• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PEMERASAN DAN PENGANCAMAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PEMERASAN DAN PENGANCAMAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PEMERASAN DAN PENGANCAMAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

(Jurnal)

Oleh

Mayza Amelia

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PEMERASAN DAN PENGANCAMAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

Oleh

MayzaAmelia, Diah Gustiniati M, Muhammad Farid. Email: mayzaamelia7@gmail.com

Tindak pidana pemerasan dan pengancaman suatu tindakan oleh pelaku yang disertai kekerasan dan ancaman terhadap seseorang dengan maksud agar seseorang yang menguasai barang dengan mudah untuk menyerahkan sesuatu barang yang dikuasai dibawah kekerasan dan ancaman, seseorang menyerahkan barang tidak ada jalan lain kecuali untuk menyerahkan sesuatu barang kepada pelaku kekerasan dan dengan disertai ancaman. Permasalahan: apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik dan bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik.Faktor penyebab terjadinya kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik disebabkan faktor eksternalyaitu lingkungan, ekonomi, modernisasi, kontrol sosial, ketidaktahuan masyarakat dan kurang optimalnya proses penjatuhan sanksi pidana serta teknologi yang semakin canggih. Faktor internalyaitu faktor kejiwaan dan keimanan. Akantetapi faktor yang seringkali menjadi penyebab pelaku pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik adalah faktor kejiwaan, sarana dan fasilitas, teknologi, lingkungan, dan ekonomi.Upaya penanggulangannya yaitu upaya penal dengan pemberian sanksi kepada pelaku dengan apa yang telah ditetapkan dalam UU ITE untuk memberikan efek jera. Sedangkan upaya non penal yaitu dengan memberikan sosialisasi mengenai informasi dampak dan etika menggunakan media elektronik serta pengetahuan hukum mengenai UU ITE.Saran penulis adalah keluarga sebagai peran kontrol sosial perlunya menanamkan nilai-nilai agama. Aparat penegak hukum hendaknya meningkatkan sarana dan fasilitas yang lebih baik lagi serta dalam pemberian sanksi hukum dapat dimplementasikan dengan sebaik dan seoptimal mungkin dimana tidak hanya sesuai dengan KUHP tetapi lebih mengutamakan UU ITE. Merevisi kebijakan aturan UU ITE.

(3)

ABSTRACT

CRIMINOLOGICAL ANALYSIS OF CRIME OF EXTORTION AND THREATS VIA ELECTRONIC MEDIA

By:

Mayza Amelia, Diah Gustiniati M, Muhammad Farid Email : mayzaamelia7@gmail.com

The crime of extortion and the threat of an act by the perpetrator who is accompanied by violence and threat against a person with the intention that someone who controls the goods easily to surrender something controlled under violence and threat, one surrenders the goods there is no other way except to surrender something to the perpetrator violence and with threats. The problem: what is the cause of the crime of extortion and threats through the electronic media andhow efforts to overcome the crime of blackmail and threats through electronic media. Factors causing the crime of extortion and threats through electronic media due to external factors such as environment, economy, modernization, social control, ignorance of society and less optimal process of criminal sanction penalty as well as increasingly sophisticated technology. Internal factors are psychological factors and beliefs. However, factors that often cause perpetrators of extortion and threats through electronic media are psychological factors, facilities and infrastructure, technology, environment, and economy. The efforts to overcome is penal effort by giving sanction to the perpetrator with what has been stipulated in the ITE Law to give deterrent effect. While the non penal effort is to provide socialization of impact and ethical information using electronic media and legal knowledge about the Law on ITE. The writer's suggestion is that the family as a social control role needs to instill religious values. Law enforcement officers should improve facilities and infrastructure better and in the provision of legal sanctions can be implemented as well and optimally as possible that not only in accordance with the Criminal Code but more prior to the Law on ITE. Revise the rules policy of the ITE Act.

