• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rule of Law dan Negara Hukum Pengertian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rule of Law dan Negara Hukum Pengertian"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Alan Ruslan NIM : 16416257201027

Dosen : Yudi fimansyah, S.Pd., M.Pd Mata Kuliah : Pendidikan Kewaiganegaiaan Tanggal : 26 Apiil 2017

___________________________________________________________________________

Rule of Law dan Negara Hukum

A. Pengertian Rule of Law dan Negara

Rule of law merupakan suatu legalisme hukum yang mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan system peraturan dan prosedur yang objektif, tidak memihak, tidak personal dan otonom

Rule of law adalah konsep tentang common law yaitu seluruh aspek negara menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of law adalah rule by the law bukan rule by the man.

Keadilan harus berlaku untuk setiap orang, oleh karena itu lahirlah doktrin “Rule Of Law”. Menurut (Fried Man,1959) Rule of law merupakan doktrin dengan semangat dan idealisme keadilan yang tinggi. Rule of law dibedakan antara :

1. Pengertian formal (in the formal sence) yaitu organized public power atau kekuasaan umum

yang terorganisasikan, misalnya negara

2. Pengertian hakiki (ideological sense) erat hubungannya dengan menegakkan rule of law

karena menyangkut ukuran-ukuran tentang hukum yang baik & buruk.

Namun diakui bahwa sulit untuk memberikan pengertian Rule of law, tapi pada intinya tetap sama, bahwa Rule of law harus menjamin apa yang diperoleh masyarakat atau bangsa yang bersangkutan dipandang sebagai keadilan, khususnya keadilan sosial (Sunarjati Hartono,1982).

Rule Of Law sebagai suatu institusi sosial yang memiliki struktur sosial sendiri dan memperakar budaya sendiri (Satjipto Raharjo ; 2003). Rule Of Law tumbuh dan berkembang ratusan tahun seiring dengan pertumbuhan masyarakat Eropa, sehingga memperakar sosial dan budaya eropa, bukan institusi netral.

(2)

B. Konsep Rule Of Law

merupakan bagian terpenting dalam negara

hukum

Munculnya demokrasi konstitusional sebagai suatu program dan sistem politik yang konkrit pada akhir abad ke-19, dengan gagasan, dimana pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warganegaranya. Konstitusi tertulis secara tegas menjamin hak-hak asasi dari warga negara, adanya pembagian kekuasaan. Perumusan yuridis dari prinsip-prinsip ini dikenal dengan istilah Rechtsstaat dan Rule of Law.

Walaupun demokrasi baru pada akhir abad ke-19 mencapai wujud yang konkrit, akan tetapi pemikiran tentang negara hukum atau Rechtsstaat sebenarnya sudah sangat tua. Konsep negara hukum pertama sekali dikemukakan oleh Plato dalam bukunya Politena (the Republica), Politicos (the Stateman), dan Nomoi (the Law) yang kemudian dipertegas oleh Aristoteles dalam karyanya Politica yang merupakan kelanjutan dari pemikiran Plato dalam bukunya Namoi.

Pemikiran Plato tentang cita negara hukum ini lama dilupakan orang, dan baru pada awal abad ke-17 timbul kembali di Barat yang merupakan reaksi terhadap pemikiran kekuasaan absolut, terutama sekali pada kekuasaan raja yang sewenang-wenang. Sedangkan istilah negara hukum itu sendiri baru muncul pada abad ke-19. Gagasan mengenai perlunya pembatasan kekuasaan pemerintah serta adanya jaminan atas hak-hak asas dari warga negara mendapat perumusan yang yuridis. Ahli-ahli hukum Eropa Barat Kontinental seperti Immanuel Kant dan Friedrich Julius Stahl memakai istilah Rechtsstaat, sedang ahli-ahli hukum Anglo Saxon seperti A.V. Dicey memakai istilah Rule of Law.

Menurut Friedrich Julius Stahl negara hukum secara formal memiliki: 1. Hak asasi manusia;

2. Pembagian kekuasaan;

3. Wetmatigheid van bestuur, atau pemerintahan berdasarkan peraturanperaturan; 4. Peradilan tata usaha dalam perselisihan.

Dari keempat unsur utama negara hukum formal yang dikemukakan Stahl ini dapatlah disimpulkan bahwa negara hukum bertujuan untuk melindungi hak-hak azasi warga negaranya dengan cara membatasi dan mengawasi gerak langkah dan kekuasaan negara dengan undang-undang. Sedangkan A V.

