PENENTUAN TINGKAT PENCEMARAN
LOGAM BERAT DENGAN
ANALISIS
RAMBUT
OLEH :
MUCHAMMAD
/ R I
IAENl
Orasi
Ilmiah
Guru Besar Tetap Ilmu I h i a Lingkungan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
INSTITUT
PERTANLAN
BOGOR
PENENTUAN TINGKAT PENCEMARAN
LOGAM
BERAT DENGAN
ANALISIS
RAMBUT
OLEH :
MUCHAMMAD
N U
ImENl
Orasi
Ilmiah
Guru Besar Tetap Ilmu Kimia Lingkungan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
P
Hami ucaphar, terim has$ atas hebadwar, Ibu/Bapah/Saudaradalan, acara :
Orasi Ilmiab
Guru Besar Tetap Kimia Linghungan
Fahultas Matematiha dan llmu Pengetabuan Alaa
Institut Pertanian Bogor
Yang terhormat Bapak Rektor lnstitut Pertanian Bogor
Yang terhormat para anggota Senat lnstitut Pertanian
Bogor
Yang terhormat Bapak-Bapak, Ibu-lbu dan Saudara-
Saudara hadirin
Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh,
Marilah kita sama-sama memanjatkan puji dan syukur ke
hadirat-Nya atas Rakhmat dan Karunia yang telah dilimpahkan kepada kita semua.
Semoga kita semua selalu dalam bimbingan dan lindungan-
Nya.
Terimakasih atas kehadiran Bapak, Ibu, Saudara dan
Hadirin semua yang telah berkenan datang memenuhi
undangan kami pada acara Orasi llmiah hari ini.
lnsya Allah kehadiran Bapak-lbu menjadi ajang silaturrahmi
yang diridhai Allah Subhanahu Wata'ala.
Amien.
Hadirin yang saya hormati, perkenankanlah saya mem-
bacakan Orasi tlmiah saya, yang be judul :
DAFTAR PUSTAKA
Ali, E.A, M.M. Nasralla, dan A.A. Shakour. 1986. Spatial and Seasonal Variation of Lead in Cairo Atmosphere. Envi-
ronment Pollut (Series B) : Vol 11 : 205
-
21 0Bunce, Nigel J. 1990. Environmental Chemistry. Wuerz Publishing Ltd. Canada.
Canadian Council of Resource dan Environmental Minister. 1981. Canadian Quality Guidelines. Canada.
Caserett, L. J. dan J. Doull. 1975. Toxicology the Basic Science of Poisons. MacMillan Publising Co., Inc. New York.
Chaney, R. L. 1980. Health Risks Associated with Toxic Metal in
Municipal Sludge dalam Biton, B. L., Damron, B. T. Edds
and J. M. Davidson : ed. Ludge : Health Risks of Land
Application Proc. Ann Arbor Science Publisher, INC. Michigan.
Cohen dan Roe. 1991. Review of Lead Toxicology Relevant to the Safety Assessment of Lead Acetate as a Hair
Colouring. Fd Chem. Toxic Vol. 29(7) : 485-507.
Pergamon Press. Plc.
Chigbo, E. F. , W. S. Ralph, dan L. S. Fred. 1992. Uptake of
As, Cd, Pb, Hg from Polluted Water by Water Hyacinth
Eichomia crassipes dalam Environmental Pollution.
London.
Dahlan, E. N. 1989. Studi Kemampuan Tanaman Menyerap
Timbal Emisi dan Kendaraan Bermotor. Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Darrnono. 1995. Logam Berat dalam Sistem Biologi Makhluk
Fatdiaz, S. 1995. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.
Fergusson, J. E. 1991. The Heavy Elements Chemistry
Environmental Impact and Health Effects. Pergamon
Press.
Ranagan, J. T.; K. J. Wade; A. Curie; dan D. J. Curtis. 1980.
The Deposition of Lead and Zinc from Traffic Pollution on the Road Side Shrubs. Environmental Pollut (Series B),
1 : 71
-
78.Florence, T. M. dan R. T. Setright. 1994. The Handbook of
Preventive Medicine. Kingsclear Books. 2/77 Willoughby
Road Crows Nest 2065.
Friberg, L. , C. G. Elinder, T. Kjellstorrn, dan G. F. Nordberg.
1985 dalam 0. Ravera (ed), Biological Effect of Fresh- water Pollution. Proceeding of the Course Held at the Joint Research Center of Commission Communities Ispra.
Pergamon Press. Oxford : 131
-
155.Gan, Sulistia. 1980. Farmakologi dan Terapi. Edisi 2. Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Hamid, L. Z. 1991. Dampak Pollutan Plumbum (limbal) terhadap
Lingkungan Hidup dan Kesehatan Manusia. Jumal Ling-
kungan dan Pembangunan. Vol. 11 (3) : 173
-
182.Hill, John W. 1984. Chemistry for. Changing Times (4th ed).
Burgess Publishing, Minnesota.
Hughes, M. N. 1981. The Inorganic Chemistry of Biological
Process, John Wiley & Sons. New York.
Kunti Sri Panca Dewi dan M. S. Saeni. 1997. Tingkat
Pencemaran Logam Berat Hg, Pb, dan Cd dalam
Sayuran, Air Minum dan Rambut di Denpasar, Gianyar
dan Tabanan. Buletin Kimia No. 12, IPB.
