ETIKA DAN PERILAKU BISNIS ISLAM PEDAGANG
PADA KAWASAN PASAR PALMERAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh
Fariihah
NIM: 1110046100156
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Hari ini Kamis, 20 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:
Nama : Fariihah
NIM : 1110046100156
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Etika dan Perilaku Bisnis Islam Pedagang Pada Kawasan
Pasar Palmerah
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juli 2017
PANITIA UJIAN SKRIPSI
Ketua : AM Hasan Ali, MA (...) NIP. 19751201 200501 1 005
Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc, M.A (...) NIP. 19731215 200501 1 002
Pembimbing : Mu’min Rouf, M.A. (...) NIP. 19700416 199703 1 004
Penguji I : Dr. Hj. Isnawati Rais, M.Ag. (...) NIP. 19571027 198503 2 001
Penguji II : Dr. H. M. Dawud Arif Khan, SE, M.Si, Ak, CPA
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fariihah
NIM : 1110046100156
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Apabila di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalu pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2017
iv
ABSTRAK
Fariihah 1110046100156. Etika dan Perilaku Bisnis Pedagang Pasar Palmerah. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana etika bisnis yang ada di Pasar Palmerah dalam hal ini dengan memasukkan faktor ilmu pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha, apakah ketiga faktor tersebut mempengaruhi etika bisnis pedagang Pasar Palmerah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, dimana penulis menyebarkan kuesioner dan menggunakan
probability sampling methode dan menggunakan rumus Slovin2 dalam teknik
pengambilan sampel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linear berganda untuk menguji pengaruh antara variabel ilmu pengetahuan, sosial ekonomi, persaingan usaha.
Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada pedagang Pasar Palmerah menunjukkan prosentase pengaruh dari variabel ilmu pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah sebesar 25,3 %, sedangkan sisanya 74,7% dipengaruhi faktor lain. Hal ini menunjukkan jika ketiga faktor tersebut yaitu ilmu pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha lebih sedikit berpengaruh terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah dibandingkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
Selanjutnya, penulis juga melakukan observasi atau pengamatan terhadap beberapa pedagang Pasar Palmerah. Hasil dari observasi penulis adalah peneliti menemukan hal-hal yang tidak sesuai etika bisnis yang dilakukan pedagang Pasar Palmerah. Salah satunya, ad a beberapa pedagang yang memanipulasi timbangan.
Kata Kunci : Etika Bisnis, Perilaku Bisnis, Pengetahuan, Sosial Ekonomi, Persaingan Usaha
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur
teramat dalam atas kehadirat Allah SWT. Limpahan kasih sayang yang telah ia
berikan kepada penulis tiada berbatas. Dialah sumber kekuatan, pentang menyerah
bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun melalui proses
yang sangat panjang yang telah dilalui. Walaupun begitu, penulis yakin bahwa
Allah Maha Segalanya, dia telah menentukan waktu terbaik untuk menyelesaikan
ini semua satu persatu.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda tercinta Nabi
Muhammad SAW. dengan kemulyaan akhlak yang beliau miliki, menghantarkan
umat kepada agama yang lurus, yaitu agama islam. Tak lupa pula kepada para
keluarga, sahabat, dan tabiin yang selalu menjalankan sunah nabi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya masih banyak
terdapat kekurangan. Skripsi ini merupakan hasil karya yang tidak terlepas dari
bantuan serta dukungan banyak pihak, maka sepantasnya penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Unioversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., M.B.A., selaku Ketua Prodi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. AM Hasan Ali, MA., Dan Bapak Dr. Abdurrauf, MA., selaku Ketua dan
sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Mukmin Roup, M.A selaku dosen pembimbing yang sabar
vi
ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan kasih sayang, rizki, dan
keberkahan yang berlimpah dalam hidupnya. Amin
6. Teruntuk mamah Rubiyati dan Bapak A. Rusman, semoga skripsi ini bisa
membuat kalian bangga kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah banyak
memberikan ilmu yang tiada ternilai harganya.
8. Bapak Suheman selaku Kepala Pasar Palmerah yang bersedia meluangkan
waktunya untuk diwawancarai dan mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian, dan menyebarkan kuesioner kepada para pedagang Pasar
Palmerah. Serta semua pedagang Pasar Palmerah yang bersedia mengisi
kuesioner di sela-sela waktu berdagangnya.
9. Kepada Suami tercinta Iwan Hendrawan, yang telah mendukung penuh
penulis menyelesaikan skripsi ini yang telah tertunda untuk waktu yang
lama, I love you. Serta kepada kedua anakku tercinta Alysia Elma dan
Adhiyasta Aka Pratama untuk segala pengertian kalian kepada mama
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Kepada kedua Adikku tercinta : Muhammad Anshor dan Masykur
Rahman yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.
11.Kepada teman terbaik ku Yuli Susanti, yang berjuang bersama selalu
menasihati dan mendukung untuk menyelesaikan skripsi ini. Illah Fadillah
dan Ibnatul Wadhiyyah, yang selalu memberi bantuan dan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Saidah yang selalu bersemangat untuk makan di
kala kita penat mengerjakan skripsi ini. Nur qurrota „Ayun teman pertama
masuk kampus ini, yang memberikan inspirasi bahwa keterbatasan apa
pun bukan penghalang untuk hasil yang baik.