Dicey mengemukakan unsur-unsur Rule of Law dalam Introduction to Study of the Law of the Constitution, mencakup:

1. Supremasi aturan-aturan hukum (Supremacy of Law);

(3)

Rumusan tentang unsur-unsur rechtsstaat yang dikemukakan oleh Stahl maupun rumusan tentang unsur-unsur The Rule of Law yang di kemukakan oleh A. V. Dicey tersebut diatas, adalah merupakan pandangan klasik, sebab dalam perkembangan selanjutnya, khususnya dalam memenuhi tuntutan perkembangan abad ke-20, perkembangan negara-negara hukum, penyelenggaraan negara oleh pemerintah yang berubah, kegiatan negara telah menyebar untuk mengatur berbagai pokok persoalan kehidupan bernegara, negara hukum klasik berubah menjadi negara ke sejahteraan modern (wefare state).Dari rumusan konsep Rule Of Law baik yang klasik maupun yang dinamis hasil Konres ICJ tahun 1965 di Bangkok, di katakan bahwa konsep Rule Of Law dalam kaitannya dengan negara hukum memang sangat identik dan tak dapat dipisahkan karena maksud dasar dari Rule Of Law itu sendiri adalah penyelenggaraan negara berdasarkan demokrasi konstitusi,yang dengan tegas adanya keharusan untuk menjamin hak-hak asasi warga negaranya, persamaan di depan hukum, dan pengawasan atas jalannya pemerintahan.

C. PRINSIP DASAR RULE OF LAW

Prinsip-prinsip secara formal (in the formal sense) Rule Of Law tertera dalam UUD 1945 dan pasal-pasal UUD negara RI tahun 1945. Inti dari Rule Of Law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya, khususnya keadilan sosial.Prinsip- prinsip Rule of Law Secara Formal (UUD 1945)

1) Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1: 3)

2) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu tanpa kecuali (pasal 27:1)

3) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum (pasal 28 D:1)

4) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja ( pasal 28 D: 2)

Prinsip-prinsip Rule of Law secara Materiil/ Hakiki :

a. Berkaitan erat dengan the enforcement of the Rule of Law

b. Keberhasilan the enforcement of the rule of law tergantung pada kepribadian nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982)

c. Rule of law mempunyai akar sosial dan akar budaya Eropa (Satdjipto Rahardjo, 2003) d. Rule of law juga merupakan suatu legalisme, aliran pemikiran hukum, mengandung

(4)

D. PHUBUNGAN RULE OF LAW DENGAN NEGARA

Pelaksanaan Rule of Law di Indonesia seharusnya mempertimbangkan hal-hal

1. Keberhasilan the enforcement of the rue of law tergantung pada sejarah dan corak masyarakat hukum dan pada kepribadian masing-masing bangsa.

2. Rule of Law adalah suatu institusi sosial, memiliki struktur sosiologis dan akar budaya sendiri

E. HUBUNGAN RULE OF LAW DENGAN HAM

(HAK ASASI MANUSIA)

(5)

F. KESIMPULAN

Rule of law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di dalamnya yaitu oranr-orang yang jujur tidak memihak dan hanya memikirkan keadilan tidak terkotori hal yang buruk. Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesame warga Negara maupun pemerintah.

Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu: Pertama, pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public power), misalnya nrgara. Kedua, secara hakiki/materiil (ideological sense), lebih menekankan pada cara penegakannya karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law).

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, maka tiap Tata Hukum akan mencerminkan atau diwarnai oleh pandangan hidup tertentu atau pandangan tentang hakikat manusia yang dianut atau hidup

Secara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan hukum, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan yang bersifat diskresi dalam

Oleh sebab itu, tulisan ini akan menjelaskan bahwa terdapat pandangan yang berbeda dalam memahami civil society, sehingga civil society yang oleh kalangan cendikiawan Muslim

Secara parsial stres kerja yang terdiri dari tuntutan tugas, tuntutan peran, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi dan tahap perkembangan perusahaan berpengaruh positif

UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) memuat  prinsip bahwa hak asasi manusia harus dilihat secara holistik bukan parsial sebab HAM adalah

Dengan demikian untuk menghadapi tuntutan perkembangan ekonomi syariah terutama bersinggungan dengan perjanjian (akad) agar memiliki aturan hukum dalam memenuhi kebutuhan

Dalam rangka memenuhi tuntutan, yakni menghasilkan lulusan yang memiliki sejumlah kompetensi untuk dapat berdaya saing dalam kehidupan abad ke-21, diusulkan

Jaminan prinsip ini dinyatakan dalam UUD Negara RI Tahun 1945 misalnya dalam Pasal 27 ayat (1) yaitu “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan