• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kasus Serangan Taliban terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisa Kasus Serangan Taliban terhadap"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

A. LATAR BELAKANG KASUS

Kelompok militan Taliban melancarkan serangan ke sebuah gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Kabul, Afghanistan. Serangan itu menewaskan delapan orang. Para korban tewas terdiri dari dua warga sipil Afghan, seorang polisi Afghan dan lima militan Taliban. Selain itu, belasan orang lainnya mengalami luka-luka, termasuk dua polisi dan dua warga sipil.

Insiden ini terjadi pada Jumat, 24 Mei sore waktu setempat, ketika sekelompok

penyerang menyerbu gedung PBB, International Office of Migration (IOM), sebuah organisasi internasional yang bekerjasama dengan PBB, di Kabul, Afghanistan. Fasilitas ini berdekatan dengan kantor utama PBB di Kabul, beberapa dan kantor yang digunakan oleh warga asing, sebuah pos Afghan Public Protection force dan sebuah rumah sakit untuk dinas intelijen nasional.Mereka mengenakan rompi bunuh diri dan bersenjatakan senapan mesin dan granat berpeluncur roket.

Menurut saksi mata, ketika para petugas keamanan di gedung IOM yang berasal dari Gurkha Nepal membalas serangan, para penyerang berlindung di sebuah rumah warga sipil di dekat gedung. Akibatnya, baku tembak ganas pun terjadi dan terus berlangsung hingga malam hari.

Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. "Sejumlah mujahiddin menyerang gedung yang digunakan para petugas CIA di Kabul serta departemen Kementerian Dalam Negeri," ujar Mujahid dalam sebuah pernyataan.

Menurut kepala kepolisian Kabul, Ayoub Salangi, pasukan Afghan akhirnya

menewaskan militan terakhir yang bersembunyi di rumah warga sipil tersebut setelah 10 jam kemudian. "Selama waktu pertempuran ini, dua warga sipil pemilik rumah tempat para penyerang berlindung, telah terbunuh. Keduanya adalah pria," imbuh Salangi.

(2)

Afghanistan selatan. Baku tembak yang terjadi selama beberapa jam itu menewaskan sedikitnya 30 militan dan 5 polisi Afghan.

B. KEKEBALAN DAN KEISTIMEWAAN ORGANISASI INTERNASIONAL Pasal 105 ayat (1) Piagam PBB yang berbunyi,

“The Organizations shall enjoy in the territory of each of its member such privileges and immunities as are necessary for the fulfillment of its purposes.”

Artinya, organisasi di wilayah masing – masing anggota, menikmati hak – hak istimewa dan kekebalan – kekebalan yang diperlukan untuk mencapai tujuannya.

Untuk mengembangkan ketentuan Pasal 105 ayat (1) Piagam tersebut, Komisi Hukum Internasional PBB telah berhasil membuat “ Convention on the Privileges and Immunities of Specialized Agencies” yang diterima oleh Majelis Umum PBB pada 21 November 1947.

Kedua Konvensi tersebut merupakan sumber hukum dalam arti formal bagi organisasi – organisasi dunia PBB dan badan – badan khususnya, serta digunakan oleh organisasi – organisasi internasional. Hak –hak istimewa dan kekebalan ini hampir sama dengan apa yang diberikan sejak dulu kepada misi – misi diplomatik asing yang sedang melaksanakan tugasnya di suatu Negara penerima. Tujuannya, organisasi – organisasi internasional itu dapat memperoleh kebebasan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara tepat dan berdaya guna.

(3)

Salah satu dari hak – hak istimewa dan kekebalan diplomatik penting yang diberikan kepada organisasi internasional adalah tidak boleh diganggu gugatnya kantor – kantor organisasi, yang secara umum diakui dalam persetujuan – persetujuan kantor pusat organisasi. Pihak ototritas Negara penerima tidak dapat memasuki gedung atau kantor – kantor suatu organisasi internasional tanpa izin dari direktur jenderal atau sekretaris jenderal organisasi internasional tersebut.

Di dalam hak dan kewenangan Pejabat Perwakilan Diplomatik suatu Negara, Hak untuk tidak diganggu gugat (rights of inviolability) adalah mutlak diperlukan guna melaksanakan fungsi perwakilan diplomatik secara layak. Hal ini juga dapat diterapkan dalam kasus organisasi internasional, dikarenakan statusnya sebagai subjek hukum internasional.

Menurut Satow’s, baik gedung perwakilan maupun rumah kediaman diplomat, keduanya menurut hukum internasional diperlakukan sama.dengan demikian, keduanya berhak memperoleh perlindungan khusus dan tidak dapat dimasuki tanpa izin kepala perwakilan, kecuali jika terjadi kebakaran atau bencana lainnya yang memerlukan tindakan – tindakan yang cepat.

Tidak di ganggu gugatnya gedung perwakilan asing itu, sesungguhnya menyangkut dua aspek. Aspek tersebut adalah :

1. mengenai kewajiban Negara penerima untuk memberikan perlindungan sepenuhnya sebagai perwakilan asing di Negara tersebut dari setiap gangguan.