(4)

I. PENDAHULUAN

Kejahatan sejak dulu sudah ada yaitu sejak zaman kuno bahwa makin tinggi kekayaan dalam pandangan

manusia, makin merosot

penghargaan terhadap asusila. Zaman abad pertengahan Thomas

Van Aquino (1226-1274)

mengemukakan pendapat bahwa kemiskinan dapat menimbulkan kejahatan sedangkan orang kaya yang hidup bermewah-mewah akan menjadi pencuri bila jatuh miskin. Ketika Permulaan sejarah baru (abad ke-16) kejahatan hanya berkurang bila ada perbaikan hidup, bukan karena hukuman yang keras.1

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sudah semakin cepat sehingga mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Dimana perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada masa prasejarah awal komunikasi mereka pada zaman ini hanya berkisar pada bentuk suara dengusan dan menggunakan isyarat tangan. Berkembang lagi tulisan digunakan oleh bangsa Sumeria dengan menggunakan simbol-simbol yang dibentuk dari piktografi sebagai huruf. Lalu menggunakan huruf hieroglif, berganti dengan serat papyrus yang digunakan sebagai kertas. Setelah itu bangsa Cina berhasil menemukan kertas. Kertas yang ditemukan oleh bangsa Cina pada masa ini adalah kertas yang kita kenal sekarang.

Masa Modern hingga sekarang, untuk pertama kalinya Johann Gutenberg mengembangkan mesin cetak dengan menggunakan plat

1Mustofa,Muhammad,Kriminolog, Jakarta,

Fisip UI Press, 2007, hlm.15.

huruf yang terbuat dari besi dan dapat diganti-ganti dalam bingkai yang terbuat dari kayu. Lalu Tahun 1830 Augusta Lady Byron menulis program komputer yang pertama di dunia. Berkembang lagi pada Tahun 1877 Alexander Graham Bell menciptakan dan mengembangkan telepon yang dipergunakan pertama kali secara umum. Pada tahun 1889, Tahun 1931 Vannevar Bush membuat sebuah kalkulator untuk

menyelesaikan persamaan

differensial. Tahun 1939 Dr. John V. Atanasoff dan dibantu oleh Clifford Berry berhasil menciptakan komputer elektronik digital pertama. Sejak saat ini, komputer terus mengalami perkembangan sehingga menjadi semakin canggih. Sehingga pada Tahun 1973 – 1990 istilah internet diperkenalkan dalam sebuah paper tentang Transmission Control Protocol/ Internet Protocol (TCP/IP). Pertumbuhan internet melaju dengan sangat cepat dan mulai merambah ke dalam berbagai segi kehidupan manusia dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manusia.2

Pemerintah pada Tahun 1989 mengesahkan dan mengeluarkan Undang- Undang No. 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi dan diganti oleh Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Komunikasi dan kemudian saat ini disempurnakan dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang informasi Teknologi elektronik oleh Pemerintah dapat menekan angka Kejahatan teknologi informasi yang saat ini semakin berkembang. Dengan kesempurnaan Pasal demi

2Richardus Eko Indrajit, Sistem Informasi

(5)

Pasal diharapkan oknum pelaku tidak dapat terlepas dari jeratan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 (Bab VII

untuk “ perbuatan yang dilarang”

Pasal 27 - Pasal37 dan Bab XI untuk

“ ketentuan pidana” Pasal 45 - Pasal 52).

Tindak pidana pemerasan dan pengancaman suatu tindakan oleh pelaku yang disertai kekerasan dan ancaman terhadap seseorang dengan maksud agar seseorang yang menguasai barang dengan mudah untuk menyerahkan sesuatu barang yang dikuasai dibawah kekerasan

dan ancaman, seseorang

menyerahkan barang tidak ada jalan lain kecuali untuk menyerahkan sesuatu barang kepada pelaku kekerasan dan dengan disertai ancaman.

Tindak pidana pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik telah diatur oleh pemerintah dimana diatur dalam Pasal 27 Ayat (4) Undang - Undang Informasi dan Transaksi Elektronik :

“ Setiap orang dengan sengaja

dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat data dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan

dan/atau pengancaman.”

