• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Fitoremediasi Logam Berat Cd2 da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Potensi Fitoremediasi Logam Berat Cd2 da"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

91

Potensi Fitoremediasi Logam Berat Cd2+ dan Hg2+ dari Baterai Bekas Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiver zizanioides)

Koko Tampubolon1*), Lanna Reni Gustianty2), Lokot Ridwan BB 3)

1Program Magister Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155

2,3Dosen Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Asahan, Kisaran 21212

*Coressponding author : koko.tampubolon@gmail.com

ABSTRACT

Used disposable batteries indiscriminately cause the chemicals contained therein (heavy metals) will contaminate the soil. This study aims at the relationship pattern between heavy metal Cd2 + and Hg2 + from the used batteries to wet and dry weight of roots, wet weight and canopy dry on vetiver plants and soil pH changes. Implemented in the experimental field of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra Medan in October to December 2016. Using Non-Factorial Random Block Design (RAK) method consisting of one treatment of heavy metals (cadmium and mercury) from the battery with the dose V0 = 0 g, V1 = 0.80 g, V2 = 1.60 g, V3 = 2.40 g, V4 = 3.20 g. The parameters measured were wet weight and dried root, wet and dry weight of crown, and soil pH. Data analysis with simple linear regression using IBM SPSS Statistic v.20 software. The results showed that heavy metal originating from used batteries in vetiver plant was higher in canopy (wet weight of crown = 0.108 g and dry weight of header = 0.001 g) than in roots (wet root weight = -0.066 g and dry weight of roots = -0.013 g) and may result in a decrease in soil pH (0.030).

Keywords: Battery Used, Phytoremediation, Root Crops

PENDAHULUAN

Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi, berat jenisnya lebih dari 5 g/cm3 (Clemens et al.,

2002). Hgmempunyai densitas 13,55gr/cm3. Diantara semua unsur logam berat, Hgmenduduki urutan pertama dalam

hal sifat racunnya, dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (Fardiaz, 1992 dalam Sudarmaji, dkk., 2006).

Penyusun penting suatu baterai ternyata memiliki unsur kimia yang dapat membahayakan dan mencemari lingkungan dan termasuk dalam kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Baterai bekas merupakan baterai yang sudah tidak digunakan lagi. Baterai mengandung berbagai macam bahan kimia seperti merkuri, mangan, timbal, nikel, lithium, dan kadmium. Merkuri, timbal, nikel, lithium dan kadmium sering ditemukan dalam baterai sekunder, sedangkan mangan sering ditemukan dalam baterai primer. Jika baterai dibuang sembarangan maka bahan kimia yang terkandung di dalamnya akan mencemari air tanah dan membahayakan kesehatan. Secara umum. Banyak dari masyarakat membuang baterai di sembarangan tempat tanpa memperhatikan bahaya dan dampak dari limbah baterai tersebut terhadap lingkungan dan diri sendiri. Sangat sulit untuk menyadarkan masyarakat bagaimana cara membuang limbah berbahaya yang tepat.

Salah satu yang dapat dilakukan adalah tindakan pemulihan agar tanah yang tercemar dapat digunakan kembali dengan aman. Banyak teknologi yang telah digunakan untuk remediasi tanah yang tercemar logam berat. Salah satunya adalah fitoremediasi, yaitu penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi (Alam, 2009 dalam Triastuti, 2010).

Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan

masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam buatan atau reactor maupun in-situ

(langsung di lapangan) pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah (Hardyanti dan Rahayu, 2007).

Persyaratan tanaman yang digunakan sebagai tanaman fitoremediasi di lapangan, antara lain : (i) tahan terhadap unsur logam dalam konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuk, (ii) tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang tinggi dibanding tanaman lain, (iii) memiliki kemampuan mentranslokasi dan mengakumulasi unsur logam dari akar ke tajuk dengan laju yang tinggi (Hidayati, 2005).