2. Kedudukan perwakilan asing itu sendiri dinyatakan kebal dari pemeriksaan termasuk barang – barang miliknya dan semua arsip yang ada di dalamnya.

(4)

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 22 Konvensi Wina 1961yang dalam ayat (1) dan (3) hanya menyangkut kekebalan di gedung perwakilan itu sendiri, termasuk perabotan, harta milik lainnya dan kendaraan – kendaraan perwakilan. Sementara itu, ayat (2) berkaitan dengan kewajiban Negara penerima untuk memberikan perlindungan kepada gedung perwakilan beserta segenap isi di dalamya. Namun, yang tidak kalah penting adalah makna yang terdapat dalam ayat (2) di atas, “ Pencegahan akan terjadinya setiap gangguan ketenangan perwakilan atau gangguan yang dapat menurunkan harkat dan martabat perwakilan atau gangguan yang dapat menurunkan harkat dan martabat perwakilan asing di suatu Negara”. Ayat (2) di atas dapat juga diartikan kekebalan di lingkungan gedung perwakilan itu sendiri. Karena itu perlindungan dari Negara penerima yang diberikan, bukan saja dilakukan di gedung perwakilan, melainkan juga di luarnya ataupun lingkungan sekitarnya.

C. KASUS PENYERANGAN KANTOR PERWAKILAN PBB DI AFGHANISTAN DARI SUDUT HUKUM DIPLOMATIK

Berdasarkan ketentuan – ketentuan yang telah ditulis di atas, dapat dijelaskan bahwa larangan menganggu dan perlindungan terhadap gedung perwakilan diplomatik asing merupakan kesepakatan yang telah diakui secara universal dan dipraktikkan oleh Negara – Negara sejak dulu. Namun, dalam praktiknya di berbagai tempat sering terjadi gangguan, serangan, ataupun pendudukan misi – misi diplomatik oleh berbagai kelompok tertentu. Contoh yang paling terbaru adalah penyerangan terhadap kantor perwakilan PBB di Kabul, Afghanistan pada hari Jum’at tanggal 24 Mei 2013.

(5)

Adapun maksud dari tindakan yang diperlukan adalah bahwa Negara penerima harus mengidentifikasi, mengeliminir, atau paling tidak meminimalisir hal – hal yang dianggap dapat membahayakan kantor – kantor perwakilan diplomatik asing termasuk kantor – kantor organisasi internasional. Konsep ini merupakan akibat dari pendirian misi diplomatik tetap di suatu Negara yang mutlak memerlukan perlindungan terhadap campur tangan asing atau gangguan dari luar.

Terjadinya serangan terhadap merupakan sebuah kegagalan dari pemerintah Afghanistan dalam memberikan perlindungan terhadap perwakilan diplomatik asing, dalam hal ini kantor perwakilan suatu organisasi internasional.

Pemerintah Afghanistan terlihat lamban dalam usaha – usaha pembersihan terhadap insurjen dari kawasan sekitar lokasi penyerangan, walaupun telah menempatkan ratusan personel militernya. Kemudian dalam hal lainnya, pemerintah Afghanistan juga dianggap gagal dalam mengidentifikasi dan mengeliminir hal – hal yang dapat membahayakan kantor perwakilan asing tersebut. Terbukti dari jumlah senjata, amunisi dan bahan peledak yang dibawa para militan ke pusat kota, yang seharusnya melewati pos pemeriksaan polisi.

Seharusnya pemerintah Afghanistan melakukan tindakan – tindakan khusus untuk melacak jual beli senjata, bahan – bahan peledak, dan mengawasi kegiatan orang – orang yang dicurigai dan kelompok teroris. Hal ini perlu dilakukan agar tidak meninggalkan preseden buruk dari Negara – Negara lain terkait kebijakan pemerintah dalam perlindungan kantor – kantor perwakilan tersebut.

(6)

DAFTAR PUSTAKA New York Times Online

Detiknews

Boer, Mauna. Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global Edisi Kedua. Bandung: PT. Alumni, Cetakan Kedua, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Winarno Surachman, Perkembangan Pribadi dan Keseimbangan Mental, IKIP, Bandung, 1965, hlm.7... 1) Pengayoman Polri kepada masyarakat, harus menyentuh setiap lapisan

Melihat secara langsung terhadap penerapan keterampilan guru dalam mengelola kelas dan faktor yang mempengaruhinya pada pembelajaran Al- Qur’an Hadits di Madrasah

Indikator handal suatu komponen dapat dilihat dari nilai reliability yang dicapai oleh suatu sistem, menurunnya downtime, meningkatnya waktu produksi, dan meningkatkan

Pada pengujian calon induk dari 24 famili yang dihasilkan secara komunal diperoleh keragaan pertumbuhan terbaik pada populasi persilangan antara betina GIMacro dengan jantan Musi

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa

Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa

Akhir dari desain yang telah diperbaiki adalah sebuah buku yang diberi nama Buku Saku Konselor Islam (Pembentukan Kepribadian) memiliki judul „Sudah Layakkah Aku

Ia berkata: “Sesungguhnya para pengikut paham Asy’ari dan sebagian orang yang menganut paham Qadariyyah telah sependapat dengan al-Jahm ibn Shafwan dalam prinsip