Banyaknya masyarakat yang telah menggunakan media elektronik dan media sosial yang memudahkan untuk berkomunikasi memicu banyaknya kejahatan pemerasan dan pengancaman yang saat ini sedang marak. Terdapat kasus di Lampung Tengah Tersangka diketahui berinisial F alias Dian (29) ditangkap

Sat Reskrim Polres Lampung Tengah dan Polsek Way Pangubuan. Korban Chairul Bariyah (45) merasa diancam dan diperas, dengan

tersangka mengancam akan

mempublikasikan foto-foto korban yang tidak senonoh sehingga dengan terpaksa mentransfer uang dalam jumlah jutaan rupiah melalui ATM

Bank Mandiri. Tersangka

menghubungi dan mengancam korban dengan memakai nomor telepon 081377665658, selanjutnya tersangka meminta agar pelapor mengirimkan uang sebesar Rp 10 juta. Namun yang dikirimkan korban hanya Rp 5 juta, dengan alasan korban tidak memiliki uang, selanjutnya tersangka kembali menghubungi korban dengan menggunakan nomor yang lain, dan meminta uang sejumlah Rp 50 juta. Atas perbuatan itu, korban tidak terima dan akhirnya membuat pengaduan.3

(6)

gambar dengan camera oleh tersangka. Lalu tersangka menyimpan foto perbuatan seronok tersebut, dengan bermodalkan foto-foto yang tersimpan tersangka coba melakukan pemerasan dengan meminta uang sebesar Rp. 5 juta kepada TR, dan bila TR tidak memberikan uang yang di minta

maka JA mengancam akan

menyebarkan foto foto tersebut, karna takut di ancam sehingga TR kemudian memenuhi permintaan JA. Kemudian karena merasa di ancam dan diperas TR sehingga TR melaporkan kejadian tersebut kepada yang berwajib.4

Kasus di Bandar Lampung oleh S-M 24 tahun dan B-N 25 tahun, keduanya warga Teluk Betung Selatan Bandar Lampung, dibekuk Cyber Cream Dirkrimsus Polda Lampung dilokasi terpisah. Pelaku melakukan penyebaran konten pornografi dimedia sosial instagram. Korban tak lain masih mantan kekasih dari salah satu pelaku S-M. Korban diketahui bernama T-S seorang mahasiswa diperguruan tinggi swasata di Bandar Lampung. Dari pemeriksaan sementara, pelaku S-M nekat melakukan penyebaran poto korban dikarenakan sakit hati dengan korban, yang meninggalkan pelaku saat masih menjalin hubungan asmara beberapa bulan lalu. Karena korban tak mau diajak balikan, pelaku pun menyebarkan foto korban dimedsos instagram dengan mengunakan akun palsu. Selain itu juga, pelaku juga sempat meminta handpone dan sejumlah

4

http://www.saibumi.com/artikel-84687- ancam-sebar-foto-cabul-warga-lamtim-kena-uu-ite.html, akses 01/09/2017, pukul 20:40.

uang kepada korban agar foto-foto itu tidak disebarkan.5

Kemajuan dari informasi yang dapat diakses secara cepat dan efektif melalui telepon rumah, telepon genggam, televisi, komputer, jaringan internet dan berbagai media elektronik, telah menggeser cara manusia bekerja, belajar, mengelola

perusahaan, menjalankan

pemerintahan, berbelanja ataupun melakukan kegiatan perdagangan. Dengan demikian teknologi bisa dikatakan juga merupakan faktor kriminogen yaitu faktor yang menyebabkan timbulnya keinginan orang untuk berbuat jahat atau

memudahkan orang untuk

melakukan kejahatan, seperti

kejahatan dalam hal ini

pengancaman dengan Short Message service (SMS) ataupun Media Internet.

