• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA DAN PERILAKU BISNIS ISLAM PEDAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ETIKA DAN PERILAKU BISNIS ISLAM PEDAGANG"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA DAN PERILAKU BISNIS ISLAM PEDAGANG

PADA KAWASAN PASAR PALMERAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

Oleh

Fariihah

NIM: 1110046100156

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Hari ini Kamis, 20 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:

Nama : Fariihah

NIM : 1110046100156

Jurusan : Perbankan Syariah

Judul Skripsi : Etika dan Perilaku Bisnis Islam Pedagang Pada Kawasan

Pasar Palmerah

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi

tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juli 2017

PANITIA UJIAN SKRIPSI

Ketua : AM Hasan Ali, MA (...) NIP. 19751201 200501 1 005

Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc, M.A (...) NIP. 19731215 200501 1 002

Pembimbing : Mu’min Rouf, M.A. (...) NIP. 19700416 199703 1 004

Penguji I : Dr. Hj. Isnawati Rais, M.Ag. (...) NIP. 19571027 198503 2 001

Penguji II : Dr. H. M. Dawud Arif Khan, SE, M.Si, Ak, CPA

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fariihah

NIM : 1110046100156

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Perbankan Syariah

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

ini.

Apabila di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan

telah melalu pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Juni 2017

(5)

iv

ABSTRAK

Fariihah 1110046100156. Etika dan Perilaku Bisnis Pedagang Pasar Palmerah. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana etika bisnis yang ada di Pasar Palmerah dalam hal ini dengan memasukkan faktor ilmu pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha, apakah ketiga faktor tersebut mempengaruhi etika bisnis pedagang Pasar Palmerah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, dimana penulis menyebarkan kuesioner dan menggunakan

probability sampling methode dan menggunakan rumus Slovin2 dalam teknik

pengambilan sampel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linear berganda untuk menguji pengaruh antara variabel ilmu pengetahuan, sosial ekonomi, persaingan usaha.

Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada pedagang Pasar Palmerah menunjukkan prosentase pengaruh dari variabel ilmu pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah sebesar 25,3 %, sedangkan sisanya 74,7% dipengaruhi faktor lain. Hal ini menunjukkan jika ketiga faktor tersebut yaitu ilmu pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha lebih sedikit berpengaruh terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah dibandingkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi.

Selanjutnya, penulis juga melakukan observasi atau pengamatan terhadap beberapa pedagang Pasar Palmerah. Hasil dari observasi penulis adalah peneliti menemukan hal-hal yang tidak sesuai etika bisnis yang dilakukan pedagang Pasar Palmerah. Salah satunya, ad a beberapa pedagang yang memanipulasi timbangan.

Kata Kunci : Etika Bisnis, Perilaku Bisnis, Pengetahuan, Sosial Ekonomi, Persaingan Usaha

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur

teramat dalam atas kehadirat Allah SWT. Limpahan kasih sayang yang telah ia

berikan kepada penulis tiada berbatas. Dialah sumber kekuatan, pentang menyerah

bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun melalui proses

yang sangat panjang yang telah dilalui. Walaupun begitu, penulis yakin bahwa

Allah Maha Segalanya, dia telah menentukan waktu terbaik untuk menyelesaikan

ini semua satu persatu.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda tercinta Nabi

Muhammad SAW. dengan kemulyaan akhlak yang beliau miliki, menghantarkan

umat kepada agama yang lurus, yaitu agama islam. Tak lupa pula kepada para

keluarga, sahabat, dan tabiin yang selalu menjalankan sunah nabi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya masih banyak

terdapat kekurangan. Skripsi ini merupakan hasil karya yang tidak terlepas dari

bantuan serta dukungan banyak pihak, maka sepantasnya penulis mengucapkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Unioversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., M.B.A., selaku Ketua Prodi

Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. AM Hasan Ali, MA., Dan Bapak Dr. Abdurrauf, MA., selaku Ketua dan

sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Mukmin Roup, M.A selaku dosen pembimbing yang sabar

(7)

vi

ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan kasih sayang, rizki, dan

keberkahan yang berlimpah dalam hidupnya. Amin

6. Teruntuk mamah Rubiyati dan Bapak A. Rusman, semoga skripsi ini bisa

membuat kalian bangga kepada penulis.

7. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah banyak

memberikan ilmu yang tiada ternilai harganya.

8. Bapak Suheman selaku Kepala Pasar Palmerah yang bersedia meluangkan

waktunya untuk diwawancarai dan mengizinkan penulis untuk melakukan

penelitian, dan menyebarkan kuesioner kepada para pedagang Pasar

Palmerah. Serta semua pedagang Pasar Palmerah yang bersedia mengisi

kuesioner di sela-sela waktu berdagangnya.

9. Kepada Suami tercinta Iwan Hendrawan, yang telah mendukung penuh

penulis menyelesaikan skripsi ini yang telah tertunda untuk waktu yang

lama, I love you. Serta kepada kedua anakku tercinta Alysia Elma dan

Adhiyasta Aka Pratama untuk segala pengertian kalian kepada mama

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada kedua Adikku tercinta : Muhammad Anshor dan Masykur

Rahman yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.

11.Kepada teman terbaik ku Yuli Susanti, yang berjuang bersama selalu

menasihati dan mendukung untuk menyelesaikan skripsi ini. Illah Fadillah

dan Ibnatul Wadhiyyah, yang selalu memberi bantuan dan masukan dalam

menyelesaikan skripsi ini. Saidah yang selalu bersemangat untuk makan di

kala kita penat mengerjakan skripsi ini. Nur qurrota „Ayun teman pertama

masuk kampus ini, yang memberikan inspirasi bahwa keterbatasan apa

pun bukan penghalang untuk hasil yang baik.

12.Kepada keluarga besar PSD yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh

penulis. Kalian telah memberikan cerita sendiri dalam kehidupan menimba

(8)

vii

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Etika Bisnis 1. Pengertian Etika Bisnis ... 12

2. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis ... 14

B. Etika Bisnis Islam ... 15

(9)

viii

3. Khiar (Al-khiyar) ... 20

4. Menghindari Jual Beli yang Diharamkan dan- Diragukan Kehalalannya ... 21

5. Ihtikar (Penimbunan) ... 21

E. Perilaku Bisnis 1. Pengertian Perilaku Bisnis ... 22

2. Prinsip Perdagangan Rasulullah ... 24

3. Perdagangan dan Nilai Kejujuran ... 25

4. Teori Harga ... 27

5. Barang dan jasa yang Diharamkan dalam Muamalah ... 29

F. Pasar

2. Hubungan Pengetahuan dengan Etika dan- Perilaku Bisnis Islam... 39

H. Teori Sosial Ekonomi 1. Definisi Sosiologi Ekonomi ... 41

2. Hubungan Pengetahuan dengan Etika dan- Perilaku Bisnis Islam... 42

I. Teori Persaingan Usaha 1. Definisi Persaingan Usaha ... 43

2. Hubungan Persaingan Usaha dengan Etika dan- Perilaku Bisnis Islam... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 47

B. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Data Primer ... 48

(10)

ix

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 50

3. Teknik Pengumpulan Data ... 52

C. Metode Analisis Data

a. Uji Koefisien Determinasi ... 59

b. Uji T ... 59

c. Uji F... 59

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 61

B. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji Validitas ... 69

D. Analisis Regresi Berganda ... 78

E. Uji Hipotesis 1. Uji T ... 80

2. Uji F ... 82

(11)

x

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 85

B. Implikasi ... 87

C. Keterbatasan ... 88

D. Saran ... 89

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Jenis Kelamin Pedagang ... 61

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Agama Pedagang ... 62

Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Usia Pedagang ... 63

Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Suku Pedagang... 64

Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Pendidikan Terakhir Pedagang ... 65

Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Jenis Dagangan Pedagang... 66

Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Lama Berdagang Pedagang ... 68

Tabel4.8 Faktor Pengetahuan ... 69

Tabel 4.9 Faktor Sosial Ekonomi ... 70

Tabel 4. 10 Faktor Persaingan Usaha ... 70

Tabel 4. 11 Etika Bisnis Islam ... 71

Tabel 4.12 Reliability Statistic ... 74

Tabel 4. 13 Uji Autokorelasi ... 75

Tabel 4. 14 Uji Multikolinearitas ... 76

Tabel 4.15 Model Summaryb ... 78

Tabel 4. 16 Coefficientsa ... 78

Tabel 4.17 Uji T ... 80

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Uji Normalitas ... 75

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara keempat yang memiliki jumlah

penduduk terbanyak di dunia. Sampai pada tahun 2010 tercatat jumlah

penduduk di Indonesia mencapai kurang lebih 250 juta orang. Namun

sangat disayangkan, angka pengangguran untuk penduduk Indonesia di

atas 10% yaitu 11,47% per September 2013. Angka ini naik 0,1% dari

bulan Maret 2013 yang hanya mencapai 11,37%. Sedangkan tingkat

pengangguran terbuka sendiri mencapai 5,7% pada awal tahun 2014.1 Lapangan pekerjaan yang kurang memadai membuat beberapa orang

berwirausaha atau berbisnis baik dengan modal sendiri atau melalui

pinjaman.

Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran

Islam. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun telah menyatakan bahwa 9

dari 10 pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang (hadis). Artinya,

melalui jalan perdagangan inilah pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka,

sehingga karunia Allah SWT terpancar daripadanya.2 Bisnis sendiri adalah suatu kegiatan individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan

1

Sosial dan Kependudukan, bps.go.id , artikel ini dilihat pada tanggal 20 September 2013.

2

(15)

menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat.

Konsep dagang yang diajarkan Rasulullah ialah apa yang disebut

value driven, artinya menjaga, mempertahankan, menarik nilai-nilai

pelanggan. Konsep ini erat hubungannya dengan relationship marketing,

yaitu berusaha menjalin hubungan erat antara pedagang, produsen, dan

para pelanggan. Rasulullah tidak diragukan lagi dalam ajaran-ajarannya

selalu memperhatikan bagaimana seorang pedagang menjaga hubungan

dengan konsumen, beliau tidak pernah bertengkar dengan pelanggannya.

Karena reputasinya yang lurus dan tepat perhitungan dalam berdagang,

semua orang yang berhubungan dengan beliau selalu merasa senang, puas,

yakin, dan percaya akan kejujuran Rasulullah.3

Kegiatan berdagang Rasulullah menggambarkan jika dalam

berdagang selain mencari keuntungan, kita juga harus menggunakan etika

dalam bisnis kita. Islam mengkombinasikan nilai-nilai spiritual dan

material dalam kesatuan yang seimbang dengan tujuan menjadikan

manusia hidup bahagia di dunia dan akhirat. Tetapi konsep materialistic

yang berkembang sekarang ini telah menyeret manusia pada kondisi di

mana nilai-nilai spiritual terpinggirkan. Hal ini terjadi terutama di

3

(16)

kalangan kaum pebisnis yang pada gilirannya berimbas negatif terhadap

lapisan lain.4

Selain sistem yang perlu diperhatikan, konsep halal haram juga

perlu diperhatikan dalam etika berwirausaha, sekalipun dalam kehidupan

sehari-hari dan kajian akademik masuk wilayah hukum fiqih. Al-Quran

sendiri telah meletakkan konsep dasar halal haram yang berhubungan

dengan transaksi dalam kaitannya dengan akuisisi, disposisi, dan

semacamnya. Selain itu, kasih sayang juga termasuk nilai penting dalam

berbisnis, di sini Islam mewajibkan kasih sayang kepada makhluk. Karena

itu, seorang pedagang tidak boleh menjadikan obsesi terbesarnya dan

tujuan usahanya adalah mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya demi

memenuhi laci atau saldonya di bank.5

Selain etika bisnis yang harus diterapkan, dalam berdagang kita

sebagai umat harus menjalankan etika Islam. Karena berdagang

merupakan salah satu cara untuk mendapatkan rezeki yang diberikan Allah

SWT. Dengan memasukkan etika Islam, keberkahan ekonomi akan kita

peroleh sama seperti yang didambakan Rasulullah SAW, bagi dirinya,

keluarga dan umatnya.

Kalau boleh dikatakan, dalam keberkahan terkandung misteri yang

boleh jadi untuk mengatakannya acapkali tidak mudah dinalarkan akal

4

Drs. Faisal Badroen, MBA, dkk., Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1, h. 3.

5

(17)

sehat meskipun dirasakan. Betapa banyak orang atau keluarga yang dilihat

dari sisi kehartabendaan sesungguhnya tidak tergolong banyak, tetapi

dengan keberkahan atau mereka tetap sejahtera hidup dan kehidupannya.

Sebaliknya, tidak sedikit orang/keluarga yang melimpah ruah harta

kekayaannya, tetapi mencitrakan suasana hidup dan kehidupan rumah

tangga yang merana dan “sengsara”.6

Misteri keberkahan ekonomi dan

keuangan atau tepatnya kehartabendaan ini sangat erat kaitannya dengan

keyakinan keislaman di satu pihak dan etika bisnis islam di pihak lain.7

Walaupun banyak tulisan-tulisan yang memaparkan tentang cara

Rasulullah melakukan kegiatan ekonominya, dalam hal ini berdagang

yang menjunjung tinggi sifat siddiq dan amanah, begitu pula

tulisan-tulisan mengenai etika bisnis baik konvensional maupun Islam. Namun,

dalam realita yang ada apa yang diterapkan Rasulullah maupun beberapa

teori mengenai etika bisnis, banyak yang tidak diterapkan oleh pedagang

atau pebisnis zaman sekarang. Penulis sendiri merupakan seorang

pedagang di kawasan Pasar Palmerah. Tanpa sengaja, terkadang penulis

melihat bagaimana perilaku sesama pedagang yang berjualan di kawasan

tersebut, melanggar etika dalan berdagang atau berbisnis. Contohnya,

pedagang ayam yang barang dagangannya sampai mengeluarkan bau yang

menyengat, timbangan yang dimanipulasi oleh beberapa pedagang, dan

banyak lainnya.

6

Prof. Dr. Drs. H. M. Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Ciputat : Kholam Publishing, 2008), Cet. I, h. 305.

7

(18)

Kondisi pengetahuan pedagang, sosial ekonomi, sampai persaingan

usaha pedagang Pasar Palmerah bisa menjadi alasan mereka melanggar

etika bisnis yang telah ada untuk mencari keuntungan yang

sebesar-besarnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengangkat kasus ini

untuk dijadikan tema skripsi dengan judul “ ETIKA dan PERILAKU

BISNIS ISLAM PEDAGANG PADA KAWASAN PASAR

PALMERAH

B. Identifikasi Masalah

Tujuan orang berbisnis atau berdagang tentunya untuk mencari

keuntungan, yang sebagian keuntungan tersebut digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pedagang pun ingin

mendapatkan keuntungan yang banyak demi kesejahteraan hidupnya.

Banyak cara yang dilakukan pedagang untuk memperoleh untung yang

banyak, seperti menggunakan pemasaran dalam berdagang. Selain itu,

bagi umat islam tentunya mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar diberi

rezeki yang banyak. Namun tidak sedikit yang menggunakan cara yang

instan misalnya, memanipulasi timbangan atau meminta kepada selain

Allah SWT, menjual barang yang tidak layak agar tidak merugi.

Di samping faktor mencari keuntungan, banyak faktor yang

menjadikan pedagang melanggar etika bisnis. Misalnya, faktor

(19)

persaingan usaha para pedagang Pasar Palmerah. Apakah ketiga poin

tersebut merupakan faktor utama? Dan seberapa besar pengaruh ketiga

poin tersebut terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak melebar, penulis

membatasinya pada pengaruh pengetahuan, sosial ekonomi, dan

persaingan usaha terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah. Berikut

rumusan masalahnya:

1. Apakah pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan usaha

mempengaruhi etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?

2. Berapa besar pengaruh pengetahuan, sosial ekonomi, dan

persaingan usaha terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?

3. Di antara ketiga faktor tersebut, mana yang sangat berpengaruh

terhadap etika bisnis pedagang Pasar Palmerah?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan yang diharapkan dalam

penelitian ini adalah:

1. Pengaruh pengetahuan terhadap etika dan perilaku bisnis pedagang

Pasar Palmerah

2. Pengaruh sosial ekonomi terhadap etika dan perilaku bisnis

(20)

3. Pengaruh persaingan usaha terhadap etika dan perilaku bisnis

pedagang Pasar Palmerah

4. Besarnya pengaruh pengetahuan, sosial ekonomi, dan persaingan

usaha terhadap perilaku bisnis pedagang Pasar Palmerah

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi penulis sendiri adalah memberikan

pengetahuan tidak hanya melalui teori-teori yang selama ini dipelajari.

Bagi Akademisi, menambah koleksi penelitian sejenis ini untuk

dijadikan sampel bagaimana kondisi plaku pasar yang ada di seluruh

Indonesia. Dan bagi pelaku pasar sendiri atau para pedagang baik

pemula ataupun berpengalaman, dapat dijadikan tambahan

pengetahuan dalam aktifitas dan tata cara yang baik dalam berdagang.

E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)

Dalam rangka menentukan fokus penelitian, penulis telah

membandingkan dengan penelitian terdahulu guna mendukung materi

yang akan dibahas. Terdapat beberapa penelitian yang telah membahas

etika dan perilaku bisnis Islam di beberapa pasar, yaitu:

1. Yudi Ismawan Sidik (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta) yang berjudul “Pengaruh Faktor Sosial,

Pendidikan, dan Pengalaman Etika Bisnis Pedagang Pasar Bengkok

Tangerang”, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

(21)

pengalaman terhadap etika bisnis pedagang Pasar Bengkok Tangerang.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode

pengumpulan data menggunakan penelitian survey. Dapat disimpulkan

bahwa faktor sosial, pendidikan, dan pengalaman berpengaruh secara

signifikan terhadap etika bisnis pedagang Pasar Bengkok Tangerang.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan ditulis oleh

penulis adalah sama-sama meneliti tentang etika bisnis pedagang yang

ada di pasar. Perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan ditulis

oleh penulis adalah studi kasus yang dilakukan berada di pasar yang

berbeda dengan pasar yang akan menjadi tempat penelitian penulis.

2. Hafiz Juliansyah (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta), yang berjudul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Etika Bisnis Islam Pedagang Pasar Ciputat”, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat tauhid,

keseimbangan, prinsip kehendak bebas, prinsip tanggung jawab, dan

prinsip ihsan pedagang Pasar Ciputat terhadap penerapan etika bisnis

Islam. Dari penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa ihsan,

keseimbangan, dan tanggung jawab merupakan faktor yang paling

dominan berpengaruh terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang

Pasar Ciputat. Sedangkan kehendak bebas dan tauhid tidak

berpengaruh dominan terhadap penerapan etika bisnis Islam pedagang

Pasar Ciputat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan

(22)

pedagang di suatu pasar. Perbedaan penelitian dengan penelitian yang

akan ditulis oleh penulis terletak pada tempat yang dijadikan penelitian

berbeda dengan tempat yang akan dijadikan tempat penelitian oleh

penulis. Keterbatasan dari penelitian ini adalah keterbatasan waktu,

biaya, dan sumber daya manusia dalam hal ini responden.

3. Erik Lesmana (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta) yang berjudul “Implementasi Etika Bisnis Islam

Dalam Menghadapi Persaingan Usaha”, 2010. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana implementasi etika bisnis Islam terhadap

kondisi persaingan usaha pedagang muslim di Pasar Ciputat. Teknik

yang digunakan penelitian ini adalah teknik penarikan sampel dengan

menggunakan survey dan jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Hasil

dari penelitian ini adalah sebagian besar pedagang muslim

mengamalkan ajaran agama ke dalam etika bisnis yang dijalaninya dan

bersaing secara sehat. Akan tetapi, ada pula beberapa pedagang yang

masih bermain curang dalam usaha berdagangnya. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan ditulis oleh penulis yaitu

terletak pada objek yang akan diteliti yaitu pedagang di pasar dan jenis

penelitian yang akan digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang akan ditulis oleh penulis adalah terletak pada tempat

yang diteliti berbeda dengan tempat yang akan diteliti oleh penulis.

4. Jakaria (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

(23)

Market Terhadap Pendapatan Pedagang Tradisional di Pasar

Tradisional Cengkareng, Slipi, dan Palmerah (suatu tinjauan etika

bisnis Islam)”, 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

dampak yang terjadi terhadap pendapatan pedagang tradisional setelah

ekspansi yang dilakukan minimarket di kawasan Pasar Cengkareng,

Slipi, dan Palmerah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif

dengan menggunakan metode penelitian studi lapangan yaitu

wawancara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan dari

pedagang di Pasar Cengkareng, Slipi, dan Palmerah. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian penulis adalah tema yang diteliti

adalah etika bisnis pedagang di pasar. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian penulis adalah studi kasus yang diteliti, serta metode

penelitian yang digunakan.

F. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah,

batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

serta sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini disajikan teori tentang pengertian etika bisnis dan

faktor-faktor dengan etika bisnis Islam, pengertian pasar dan hal-hal yang

(24)

ekonomi, dan persaingan usaha yang merupakan faktor yang

mempengaruhi etika dan perilaku bisnis pedagang Pasar Palmerah.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini.

Sub bab pertama menjelaskan ruang lingkup penelitian, Sub bab kedua

menjelaskan tenteang metode pengumpulan data. Dan sub bab ketiga akan

menjelaskan tentang metode analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini membahas gambaran umum objek, hasil uji instrumen

penelitian, dan hasil observasi penulis.

BAB V : PENUTUP

(25)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Etika Bisnis

Etika bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam

kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis. Masalah etika dan

ketaatan pada hukum yang berlaku merupakan dasar yang kokoh yang

harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan akan menentukan tindakan apa dan

perilaku bagaimana yang akan dilakukan dalam bisnisnya.1

1. Pengertian Etika Bisnis

Kata etika sendiri berasal dari kata ethos yang berasal dari bahasa

Yunani, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika sendiri

diidentikkan dengan moral atau moralitas. Kata moral sendiri berasal dari

bahasa latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” berarti adat

istiadat atau kebiasaan. Jadi, secara umum etika dan moralitas sama-sama

berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup lebih baik

sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat

kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang konsisten

1

(26)

dan berulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana layaknya sebuah

kebiasaan.2

Etika Bisnis diartikan sebagai pengetahuan tentang cara ideal

pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan

moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan

penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan

bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, bisnis mesti mempertimbangkan

unsur-unsur norma dan moralitas yang berlaku di masyarakat. Unsur-unsur

tersebut antara lain:3

a. Manajerial skill, yaitu seorang bisnisman harus mampu mengatur

hidup sendiri beserta dengan keluarganya dan teman-teman

sekelilingnya

b. Konseptual skill, yaitu mampu untuk membuat konsep di dalam

menjalankan pekerjaan dan jabatannya dan mampu untuk

mendelegasikan kepada orang lain

c. Technical skill, harus dimiliki oleh seorang bisnisman yang mampu

memberikan teknik-teknik untuk melaksanakan apa yang terjadi,

pemikiran dan konsepnya, serta memberikan contoh kepada orang lain

atau pihak ketiga

2

Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, (Jakarta: Raja Gofindo Persada, 2011), h. 5.

3

(27)

d. Integritas moral yang tinggi, yaitu harus mampu memilah-milahkan

mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan

2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis

Menurut Sonny keraf (1998), prinsip-prinsip etika bisnis adalah

sebagai berikut:4

a. Prinsip otonomi, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk

mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya

tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

b. Prinsip kejujuran, terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang

bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa

bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas

kejujuran.

c. Prinsip keadilan, menuntut agar setiap orang diperlakukan

secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria

yang rasional objektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.

d. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle),

menuntut agar bisnis dijalanka sedemikian rupa, sehingga

menguntungkan semua pihak.

e. Pihak integritas moral terutama dihayati sebagai tuntutan

internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu

4

(28)

menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan

maupun perusahaannya.

B. Etika Bisnis Islam

Secara sederhana mempelajari etika dalam bisnis berarti

mempelajari tentang mana yang baik/buruk, benar/salah dalam dunia

bisnis berdasarkan prinsip-prinsip moralitas. (Learning what is right or

wrong, and then doing the right thing. “Right thing” based on moral

principle, and others believe the right thing to do depends on the

situation). Kajian Etika bisnis terkadang merujuk kepada management

ethics atau organizational ethics. Etika bisnis dapat berarti pemikiran atau

refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.5

Moralitas di sini, sebagaimana disinggung di atas berarti: aspek

baik/buruk, terpuji/tercela, benar/salah, wajar/tidak wajar, pantas/tidak

pantas dari perilaku manusia. Kemudian dalam kajian etika bisnis Islam

susunan adjective di atas ditambah dengan halal haram (degrees of lawful

and lawful), sebagaimana yang disinyalir oleh Husein Sahatah, di mana

beliau memaparkan sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al islamiyah)

yang dibungkus dengan dhawabith syariah (batasan syariah) atau general

guideline menurut Rafik Issa Beekun.6

5

Drs. Faisal Badroen, MBA, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Ciputat: UIN Jakarta Press), h. 61.

6

(29)

C. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam

1. Itikad Baik

Itikad artinya kepercayaan; keyakinan yang teguh (kuat), juga bisa

diartikan dengan kemauan dan maksud. Dengan demikian, maka yang

dimaksud dengan itikad baik dalam tulisan ini adalah kemauan, maksud

atau tepatnya keyakinan yang baik untuk melakukan bisnis dan memenuhi

hal-hal yang bertalian dengan berbisnis. Kemauan, maksud atau keyakinan

adalah perbuatan kata hati.

Dalam ajaran Islam, ada satu ajaran yang dikenal dengan niat, yang

menjadi pangkal tolak pekerjaan hati. Dengan redaksi lain, pangkal tolak

pekerjaan hati adalah niat (an-niyyah), yaitu: maksud/tujuan, kehendak

atau janji yang amat sangat kuat untuk melakukan (melaksanakan) sesuatu.

Dalam lapangan ibadah, atau bahkan juga muamalah, niat merupakan

salah satu hal yang dianggap penting dalam menentukan baik-buruk atau

ada tidaknya sesuatu-dalam konteks ini bisnis atau dagang. Sampai-sampai

hadis nabi Muhammad SAW menyatakan bahwasanya perbuatan itu

bergantung atau ditentukan oleh niatnya (innamal‟a‟mal binniyati). Itulah

sebabnya mengapa ibadah yang tanpa niat dinyatakan tidak sah.7

7

(30)

2. Kejujuran

Jujur adalah lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata

apa adanya); tidak curang; tulus; ikhlas. Kejujuran adalah sifat (keadaan)

jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati); atau sifat yang suka akan

kebenaran. Suatu petersetujuan tertentu berupa rangkaian kata-kata

sebagai gambaran dari suatu perhubungan antara kedua belah pihak.

Seperti halnya dengan sebuah buah perbuatan seorang manusia, maka

gambaran ini tidak ada yang sempurna. Kalau orang mulai melaksanakan

persetujuan itu, timbullah bermacam-macam persoalan yang pada waktu

persetujuan terbentuk, sama sekali tidak atau hanya sedikit nampak pada

alam pikiran dan alam perasaan kedua belah pihak. Di sinilah arti penting

dari makna kejujuran, yang harus dikejar dalam melaksanakan

persetujuan.8

3. Kesetiaan/Kepatuhan

Setia artinya berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan

sebagainya); patuh; taat. Kesetiaan maksudnya keteguhan hati, ketaatan

(dalam persahabatan, perhambaan, dan sebagainya); kepatuhan. Patuh

artinya penurut, dengar-dengaran, taat; suka menurut (perintah dan

sebagainya); taat (pada perintah, aturam, dan sebagainya); berdisiplin;

sedangkan kepatuhan artyinya sifat patuh; keadaan patuh; atau ketaatan.

Memperhatikan definisi kesetiaan di satu pihak, dan kepatuhan di pihak

8

(31)

lain, tampak ada kesamaan dan kesenyawaan. Maksudnya, kesetiaan

melahirkan kepatuhan, dan kepatuhan melahirkan kesetiaan.9

Kesetiaan dan kepatuhan ini menjadi sangat penting dalam dunia

bisnis, lebih-lebih dunia bisnis Islami. Kesetiaan lebih dipentingkan

daripada di dunia barat sekarang ini. Kesetiaan itu mencakup hubungan

antara suatu perusahaan dengan para pelanggannya dan perusahaan lain,

serta hubungan antara majikan dengan karyawan dan hal ini berlaku secara

timbal balik. Kesetiaan itu dapat mencakup para relasi bukan Islam

walaupun orang itu acapkali merasa seolah-olah ia berhadapan dengan

suatu lingkungan yang tertutup. Dalam hubungan dagang (bisnis),

kesetiaan timbal balik antara pelanggan dengan para pemasok (supplier)

langgannannya sangat jelas. Di pasar eceran (sekalipun) para pelanggan

tidak bisa berkeliling mencari barang (shopping around), mereka

mendatangi toko langganannya, dengan demikian lebih baik untuk

mengenal pedagang langganannya itu.10

Itikad baik, kejujuran dan kepatuhan adalah tiga hal (serangkai)

yang amat penting dalam soal pelaksanaan persetujuan setiap akad, apalagi

akad bisnis. Kejujuran dan kepatuhan yang telah diuraikan di atas

merupakan dua hal yang sesungguhnya mendapatkan perhatian serius baik

dari wahyu illahi maupun undang-undang. Demikian pula dari

9

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 311.

10

(32)

kecendrungan hakiki masyarakat pasar pada umumnya dan para pebisnis

pada khususnya.

D. Etika Bisnis Dalam Pasar

1. Tawar-menawar

Hampir semua orang tahu bahwa tawar-menawar antara pembeli

dan penjual adalah merupakan salah satu ciri khusus yang ada dalam dunia

perekonomian pasar, termasuk di dalamnya pasar-pasar Islam/Islami.

Dalam hal tawar menawar, ekonomi perdagangan Islam memberikan

tuntutan etika yang sangat berharga, yaitu larangan mencampuri apalagi

mengganjal penawaran yang tengah diajukan oleh orang/pihak lain.11

Yang dimaksud dengan “larangan menjual atas jualan saudaranya”

yaitu misalnya seseorang (A) sedang melakukan tawar-menawar dengan

orang lain (B), kemudian orang lain (C) mendatangi/menemui A dengan

menawarkan barang yang sama dengan harga yang lebih murah dari yang

ditawarkan B.12

2. Larangan Banyak Sumpah

Di antara hal yang sering dijumpai di pasar ialah kata-kata sumpah

atau yang sejenisnya yang biasa meluncur dari mulut-mulut pedagang

dalam upaya menawarkan dan “mempengaruhi” calon pembeli

11

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 317.

12

(33)

(konsumen) terutama dalam proses tawar-menawar menuju harga jadi.

Misalnya: “barang ini sungguh baik,” “sungguh ini hanya penglaris,”

“sungguh saya tidak beruntung,” “saya berani sumpah tidak bohong,” dan

lain-lain yang semakna dengan ini. Permainan (silat) kata-kata seperti itu,

apalagi dengan sumpah yang melibatkan nama Allah, merupaka perbuatan

yang dilarang oleh nabi Muhammad saw melalui sabdanya: “Sumpah itu (boleh jadi) melariskan barang dagangan; akan tetapi (sumpah itu)

menghapuskan keberkahan.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dan lain-lain, dari

Abi Hurairah ra).”13

3. Khiar (al-khiyar)

Khiar berasal dari kata Arab al-khiyar, artinya pilihan. Yang

dimaksud dengan hak khiar dalam dunia usaha ialah hak para pihak untuk

menghentikan (membatalkan) suatu akad (transaksi) disebabkan

alasan-alasan yang dibenarkan. Khiar sering dikenal dengan sebutan khiyar

al-mutabayi‟ain setiap transaksi jual beli yang telah disepakati para pihak

pada dasarnya adalah sah, hanya saja bagi setiap pihak ada hak khiar

(memilih) yaitu hak untuk membatalkan akad yang telah disepakati para

pihak disebabkan ada alas an yang lebih mendesak. Hak khiar itu ada yang

berhubungan dengan fisik, dalam arti selama para pihak yang melakukan

transaksi jual beli masih berada (kumpul) dalam satu tempat/di tempat

yang sama (belum berpisah), dan nada pula hak khiar yang didasarkan atas

13

(34)

adanya kecacatan pada barang/jas yang diperdagangkan. Khiar dalam

bentuk yang kedua ini lazim dikenal dengan sebutan khiyar al-„aib.14

4. Menghindari jual-beli yang diharamkan dan diragukan

kehalalannya

Secara umum, Allah swt menghalalkan jual-beli (perdagangan) dan

mengharamkan riba. Jual beli yang dihalalkan pada dasarnya adalah jual

beli yang mabrur, yakni jual-beli yang bersih dari unsur-unsur keharaman,

kemaksiatan, dan kemungkaran (al-munkarat). Demikian kalimat lain,

transaksi dagang (bisnis) yang di dalamnya terkandung unsur-unsur

keharaman, kemaksiatan, dan kemunkaran hukumnya adalah haram, dan

karenanya maka tidaklah termasuk ke dalam jenis-jenis jual-beli mabrur

yang dihalalkan Allah SWT.15

5. Ihtikar (penimbunan)

Ihktikar (al-ihtikar) ialah pembelian barang (dagangan) yang

dilakukan dengan maksud untuk menahan (ditimbun) dalam jangka waktu

tertentu sehingga menjadi langka barangnya dan menjadi mahal harganya.

Ada sejumlah hadis nabi pada intinya melarang dan mencela tindakan

ihtikar (menimbun). Di antaranya: “Orang yang menimbun barang

dagangan, dia itu adalah salah.” (Hadis Riwayat Abu Dawud, at-Tarmidzi

dan Muslim dari Ma;mar ra). “ Orang yang menimbun makanan selama 40

14

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 319.

15

(35)

malam, maka orang itu (berarti) melepas dirinya dari Allah, dan Allah

lepaskan orang itu daripada Nya.” (Hadis riwayat Ahmad, al-Hakim, Ibn Abi Syaibah dan al-Bazzar).16

E. Perilaku Bisnis

1. Pengertian Perilaku Bisnis

Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain :

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca,

dan sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,

2003). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala

perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Pengertian

perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,

bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai

macam aspek, baik fisik maupun non fisik.

2. Prinsip Perdagangan Rasulullah

Dalam ilmu ekonomi, perdagangan secara konvensional diartikan

sebagai proses saling tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak

sukarela dari masing-masing pihak. Mereka yang terlibat dalam aktifitas

16

(36)

perdagangan dapat menentukan keuntungan maupun kerugian dari

kegiatan tukar menukar secara bebas itu.17

Sebaliknya prinsip yang dasar perdagangan menurut Islam adalah

adanya unsur kebebasan dalam melakukan transaksi tukar-menukar, tapi

kegiatan tersebut tetap disertai dengan harapan diperolehnya keridhaan

Allah SWT, dan melarang terjadinya pemaksaan (QS. An-Nisa‟ 4:29).