12.Kepada keluarga besar PSD yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh
penulis. Kalian telah memberikan cerita sendiri dalam kehidupan menimba
vii
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Etika Bisnis 1. Pengertian Etika Bisnis ... 12
2. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis ... 14
B. Etika Bisnis Islam ... 15
viii
3. Khiar (Al-khiyar) ... 20
4. Menghindari Jual Beli yang Diharamkan dan- Diragukan Kehalalannya ... 21
5. Ihtikar (Penimbunan) ... 21
E. Perilaku Bisnis 1. Pengertian Perilaku Bisnis ... 22
2. Prinsip Perdagangan Rasulullah ... 24
3. Perdagangan dan Nilai Kejujuran ... 25
4. Teori Harga ... 27
5. Barang dan jasa yang Diharamkan dalam Muamalah ... 29
F. Pasar
2. Hubungan Pengetahuan dengan Etika dan- Perilaku Bisnis Islam... 39
H. Teori Sosial Ekonomi 1. Definisi Sosiologi Ekonomi ... 41
2. Hubungan Pengetahuan dengan Etika dan- Perilaku Bisnis Islam... 42
I. Teori Persaingan Usaha 1. Definisi Persaingan Usaha ... 43
2. Hubungan Persaingan Usaha dengan Etika dan- Perilaku Bisnis Islam... 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 47
B. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Data Primer ... 48
ix
2. Teknik Pengambilan Sampel ... 50
3. Teknik Pengumpulan Data ... 52
C. Metode Analisis Data
a. Uji Koefisien Determinasi ... 59
b. Uji T ... 59
c. Uji F... 59
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 61
B. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji Validitas ... 69
D. Analisis Regresi Berganda ... 78
E. Uji Hipotesis 1. Uji T ... 80
2. Uji F ... 82
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 85
B. Implikasi ... 87
C. Keterbatasan ... 88
D. Saran ... 89
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Jenis Kelamin Pedagang ... 61
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Agama Pedagang ... 62
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Usia Pedagang ... 63
Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Suku Pedagang... 64
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Pendidikan Terakhir Pedagang ... 65
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Jenis Dagangan Pedagang... 66
Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Lama Berdagang Pedagang ... 68
Tabel4.8 Faktor Pengetahuan ... 69
Tabel 4.9 Faktor Sosial Ekonomi ... 70
Tabel 4. 10 Faktor Persaingan Usaha ... 70
Tabel 4. 11 Etika Bisnis Islam ... 71
Tabel 4.12 Reliability Statistic ... 74
Tabel 4. 13 Uji Autokorelasi ... 75
Tabel 4. 14 Uji Multikolinearitas ... 76
Tabel 4.15 Model Summaryb ... 78
Tabel 4. 16 Coefficientsa ... 78
Tabel 4.17 Uji T ... 80
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Uji Normalitas ... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara keempat yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak di dunia. Sampai pada tahun 2010 tercatat jumlah
penduduk di Indonesia mencapai kurang lebih 250 juta orang. Namun
sangat disayangkan, angka pengangguran untuk penduduk Indonesia di
atas 10% yaitu 11,47% per September 2013. Angka ini naik 0,1% dari
bulan Maret 2013 yang hanya mencapai 11,37%. Sedangkan tingkat
pengangguran terbuka sendiri mencapai 5,7% pada awal tahun 2014.1 Lapangan pekerjaan yang kurang memadai membuat beberapa orang
berwirausaha atau berbisnis baik dengan modal sendiri atau melalui
pinjaman.
Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran
Islam. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun telah menyatakan bahwa 9
dari 10 pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang (hadis). Artinya,
melalui jalan perdagangan inilah pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka,
sehingga karunia Allah SWT terpancar daripadanya.2 Bisnis sendiri adalah suatu kegiatan individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan
1
Sosial dan Kependudukan, bps.go.id , artikel ini dilihat pada tanggal 20 September 2013.
2
menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Konsep dagang yang diajarkan Rasulullah ialah apa yang disebut
value driven, artinya menjaga, mempertahankan, menarik nilai-nilai
pelanggan. Konsep ini erat hubungannya dengan relationship marketing,
yaitu berusaha menjalin hubungan erat antara pedagang, produsen, dan
para pelanggan. Rasulullah tidak diragukan lagi dalam ajaran-ajarannya
selalu memperhatikan bagaimana seorang pedagang menjaga hubungan
dengan konsumen, beliau tidak pernah bertengkar dengan pelanggannya.
Karena reputasinya yang lurus dan tepat perhitungan dalam berdagang,
semua orang yang berhubungan dengan beliau selalu merasa senang, puas,
yakin, dan percaya akan kejujuran Rasulullah.3
Kegiatan berdagang Rasulullah menggambarkan jika dalam
berdagang selain mencari keuntungan, kita juga harus menggunakan etika
dalam bisnis kita. Islam mengkombinasikan nilai-nilai spiritual dan
material dalam kesatuan yang seimbang dengan tujuan menjadikan
manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat. Tetapi konsep materialistic
yang berkembang sekarang ini telah menyeret manusia pada kondisi di
mana nilai-nilai spiritual terpinggirkan. Hal ini terjadi terutama di
3
kalangan kaum pebisnis yang pada gilirannya berimbas negatif terhadap
lapisan lain.4
Selain sistem yang perlu diperhatikan, konsep halal haram juga
perlu diperhatikan dalam etika berwirausaha, sekalipun dalam kehidupan
sehari-hari dan kajian akademik masuk wilayah hukum fiqih. Al-Quran
sendiri telah meletakkan konsep dasar halal haram yang berhubungan
dengan transaksi dalam kaitannya dengan akuisisi, disposisi, dan
semacamnya. Selain itu, kasih sayang juga termasuk nilai penting dalam
berbisnis, di sini Islam mewajibkan kasih sayang kepada makhluk. Karena
itu, seorang pedagang tidak boleh menjadikan obsesi terbesarnya dan
tujuan usahanya adalah mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya demi
memenuhi laci atau saldonya di bank.5
Selain etika bisnis yang harus diterapkan, dalam berdagang kita
sebagai umat harus menjalankan etika Islam. Karena berdagang
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan rezeki yang diberikan Allah
SWT. Dengan memasukkan etika Islam, keberkahan ekonomi akan kita
peroleh sama seperti yang didambakan Rasulullah SAW, bagi dirinya,
keluarga dan umatnya.
Kalau boleh dikatakan, dalam keberkahan terkandung misteri yang
boleh jadi untuk mengatakannya acapkali tidak mudah dinalarkan akal
4
Drs. Faisal Badroen, MBA, dkk., Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1, h. 3.
5
sehat meskipun dirasakan. Betapa banyak orang atau keluarga yang dilihat
dari sisi kehartabendaan sesungguhnya tidak tergolong banyak, tetapi
dengan keberkahan atau mereka tetap sejahtera hidup dan kehidupannya.
Sebaliknya, tidak sedikit orang/keluarga yang melimpah ruah harta
kekayaannya, tetapi mencitrakan suasana hidup dan kehidupan rumah
tangga yang merana dan “sengsara”.6
Misteri keberkahan ekonomi dan
keuangan atau tepatnya kehartabendaan ini sangat erat kaitannya dengan
keyakinan keislaman di satu pihak dan etika bisnis islam di pihak lain.7
Walaupun banyak tulisan-tulisan yang memaparkan tentang cara
Rasulullah melakukan kegiatan ekonominya, dalam hal ini berdagang
yang menjunjung tinggi sifat siddiq dan amanah, begitu pula
tulisan-tulisan mengenai etika bisnis baik konvensional maupun Islam. Namun,
dalam realita yang ada apa yang diterapkan Rasulullah maupun beberapa
teori mengenai etika bisnis, banyak yang tidak diterapkan oleh pedagang
atau pebisnis zaman sekarang. Penulis sendiri merupakan seorang
pedagang di kawasan Pasar Palmerah. Tanpa sengaja, terkadang penulis
melihat bagaimana perilaku sesama pedagang yang berjualan di kawasan
tersebut, melanggar etika dalan berdagang atau berbisnis. Contohnya,
pedagang ayam yang barang dagangannya sampai mengeluarkan bau yang
menyengat, timbangan yang dimanipulasi oleh beberapa pedagang, dan
banyak lainnya.
6
Prof. Dr. Drs. H. M. Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Ciputat : Kholam Publishing, 2008), Cet. I, h. 305.
7
Kondisi pengetahuan pedagang, sosial ekonomi, sampai persaingan
usaha pedagang Pasar Palmerah bisa menjadi alasan mereka melanggar
etika bisnis yang telah ada untuk mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengangkat kasus ini
untuk dijadikan tema skripsi dengan judul “ ETIKA dan PERILAKU
BISNIS ISLAM PEDAGANG PADA KAWASAN PASAR
PALMERAH “
B. Identifikasi Masalah
Tujuan orang berbisnis atau berdagang tentunya untuk mencari
keuntungan, yang sebagian keuntungan tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pedagang pun ingin
mendapatkan keuntungan yang banyak demi kesejahteraan hidupnya.
Banyak cara yang dilakukan pedagang untuk memperoleh untung yang
banyak, seperti menggunakan pemasaran dalam berdagang. Selain itu,
bagi umat islam tentunya mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar diberi
rezeki yang banyak. Namun tidak sedikit yang menggunakan cara yang
instan misalnya, memanipulasi timbangan atau meminta kepada selain
Allah SWT, menjual barang yang tidak layak agar tidak merugi.
Di samping faktor mencari keuntungan, banyak faktor yang
menjadikan pedagang melanggar etika bisnis. Misalnya, faktor
persaingan usaha para pedagang Pasar Palmerah. Apakah ketiga poin
tersebut merupakan faktor utama? Dan seberapa besar pengaruh ketiga
poin tersebut terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak melebar, penulis
membatasinya pada pengaruh pengetahuan, sosial ekonomi, dan
persaingan usaha terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah. Berikut
rumusan masalahnya:
1. Apakah pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha
mempengaruhi etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?
2. Berapa besar pengaruh pengetahuan, sosial ekonomi, dan
persaingan usaha terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?
3. Di antara ketiga faktor tersebut, mana yang sangat berpengaruh
terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah:
1. Pengaruh pengetahuan terhadap etika dan perilaku bisnis pedagang
Pasar Palmerah
2. Pengaruh sosial ekonomi terhadap etika dan perilaku bisnis
3. Pengaruh persaingan usaha terhadap etika dan perilaku bisnis
pedagang Pasar Palmerah
4. Besarnya pengaruh pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan
usaha terhadap perilaku bisnis pedagang Pasar Palmerah
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi penulis sendiri adalah memberikan
pengetahuan tidak hanya melalui teori-teori yang selama ini dipelajari.
Bagi Akademisi, menambah koleksi penelitian sejenis ini untuk
dijadikan sampel bagaimana kondisi plaku pasar yang ada di seluruh
Indonesia. Dan bagi pelaku pasar sendiri atau para pedagang baik
pemula ataupun berpengalaman, dapat dijadikan tambahan
pengetahuan dalam aktifitas dan tata cara yang baik dalam berdagang.
E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)
Dalam rangka menentukan fokus penelitian, penulis telah
membandingkan dengan penelitian terdahulu guna mendukung materi
yang akan dibahas. Terdapat beberapa penelitian yang telah membahas
etika dan perilaku bisnis Islam di beberapa pasar, yaitu:
1. Yudi Ismawan Sidik (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta) yang berjudul “Pengaruh Faktor Sosial,
Pendidikan, dan Pengalaman Etika Bisnis Pedagang Pasar Bengkok
Tangerang”, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
pengalaman terhadap etika bisnis pedagang Pasar Bengkok Tangerang.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode
pengumpulan data menggunakan penelitian survey. Dapat disimpulkan
bahwa faktor sosial, pendidikan, dan pengalaman berpengaruh secara
signifikan terhadap etika bisnis pedagang Pasar Bengkok Tangerang.
Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan ditulis oleh
penulis adalah sama-sama meneliti tentang etika bisnis pedagang yang
ada di pasar. Perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan ditulis
oleh penulis adalah studi kasus yang dilakukan berada di pasar yang
berbeda dengan pasar yang akan menjadi tempat penelitian penulis.
2. Hafiz Juliansyah (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta), yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Etika Bisnis Islam Pedagang Pasar Ciputat”, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat tauhid,
keseimbangan, prinsip kehendak bebas, prinsip tanggung jawab, dan
prinsip ihsan pedagang Pasar Ciputat terhadap penerapan etika bisnis
Islam. Dari penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa ihsan,
keseimbangan, dan tanggung jawab merupakan faktor yang paling
dominan berpengaruh terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang
Pasar Ciputat. Sedangkan kehendak bebas dan tauhid tidak
berpengaruh dominan terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang
Pasar Ciputat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
pedagang di suatu pasar. Perbedaan penelitian dengan penelitian yang
akan ditulis oleh penulis terletak pada tempat yang dijadikan penelitian
berbeda dengan tempat yang akan dijadikan tempat penelitian oleh
penulis. Keterbatasan dari penelitian ini adalah keterbatasan waktu,
biaya, dan sumber daya manusia dalam hal ini responden.
3. Erik Lesmana (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta) yang berjudul “Implementasi Etika Bisnis Islam
Dalam Menghadapi Persaingan Usaha”, 2010. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana implementasi etika bisnis Islam terhadap
kondisi persaingan usaha pedagang muslim di Pasar Ciputat. Teknik
yang digunakan penelitian ini adalah teknik penarikan sampel dengan
menggunakan survey dan jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Hasil
dari penelitian ini adalah sebagian besar pedagang muslim
mengamalkan ajaran agama ke dalam etika bisnis yang dijalaninya dan
bersaing secara sehat. Akan tetapi, ada pula beberapa pedagang yang
masih bermain curang dalam usaha berdagangnya. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan ditulis oleh penulis yaitu
terletak pada objek yang akan diteliti yaitu pedagang di pasar dan jenis
penelitian yang akan digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan ditulis oleh penulis adalah terletak pada tempat
yang diteliti berbeda dengan tempat yang akan diteliti oleh penulis.
4. Jakaria (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Market Terhadap Pendapatan Pedagang Tradisional di Pasar
Tradisional Cengkareng, Slipi, dan Palmerah (suatu tinjauan etika
bisnis Islam)”, 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak yang terjadi terhadap pendapatan pedagang tradisional setelah
ekspansi yang dilakukan minimarket di kawasan Pasar Cengkareng,
Slipi, dan Palmerah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode penelitian studi lapangan yaitu
wawancara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan dari
pedagang di Pasar Cengkareng, Slipi, dan Palmerah. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian penulis adalah tema yang diteliti
adalah etika bisnis pedagang di pasar. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian penulis adalah studi kasus yang diteliti, serta metode
penelitian yang digunakan.
F. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah,
batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini disajikan teori tentang pengertian etika bisnis dan
faktor-faktor dengan etika bisnis Islam, pengertian pasar dan hal-hal yang
ekonomi, dan persaingan usaha yang merupakan faktor yang
mempengaruhi etika dan perilaku bisnis pedagang Pasar Palmerah.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini.
Sub bab pertama menjelaskan ruang lingkup penelitian, Sub bab kedua
menjelaskan tenteang metode pengumpulan data. Dan sub bab ketiga akan
menjelaskan tentang metode analisis data.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini membahas gambaran umum objek, hasil uji instrumen
penelitian, dan hasil observasi penulis.
BAB V : PENUTUP
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Etika Bisnis
Etika bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis. Masalah etika dan
ketaatan pada hukum yang berlaku merupakan dasar yang kokoh yang
harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan akan menentukan tindakan apa dan
perilaku bagaimana yang akan dilakukan dalam bisnisnya.1
1. Pengertian Etika Bisnis
Kata etika sendiri berasal dari kata ethos yang berasal dari bahasa
Yunani, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika sendiri
diidentikkan dengan moral atau moralitas. Kata moral sendiri berasal dari
bahasa latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” berarti adat
istiadat atau kebiasaan. Jadi, secara umum etika dan moralitas sama-sama
berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup lebih baik
sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat
kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang konsisten
1
dan berulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana layaknya sebuah
kebiasaan.2
Etika Bisnis diartikan sebagai pengetahuan tentang cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan
moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan
penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan
bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, bisnis mesti mempertimbangkan
unsur-unsur norma dan moralitas yang berlaku di masyarakat. Unsur-unsur
tersebut antara lain:3
a. Manajerial skill, yaitu seorang bisnisman harus mampu mengatur
hidup sendiri beserta dengan keluarganya dan teman-teman
sekelilingnya
b. Konseptual skill, yaitu mampu untuk membuat konsep di dalam
menjalankan pekerjaan dan jabatannya dan mampu untuk
mendelegasikan kepada orang lain
c. Technical skill, harus dimiliki oleh seorang bisnisman yang mampu
memberikan teknik-teknik untuk melaksanakan apa yang terjadi,
pemikiran dan konsepnya, serta memberikan contoh kepada orang lain
atau pihak ketiga
2
Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, (Jakarta: Raja Gofindo Persada, 2011), h. 5.
3
d. Integritas moral yang tinggi, yaitu harus mampu memilah-milahkan
mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Menurut Sonny keraf (1998), prinsip-prinsip etika bisnis adalah
sebagai berikut:4
a. Prinsip otonomi, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya
tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
b. Prinsip kejujuran, terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang
bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa
bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas
kejujuran.
c. Prinsip keadilan, menuntut agar setiap orang diperlakukan
secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria
yang rasional objektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
d. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle),
menuntut agar bisnis dijalanka sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan semua pihak.
e. Pihak integritas moral terutama dihayati sebagai tuntutan
internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu
4
menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan
maupun perusahaannya.
B. Etika Bisnis Islam
Secara sederhana mempelajari etika dalam bisnis berarti
mempelajari tentang mana yang baik/buruk, benar/salah dalam dunia
bisnis berdasarkan prinsip-prinsip moralitas. (Learning what is right or
wrong, and then doing the right thing. “Right thing” based on moral
principle, and others believe the right thing to do depends on the
situation). Kajian Etika bisnis terkadang merujuk kepada management
ethics atau organizational ethics. Etika bisnis dapat berarti pemikiran atau
refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.5
Moralitas di sini, sebagaimana disinggung di atas berarti: aspek
baik/buruk, terpuji/tercela, benar/salah, wajar/tidak wajar, pantas/tidak
pantas dari perilaku manusia. Kemudian dalam kajian etika bisnis Islam
susunan adjective di atas ditambah dengan halal haram (degrees of lawful
and lawful), sebagaimana yang disinyalir oleh Husein Sahatah, di mana
beliau memaparkan sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al islamiyah)
yang dibungkus dengan dhawabith syariah (batasan syariah) atau general
guideline menurut Rafik Issa Beekun.6
5
Drs. Faisal Badroen, MBA, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Ciputat: UIN Jakarta Press), h. 61.
6
C. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam
1. Itikad Baik
Itikad artinya kepercayaan; keyakinan yang teguh (kuat), juga bisa
diartikan dengan kemauan dan maksud. Dengan demikian, maka yang
dimaksud dengan itikad baik dalam tulisan ini adalah kemauan, maksud
atau tepatnya keyakinan yang baik untuk melakukan bisnis dan memenuhi
hal-hal yang bertalian dengan berbisnis. Kemauan, maksud atau keyakinan
adalah perbuatan kata hati.
Dalam ajaran Islam, ada satu ajaran yang dikenal dengan niat, yang
menjadi pangkal tolak pekerjaan hati. Dengan redaksi lain, pangkal tolak
pekerjaan hati adalah niat (an-niyyah), yaitu: maksud/tujuan, kehendak
atau janji yang amat sangat kuat untuk melakukan (melaksanakan) sesuatu.
Dalam lapangan ibadah, atau bahkan juga muamalah, niat merupakan
salah satu hal yang dianggap penting dalam menentukan baik-buruk atau
ada tidaknya sesuatu-dalam konteks ini bisnis atau dagang. Sampai-sampai
hadis nabi Muhammad SAW menyatakan bahwasanya perbuatan itu
bergantung atau ditentukan oleh niatnya (innamal‟a‟mal binniyati). Itulah
sebabnya mengapa ibadah yang tanpa niat dinyatakan tidak sah.7
7
2. Kejujuran
Jujur adalah lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata
apa adanya); tidak curang; tulus; ikhlas. Kejujuran adalah sifat (keadaan)
jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati); atau sifat yang suka akan
kebenaran. Suatu petersetujuan tertentu berupa rangkaian kata-kata
sebagai gambaran dari suatu perhubungan antara kedua belah pihak.
Seperti halnya dengan sebuah buah perbuatan seorang manusia, maka
gambaran ini tidak ada yang sempurna. Kalau orang mulai melaksanakan
persetujuan itu, timbullah bermacam-macam persoalan yang pada waktu
persetujuan terbentuk, sama sekali tidak atau hanya sedikit nampak pada
alam pikiran dan alam perasaan kedua belah pihak. Di sinilah arti penting
dari makna kejujuran, yang harus dikejar dalam melaksanakan
persetujuan.8
3. Kesetiaan/Kepatuhan
Setia artinya berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan
sebagainya); patuh; taat. Kesetiaan maksudnya keteguhan hati, ketaatan
(dalam persahabatan, perhambaan, dan sebagainya); kepatuhan. Patuh
artinya penurut, dengar-dengaran, taat; suka menurut (perintah dan
sebagainya); taat (pada perintah, aturam, dan sebagainya); berdisiplin;
sedangkan kepatuhan artyinya sifat patuh; keadaan patuh; atau ketaatan.
Memperhatikan definisi kesetiaan di satu pihak, dan kepatuhan di pihak
8
lain, tampak ada kesamaan dan kesenyawaan. Maksudnya, kesetiaan
melahirkan kepatuhan, dan kepatuhan melahirkan kesetiaan.9
Kesetiaan dan kepatuhan ini menjadi sangat penting dalam dunia
bisnis, lebih-lebih dunia bisnis Islami. Kesetiaan lebih dipentingkan
daripada di dunia barat sekarang ini. Kesetiaan itu mencakup hubungan
antara suatu perusahaan dengan para pelanggannya dan perusahaan lain,
serta hubungan antara majikan dengan karyawan dan hal ini berlaku secara
timbal balik. Kesetiaan itu dapat mencakup para relasi bukan Islam
walaupun orang itu acapkali merasa seolah-olah ia berhadapan dengan
suatu lingkungan yang tertutup. Dalam hubungan dagang (bisnis),
kesetiaan timbal balik antara pelanggan dengan para pemasok (supplier)
langgannannya sangat jelas. Di pasar eceran (sekalipun) para pelanggan
tidak bisa berkeliling mencari barang (shopping around), mereka
mendatangi toko langganannya, dengan demikian lebih baik untuk
mengenal pedagang langganannya itu.10
Itikad baik, kejujuran dan kepatuhan adalah tiga hal (serangkai)
yang amat penting dalam soal pelaksanaan persetujuan setiap akad, apalagi
akad bisnis. Kejujuran dan kepatuhan yang telah diuraikan di atas
merupakan dua hal yang sesungguhnya mendapatkan perhatian serius baik
dari wahyu illahi maupun undang-undang. Demikian pula dari
9
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 311.
10
kecendrungan hakiki masyarakat pasar pada umumnya dan para pebisnis
pada khususnya.
D. Etika Bisnis Dalam Pasar
1. Tawar-menawar
Hampir semua orang tahu bahwa tawar-menawar antara pembeli
dan penjual adalah merupakan salah satu ciri khusus yang ada dalam dunia
perekonomian pasar, termasuk di dalamnya pasar-pasar Islam/Islami.
Dalam hal tawar menawar, ekonomi perdagangan Islam memberikan
tuntutan etika yang sangat berharga, yaitu larangan mencampuri apalagi
mengganjal penawaran yang tengah diajukan oleh orang/pihak lain.11
Yang dimaksud dengan “larangan menjual atas jualan saudaranya”
yaitu misalnya seseorang (A) sedang melakukan tawar-menawar dengan
orang lain (B), kemudian orang lain (C) mendatangi/menemui A dengan
menawarkan barang yang sama dengan harga yang lebih murah dari yang
ditawarkan B.12
2. Larangan Banyak Sumpah
Di antara hal yang sering dijumpai di pasar ialah kata-kata sumpah
atau yang sejenisnya yang biasa meluncur dari mulut-mulut pedagang
dalam upaya menawarkan dan “mempengaruhi” calon pembeli
11
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 317.
12
(konsumen) terutama dalam proses tawar-menawar menuju harga jadi.
Misalnya: “barang ini sungguh baik,” “sungguh ini hanya penglaris,”
“sungguh saya tidak beruntung,” “saya berani sumpah tidak bohong,” dan
lain-lain yang semakna dengan ini. Permainan (silat) kata-kata seperti itu,
apalagi dengan sumpah yang melibatkan nama Allah, merupaka perbuatan
yang dilarang oleh nabi Muhammad saw melalui sabdanya: “Sumpah itu (boleh jadi) melariskan barang dagangan; akan tetapi (sumpah itu)
menghapuskan keberkahan.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dan lain-lain, dari
Abi Hurairah ra).”13
3. Khiar (al-khiyar)
Khiar berasal dari kata Arab al-khiyar, artinya pilihan. Yang
dimaksud dengan hak khiar dalam dunia usaha ialah hak para pihak untuk
menghentikan (membatalkan) suatu akad (transaksi) disebabkan
alasan-alasan yang dibenarkan. Khiar sering dikenal dengan sebutan khiyar
al-mutabayi‟ain setiap transaksi jual beli yang telah disepakati para pihak
pada dasarnya adalah sah, hanya saja bagi setiap pihak ada hak khiar
(memilih) yaitu hak untuk membatalkan akad yang telah disepakati para
pihak disebabkan ada alas an yang lebih mendesak. Hak khiar itu ada yang
berhubungan dengan fisik, dalam arti selama para pihak yang melakukan
transaksi jual beli masih berada (kumpul) dalam satu tempat/di tempat
yang sama (belum berpisah), dan nada pula hak khiar yang didasarkan atas
13
adanya kecacatan pada barang/jas yang diperdagangkan. Khiar dalam
bentuk yang kedua ini lazim dikenal dengan sebutan khiyar al-„aib.14
4. Menghindari jual-beli yang diharamkan dan diragukan
kehalalannya
Secara umum, Allah swt menghalalkan jual-beli (perdagangan) dan
mengharamkan riba. Jual beli yang dihalalkan pada dasarnya adalah jual
beli yang mabrur, yakni jual-beli yang bersih dari unsur-unsur keharaman,
kemaksiatan, dan kemungkaran (al-munkarat). Demikian kalimat lain,
transaksi dagang (bisnis) yang di dalamnya terkandung unsur-unsur
keharaman, kemaksiatan, dan kemunkaran hukumnya adalah haram, dan
karenanya maka tidaklah termasuk ke dalam jenis-jenis jual-beli mabrur
yang dihalalkan Allah SWT.15
5. Ihtikar (penimbunan)
Ihktikar (al-ihtikar) ialah pembelian barang (dagangan) yang
dilakukan dengan maksud untuk menahan (ditimbun) dalam jangka waktu
tertentu sehingga menjadi langka barangnya dan menjadi mahal harganya.
Ada sejumlah hadis nabi pada intinya melarang dan mencela tindakan
ihtikar (menimbun). Di antaranya: “Orang yang menimbun barang
dagangan, dia itu adalah salah.” (Hadis Riwayat Abu Dawud, at-Tarmidzi
dan Muslim dari Ma;mar ra). “ Orang yang menimbun makanan selama 40
14
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 319.
15
malam, maka orang itu (berarti) melepas dirinya dari Allah, dan Allah
lepaskan orang itu daripada Nya.” (Hadis riwayat Ahmad, al-Hakim, Ibn Abi Syaibah dan al-Bazzar).16
E. Perilaku Bisnis
1. Pengertian Perilaku Bisnis
Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca,
dan sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2003). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala
perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Pengertian
perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,
bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai
macam aspek, baik fisik maupun non fisik.
2. Prinsip Perdagangan Rasulullah
Dalam ilmu ekonomi, perdagangan secara konvensional diartikan
sebagai proses saling tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak
sukarela dari masing-masing pihak. Mereka yang terlibat dalam aktifitas
16
perdagangan dapat menentukan keuntungan maupun kerugian dari
kegiatan tukar menukar secara bebas itu.17
Sebaliknya prinsip yang dasar perdagangan menurut Islam adalah
adanya unsur kebebasan dalam melakukan transaksi tukar-menukar, tapi
kegiatan tersebut tetap disertai dengan harapan diperolehnya keridhaan
Allah SWT, dan melarang terjadinya pemaksaan (QS. An-Nisa‟ 4:29).
Oleh karena itu, agar diperoleh suatu keharmonisan dalam sistem
perdagangan, diperlukan suatu “perdagangan yang bermoral”. Rasulullah
SAW. secara jelas telah memberi contoh tentang sistem perdagangan yang
bermoral ini, yaitu perdagangan yang jujur dan adil serta tidak merugikan
kedua belah pihak. Sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Abu
Sa‟id menegaskan: “Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan
dimasukkan dalam golongan para nabi, golongan orang-orang jujur, dan
golongan para syuhada”. Hadis tersebut menunjukkan bahwa dalam setiap
transaksi perdagangan diperintahkan untuk lebih mengutamakan kejujuran
dan memegang teguh kepercayaan yang diberikan orang lain, selain itu
dalam setiap transaksi perdagangan dituntut harus bersikap sopan dan
bertingkah laku baik sebagaimana disebutkan dalam hadis yang
17
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
diriwayatkan oleh Bukhari: “ Rahmat Allah atas orang-orang yang baik
hati ketika ia menjual dan membeli serta ketika membuat keputusan”.18
Berdasarkan hadis tersebut nampak jelas bahwa Muhammad SAW
telah mengajarkan untuk bertindak jujur dan serta bersikap baik dalam
setiap transaksi perdagangan. Dalam hal ini kunci keberhasilan dan
kesuksesan nabi dalam berdagang diantaranya adalah dimilikinya
sifat-sifat terpuji beliau yang sangat dikenal penduduk Mekkah kala itu, yaitu
jujur (shidiq), menyampaikan (tabligh), dapat dipercaya (amanah), dan
bijaksana (fathanah). Menurut Afzalurrahman seperti dikutip oleh
jusmaliani, dkk menyatakan bahwa sikap terpuji itulah merupakan kunci
kesuksesan nabi dalam berdagang. Bersikap adil dan bertindak jujur
merupakan prasyarat penting seseorang dalam melakukan perdagangan, di
samping menjaga hubungan baik dan berlaku ramah tamah kepada mitra
dagang serta para pelanggan. Pedagang yang tidak jujur, meskipun
mendapat keuntungan yang besar, boleh jadi keuntungan tersebut sifatnya
hanya sementara. Ini dikarenakan ketidakjujuran akan menghilangkan
kepercayaan para pelanggan sehingga lama kelamaan akan memundurkan
dan mematikan usahanya.19
18
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 21.
19
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
3. Perdagangan dan Nilai Kejujuran
Selain berkaitan dengan pengertian yang sifatnya eskatologis,
perdagangan dalam Islam merupakan salah satu konsep yang merujuk
pada pengalihan hak kepemilikan harta kekayaan. Seperti halnya paham
ekonomi konvensional, Islam sangat mengutamakan dan mengakui hak
pemilikan individu atas harta kekayaan yang dimilikinya. Namun
pengakuan terhadap hak individu tersebut disertai ketentuan-ketentuan
yang mengikat. Antara lain disebutkan dalam pemilikan individu itu
melekat didalamya hak-hak orang lain, dan hal itu wajib diserahkannya
(zakat). Juga seseorang tidak boleh memanfaatkan kepemilikan individu
tersebut semaunya sendiri, seperti hidup secara boros, berperilaku kikir.20
Konsep penting dalam Islam yang mendasari pengalihan hak
individu tersebut adalah ridha dan ikhlas, dan salah satu syarat penting
untuk mencapai tingkat ridha dan ikhlas yang dimaksud adalah perilaku
yang jujur. Akan tetapi, yang demikian itu sangat khusus sifatnya. Banyak
cara yang dapat ditempuh dalam pengalihan kepemilikan, dan semuanya
berlandaskan pada prinsip ridha dan ikhlas tersebut, diantaranya shadaqoh,
infaq, dan hibah.21
20
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 31.
21
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Perdagangan yang di dalamnya mengandung unsur ketidak jujuran,
pemaksaan, atau penipuan, seperti menimbun barang dengan
mengorbankan kepentingan orang banyak, mencegat penjual di pasar,
menyembunyikan informasi untuk memperoleh keuntungan yang lebih
besar, mengurangi timbangan, menyembunyikan cacat barang dagangan,
dan sebagainya, hukumnya tidak boleh (haram).22
Menurut Yafi dan Karim seperti dikutip oleh jusmaliani, dkk
menyatakan bahwa dalam sejarah umat Islam sendiri, jelas bahwa
perdagangan merupakan salah satu sektor terpenting sumber kemakmuran
masyarakat Madani pada zaman Rasulullah dan zaman Khulafa‟ Ar
-Rasyidin sesudahnya. Bisa dikatakan, perdagangan merupakan faktor
penggerak sektor riil, tidak saja pada zaman Islam awal, tetapi juga sampai
pada masa-masa sekarang.23
Sampai di sini jelas sekali bahwa perdagangan merupakan masalah
penting dan merupakan bagian yang penting pula dalam ekonomi Islam
secara keseluruhan. Begitu pentingnya, masalah perdagangan ini
sampai-sampai hal tersebut ditempatkan sebagai lawan kata atau dipertentangkan
dengan ekonomi riba (prinsip dasar ekonomi konvensional). Dalam QS.
22
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 32.
23
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Al-Baqarah (2) ayat 275 misalnya, dengan jelas ditegaskan “…. Allah menghalalkan jual-beli (perdagangan) dan mengharamkan riba…”24
Seperti yang telah disinggung di atas, di antara nilai-nilai
terpenting sebagai landasan transaksi adalah kejujuran. Di antara
nilai-nilai yang terkait dengan kejujuran, dan yang melengkapinya adalah
amanah (terpercaya).
4. Teori Harga
Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah seperti dikutip oleh Muhammad
Amin Suma, menyatakan bahwa Harga (tsaman) ialah
ukuran/standar/kriteria (al-mi‟yar) yang dengannya dapat dikenali
(ditaksir) nilai harta kekayaan (al-mi‟yar alladzi bihi yu‟rofu taqwim al
amwal). Harga, kata Ibn Qayyim lebih lanjut, wajib dibatasi dan dipatok
sedemikian rupa supaya tidak (mudah) naik atau tidak (mudah) turun
mengingat sifatnya yang spesifik dan akurat.25
Di antara hal penting yang layak dikemukakan tentang persoalan
teori harga dalam ekonomi Islam ialah penyerahannya kepada sistem pasar
yang ditentukan oleh masyarakat pasar. Termasuk dalam hal pengambilan
keuntungan, misalnya berapa persen maksimal keuntungan yang boleh
24
Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah
Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 24.
25
ditarik seorang pedagang atau suatu perusahaan dari modal – termasuk cost- yang telah dikeluarkan.26
Hanya saja, suatu hal yang layak dicatatkan di sini ialah bahwa
suatu ketika Nabi Muhammad SAW pernah mengutus Urwah al-Bariqi,
seraya Nabi memberinya uang satu dinar untuk dibelikan kurban (udhiyah)
atau seekor kambing; kemudian Al-Bariqi membelikan uang yang satu
dinar itu untuk dua ekor kambing. Lalu dia jual (kembali) yang satu ekor
dengan harga satu dinar, sehingga ia pun kemudian pulang dengan
(membawa) seekor kambing dan satu dinar uang tunai (saya menyerahkan
kepada Nabi); dan Nabi pun berdoa untuk al-Bariqi, “Semoga Allah memberkahi jual-belinya, sehingga jika al-Bariqi berjualan pasir
(sekalipun), dia akan memperoleh keuntungan daripadanya”, (Hadis Riwayat Imam lima, kecuali an-Nasa‟i dari Urwah al-Bariqi).27
Dari hadis ini kita bisa memetik pemahaman bahwa tingkat
pengambilan keuntungan masih bisa dilakukan sampai sebesar 100%.
Pembelian seekor kambing dengan harga setengah dinar, yang kemudian
dijual dengan harga satu dinar oleh al-Bariqi, dan kemudian dibenarkan
oleh Nabi; ini mengisyaratkan tentang pembolehan pengambilan
keuntungan sampai 100%. Sebab kalau tidak diperkenankan, tentu Nabi
26
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 184.
27
tidak akan membenarkan tindakan al-Bariqi di atas dan tidak mungkin
mendoakannya.28
5. Barang dan Jasa yang Diharamkan dalam Muamalah
Secara umum, Islam pada dasarnya mempersilahkan manusia
untuk mengonsumsi apa saja yang mereka kehendaki dan mereka kuasai
dari apa saja yang ada di bumi, sejauh barang-barang yang dikonsumsinya
iyu benar-benar halal lahi baik (halalan thayyiban; lawful and good).
Dengan kalimat lain, Islam jelas menghalalkan barang (makanan/minuman
dan lain-lain) yang baik-baik (at-thayyibat;lawful). Pada saat bersamaan,
Islam juga tegas mengharamkan seseorang dari kemungkinan
mengonsumsi makanan/minuman lain-lain yang buruk-buruk (
al-khabisat;unlawful).29 Hal ini dapat dipahami dari sejumlah ayat al-Quran
diantaranya:
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nyata bagimu.”
28
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 184.
29
Al-halal, al-hilal atau al-halil, adalah lawan dari kata al-haram,
artinya halal. Sedangkan thayyib secara harfiah berarti baik, bagus, lezat,
nyaman, dan sehat. Kata al-ashafani, makna kata asal at-thayyib ialah
sesuatu yang oleh indera maupun nafsu dianggap lezat (matastalidzdzuh
al-hawass wa-ma tastalidzdzuh al-nafs). Yang dimaksud dengan
at-thayyib (makanan yang baik) dalam konteks syariah ialah makanan yang
memenuhi (kriteria) boleh dari sisinya yang maupun misalnya dari sisi
bahan bakunya, dari sisi kadar/ukurannya, dari sisi tempat atau asal
usulnya, dari sisi kebaikannya untuk jangka pendek maupun jangka
panjang.
Dari sisi bahan baku, tidak boleh ada bahan baku yang haram. Dari
sisi kadar/ukuran, tidak boleh melampaui batas yang diperlukan
(kebutuhan), bukan keinginan hawa nafsu. Dari sisi perolehan, jelas
asal-usulnya dalam pengertian bersumber dari hal-hal yang halalan-thayyiban.
Dari sisi kebesihan dan kesehatan, dapat dipertanggungjawabkan secara
agama maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dengan
efek dari produk yang dihasilkan, baik itu untuk jangka pendek maupun
jangka panjang.30
Suatu hal yang mutlak perlu diingatkan disini ialah bahwa
barang-barang konsumtif ini ketika dihubungkan dengan teknologi terutama
pengolahan produk pangan di zaman modern sekarang ini mudah
30
tercampur atau bahkan dicampuri dengan barang-barang haram atau paling
sedikit diragukan kehalalannya. Teknologi yang diterapkan dalam
pengolahan makanan (produk pangan) antara lain: pembersihan, sortasi,
grading, pengupasan, pengecilan ukuran, pencampuran, pemisahan,
pemekatan, fermentasi, pemanasan, irradiasi, pengeringan, pendinginan,
proses pengawetan non thermal, pelapisan, pencetakan, dan pengemasan.
Meskipun demikian terdapat teknologi yang mempengaruhi status
halal-haramya produk yang dihasilkan yaitu teknologi penyembelihan,
meskipun karena satu dan lain hal juga tidak akan dibahas di dalam buku
ini.
Kehalalan produk pangan dewasa ini semakin terancam manakala
dihubungkan dengan teknologi pengolahan dan terutama bahan pangan
(bahan baku, bahan penolong, maupun bahan tambahan) yang mudah
tercampur atau dicampur. Terutama produk pangan yang secara umum
terdiri atas tiga macam komponen utama yakni: protein, lemak, dan
karbohidrat. Kerawanan produk pangan terutama terletak pada protein dan
lemak yang berasal usul dari hewan (protein dan lemak hewani). Di sinilah
terletak arti penting dari hikmah pengharaman bangkai dan babi itu secara
dzati dan bersifat mutlak, demi jaminan proteksi atas makanan dan
minuman Islami yang berlebelkan “halalan thayyiban”, dan dari
kemungkinan tercampur apalagi sengaja dicampur dengan bahan-bahan
unsur-unsur khaba‟its (keburukan) sebagaimana disinyalir dalam ayat-ayat
al-Qura‟an yang telah dikutibkan dan diuraikan sebelum ini.31
Belakangan disinyalir banyak produk makanan dan atau minuman
serta kosmetik atau bahkan juga alat-alat kebersihan dan penyucian
(semisal sabun, sikat gigi, dan lain-lain) yang tercampur atau sengaja
dicampuri dengan bahan-bahan yang haram (khususnya bangkai dan babi)
atau bahan-bahan baku yang jelas-jelas mengandung bahaya (mudarat)
misalnya bahan-bahan pengawet dan pewarna seperti formalin dan
lain-lain. Di sini pula terletak arti penting dari kehadiran tuntunan al-Islam
tentang konsep dan resep hidup sehat melalui makanan dan minuman yang
halalan thayyiban. Moto pemerintah yang mendengungkan konsep dan
resep “Empat Sehat Lima Sempurna (nasi, lauk pauk, sayur-mayur,
buah-buahan, dan susu)”, sudah harus disempurnakan menjadi “Empat Sehat
Lima Sempurna, Enam Halal, Tujuh Thayyib”, (nasi, lauk-pauk,
sayur-mayur, buah-buahan, susu, halal, dan thayyib).32
F. Pasar
1. Pengertian Pasar
Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan
(pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang dan jasa tertentu,
31
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 194-195.