Hukum berusaha mengakomodir semua bentuk kejahatan di Indonesia namun seperti kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik salah satunya, namun masih saja banyak tindak pidana yang baru muncul dan diperlukan analisis kriminologis dari tindak pidana tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis

Kriminologis Kejahatan Pemerasan dan Pengancaman Melalui Media

(7)

penyebab terjadinya kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik ?

b. Bagaimanakahupaya

penanggulangan kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatanyuridis normatif danyuridisempiris.Datayang

digunakan berupa data primer dan bahansekunder. Metode

pengumpulan datadalam

penelitianiniyaitu menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitianlapangan.Analisisdata menggunakananalisis datakualitatif.

II. PEMBAHASAN

A.Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Pemerasan dan Pengancaman Melalui Media Elektronik

Willson Buana mengatakan bahwa faktor penyebab terjadinya kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik, yaitu: 6

1. Faktor sarana dan fasilitasjuga berpengaruh pada era globalisasi seperti saat sekarang ini, dan itu juga berpengaruh pada tumbuh pesatnya media elektronik khususnya media internet sehingga penyebaran informasi semakin mudah, cepat dan efektif untuk didapatkan.

2. Faktor lingkungan 3. Faktor ekonomi

4. Faktor individu itu sendiri (intern)

6Hasil Wawancara dengan Dirreskrimsus

Polda Lampung Willson Buana , tanggal 19 Februari 2018

Faktor kejiwaan individu itu sendiri juga dapat menyebabkan kejahatan seperti emosional, sakit hati dengan korban, dendam. 5. Faktor Kurangnya Keimanan 6. Faktor ketidaktahuan masyarakat

Faktor ketidaktahuan masyarakat juga merupakan penyebab terjadinya tindak kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik. Kurangnya sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat inilah yang menyebabkan kejahatan ini terjadi di masyarakat yang tergolong tidak tahu akan adanya aturan mengenai kejehatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik.

Penulis sepakat pada pernyataan willson Buana tersebut bahwa pada intinya banyak sekali faktor-faktor yang menjadi pendorong dalam melakukan kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik yang mana faktor-faktor tersebut muncul berbeda-beda setiap individunya dan berdasarkan pada kondisi yang dialami oleh para pelaku kejahatan tersebut. Faktor internal individu berdasarkan faktor usia, jenis kelamin terutama keadaan psikologis individu yaitu tidak terkontrolnya daya emosi yang berlebihan dikarenakan pelaku merasa tertekan karena keadaan dalam lingkungan keluarga dan juga rasa sakit hati, dendam yang dialami serta didorong dengan lemahnya iman seseorang menjadi faktor bagi setiap orang mencari alternatif agar mendapatkan uang yang lebih banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup.

(8)

hukum dalam memberikan sosialisasi dan penyuluhan mengenai dampak yang terjadi dari penyalahgunaan media elektronik dan perlunya aturan mengenai batasan mengenai dalam penggunaan hand phone aturan jam, tipe hand phone yang digunakan, banyaknya hand phone yang harus dimiliki dan usia yang dapat atau dibolehkan menggunakan hand phone.

Faktor ketidaktahuan masyarakat juga yang menjadi salah satu penyebab pelaku melakukan

kejahatan pemerasan dan

pengancaman melalui media elektronik karena kurangnya sosialisasi/penyuluhan kepada

masyarakat inilah yang

menyebabkan kejahatan ini terus menerus terjadi.

Kejahatan pemerasan dan

pengancaman melalui media elektronik merupakan perbuatan melawan hukum, banyak aturan yang mengatur mengenai kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik diantaranya diatur di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sehingga hal tersebutlah terkadang menjadi faktor

ketidaktahuan masyarakat

dikarenakan kurangnya minat baca masyarakat, sehingga pemerintah maupun aparat penegak hukum perlu mengadakan sosialisasi agar masyarakat mengetahui bahwa adanya peraturan yang mengatur mengenai dampak jika melakukan

kejahatan pemerasan dan

pengancaman melalui media

elektronik yang terdapat dalam Undang-Undang.

Selanjutnya wawancara penulis dengan Sanusi Husin7 menyatakan

bahwa faktor penyebab terjadinya

kejahatan pemerasan dan

pengancaman melalui media elektronik, antara lain:

1. Faktor Teknologi

2. Faktor gaya hidup atau modernisasi

3. Faktor Kurangnya Kontrol Sosial

Dari pendapat tersebut penulis sepakat bahwa faktor sarana dan fasilitas yang ada sangat berpengaruh dalam menunjang perbuatan jahat tersebut. Dizaman globalisasi seperti sekarang ini kemajuan teknologi memang sangat berpengaruh di kehidupan manusia, hampir semua orang mengetahui apa media internet tersebut.Media internet sebagai media komunikasi dijadikan alat

untuk mempermudah pelaku

melakukan pengancaman dan pemerasan, karena menggunakan media elektronik ini dapat

mengefektifkan dan

mengefisiensikan waktu sehingga seseorang dapat melakukan dengan siapapun dan kapanpun.

Faktor kurangnya kontrol sosial dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah.Kontrol dari pihak keluarga dan masyarakat menjadi suatu komponen yang harusnya berjalan dengan baik.Kontrol yang dilakukan oleh keluarga dan masyarakat tersebut seharusnya menjadi faktor utama dalam melakukan upaya penanggulangan

7Hasil Wawancara dengan Sanusi Husin,

(9)

yang bersifat preventif.Faktor keluarga yang di dalamnya tidak memiliki suasana keharmonisan merupakan pendorong seseorang untuk tidak peduli terhadap keluarganya. Sehingga tidak ada perhatian khusus terhadap masalah apa yang sedang dialami keluarganya dan lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri.

Berdasarkan wawancara penulis dengan SM8 mengatakan bahwa pelaku melakukan kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik karena disebabkan perasaan cemburu dan sayang terhadap mantan kekasih yang telah selingkuh dengan laki-laki lain. Serta penyebab lainnya adalah kepanikan dan kebingungan pelaku setelah memohon untuk kembali padanya dan meninggalkan selingkuhannya tetapi korban tidak mau sehingga hal itu mendorong pelaku tidak berfikir

jernih untuk melakukan

pengancaman menyebarkan foto tidak senonoh korban.Dikarenakan tidak ada tindakan atau reaksi yang diinginkan dari korban maka pelaku terus menerus mengancam hingga akhirnya pelaku benar-benar menyebarkan foto tidak senonoh korban di media sosial pelaku.

Selanjutnya wawancara penulis dengan RA9 mengatakan bahwa pelaku melakukan pemerasan dan pengancaman melalui media

elektronik kepada korban

dikarenakan pelaku iseng mengambil foto tidak senonoh korban di hand phone pacar korban yang dimana pacar korban adalah teman dekat

8Hasil Wawancara dengan SM, tanggal 23

februari 2018

9Hasil Wawancara dengan RA, tanggal 23

februari 2018

pelaku. Setelah mendapatkan foto tersebut pelaku memberitahu pacarnya dikarenakan sang pacar mengenali korban dan pernah ada masalah sakit hati dan menaruh dendam kepada korban sehingga mereka berdua bersekongkol untuk

melakukan pemerasan dan

pengancaman dengan cara

menyebarkan foto tidak senonoh tersebut menggunakan akun palsu media sosial instagram dan meminta sejumlah uang.

Dari keduaa pendapat narasumber tersebut menurut penulis faktor lingkungan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kejahatan antara lain, memberikan kesempatan untuk melakukan kejahatan, lingkungan dan pergaulan yang memberi contoh dan teladan yang tidak atau kurang baik, dan lingkungan ekonomi, kemiskinan dan kesengsaraan sehingga menyebabkan terjadinya kejahatan tersebut.

Perbuatan para pelaku melakukan

kejahatan pemerasan dan

pengancaman melalui media elektronik juga bersumber atau berkaitan dengan teori anomi, dimana pada kasus tersebut para pelaku kehilangan akan keteraturan sosial yang diakibatkan hilangnya nilai-nilai atau norma-norma hukum didalam kehidupannya sehingga mengakibatkan pelaku untuk melakukan kejahatan.

Faktor psikologis dapat

(10)

pelaku untuk melakukan kejahatan, seperti hal nya pada Pelaku SM dan RA mereka melakukan kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik atas dasar sakit hati, cemburu yang berasal dari masalah pribadi. Rasa sayang yang berlebihan dapat memicu seseorang tidak berfikir jernih sehingga pelaku melakukan hal apapun agar keinginnanya tercapai.

Faktor lain yang memicu kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik adalah karena kurang optimalnya penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku tersebut.

Kejahatan pemerasan dan

pengancaman melalui media elektronik bertentangan atau tidak sesuai dengan dengan Pasal 45 ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Berdasarkan ketentuan tersebut bahwa ancaman pidana penjara selama enam tahun ternyata tidak juga dapat menyurutkan perbuatan daripada pelaku kejahatan tersebut.

Hal tersebut dalam praktiknya banyak sekali pelaku-pelaku yang hanya dijatuhi hukuman yang terkategori ringan jika mengacu

kepada ancaman maksimal yang dapat diberikan kepada para pelaku,

yang mana hal tersebut

dikhawatirkan tidak dapat menimbulkan efek jera bagi para pelaku kejahatan tersebut.

Sebagaimana contoh kasus

pemerasan dan penganacaman melalui media elektronik yang terjadi di Bandar lampung, kasus ini telah diputus oleh Pengadilan dan pelaku SM hanya dijatuhi hukuman pidana selama 1,4 tahun dan pelaku RA dijatuhi hukuman pidana selama 4 bulan.

B.Upaya Penanggulangan Kejahatan Pemerasan Dan Pengancaman Melalui Media Elektronik

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Willson Buana10 upaya penanggulangan yang dapat dilakukan terhadap kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik yaitu

1. Upaya penal

Upaya penanggulangan kejahatan melalui penerapan hukum pidana ini adalah upaya dalam penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat pemberantasan sesudah kejahatan itu terjadi.

a. Tindakan Penyelidikan

b. Melakukan Penegakan Tuntas Terhadap Pelaku

Dalam hal kasus pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik ia melanggar Pasal 27 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Ketentuan dalam Undang-Undang

10Hasil Wawancara dengan Dirreskrimsus

(11)

Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai ketentuan khusus (lex specialis) dan mendahulukan ketentuan umum tentang tindak pidana pemerasan dalam KUHP (lex generali). c. Tindakan Represif dengan Cara

Penalartinya tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana lain dengan cara menegakkan hukum sesuai Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 atas perubahan dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

2. Upaya Non Penal

Merupakan upaya Non Penal upaya yang bersifat preventif, yaitu pencegahan atau penangkalan perilaku penyembuhan.

a. Mengupayakan melakukan

pencegahan dengan memberikan pendidikan mengenai cara pemakaian alat komunikasi yang serta penjelasannya wajib dilakukan oleh aparat kepolisian, karena kurang pahamnya masyarakat tentang isi dari UU ITE membuat penting kiranya

pemerintah melakukan

kampanye tentang aturan ini.

b. Menyebarluaskan kasus

pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik

c. Dari internal atau individu itu sendiri dengan cara meningkatkan pembinaan agama untuk menjadi pencegah seseorang berbuat menyimpang dari norma agama.

