• Tidak ada hasil yang ditemukan

18. POTENSI EKSTRAK AIR DAUN SERNAI (Wedelia biflora) SEBAGAI ANTINYERI PADA MENCIT (Mus musculus) The Potency of Wedelia biflora Leaf Water Extract as Pain killer on Mice (Mus musculus) | Ali | Jurnal Medika Veterinaria 4625 9189 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "18. POTENSI EKSTRAK AIR DAUN SERNAI (Wedelia biflora) SEBAGAI ANTINYERI PADA MENCIT (Mus musculus) The Potency of Wedelia biflora Leaf Water Extract as Pain killer on Mice (Mus musculus) | Ali | Jurnal Medika Veterinaria 4625 9189 1 SM"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Medika Veterinaria Abdul Hayi Amarta Ali, dkk P-ISSN : 0853-1943; E-ISSN : 2503-1600

137

POTENSI EKSTRAK AIR DAUN SERNAI (

Wedelia biflora

) SEBAGAI

ANTINYERI PADA MENCIT (

Mus musculus

)

The Potency of Wedelia biflora Leaf Water Extract as Pain killer on Mice (Mus musculus)

Abdul Hayi Amarta Ali1, Rinidar2*, T. Armansyah2,Rosmaidar2, Abdul Harris2, dan Dasrul3

1

Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

2

Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

3

Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh *Corresponding author: rinidar@unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh potensi ekstrak air daun sernai (Wedelia biflora) sebagai antinyeri. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Sebanyak 30 ekor mencit (Mus musculus) dibagi atas lima kelompok perlakuan terdiri atas kontrol positif diberi asam mefenamat (P0), kontrol negatif diberi akuades (P1), ekstrak air daun sernai masing masing dengan konsentrasi 100 (P2), 75 (P3), dan 50% (P4). Waktu respons nyeri diukur dengan menggunaan metode hot plate yang diamati pada menit ke-0, 30, 60, dan 90, sedangkan dengan metoda

abdominal writhing dengan menghitung jumlah geliat. Data dianalisis dengan analisis varian (Anava) dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air daun sernai dengan berbagai tingkatan konsentrasi berpengaruh nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol negatif tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol positif (P>0,05). Potensi analgesik secara nyata (P<0,05 ) terlihat pada konsentrasi 100 dan 75% dibandingkan dengan kontrol negatif, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol positif baik pada metode

hot plate maupun abdominal writhing sedangkan konsentrasi 50% memiliki potensi analgesik secara nyata (P<0,05) hanya pada metode hot plate. Disimpulkan bahwa ekstrak air daun sernai memiliki potensi sebagai antinyeri pada mencit.

____________________________________________________________________________________________________________________ Kata kunci: analgesik, daun senai, waktu, nyeri, geliat

ABSTRACT

The purpose of this research was to find out the potency of Wedelia biflora water extract as pain killer. Completely randomized design (CDR) was used in this study. A total of 30 mice (Mus musculus) were divided into five treatment groups. Mice in group 1 (P0) were administered with mefenamat (positive control) and mice group 2 (P1) were only given aquadest (negative control). Mice in another3 groups (P2, P3, and P4) were administered with Wedelia biflora water extract with the concentration of 100, 75, and 50%, respectively. The painful response time was done using hot plate method and observed at 0, 30, 60, and 90 minutes, whereas abdominal writhing method was applied to count the total of writhing. Data were analyzed using ANOVA followed by Duncan. Result showed that Wedelia biflora water extract with various levels of concentration were affect significantly (P<0.05) compared to negative control but no significant different (P>0.05) with positive control. The analgesic potency showed significant effect (P<0.05) at concentration of 100 and 75% compared to negative control, but no significant different (P>0.05) compare to positive control on both hot plate methods and abdominal writhing method, whereas 50% concentration showed analgesic potency (P<0.05) only on hot plate method. In conclusion, Wedelia biflora water extract is potential as analgesic on mouse and shows no significant different with mefenamat.