32
sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar)
dan jumlah yang diperdagangkan.33
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki
kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu dalam melakukan
pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan.34 Konsep pasar
membawa kita kembali pada konsep pemasaran, di mana pemasaran
merupakan dimensi pertama dan utama dari perusahaan. Definisi dari
pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang berniali satu
sama lain.
Ukuran suatu pasar tergantung pada jumlah pembeli yang berada di
dalam pasar tersebut. Pembeli potensial memiliki tiga karakteristik pokok,
yaitu mempunyai minat, penghasilan, dan akses. Bedasarkan ketiga
karakteristik ini, ada lima level definisi pasar, yaitu:35
a. Pasar potensial (potential market), yaitu sekumpulan konsumen
yang memiliki tingkat minat tertentu terhadap penawaran pasar
tertentu
33
Eko Suprayitno M, Si., Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 205.
34
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, (Jakarta: Salemba Empat, 1995, Edisi 8), h. 14.
35
b. Pasar yang tersedia (available market), yaitu sekumpulan
konsumen yang memiliki minat, penghasilan, dan akses pada
penawaran pasar tertentu
c. Pasar tersedia yang memenuhi syarat (qualified available
market), yaitu sekumpulan konsumen yang memiliki minat,
penghasilan, akses, dan kualifikasi untuk penawaran pasar
tertentu
d. Pasar yang dilayani (served market atau target market), yaitu
sebagian dari qualified available market yang ingin dimasuki
perusahaan
e. Pasar penetrasi (penetration market), yaitu sekumpulan
konsumen yang benar-benar telah membeli produk
1. Jenis-jenis Pasar
Berdasarkan segi fisiknya, pasar diklasifikasikan menjadi:36
a. Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan
pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli
secara langsung biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang
dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
36
b. Pasar Raya
Pasar raya disebut juga dengan toko serba ada atau Toserba,
dalam bahasa Inggris disebut Departmen Store, yaitu suatu bentuk
toko swalayan yang menjual barang dagangan secara eceran. Pada
umumnya toserba lebih besar dari supermarket.
c. Pasar Abstrak
Pasar abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat
dengan kasat mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu secara
langsung, biasanya transaksi dilakukan via telpon , via internet, atau
alat komunikasi lainnya.
d. Pasar swalayan
Secara harfiah, kata ini berarti pasar yang besar. Pasar
swalayan atau supermarket adalah sebuah toko yang menjual segala
kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, minuman, dan lain-lain.
Sedangkan berdasarkan jenis barang yang dijual, pasar terdiri
dari:
a. Pasar Ikan
b. Sayuran
c. Buah-buahan
d. Barang elektronik
f. Bahan bangunan
g. Bursa efek, saham, dan komoditi
Aktivitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan
melibatkan dua subyek pokok, produsen dan konsumen. Kedua subyek
tersebut masing-masing mempunyai peranan yang sangat besar terhdap
pembentukan harga barang di pasar.37
2. Mekanisme Pasar
Gambaran pasar yang Islami adalah pasar yang di dalamnya
terdapat persaingan sehat yang dibingkai dengan nilai dan moralitas Islam.
Nilai dan moralitas Islam itu secara garis besar terbagi dua: Pertama,
norma yang bersifat khas yaitu hanya berlaku untuk muslim. Kedua, Islam
juga sangat memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat umum
dan berlaku secara universal seperti persaingan sehat, kejujuran,
keterbukaan, dan keadilan. Nilai-nilai ini sangat ditekankan dalam Islam
bahkan selalu dikaitkan dengan keimanan kepada Allah. Keterikatan
seorang muslim dengan norma-norma ini akan menjadi sistem pengendali
yang bersifat otomatis bagi pelakunya dalam aktifitas pasar.38
37
Eko Suprayitno M, Si., Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 206.
38
Dengan mengacu kepada al-Quran dan praktek kehidupan pasar
pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, Ibn Taimiyah menyatakan
bahwa ciri khas kehidupan pasar yang Islami adalah:
a. Orang harus bebas untuk keluar dan masuk pasar.
b. Adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan-kekuatan
pasar dan barang-barang dagangan.
c. Unsur-unsur monopolistik harus dilenyapkan dari pasar.
Kolusi antara penjual dan pembeli harus dihilangkan.
d. Adanya kenaikan dan penurunan harga yang disebabkan
naik turunnya tingkat permintaan dan penawaran.
e. Adanya homogenitas dan standarisasi produk agar terhindar
dari pemalsuan produk, penipuan, dan kecurangan kualitas
barang.
f. Terhindar dari penyimpangan terhadap kebebasan ekonomi
yang jujur, seperti sumpah palsu, kecurangan, dalam,
menakar, menimbang, dan menimbang, dan mengukur, dan
niat yang buruk dalam perdagangan.
g. Pelaku pasar juga dilarang menjual barang-barang haram
seperti minuman keras, alat perjudian dan pelacuran, dan
lain-lain.39
39
Dengan memperhatikan kriteria pasar Islami tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pasar Islami itu dibangun atas dasar terjaminnya
persaingan yang sehat yang dibingkai dalam nilai dan moralitas Islam.
Untuk menjamin agar kriteria ini tetap terjaga dengan baik diperlukan
seorang muhtasib yang memiliki peranan aktif dan permanen dalam
menjaga mekanisme pasar yang islami sehingga dapat dijadikan model
bagi peran pemerintah terhadap pasar.
2. Teori Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan
akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat
atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.40
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan
pemahaman dan potensi untuk menindaki yang lantas melekat di benak
seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif
40Nurmala Hayati, ”Pengaruh Kondisi Ekonomi, Tingkat Pendidikan, Persaingan Usaha
terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala
informasi dan data sekadar berkemampuan untuk menginformasikan atau
bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan
untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi untuk
menindaki.
2. Hubungan Pengetahuan terhadap Etika dan Perilaku Bisnis
Dalam proses produksi sebagai suatu struktur dasar aktivitas
perekonomian, tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena
tenaga kerja tersebut bertindak sebagai pelaku ekonomi berbeda dengan
faktor produksi lainnya yang bersifat pasif (seperti: modal, bahan baku,
mesin, dan tanah). Tenaga kerja berkemampuan bertindak aktif, mampu
mempengaruhi dan melakukan manajemen terhadap faktor produksi
lainnya yang terlibat dalam proses produksi (Sonny Sumarsono, 2003).41
Dalam bisnis yang baik, seorang pengusaha yang berkemampuan
bertindak aktif, mampu mempengaruhi dan melakukan manajemen
merupakan faktor penentu keberhasilan dari kegiatan bisnis dengan jalan
yang benar dan baik. Salah satu faktor yang membentuk kemampuan
bertindak aktif yaitu dengan pengetahuan. Berdasarkan uraian-uraian di
atas, maka kita dapat definisikan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari
proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari yang
tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup
41Nurmala Hayati,”Pengaruh Kondisi Ekonomi, Tingkat Pendidikan, Persaingan Usaha