Menurut Triastuti (2010), menyatakan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) mempunyai kemampuan dalam

memulihkan tanah tercemar merkuri (Hg2+) pada lahan eks-TPA Keputih, Surabaya dengan cara menyerap dan

(2)

92

Gambar 1. Tanaman Akar Wangi (Sumber : Tampubolon, 2015)

Penelitian ini memilih tanaman akar wangi dikarenakan Vetiveria zizanioides, memiliki kemampuan adaptasi ekologis yang kuat dan produktivitas biomassa yang besar, mudah untuk mengelola dan dapat tumbuh pada berbagai kondisi tanah yang berbeda, yang membuatnya calon fitoremediator ideal mengendalikan pencemaran lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola hubungan antara logam berat Cd2+ dan Hg2+ dari baterai bekas terhadap berat basah dan kering akar, berat basah dan kering tajuk pada tanaman akar wangi serta perubahan pH tanah.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2016. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari satu perlakuan tanpa ulangan yaitu perlakuan logam berat dari baterai bekas dengan taraf dosis V0 = 0 g, V1 = 0.80 g, V2 = 1.60 g, V3 = 2.40 g, V4 = 3.20 g.

Gambar 2. Proses pengambilan karbon baterai bekas.

Pemotongan tanaman akar wangi dilakukan dari indukan dengan ukuran tinggi 20 cm dan panjang akar 8 cm (Chen, et al., 2004). Parameter yang diukur adalah berat basah dan kering akar, berat basah dan kering tajuk, serta

perubahan pH tanah. Pengamatan dilakukan sampai 7 minggu setelah tanam. pH tanah dianalisis dengan ekstrak H2O.

(3)

93

HASIL DAN PEMBAHASAN Berat Basah Akar

Berdasarkan pengamatan dilapangan diketahui berat basah akar tanaman akar wangi pada setiap dosis dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Berat Basah Akar Tanaman Akar Wangi (g)

Perlakuan Berat Basah Akar (g)

V0 3.37

V1 2.72

V2 4.10

V3 2.74

V4 3.03

Pada 7 MST (minggu setelah tanam) diperoleh berat basah akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V2

sebesar 4.10 g sedangkan berat basah akar tanaman terendah terdapat pada perlakuan V1 sebesar 2.72 g.

Hubungan antara perlakuan yang diberikan dengan berat basah akar dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini : Tabel 2. Pola Hubungan antara Perlakuan dengan Berat Basah Akar Tanaman Akar Wangi

Coefficientsa

Berdasarkan tabel 2 diatas diperoleh pola hubungan sebagai berikut : Y = 3.390 – 0.066 X

Nilai variabel logam berat dari baterai bekas (X) sebesar -0.066, artinya setiap kenaikan 1 (satu) nilai logam berat dari baterai bekas akan menurunkan berat basah akar sebesar 0.066 g. Nilai signifikan (0.769) > 0.05, hal ini berarti logam berat dari baterai bekas tidak berpengaruh terhadap berat basah akar tanaman akar wangi.

Berat Kering Akar

Berdasarkan pengamatan dilapangan diketahui berat kering akar tanaman akar wangi pada setiap dosis dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Berat Kering Akar Tanaman Akar Wangi (g)

Perlakuan Berat Kering Akar (g)

V0 1.08

V1 1.01

V2 1.37

V3 0.92

V4 1.06

Pada 7 MST diperoleh berat kering akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V2 sebesar 1.37 g sedangkan

berat kering akar tanaman terendah terdapat pada perlakuan V3 sebesar 0.92 g.

(4)

94

Berdasarkan tabel 4 diatas diperoleh pola hubungan sebagai berikut : Y = 1.127 – 0.013 X

Nilai variabel logam berat dari baterai bekas (X) sebesar -0.013, artinya setiap kenaikan 1 (satu) nilai logam berat dari baterai bekas akan menurunkan berat kering akar sebesar 0.013 g. Nilai signifikan (0.846) > 0.05, hal ini berarti logam berat dari baterai bekas tidak berpengaruh terhadap berat kering akar tanaman akar wangi.

Berat Basah Tajuk

Berdasarkan pengamatan dilapangan diketahui berat basah tajuk tanaman akar wangi pada setiap dosis dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Berat Basah Tajuk Tanaman Akar Wangi (g)

Perlakuan Berat Basah Tajuk (g)

V0 3.79

V1 4.66

V2 4.07

V3 4.18

V4 4.57

Pada 7 MST diperoleh berat basah tajuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V1 sebesar 4.66 g sedangkan

berat basah tajuk tanaman terendah terdapat pada perlakuan kontrol (V0) sebesar 3.79 g.