____________________________________________________________________________________________________________________

Key words: analgesik, Wedelia biflora, painful, total of writhe

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki kekayaan berbagai macam jenis tumbuhan yang bermanfaat sebagai tanaman obat tradisional dan menempati urutan kedua setelah Brazil. Penggunaan tanaman obat tradisional ini telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia secara turun temurun. Hal ini karena bahan bakunya mudah diperoleh, harganya murah dan efek sampingnya relatif lebih ringan dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan kimia (Sari, 2006).

Tumbuhan sernai secara empiris telah digunakan masyarakat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Khasiat daun sernai yang sudah dibuktikan secara ilmiah adalah sebagai antijamur (Milles, 1990), antimakan (Nurmalahayati, 1999), antibakterial (Razali, 2001), bioaktivitas terhadap kutu beras (Wahyuni, 1999), dan antidermatitis akibat reaksi alergi (Rinidar et al., 2005). Ekstrak metanol daun sernai juga

berkhasiat sebagai antiplasmodium, dengan

menghambat pertumbuhan P. falsiparum secara in vitro dan P. berghei secara in vivo (Isa et al., 2007; Isa et al., 2008; Rinidar et al., 2009). Menurut Heyne (1987),

daun sernai juga bermanfaat sebagai penurun panas, menghilangkan rasa gatal dan mengurangi nyeri.

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri yang timbul merupakan suatu isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan seperti peradangan, infeksi jasad renik, kejang otot, adanya rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002).

(2)

Jurnal Medika Veterinaria Vol. 10 No. 2, Mei 2016

138

Rahardja, 2002). Disebabkan efek samping dari penggunaan obat ini, maka diperlukan pengobatan alternatif seperti obat tradisional yang memiliki efek samping minimum untuk mengatasi rasa nyeri.

MATERI DAN METODE

Hewan Coba

Mencit dengan bobot badan (20-25 g) dibagi menjadi lima kelompok, masing masing terdiri atas tiga ekor mencit. Kelompok 1 (P0) diberi akuades (kontrol negatif), kelompok 2 (P1) diberikan asam mefenamat dengan dosis 5 mg/kg bobot badan, kelompok 3 (P2) diberikan ekstrak air daun sernai konsentrasi 50%, kelompok 4 (P3) diberikan ekstrak air daun sernai konsentrasi 75%, dan kelompok 5 (P4) diberikan ekstrak air daun sernai konsentrasi 100%. Semua bahan diberikan per oral setelah mencit dipuasakan selama 12 jam.

Pembuatan Ekstrak Air Daun Sernai

Pembuatan ekstrak air daun sernai menggunakan metode infusa dengan cara sebagai berikut: Sebanyak 100 g daun sernai ditimbang lalu dimasukkan ke dalam panci infusa dan ditambahkan 100 ml akuades, kemudian dipanaskan. Setelah itu disaring selagi masih panas dengan menggunakan kain flanel. Ekstrak air daun sernai 100% murni kemudian diencerkan dalam konsentrasi 75 dan 50%.

Uji Efek Analgesik

Uji efek analgesik dilakukan pada dua metode yang berbeda, yaitu metode hot plate (stimulasi termal) dan metode abdominal writhing. Untuk metode hot plate,

hot plate disiapkan dengan memanaskan plate pada

suhu 55-56 C, kemudian mencit ditempatkan di atas plate dan diamati. Waktu reaksi dicatat menggunakan

stopwatch ketika hewan menjilat kaki depan atau kaki

belakangnya, atau melompat pada waktu 0, 30, 60, dan 90 menit setelah pemberian secara oral. Untuk metoda abdominal writhing, 30 menit setelah perlakuan seluruh kelompok hewan diinjeksikan larutan steril asam asetat 0,5% secara intraperitoneal. Selanjutnya dilakukan pengamatan yang ditandai dengan mencit akan mengalami writhing (menggeliat pada bagian abdomen yang ditandai dengan perut kejang dan kaki ditarik ke belakang). Jumlah geliat selama satu jam pengamatan dihitung setelah aplikasi asam asetat. Nilai persentase penghambatan writhing di ukur menggunakan rumus:

Wc= Jumlah rata rata writhing pada kontrol Ws= Jumlah rata-rata wirthing pada perlakukan

Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak air daun sernai sebagai analgesik pada mencit maka diuji dengan analisis varian (Anava) dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Hot Plate