Oleh karena itu, agar diperoleh suatu keharmonisan dalam sistem

perdagangan, diperlukan suatu “perdagangan yang bermoral”. Rasulullah

SAW. secara jelas telah memberi contoh tentang sistem perdagangan yang

bermoral ini, yaitu perdagangan yang jujur dan adil serta tidak merugikan

kedua belah pihak. Sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Abu

Sa‟id menegaskan: “Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan

dimasukkan dalam golongan para nabi, golongan orang-orang jujur, dan

golongan para syuhada”. Hadis tersebut menunjukkan bahwa dalam setiap

transaksi perdagangan diperintahkan untuk lebih mengutamakan kejujuran

dan memegang teguh kepercayaan yang diberikan orang lain, selain itu

dalam setiap transaksi perdagangan dituntut harus bersikap sopan dan

bertingkah laku baik sebagaimana disebutkan dalam hadis yang

17

Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah

(37)

diriwayatkan oleh Bukhari: “ Rahmat Allah atas orang-orang yang baik

hati ketika ia menjual dan membeli serta ketika membuat keputusan”.18

Berdasarkan hadis tersebut nampak jelas bahwa Muhammad SAW

telah mengajarkan untuk bertindak jujur dan serta bersikap baik dalam

setiap transaksi perdagangan. Dalam hal ini kunci keberhasilan dan

kesuksesan nabi dalam berdagang diantaranya adalah dimilikinya

sifat-sifat terpuji beliau yang sangat dikenal penduduk Mekkah kala itu, yaitu

jujur (shidiq), menyampaikan (tabligh), dapat dipercaya (amanah), dan

bijaksana (fathanah). Menurut Afzalurrahman seperti dikutip oleh

jusmaliani, dkk menyatakan bahwa sikap terpuji itulah merupakan kunci

kesuksesan nabi dalam berdagang. Bersikap adil dan bertindak jujur

merupakan prasyarat penting seseorang dalam melakukan perdagangan, di

samping menjaga hubungan baik dan berlaku ramah tamah kepada mitra

dagang serta para pelanggan. Pedagang yang tidak jujur, meskipun

mendapat keuntungan yang besar, boleh jadi keuntungan tersebut sifatnya

hanya sementara. Ini dikarenakan ketidakjujuran akan menghilangkan

kepercayaan para pelanggan sehingga lama kelamaan akan memundurkan

dan mematikan usahanya.19

18

Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah

Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 21.

19

Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah

(38)

3. Perdagangan dan Nilai Kejujuran

Selain berkaitan dengan pengertian yang sifatnya eskatologis,

perdagangan dalam Islam merupakan salah satu konsep yang merujuk

pada pengalihan hak kepemilikan harta kekayaan. Seperti halnya paham

ekonomi konvensional, Islam sangat mengutamakan dan mengakui hak

pemilikan individu atas harta kekayaan yang dimilikinya. Namun

pengakuan terhadap hak individu tersebut disertai ketentuan-ketentuan

yang mengikat. Antara lain disebutkan dalam pemilikan individu itu

melekat didalamya hak-hak orang lain, dan hal itu wajib diserahkannya

(zakat). Juga seseorang tidak boleh memanfaatkan kepemilikan individu

tersebut semaunya sendiri, seperti hidup secara boros, berperilaku kikir.20

Konsep penting dalam Islam yang mendasari pengalihan hak

individu tersebut adalah ridha dan ikhlas, dan salah satu syarat penting

untuk mencapai tingkat ridha dan ikhlas yang dimaksud adalah perilaku

yang jujur. Akan tetapi, yang demikian itu sangat khusus sifatnya. Banyak

cara yang dapat ditempuh dalam pengalihan kepemilikan, dan semuanya

berlandaskan pada prinsip ridha dan ikhlas tersebut, diantaranya shadaqoh,

infaq, dan hibah.21

20

Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah

Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 31.

21

Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah

(39)

Perdagangan yang di dalamnya mengandung unsur ketidak jujuran,

pemaksaan, atau penipuan, seperti menimbun barang dengan

mengorbankan kepentingan orang banyak, mencegat penjual di pasar,

menyembunyikan informasi untuk memperoleh keuntungan yang lebih

besar, mengurangi timbangan, menyembunyikan cacat barang dagangan,

dan sebagainya, hukumnya tidak boleh (haram).22

Menurut Yafi dan Karim seperti dikutip oleh jusmaliani, dkk

menyatakan bahwa dalam sejarah umat Islam sendiri, jelas bahwa

perdagangan merupakan salah satu sektor terpenting sumber kemakmuran

masyarakat Madani pada zaman Rasulullah dan zaman Khulafa‟ Ar

-Rasyidin sesudahnya. Bisa dikatakan, perdagangan merupakan faktor

penggerak sektor riil, tidak saja pada zaman Islam awal, tetapi juga sampai

pada masa-masa sekarang.23

Sampai di sini jelas sekali bahwa perdagangan merupakan masalah

penting dan merupakan bagian yang penting pula dalam ekonomi Islam

secara keseluruhan. Begitu pentingnya, masalah perdagangan ini

sampai-sampai hal tersebut ditempatkan sebagai lawan kata atau dipertentangkan

dengan ekonomi riba (prinsip dasar ekonomi konvensional). Dalam QS.

22

Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah

Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 32.

23

Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah

(40)

Al-Baqarah (2) ayat 275 misalnya, dengan jelas ditegaskan “…. Allah menghalalkan jual-beli (perdagangan) dan mengharamkan riba…”24

Seperti yang telah disinggung di atas, di antara nilai-nilai

terpenting sebagai landasan transaksi adalah kejujuran. Di antara

nilai-nilai yang terkait dengan kejujuran, dan yang melengkapinya adalah

amanah (terpercaya).

4. Teori Harga

Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah seperti dikutip oleh Muhammad

Amin Suma, menyatakan bahwa Harga (tsaman) ialah

ukuran/standar/kriteria (al-mi‟yar) yang dengannya dapat dikenali

(ditaksir) nilai harta kekayaan (al-mi‟yar alladzi bihi yu‟rofu taqwim al

amwal). Harga, kata Ibn Qayyim lebih lanjut, wajib dibatasi dan dipatok

sedemikian rupa supaya tidak (mudah) naik atau tidak (mudah) turun

mengingat sifatnya yang spesifik dan akurat.25

Di antara hal penting yang layak dikemukakan tentang persoalan

teori harga dalam ekonomi Islam ialah penyerahannya kepada sistem pasar

yang ditentukan oleh masyarakat pasar. Termasuk dalam hal pengambilan

keuntungan, misalnya berapa persen maksimal keuntungan yang boleh

24

Eri herzegofina Fansuri, “Etika Bisnis Masyarakat Muslim Dalam Berdagang: Studi Pengawasan Aktivitas Ekonomi Di Lingkungan Lembaga Pendidikan Pesantren Asshidiqiyyah

Pusat”, (Sktipsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 24.

25

(41)

ditarik seorang pedagang atau suatu perusahaan dari modal – termasuk cost- yang telah dikeluarkan.26

Hanya saja, suatu hal yang layak dicatatkan di sini ialah bahwa

suatu ketika Nabi Muhammad SAW pernah mengutus Urwah al-Bariqi,

seraya Nabi memberinya uang satu dinar untuk dibelikan kurban (udhiyah)

atau seekor kambing; kemudian Al-Bariqi membelikan uang yang satu

dinar itu untuk dua ekor kambing. Lalu dia jual (kembali) yang satu ekor

dengan harga satu dinar, sehingga ia pun kemudian pulang dengan

(membawa) seekor kambing dan satu dinar uang tunai (saya menyerahkan

kepada Nabi); dan Nabi pun berdoa untuk al-Bariqi, “Semoga Allah memberkahi jual-belinya, sehingga jika al-Bariqi berjualan pasir

(sekalipun), dia akan memperoleh keuntungan daripadanya”, (Hadis Riwayat Imam lima, kecuali an-Nasa‟i dari Urwah al-Bariqi).27

Dari hadis ini kita bisa memetik pemahaman bahwa tingkat

pengambilan keuntungan masih bisa dilakukan sampai sebesar 100%.

Pembelian seekor kambing dengan harga setengah dinar, yang kemudian

dijual dengan harga satu dinar oleh al-Bariqi, dan kemudian dibenarkan

oleh Nabi; ini mengisyaratkan tentang pembolehan pengambilan

keuntungan sampai 100%. Sebab kalau tidak diperkenankan, tentu Nabi

26

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 184.

27

(42)

tidak akan membenarkan tindakan al-Bariqi di atas dan tidak mungkin

mendoakannya.28

5. Barang dan Jasa yang Diharamkan dalam Muamalah

Secara umum, Islam pada dasarnya mempersilahkan manusia

untuk mengonsumsi apa saja yang mereka kehendaki dan mereka kuasai

dari apa saja yang ada di bumi, sejauh barang-barang yang dikonsumsinya

iyu benar-benar halal lahi baik (halalan thayyiban; lawful and good).

Dengan kalimat lain, Islam jelas menghalalkan barang (makanan/minuman

dan lain-lain) yang baik-baik (at-thayyibat;lawful). Pada saat bersamaan,

Islam juga tegas mengharamkan seseorang dari kemungkinan

mengonsumsi makanan/minuman lain-lain yang buruk-buruk (

al-khabisat;unlawful).29 Hal ini dapat dipahami dari sejumlah ayat al-Quran

diantaranya:

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nyata bagimu.”

28

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 184.

29

(43)

Al-halal, al-hilal atau al-halil, adalah lawan dari kata al-haram,

artinya halal. Sedangkan thayyib secara harfiah berarti baik, bagus, lezat,

nyaman, dan sehat. Kata al-ashafani, makna kata asal at-thayyib ialah

sesuatu yang oleh indera maupun nafsu dianggap lezat (matastalidzdzuh

al-hawass wa-ma tastalidzdzuh al-nafs). Yang dimaksud dengan

at-thayyib (makanan yang baik) dalam konteks syariah ialah makanan yang

memenuhi (kriteria) boleh dari sisinya yang maupun misalnya dari sisi

bahan bakunya, dari sisi kadar/ukurannya, dari sisi tempat atau asal

usulnya, dari sisi kebaikannya untuk jangka pendek maupun jangka

panjang.

Dari sisi bahan baku, tidak boleh ada bahan baku yang haram. Dari

sisi kadar/ukuran, tidak boleh melampaui batas yang diperlukan

(kebutuhan), bukan keinginan hawa nafsu. Dari sisi perolehan, jelas

asal-usulnya dalam pengertian bersumber dari hal-hal yang halalan-thayyiban.

Dari sisi kebesihan dan kesehatan, dapat dipertanggungjawabkan secara

agama maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dengan

efek dari produk yang dihasilkan, baik itu untuk jangka pendek maupun

jangka panjang.30

Suatu hal yang mutlak perlu diingatkan disini ialah bahwa

barang-barang konsumtif ini ketika dihubungkan dengan teknologi terutama

pengolahan produk pangan di zaman modern sekarang ini mudah

30

(44)

tercampur atau bahkan dicampuri dengan barang-barang haram atau paling

sedikit diragukan kehalalannya. Teknologi yang diterapkan dalam

pengolahan makanan (produk pangan) antara lain: pembersihan, sortasi,

grading, pengupasan, pengecilan ukuran, pencampuran, pemisahan,

pemekatan, fermentasi, pemanasan, irradiasi, pengeringan, pendinginan,

proses pengawetan non thermal, pelapisan, pencetakan, dan pengemasan.

Meskipun demikian terdapat teknologi yang mempengaruhi status

halal-haramya produk yang dihasilkan yaitu teknologi penyembelihan,

meskipun karena satu dan lain hal juga tidak akan dibahas di dalam buku

ini.

Kehalalan produk pangan dewasa ini semakin terancam manakala

dihubungkan dengan teknologi pengolahan dan terutama bahan pangan

(bahan baku, bahan penolong, maupun bahan tambahan) yang mudah

tercampur atau dicampur. Terutama produk pangan yang secara umum

terdiri atas tiga macam komponen utama yakni: protein, lemak, dan

karbohidrat. Kerawanan produk pangan terutama terletak pada protein dan

lemak yang berasal usul dari hewan (protein dan lemak hewani). Di sinilah

terletak arti penting dari hikmah pengharaman bangkai dan babi itu secara

dzati dan bersifat mutlak, demi jaminan proteksi atas makanan dan

minuman Islami yang berlebelkan “halalan thayyiban”, dan dari

kemungkinan tercampur apalagi sengaja dicampur dengan bahan-bahan

(45)

unsur-unsur khaba‟its (keburukan) sebagaimana disinyalir dalam ayat-ayat

al-Qura‟an yang telah dikutibkan dan diuraikan sebelum ini.31

Belakangan disinyalir banyak produk makanan dan atau minuman

serta kosmetik atau bahkan juga alat-alat kebersihan dan penyucian

(semisal sabun, sikat gigi, dan lain-lain) yang tercampur atau sengaja

dicampuri dengan bahan-bahan yang haram (khususnya bangkai dan babi)

atau bahan-bahan baku yang jelas-jelas mengandung bahaya (mudarat)

misalnya bahan-bahan pengawet dan pewarna seperti formalin dan

lain-lain. Di sini pula terletak arti penting dari kehadiran tuntunan al-Islam

tentang konsep dan resep hidup sehat melalui makanan dan minuman yang

halalan thayyiban. Moto pemerintah yang mendengungkan konsep dan

resep “Empat Sehat Lima Sempurna (nasi, lauk pauk, sayur-mayur,

buah-buahan, dan susu)”, sudah harus disempurnakan menjadi “Empat Sehat

Lima Sempurna, Enam Halal, Tujuh Thayyib”, (nasi, lauk-pauk,

sayur-mayur, buah-buahan, susu, halal, dan thayyib).32

F. Pasar

1. Pengertian Pasar

Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan

(pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang dan jasa tertentu,

31

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 194-195.

32

(46)

sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar)

dan jumlah yang diperdagangkan.33

Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki

kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu dalam melakukan

pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan.34 Konsep pasar

membawa kita kembali pada konsep pemasaran, di mana pemasaran

merupakan dimensi pertama dan utama dari perusahaan. Definisi dari

pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan

kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan

menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang berniali satu

sama lain.

Ukuran suatu pasar tergantung pada jumlah pembeli yang berada di

dalam pasar tersebut. Pembeli potensial memiliki tiga karakteristik pokok,

yaitu mempunyai minat, penghasilan, dan akses. Bedasarkan ketiga

karakteristik ini, ada lima level definisi pasar, yaitu:35

a. Pasar potensial (potential market), yaitu sekumpulan konsumen

yang memiliki tingkat minat tertentu terhadap penawaran pasar

tertentu

33

Eko Suprayitno M, Si., Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 205.

34

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, (Jakarta: Salemba Empat, 1995, Edisi 8), h. 14.

35

(47)

b. Pasar yang tersedia (available market), yaitu sekumpulan

konsumen yang memiliki minat, penghasilan, dan akses pada

penawaran pasar tertentu

c. Pasar tersedia yang memenuhi syarat (qualified available

market), yaitu sekumpulan konsumen yang memiliki minat,

penghasilan, akses, dan kualifikasi untuk penawaran pasar

tertentu

d. Pasar yang dilayani (served market atau target market), yaitu

sebagian dari qualified available market yang ingin dimasuki

perusahaan

e. Pasar penetrasi (penetration market), yaitu sekumpulan

konsumen yang benar-benar telah membeli produk

1. Jenis-jenis Pasar

Berdasarkan segi fisiknya, pasar diklasifikasikan menjadi:36

a. Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan

pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli

secara langsung biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan

biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang

dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.

36

(48)

b. Pasar Raya

Pasar raya disebut juga dengan toko serba ada atau Toserba,

dalam bahasa Inggris disebut Departmen Store, yaitu suatu bentuk

toko swalayan yang menjual barang dagangan secara eceran. Pada

umumnya toserba lebih besar dari supermarket.

c. Pasar Abstrak

Pasar abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat

dengan kasat mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu secara

langsung, biasanya transaksi dilakukan via telpon , via internet, atau

alat komunikasi lainnya.

d. Pasar swalayan

Secara harfiah, kata ini berarti pasar yang besar. Pasar

swalayan atau supermarket adalah sebuah toko yang menjual segala

kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, minuman, dan lain-lain.

Sedangkan berdasarkan jenis barang yang dijual, pasar terdiri

dari:

a. Pasar Ikan

b. Sayuran

c. Buah-buahan

d. Barang elektronik

(49)

f. Bahan bangunan

g. Bursa efek, saham, dan komoditi

Aktivitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan

melibatkan dua subyek pokok, produsen dan konsumen. Kedua subyek

tersebut masing-masing mempunyai peranan yang sangat besar terhdap

pembentukan harga barang di pasar.37

2. Mekanisme Pasar

Gambaran pasar yang Islami adalah pasar yang di dalamnya

terdapat persaingan sehat yang dibingkai dengan nilai dan moralitas Islam.

Nilai dan moralitas Islam itu secara garis besar terbagi dua: Pertama,

norma yang bersifat khas yaitu hanya berlaku untuk muslim. Kedua, Islam

juga sangat memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat umum

dan berlaku secara universal seperti persaingan sehat, kejujuran,

keterbukaan, dan keadilan. Nilai-nilai ini sangat ditekankan dalam Islam

bahkan selalu dikaitkan dengan keimanan kepada Allah. Keterikatan

seorang muslim dengan norma-norma ini akan menjadi sistem pengendali

yang bersifat otomatis bagi pelakunya dalam aktifitas pasar.38

37

Eko Suprayitno M, Si., Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 206.

38

(50)

Dengan mengacu kepada al-Quran dan praktek kehidupan pasar

pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, Ibn Taimiyah menyatakan

bahwa ciri khas kehidupan pasar yang Islami adalah:

a. Orang harus bebas untuk keluar dan masuk pasar.

b. Adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan-kekuatan

pasar dan barang-barang dagangan.

c. Unsur-unsur monopolistik harus dilenyapkan dari pasar.

Kolusi antara penjual dan pembeli harus dihilangkan.

d. Adanya kenaikan dan penurunan harga yang disebabkan

naik turunnya tingkat permintaan dan penawaran.

e. Adanya homogenitas dan standarisasi produk agar terhindar

dari pemalsuan produk, penipuan, dan kecurangan kualitas

barang.

f. Terhindar dari penyimpangan terhadap kebebasan ekonomi

yang jujur, seperti sumpah palsu, kecurangan, dalam,

menakar, menimbang, dan menimbang, dan mengukur, dan

niat yang buruk dalam perdagangan.

g. Pelaku pasar juga dilarang menjual barang-barang haram

seperti minuman keras, alat perjudian dan pelacuran, dan

lain-lain.39

39

(51)

Dengan memperhatikan kriteria pasar Islami tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa pasar Islami itu dibangun atas dasar terjaminnya

persaingan yang sehat yang dibingkai dalam nilai dan moralitas Islam.

Untuk menjamin agar kriteria ini tetap terjaga dengan baik diperlukan

seorang muhtasib yang memiliki peranan aktif dan permanen dalam

menjaga mekanisme pasar yang islami sehingga dapat dijadikan model

bagi peran pemerintah terhadap pasar.

2. Teori Pengetahuan

1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau

disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah

berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan

akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya

untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat

atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang

mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan

pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.40

Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan

pemahaman dan potensi untuk menindaki yang lantas melekat di benak

seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif

40Nurmala Hayati, ”Pengaruh Kondisi Ekonomi, Tingkat Pendidikan, Persaingan Usaha

(52)

terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala

informasi dan data sekadar berkemampuan untuk menginformasikan atau

bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan

untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi untuk

menindaki.

2. Hubungan Pengetahuan terhadap Etika dan Perilaku Bisnis

Dalam proses produksi sebagai suatu struktur dasar aktivitas

perekonomian, tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena

tenaga kerja tersebut bertindak sebagai pelaku ekonomi berbeda dengan

faktor produksi lainnya yang bersifat pasif (seperti: modal, bahan baku,

mesin, dan tanah). Tenaga kerja berkemampuan bertindak aktif, mampu

mempengaruhi dan melakukan manajemen terhadap faktor produksi

lainnya yang terlibat dalam proses produksi (Sonny Sumarsono, 2003).41

Dalam bisnis yang baik, seorang pengusaha yang berkemampuan

bertindak aktif, mampu mempengaruhi dan melakukan manajemen

merupakan faktor penentu keberhasilan dari kegiatan bisnis dengan jalan

yang benar dan baik. Salah satu faktor yang membentuk kemampuan

bertindak aktif yaitu dengan pengetahuan. Berdasarkan uraian-uraian di

atas, maka kita dapat definisikan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari

proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari yang

tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup

41Nurmala Hayati,”Pengaruh Kondisi Ekonomi, Tingkat Pendidikan, Persaingan Usaha

Gambar

Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas 77
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif  Jenis Kelamin Pedagang
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Agama Pedagang
Tabel 4.3 analisis Deskriptif Usia Pedagang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, pemahaman mahasiswa terhadap materi juga meningkat yang dapat dibuktikan dengan kemampuan mehasiswa menyelesaikan tugas tanpa bantuan dosen, dari 25% menjadi 100%

Kelas menengah Muslim Indonesia saat sekarang tumbuh sebagai kelas yang ingin memperlihatkan identitas Islamnya, saat yang sama tetap diakui sebagai bagian dari

Rasio FDR yang menunjukkan ketersediaan sumber dana dari pihak ketiga untuk akan mempermudah bank syariah dalam menyalurkan pembiayaannya sehingga pada akhirnya

bersama-sama melakukan penguasaan pemasaran atas jasa bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok yang tidak terbukti menghambat pelaku usaha pesaingnya, untuk

Bahwa dengan adanya pengulangan lafaẓ “ميحرناَ نمحرنا” dalam surat al- Fātiḥah (tikrār) yang terdapat dalam bismillah sebagaimana dijelaskan oleh

– Dapat bekerja seperti DBMS yg ada – Mendukung model data spasial, tipe data abstrak spasial (ADT /Abstract Data Type ) & bahasa queri yg dapat memanggil ADT.. –

Pertambahan bobot tertinggi terjadi pada ikan kerapu hibrid yang diberi perlakuan pakan dengan bakteri probiotik (237±0,04%) diikuti pakan dengan enzim

Transliterasi yang digunakan Fakultas syariah Universitas Islam Negeri Malang (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang menggunakan EYD plus, yaitu transliterasi yang didasarkan