Hubungan antara perlakuan yang diberikan dengan berat basah tajuk dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini : Tabel 6. Pola Hubungan antara Perlakuan dengan Berat Basah Tajuk Tanaman Akar Wangi

Coefficientsa

Berdasarkan tabel 6 diatas diperoleh pola hubungan sebagai berikut : Y = 3.930 + 0.108 X

Nilai variabel logam berat dari baterai bekas (X) sebesar 0.108 artinya setiap kenaikan 1 (satu) nilai logam berat dari baterai bekas akan meningkatkan berat basah tajuk sebesar 0.108 g. Nilai signifikan (0.420) > 0.05, hal ini berarti logam berat dari baterai bekas tidak berpengaruh terhadap berat basah tajuk tanaman akar wangi.

Berat Kering Tajuk

(5)

95

Tabel 7. Berat Kering Tajuk Tanaman Akar Wangi (g)

Perlakuan Berat Kering Tajuk (g)

V0 0.76 sedangkan berat kering tajuk tanaman terendah terdapat pada perlakuan V2 sebesar 0.72 g.

Hubungan antara perlakuan yang diberikan dengan berat kering tajuk dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini : Tabel 8. Pola Hubungan antara Perlakuan dengan Berat Kering Tajuk Tanaman Akar Wangi

Coefficientsa

Berdasarkan tabel 8 diatas diperoleh pola hubungan sebagai berikut : Y = 0.785 + 0.001 X

Nilai variabel logam berat dari baterai bekas (X) sebesar 0.001 artinya setiap kenaikan 1 (satu) nilai logam berat dari baterai bekas akan meningkatkan berat kering tajuk sebesar 0.001 g. Nilai signifikan (0.969) > 0.05, hal ini berarti logam berat dari baterai bekas tidak berpengaruh terhadap berat kering tajuk tanaman akar wangi.

Keberadaan logam berat yang berasal dari baterai bekas pada zona perakaran mempunyai pola yang negatif terhadap berat basah maupun berat kering akar, tetapi mempunyai pola positif terhadap berat basah maupun berat kering tajuk. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan tanaman akar wangi memiliki kemampuan yang tinggi mentranslokasikan dan mengakumulasikan logam berat dari akar ke tajuk. Berdasarkan uji koefisien determinasi (R) antara perlakuan dengan berat kering tajuk pada tabel 11 dibawah ini :

Tabel 11. Koefisien determinasi (R)

Uji determinasi menunjukkan bahwa nilai (R Square) sebesar 0.225. Hal ini menunjukkan bahwa 22.50% berat kering tajuk tanaman akar wangi dapat dijelaskan oleh perlakuan logam berat yang berasal dari baterai bekas melalui hubungan linier dan sisanya 77.50% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Dengan demikian penambahan berat kering tajuk ini dipengaruhi oleh keberadaan logam berat yang berasal dari baterai bekas. Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayati, (2005) yang menyatakan bahwa syarat karakteristik tumbuhan hiperakumulator adalah : tahan terhadap unsur logam dalam konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuk, tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang tinggi dibanding tanaman lain, memiliki kemampuan untuk mentranslokasi dan mengakumulasi unsur logam dari akar ke tajuk dengan laju yang tinggi.

(6)

96

Gambar 3. Proses penyerapan logam berat. (Sumber : Lou, et al, 2016). pH Tanah

Berdasarkan pengamatan dilapangan diketahui pH tanah awal dan akhir penelitian pada tabel 9 di bawah ini : Tabel 9. pH Tanah penurunan pH tertinggi terdapat pada perlakuan V3 sebesar 0.43.

Hubungan antara perlakuan yang diberikan terhadap perubahan pH tanah dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini :

Tabel 10. Pola Hubungan antara Perlakuan terhadap Perubahan pH Tanah Coefficientsa

Berdasarkan tabel 10 diatas diperoleh pola hubungan sebagai berikut : Y = -0.252 - 0.030 X

Nilai variabel logam berat dari baterai bekas (X) sebesar 0.030 artinya setiap kenaikan 1 (satu) nilai logam berat dari baterai bekas akan menurunkan pH tanah sebesar 0.030 sehingga pH tanah menjadi tergolong masam.

Dengan meningkatnya H+ didalam tanah maka pH tanah semakin masam. Semakin masam tanah maka akan meningkatkan serapan logam berat oleh tanaman. Dengan semakin tinggi logam berat yang diserap maka terjadi penambahan berat basah dan kering tajuk tanaman akar wangi. Hal ini sesuai dengan literatur Lepp (1981) dalam

(7)

97

KESIMPULAN

Logam berat yang berasal dari baterai bekas pada tanaman akar wangi lebih tinggi di tajuk (berat basah tajuk = 0.108 g dan berat kering tajuk = 0.001 g) dibandingkan di akar (berat basah akar = 0.066 g dan berat kering akar = -0.013 g) dan dapat mengakibatkan penurunan pH tanah (0.030).

DAFTAR PUSTAKA

Chen, Y., Z. Shen., and X. Li. 2004. The Use of Vetiver Grass (Vetiveriazizanioides) in the Phytoremediation of Soils

Contaminated with Heavy Metals. Applied Geochemistry Journal, 19 : 1553–1565.

Clemens, S., M. G. Palmgren., and U. Kramer. 2002. A Long Way Ahead: Understanding and Engineering Plant Metal Accumulation. Trends Plant Sci. 7 : 309–315.

Hardyanti, N dan S. S. Rahayu. 2007. Fitoremediasi Phospat Dengan Pemanfaatan Enceng Gondok (Eichhornia

crassipes) (Studi Kasus Pada Limbah Cair Industri Kecil Laundry). Jurnal Presipitasi, vol. 2 (1) : 28-33

Hidayati, N. 2005. Fitoremediasi dan Potensi Tumbuhan Hiperakumulator. Jurnal Hayati, vol. 12 (1) : 35-40.

Luo, Z-B., J. He., A. Polle., H. Rennenberg. 2016. Heavy Metal Accumulation and Signal Transduction in Herbaceous

and Woody Plants : Paving the Way for Enhancing Phytoremediation Efficiency. BiotechnologyAdvances, 40 :

1-18.

Sudarmaji., J. Mukono, dan Corie. I. P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol. 2 (2) : 129-142

Tampubolon, K. 2015. Potensi Tanaman Akar Wangi (Vetiver zizanioides) dalam Fitoremediasi Logam Berat untuk Mewujudkan Medan Cerdas (Smart City). Kumpulan Karya Tulis Ilmiah, Balai Penelitian dan Pengembangan Kota Medan, hal : 8-29.

Triastuti, Y. 2010. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg2+) Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiver

zizanioides) Pada Lahan Eks-TPA Keputih, Surabaya. Skripsi Institut Teknologi Surabaya

Wiguna., Adin Z dan Hindersah, R. 2007. ”Pengaruh Lumpur Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Pupuk Kotoran Sapi Terhadap Pb dan Cd Tanah Serta Akumulasinya pada Biji Jagung Manis”. Jurnal Biologi Vol. 6 (2)

Gambar

Gambar 1.  Tanaman Akar Wangi (Sumber : Tampubolon, 2015)
Tabel 6.  Pola Hubungan antara Perlakuan dengan Berat Basah Tajuk Tanaman Akar Wangi
Tabel 7. Berat Kering Tajuk Tanaman Akar Wangi (g) Perlakuan Berat Kering Tajuk (g)
Tabel 10. Pola Hubungan antara Perlakuan terhadap Perubahan pH Tanah Coefficientsa

Referensi

Dokumen terkait

Sebaiknya Kantor Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap(SAMSAT) Kabupaten Kutai Barat lebih giat lagi dalam mensosialisasikan dengan menggunakan media-media

Fenomena ini penata dapatkan saat penata pergi ke pantai Padang Galak pada senja hari, dimana saat itu penata ingin jalan-jalan dan makan-makan bersama keluarga di sebuah

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mencari model matematika dari ma- salah pemenuhan kebutuhan air bersih dan memprediksi jumlah pipa tersier, yaitu jum- lah

Temuan tersebut secara umum senada dengan teori yang dikemukanan oleh Kompri (2014) intinya menyatakan bahwa dalam pemberian kode barang perlu memperhatikan

Kalsium klorida diproduksi dari batu kapur (kalsium karbonat) yang direaksikan dengan asam klorida (HCl) pada kondisi tertentu untuk dapat bereaksi menjadi

Dalam pengujian normalitas dan homogenitas didapatkan hasil dari ketiga waktu tersebut bahwa data memiliki distribusi yang normal dan homogen maka akan dilanjutkan

Dengan kata lain, dalam masyarakat pra-modern sebagian besar makna disajikan kepada manusia sebagai sesuatu yang dianggap pasti; yaitu biasanya sebagai fakta