Hasil penghitungan waktu respons nyeri mencit terhadapat rangsangan panas disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa mencit yang diberi asam mefenamat (kontrol positif) dan ekstrak air daun sernai dalam berbagai konsentrasi mampu menghambat respons nyeri yang timbul dibandingkan dengan mencit yang hanya diberi akuades (kontrol negatif). Pada P2 dan P3 mampu menghambat respons nyeri dimulai dari menit ke-0 sampai menit 60 dan mengalami penurunan respons nyeri pada menit ke-60 sampai menit 90. Kelompok P4 hanya mampu menghambat respons nyeri pada menit ke-0 sampai 30, kemudian mengalami penurunan pada menit ke-30 sampai menit 90. Peningkatan dan penurunan respons nyeri ini menggambarkan adanya pengaruh ekstrak air daun sernai dalam menghambat respons nyeri akibat rangsang panas pada mencit. Dari perbandingan tersebut diduga ekstrak air daun sernai pada berbagai tingkatan konsentrasi memiliki senyawa aktif analgesik yang dapat menghambat timbulnya respons nyeri.

Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) antar perlakuan dan respons nyeri dan terdapat hubungan antara perlakuan dan waktu. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak air daun sernai pada berbagai konsentrasi memiliki potensi sebagai antinyeri pada mencit. Pada uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pemberian akuades pada setiap waktu pengamatan tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05) dilihat dari perbandingan antar kelompok perlakuan, pemberian akuades memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05) antar kelompok kecuali pada menit ke-90 yaitu pemberian akuades tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan pemberian ekstrak air daun sernai konsentrasi 50%. Untuk

Tabel 1. Rata–rata ±SD waktu respons nyeri mencit terhadap rangsangan panas menggunakan metode hot plate setelah diberi ekstrak air daun sernai dalam berbagai konsentrasi

Perlakuan Waktu pengamatan (menit ke-)

10 30 60 90

P0, akuades 6,50±0,45bA 6,55±0,83dA 9,32±0,89aA 11,33±1,45cA

P1, asam mefenamat 14,99±5,09aA 15,92±2,77aA 18,65±6,44bA 40,06±16,25aB P2, ekstrak air daun sernai konsentrasi 50% 14,64±5,02aB 31,52±4,10bA 18,54±2,44bB 15,93±3,46bB P3, ekstrak air daun sernai konsentrasi 75% 17,10±2,63aB 22,76±4,14aBC 30,73±9,16cAC 20,18±8,90bBC P4, ekstrak air daun sernai konsentrasi 100% 17,29±1,40aA 19,06±2,40aA 22,96±5,07Ba 20,79±1,67bA A,B,CSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

a,b,cSuperskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Writhing inhibition (%) = Wc-Ws x 100

(3)

Jurnal Medika Veterinaria Abdul Hayi Amarta Ali, dkk

139 pemberian asam mefenamat terlihat perbedaan yang

nyata (P<0,05) pada menit ke-90 untuk setiap waktu pengamatan dan perbandingan antar kelompok perlakuan terlihat pada menit ke-10 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan pemberian ekstrak air daun sernai lainnya, pada menit ke-30 terlihat perbedaan yang nyata (P<0,05) dalam pemberian asam mefenamat dengan ekstrak air daun sernai konsentrasi 50%, menit ke-60 perbedaan yang nyata (P<0,05) terlihat dengan ekstrak air daun sernai konsentrasi 75% sedang pada menit ke-90 terlihat perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan setiap kelompok perlakuan.

Pada pemberian ekstrak air daun sernai konsentrasi 50% terlihat perbedaan yang nyata (P<0,05) setiap waktu pengamatan pada menit ke-30, sedangkan ekstrak air daun sernai konsentrasi 75% menujukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) setiap waktu pengamatan pada menit ke-60. Untuk ekstrak air daun sernai konsentrasi 100% memperlihatkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) pada setiap waktu pengamatan. Perbandingan antara kelompok perlakuan pada ektrak air daun sernai konsentrasi 50% menujukan perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan kelompok perlakuan lainnya pada menit ke-30, sedangkan ekstrak air daun sernai konsentrasi 75% menunjukkan perbedaan yang nyata pada menit ke-60. Untuk ekstrak air daun konsentrasi 100% hanya terlihat perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) antar kelompok perlakuan pada setiap menit pengamatan.

Metode Abdominal Writhing

Pada penelitian ini diperoleh jumlah rata-rata geliat mencit setelah pemberian ekstrak daun sernai dan asam asetat selama 1 jam yang ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan adanya penurunan jumlah geliat mencit setelah pemberian ekstrak air daun sernai. Penurunan ini dibuktikan dari jumlah geliat mencit pada P4 dan P3 yang dibandingkan dengan pemberian akuades. Penurunan jumlah geliat mencit ini mengindikasikan bahwa ekstrak air daun sernai mampu menghambat respons nyeri dikarenakan pada ekstrak tersebut mengandung senyawa aktif yang berkhasiat sebagai analgesik. Pada P2, peningkatan jumlah geliat mencit yang hampir sama dengan P0. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak air daun sernai pada konsentrasi 50% belum mampu untuk menurunkan jumlah geliat mencit dan menimbulkan respons nyeri.

Pada persentase daya hambat geliat mencit terlihat bahwa pada P3 dan P4 memiliki persentase daya hambat geliat mencit yang hampir sama dengan persentase pada P1. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak air daun

sernai memiliki kemampuan yang hampir sama dengan obat asam mefenamat. Pada P2, persentase daya hambat geliat mencit berbeda jauh dibandingkan dengan P1. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak air daun sernai pada konsentrasi 50% tidak memiliki kemampuan hambatan geliat yang sama seperti asam mefenamat.

Pada uji statistik memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata (P<0,05) antara jumlah geliat mencit dan daya hambat geliat dengan pemberian ekstrak daun sernai dalam berbagai konsentrasi. Uji lanjut Duncan menunjukkan pada P3 dan P4 memiliki jumlah geliat mencit berbeda nyata (P<0,05) dengan P0 dan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan P1, sedangkan P4 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan P3. Demikian juga dengan P2 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan P0 dan berbeda nyata (P<0,05) dengan P1. Hal yang sama juga diperlihatkan daya hambat geliat pada uji lanjut Duncan yang daya hambat pada P3 dan P4 (P>0,05) dengan P1, tetapi P2 berbeda nyata (P<0,05) dengan P1. Sirait et al. (1993) mengatakan bahwa, adanya aktivitas analgesik dalam bahan uji bila jumlah geliat lebih dari 50% dibandingkan kelompok kontrol.

Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa ekstrak air daun sernai memiliki potensi sebagai antinyeri. Khasiat ekstrak air daun sernai sebagai antinyeri diduga timbul dari senyawa aktif yang terkandung di dalam daun sernai berdasarkan. Isa et al. (2008) mealporkan, senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak daun sernai berupa golongan triterpenoid. Selain itu, Meena et al. (2010), menambahkan senyawa aktif yang terkandung dalam daun sernai berupa senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, setroid, terpenoid, caumarin, dan saponin.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pudjiastuti et al. (1996), tentang efek analgetik daun sembung membuktikan bahwa senyawa terpen bersifat analgetik. Menurut Biswas et al. (2009) dalam Chandrashekar dan Prasanna (2011), triterpenoid pentasiklik yang termasuk dalam kelompok senyawa terpen mempunyai aktivitas sebagai analgesik. Dilaporkan bahwa triterpenoid menghambat NF-kB signaling (Salminen et al., 2008) seperti halnya pada obat aspirin dan NSAIDS lainnya (Muller et al., 2001). Selain itu, Brunetton dalam Purnama (2007), melaporkan bahwa flavonoid luteolin,

luteolin-7-glucoside, dan apigenin berperan dalam menekan

produksi dari prostaglandin, dengan cara menghambat enzim siklooksigenase-2 (COX-2). Hal yang sama juga dinyatakan dalam penelitian Pandey et al. (2013), flavonoid yang terkandung dalam ekstrak rumput teki berperan sebagai analgesik.

Tabel 2. Rata–rata ±SD jumlah geliat mencit dan persentase daya hambat ±SD geliat mencit terhadap rangsangan nyeri dari asam asetat selama 1 jam

Perlakuan Rata-rata ±SD Persentase daya hambatat geliat (%)

P0, akuades 68,00±15,52b 0a

P1, asam mefenamat 26,00±5,57a 59,5±17,24b

P2, ekstrak air daun sernai konsentrasi 50% 63,33±10,21b 12,81±3,10ac P3, ekstrak air daun sernai konsentrasi 75% 32,33±8,62a 51,30±14,90b

(4)

Jurnal Medika Veterinaria Vol. 10 No. 2, Mei 2016

140

Nyeri sebenarnya adalah suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medula spinalis, batang otak, thalamus, dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak (Guyton dan Hall, 1997).

Kapasitas jaringan untuk menimbulkan nyeri apabila jaringan tersebut mendapat rangsangan yang mengganggu bergantung pada keberadaan nosiseptor yaitu suatu saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis, suhu, listrik atau kimiawi yang menimbulkan nyeri (Wilson, 2002).

Pada jalur nyeri perifer seperti pada rangsangan kimiawi akan menimbulkan cedera atau inflamasi jaringan akan menyebabkan munculnya perubahan lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor. Sel yang rusak akan melepaskan komponen intraselulernya seperti adenosin trifosfat, ion K+, pH menurun, sel inflamasi akan menghasilkan sitokin, chemokine, dan growth factor. Beberapa komponen di atas akan langsung merangsang nosiseptor (nociceptor activators) dan komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih hipersensitif terhadap rangsangan berikutnya (nociceptor sensitizers). Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin E2 akan mereduksi

ambang aktivasi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan pada reseptor spesifik di nosiseptor (Guyton dan Hall, 1997).

Pada jalur nyeri di sistem saraf pusat, serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan impuls saraf masuk ke medula spinalis di akar saraf dorsal. Sensitisasi sentral dan perifer bertanggung jawab terhadap munculnya hipersensitivitas nyeri setelah cedera. Sensitisasi sentral memfasilitasi dan memperkuat transfer sinaptik dari nosiseptor ke neuron kornua dorsalis. Pada awalnya, proses ini dipacu oleh input nosiseptor ke medula spinalis (activity dependent), kemudian terjadi perubahan molekuler neuron (transcription dependent). Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang merefleksikan empat proses komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi, terjadinya stimuli yang kuat di perifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat (cortex cerebri) (Guyton, 1995). Senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum disebut analgesik (Mutschler, 1991). Analgesik merupakan bahan atau obat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2002).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstrak air daun sernai (Wedelia biflora) memiliki potensi sebagai analgesik.

DAFTAR PUSTAKA

Chandrashekar and K.S. Prasanna. 2011. Hepatoprotective activity of

Pyllanthus lawii against carbon tetrachloride induced Hepatic damage in rats. Intl. J. Pharm. Biol. Arch. 1:187-188.

Guyton, A.C. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. (Diterjemahkan Andrianto, P.). Edisi 3. EGC. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Guyton, A.C. and J.E. Hall. 1997. Buku Ajar FisiologiKedokteran. (Diterjemahkan Setiawan, I. dan A. Santoso). Edisi 9. EGC. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan, Jakarta. Isa, M., Rinidar, dan T. Armansyah. 2007. Aktivitas Antiplasmodium

Ekstrak Methanol Daun Sernai (Wedelia biflora) terhadap

Plasmodium falciparum secara in vitro. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Isa, M., Rinidar, dan T. Armansyah. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif dari Daun Sernai (Wedelia biflora) sebagai Antiplasmodium secara In Vivo. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Milles, D.H. 1990. Cotton boll weevil antifedant activity and antifungal Aspirin inhibit NF-B and protects fromangiotensin II- induced organ damage. FASEBJ. 15:100-347.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat: Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi. ITB, Bandung.

Nurmalahayati. 1999. Uji Bioaktif Insektisida Ekstrak Daun Wedelia biflora terhadap Mortalitas Kutu Beras (Calandraoryzae). Skripsi.

FMIPA. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Pandey P.V., W. Bodhi, dan A.Yudistira. 2013. Uji Efek Analgetik Ekstrak Rumput Teki (Cyperus Rotundus L.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus novergicus). Laporan penelitian. Program Studi Farmasi. FMIPA. UNSRAT, Manado.

Pudjiastuti, B., Dzulkarnain, dan Y. Astuti. 1996. Uji analgetik infus daun sembung (Blumea balsamifera DC.) pada mencit putih. Cermin Dunia Kedokteran. 28:34-36.

Purnama. 2007. Efek Analgesik Ekstrak Etanol Herba Jombang (Taraxacum officinale Weber et Wiggers) terhadap Mencit Betina Galur Swiss Webster. Skripsi. Universitas Kristen Maranatha. Jakarta.

Razali, N. 2001. Uji Aktivitas Antimikrobial Ekstrak Akar Tumbuhan

Wedeliabiflora. Skripsi. FMIPA. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Rinidar, M. Isa, dan Sugito. 2005. Pengaruh Pemberian Infusa Daun Sernai terhadap Peradangan Reaksi Alergi. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Rinidar, M. Isa, dan Sugito. 2009. Pemanfaatan Daun Sernai (Wedelia biflora) sebagai Kandidat Fitofarmaka untuk Aplikasi Pengobatan Alternatif Penyakit Malaria di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Salminen, A., M. Lehtonen, T. Suuronen, K. Kaarniranta, Huuskonen, and J. Terpenoids. 2008. Natural inhibitors of NF-B and signaling with antiinflammatory and anticancer potential. CMLS. 65:2979. Sari, L.O.R.K. 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan

manfaat dan keamanannya. Majalah Ilmu KefarmasianIII (1):1-7. Sirait, M.D., D. Hargono, J.R. Wattimena, M. Husin, R.S. Sumadilaga, dan S.O. Santoso. 1993. PedomanPengujian dan Pengembangan Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phytomedica, Jakarta.

Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Elex Media Komputindo KelompokGramedia, Jakarta.

Wahyuni. 1999. Uji Bioaktif Insektisida Ekstrak Batang Tumbuhan

Wedeliabiflora terhadap Kutu Beras (Calandra oryzae). Skripsi. FMIPA, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Gambar

Tabel 1. Rata–rata ±SD waktu respons nyeri mencit terhadap rangsangan panas menggunakan metode hot plate setelah diberi ekstrak air daun sernai dalam berbagai konsentrasi
Tabel 2. Rata–rata ±SD jumlah geliat mencit dan persentase daya hambat ±SD geliat mencit terhadap rangsangan nyeri dari asam asetat selama 1 jam

Referensi

Dokumen terkait

Hutan gambut JP memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi baru ekowisata di Palangka Raya, dengan melakukan peningkatan daya tarik wisata, seperti

Setiap jenis siaran tersebut di rancang untuk mampu memberikan manfaat bangi penontonnya, baik berupa layanan informasi maupun kepuasan psikis tambahan informasi dan kepuasan

Miner dan Mary Green Miner dalam bukunya Personnel and Industrial Relation “Perencanaan sumber daya manusia dapat diuraikan sebagai suatu proses yang berusaha menjamin

1204 Pengadaan penutupan saluran got jalan rambutan Rt.003 Rw.07 Jakarta Selatan V 1 1.03.031 Suku Dinas Sumber

Dalam percobaan tetes minyak Millikan, gerakan kecepatan bintik minyak dapat dibuat dalam tiga keadaan, yaitu gerak ke bawah karena pengaruh gaya berat, gerak searah gaya berat

dan lingkungan internal antara lain sebagai berikut: 1). Kondisi lingkungan politik yang stabil. Kerjasama ekonomi antara pemerintah dengan masyarakat maupun swasta

Penjelasan secara elektronik terjadwal tanggal 31 Mei 2012; sehubungan terjadi pemadaman listrik oleh PLN maka di laksanakan ulang pada tanggal 1 Juni 2012 dimulai jam 07.30 dan

memberikan penjelasan sederhana. MPIPA dapat meningkatkan logika proposisional dan logika kombinatorial. c) Untuk mengimplementasikan MPIPA tidak diperlukan sarana