Etika Konsumsi dalam Islam 12 Oktober 2016 13:30:34
Diperbarui : 12 Oktober 2016 13:46:12
Dalam mendifinisikan konsumsi terdapat perbedaan namun konsumsi secara umum di definisikan dengan penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam ekonomi islam konsumsi memiliki perbedaan yang mendasar dengan konsumsi konvensional adalah cara mencapainya harus memenuhi kaidah pedoman syariah islamiah.
Konsumsi berlebih-lebihan , yang merupakan ciri khas masyarakat yang tidak mengenal tuhan, dalam islam disebut dengan israf(pemborosan) atau tabzir(menghambur-hmburkan harta tanpa guna).
Salah satu ciri penting dari islam adalah bahwa iya tidak hanya mengubah nilai” dan kebiasaan masyarakat, tetapi juga menyajikan kerangka
legislatif yang perlu untuk mendukung dan memperkuat tujuan ini menghindari penyalah gunaanya.
Dalam perespektif islam, kegiatan konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah kepada allah SWT. Sehingga senantiasa berada dalam hukum-hukum allah SWT. (syariah), oleh karena itu, orang mukmin berusaha mencari kenikmatan dengan mentaati perintah-perintahnya dan
memuaskan dirinya sendiri dengan barang-barang dan anugrah-anugrah yang di ciptakan allah untuk umat manusia. Adapun dalam pandangan kapitalistik, konsumsi merupakan fungsi dari keinginan, nafsu, harga barang, pendapatan, dan lain-lain tanpa memperdulikan dimensi spiritual, kepentingan orang lain dan tanggung jawab atas segala perilakunya sehingga pada ekonomi konvesional.
Islam memperbolehkan manusia untuk menikmati berbagai karunia kehidupan dunia yang disediakan allah SWT. Akan tetapi, pemanfaatan atas karunia allah tersebut harus dilakukan secara adil sesuai dengan syariat sehingga selain mendapatkan keuntungan material, juga
KONSUMSI UNTUK DIRI SENDIRI DAN KELUARGA
Tidak dibenarkan konsumsi yang dilakukan oleh seseorang berakibat pada penyengsaraan diri sendiri dan keluarga karena kekikirannya. Menurut ajaran islam, konsumsi yang ditunjukkan sebagai tanggung jawab sosial adalah kewajiban mengeluarkan zakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga stbilitas dan keseimbangan ekonomi. Islam sangat melarang penumpukan harta, yang akan berakibat terhentinya urus peredaran harta, merintangi efisiensi usaha, dan pertukaran komuditas produksi dalam perekonomian. MASHLAHAH DALAM KONSUMSI
Dalam penjelasan konsumsi,kita mengasumsikan bahwa konsumen cendrung untuk memilih barang dan jasa yang memberikan
mashlahahmaksimum. Hal ini sesuai dengan rasionalitas islami bahwa setiap pelaku ekonomi selalu ingin meningkatkan mashlahayang di
perolehnya. Keyakinan bahwa ada kehidupan dan pembalasan yang adil di akhirat serta informasi yang berasal dari allah adalah sempurna akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan konsumsi.
Seorang konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya. Konsumen merasakan adanya manfaat suatu kegiatan konsumsi ketika ia mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik atau psikis atau material. Di sisi lain, berkah akan diperolehnya ketika ia mengonsumsi barang atau jasa yang telah
dikonsumsi. Sebaliknya, konsumen tidak akan mengonsumsi barang atau jasa yang haram akan menimbulkan dosa yang pada akihirnya akan berujung pada siksa Allah. jadi mengosumsi yang haram justru memberikan berkah negatif.
Misalnya, ketika seseorang menonton televisi, maka iya bisa memilih channelmengenai berita politik dan hukum, berita kriminal, film kartun, hiburan musik atau siaran lainnya. Setiap jenis siaran tersebut di rancang untuk mampu memberikan manfaat bangi penontonnya, baik berupa layanan informasi maupun kepuasan psikis tambahan informasi dan kepuasan psikis tambahan informasi dan kepuasan psikis inilah yang merupakan mashlahahduniawi atau manfaat.
Misalnya, ketika seseorang menonton berita yang mengongkap cacat (aib) dan keburukan seseorang tanpa tujuan yang benar, maka berarti iya telah mendorong dilakukannya ghibah yang dilarang oleh islam. Oleh karena itu, ia akan memperoleh dosa (berkah yang negatif) meskipun ia
mendapatkan kepuasan psikis. Namun, jika ia memilih menonton acara televisi yang menayangkan berita yang baik, maka ia akan mendapatkan kedua-danya, yaitu kepuasan psikis dan berkah sekaligus.
Kesimpulan