Berdasarkan wawancara penulis dengan Sanusi Husin11 mengatakan

bahwa upaya penanggulangan yang dapat dilakukan terkait kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik yaitu:

1. Upaya Penal

a. Pihak kepolisian mengambil tindakan mencari informasi dari masyarakat dengan mendatang tempat kejadian perkara (TKP) guna melakukan penangkapan dan penahanan terhadap tersangka. b. Melakukan penyelidikan dan

penyidikan

c. Dikenakan sanksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik agar memeberikan efek jera dimana sesuai sanksi pidana yang ditentukan dalam Pasal 45 Ayat (4) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

2. Upaya Non Penal

a. Menjelaskan tentang adanya sanksi sosial yang dapat timbul jika melakukan suatu kejahatan. b. Melakukan penyuluhan hukum

atau sosialisasi dan pendekatan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, sangat penting dilakukan sebagai upaya pencegahan. c. Pihak kepolisian mengadakan

latihan khusus serta pendidikan kejuruan yang dilaksanakan atas kerjasama antara kepolisian dengan para ahli IT, kemudian melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai cyber crime.

11Hasil Wawancara dengan Sanusi Husin,

(12)

Berdasarkan hasil wawancara para narasumber menurut penulis bahwa upaya penanggulangan kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik sudah baik, upaya yang dilakukan akan membawa pengaruh positif terhadap usaha pencegahan kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik, dimana penggunaan media elektronik sudah merata oleh semua kalangan masyarakat. Bahwa semua orang telah terlibat dan dengan mudahnyaa mendapatkan informasi dengan demikian memang perlu melakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai dampak positif dan negatif, penggunaan alat komunikasi dengan bijaksana. Memberikan penyuluhan Kesadaran akan hukum yang bertujuan untuk mengurangi kejahatan khususnya pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik.

Kemudian melakukan upaya dimana pihak kepolisian mengadakan latihan khusus serta pendidikan kejuruan yang dilaksanakan atas kerjasama antara kepolisian dengan para ahli IT, kemudian melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai cyber crime. Latihan khusus ini ditujukan kepada anggota kepolisian yang ditempatkan di bagian Reskrimsus yang memang khusus menangani kasus cyber crime. Adapun tujuan pendidikan kejuruan ditujukan khusus untuk polisi yang sedang dalam masa pendidikan untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat tertentu, yang sebelumnya telah menempati bagian Reskrimsus ataupun akan menempati bagian Reskrimsus.

Upaya ini merupakan pembinaan pengembanganlingkungan

kepolisian yang juga didukung oleh pengembangan sarana penunjang IT bagi pihak kepolisian, sehingga apabila kelak terjadi kasus cyber crime, pihak kepolisian dapat menanganinya dengan maksimal. Sebagai contoh, dengan adanya perlengkapan computer forensic di institusi kepolisian guna mendukung kinerja polisi dalam menangani kasus-kasus terkait cyber yang memerlukan diagnosis terhadap alat bukti yang digunakan di pengadilan nantinya.Selain itu pemerintah dalam hal ini kepolisian harus meningkatkan teknologi informasi dan komunikasi. Standar computer forensic harus dikembangkan guna keperluan pengumpulan dan pemeliharaan alat bukti elektronik yang memili perbedaan dengan alat bukti fisik lainnya. Prosedur dalam memperoleh alat bukti eletronik yang dilakukan mempunyai konsekuensi pada peran alat bukti dipengadilan, yaitu:

1) Jika alat bukti tidak dikumpulkan dan diperoleh dengan standar yang wajar atau beralasan, hakim dapat memutuskan untuk tidak menerima alat bukti tersebut ketika alat bukti ini digunakan, sihingga para aparat tidak dapat mengefaluasi atau memberikan pertimbangan berdasarkan alat bukti tadi.

2) Jika alat bukti diterima, kuasa

hukum terdakwa dapat

“menggugat” kredibilitasnya

dengan mempertanyakan

(13)

Diadakannya kerjasama Internasional dalam pemberantasan tindak pidana pemerasan dan

pengancaman.Hal ini guna

mempercepat dalam hal mengakses data yang disimpan, trafik yang terpelihara, akses lintas batas terhadap komputer yang tersimpan dengan izin atau yang secara umum

tersedia, bantuan dalam

pengumpulan data trafik secara langsung, bantuan pengambilan isi data yang di intersepsi.

