www.ucisa.ac.uk
[Accessed 7 May 2017].