Penanggulangan kejahatan dapat juga diupayakan dari peran aktif orang tua atau keluarga untuk selalu mengajarkan dan membimbing anaknya untuk menjauhi perilaku tercela/perbuatan kejahatan dengan lebih menekankan pada pengetahuan agama. Agama memiliki ajaran-ajaran yang mampu mengendalikan tingkah laku penganutnya untuk berprilaku pantas supaya setiap individu memiliki akhlak yang baik.

III. PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Faktor penyebab terjadinya kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik disebabkan beberapa faktor yaitu penyebab dari luar (eksternal) yaitu mencakup lingkungan,ekonomi, modernisasi, kontrol sosial, ketidaktahuan

masyarakat dan kurang

optimalnya proses penjatuhan sanksi pidana serta teknologi yang makin canggih dan cepat sehingga memudahkan seseorang untuk melakukan kejahatan dan faktor

penyebab dari dalam (internal) yaitu faktor kejiwaan dan

keimanan dimana adanya

ketidakseimbangan antara rasa emosional dan lemahnya imam sehingga membuat seseorang tidak dapat berfikir jernih. Akantetapi faktor yang seringkali menjadi penyebab pelaku pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik adalah faktor psikologis atau kejiwaan, sarana dan fasilitas, teknologi, lingkungan, dan ekonomi.

2. Upaya penanggulangan terjadinya

kejahtan pemerasan dan

pengancaman melalui media elektronik yaitu terdiri dari upaya penal dan non penal. Dimana upaya penal terdiri dari pemberian sanksi kepada pelaku dengan memberikan hukuman penjara sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam UU ITE untuk memberikan efek jera. Sedangkan upaya non penal yaitu dengan memberikan penyuluhan ataupun sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai informasi dampak media elektronik jika tidak digunakan dengan bijak, etika menggunakan media elektronik serta dengan memberikan pengetahuan hukum mengenai UU ITE.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dalam hal ini penulis dapat memberikan saran:

1. Keluarga sebagai peran kontrol sosial sebaiknya mengetahui apa yang sedang dialami dan

dirasakan oleh anggota

keluarganya dan juga perlunya

didalam keluarga tetap

(14)

sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Aparat penegak hukum

hendaknya meningkatkan sarana dan fasilitas yang lebih baik lagi dalam hal mencari pembuktian guna peningkatan kemampuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi sebagai penunjang efektivitas penanganan terhadap

pelaku pemerasan dan

pengancaman melalui media elektronik. Serta dalam pemeberiank sanksi hukum dapat dimplementasikan dengan sebaik dan seoptimal mungkin dimana tidak hanya sesuai dengan KUHP tetapi lebih mengutamakan UU ITE.

3. Merevisi kebijakan aturan UU ITE mengenai aturan jam penggunaan hand phone, tipe hand phone yang digunakan, banyaknya hand phone yang harus dimiliki dan usia yang dapat atau dibolehkan menggunakan hand phone.

DAFTAR PUSTAKA

Mustofa Muhammad, 2007

KriminologiJakarta,

FisipUniversitas Indonesia Press.

Richardus Eko Indrajit, 2000, Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, Elex Media

Komputindo, Jakarta,

Gramedia.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

http://news.analisadaily.com/read/pel aku-pemerasan-diringkus-saat-sedang-main

playstation/398487/2017/08/17

http://www.radartvnews.com/sakit-hati-mantan-sebar-foto-bugil/

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA PEMBUKTIAN PENUNTUT UMUM BERDASARKAN HASIL CETAK SCREEN CAPTURE SEBAGAI ALAT BUKTI ELEKTRONIK DAN PERTIMBANGAN HAKIM MEMUTUS TINDAK PIDANA PENGHINAAN MELALUI

Rumusan Masalah Artikel yang Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang menjadi rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut Bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh aparat