Loriwer, L. T.1993. Encyclopedia Americana. Grolier Incorporated.
Lavender, D. A. dan L. Cheng. 1980. Micronutrient Interaction Vitamins, Minerals and Hazardous Element. Annals of New York Academy of Sciences. The New York Aca- demy of Sciences. New York.
Lubis, E. dan Y. Sofyan. 1986. Penyerapan Cr oleh Eceng
Gondok dari Larutan Media Tanam Menggunakan Peru- nut Cr-51. Majalah BATAN. Jakarta.
Manahan S. E. 1994. Environmental Chemistry. Willard Press.
Boston.
Mercer, E. H. 1969. Keratin dalam Advances in Biology of Skin
"Hair Growthn William Montage dan Richard, L. D.).
Pergamon Press. Oxford.
Miettinen, J. K. 1977. Inorganic Trace Element as Water
Pollution to Health Man and Aquatic Biota dalam F. Coulation and E. Mrak, Ed., Water Quality Process of
an lnt. Forum Academic Press. New York :A33
-
136.Moewarni, P. dan C. Siallagan. 1987. Metode Penelitian Kualitas
Fisik Lingkungan. Bahan Penataran Metode Penelitian llmu Lingkungan Ill. Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Jakarta.
Notohadiprawiro, T., M. Suryanto, H. Shodiq, dan A.A. Asmara.
1991. Nilai Pupuk Kering Limbah (Sludge) Kawasan In- dustri dan Dampak Penggunaannya sebagai Lingkungan.
llmu Pertanian IV (7) : 361
-
384.O'Koeffe, D. H. dan J. K. Hardy. 1984. Cadmium Uptake by the
Water Hyacinth. Effects of Sollution Factors dalam Envi- ronmental Pollution. London.
Owen, 0. S. 1980. Natural Resources Conservation. McMillan
Publ. Co, New York.
Panjaitan, Canadian Z. 1991. Tetap Bugar sampai Tua. Indonesia
Pettrucci, Ralph H. 1982. General Chemistry. McMillan Publising Co. INC. New York.
Piotrowski, J.K. dan D. 0. Coleman. 1980. Environmental
Hazard of Heavy Metal: Summary Evaluation of Lead, Cadmium and Mercury. WHO, Geneva.
Rahayu, L. 1995. Analisis Jumlah Klorofil dan Kandungan Logam
Berat Pb dalam Jaringan Daun Akibat Pencemaran
Lalulintas. Manusia dan Lingkungan 11 (5) : 53
-
66.Ratcliffe, J. M. 1981. Lead in Man and the Environment. Ellis
Hotwood Limited, Chichester.
Rustiawan, A. 1994. Kandungan Logam Berat Timah Hitam pada
Komoditi Buah-Buahan dan Sayuran di Wilayah DKI Jakarta. Tesis S2 FPS IPB. Bogor.
Saeni, M. S. 1989. Kimia Lingkungan. Dept. Pendidikan dan
Kebudayaan, Dirjen Perguruan Tinggi, PAU llmu Hayat, IPB. Bogor.
Saeni, M. S. 1995. The Correlation Between the Concentration of
Heavy Metals (Pb, Cu, and Hg) in the Environment and
Human Hair. Buletin Kimia No. 9, IPB. Bogor.
Saeni, M. S. dan H. R Wuryandari 1997. Pengamh Pencemaran
Pb, Cd, dan Cu dalam Kangkung, Bayam, dan Air terhadap Pencemaran dalam Rarnbut di Kotamadya
Bogor, Buletin Kimia No. 12, IPB.
Sanusi, H. S. 1985. Akumulasi Logam Berat Hg dan Cd pada
Tubuh lkan Bandeng (Chanos chanos orskal). Disertasi
Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor.
Soedigdo. 1981. Permasalahan Kimia Masa Kini. SPS. Dept.
Kimia ITB. Bandung.
Soemarwoto, 0. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pemba-
Sommers, L. E. 1980. Toxic Metal in Agricultural Crops dalam
Bitton, B. L. Damron, G. T. Edds dan J. M. Davidson, Ed.
Sludge : Health Risk of and Application. Proc. Ann Arbor
Science Publisher, Inc. Michigan.
Steinnes, E. 1990. Mercury dalam Heavy Metals in Soils, John
Wiley and Sons, Inc. New York.
Stowsand, G. S. 1986. Trace Metal Problems with Industrial
Waste Materials Applied Vegetable Producing Soils dalam H. D. Graham, Ed. Publising Company, Inc. Westport, Connecticut.
Sutrisno, H. dan D. Salirawati. 1993. Pencemaran Lingkungan
oleh Proses Metilasi Logam Berat. Cakrawala Pendidikan
No. 2 Thn. XI!, Juni : 101
-
109:Toribara. T. Y. dan Jackson, D. A. 1982. Nondestructive X-Ray
Fluorescence Spectrometry for Determination of Trace Elements along a Single of Hair Analytical Chemistly Vol.
54, No. 11, September 1982.
Tsalev, D. L. dan Z. K. Zaprinov. 1985. Atomic Absorption
Spectrometry in Occupation and Environmental Health
Wol. 1). CRC, INC. Florida.
Waldbott, G. L. 1978. Health Effect of Environmental Pollutants.
2"d ed. Saint Louis : The CV Mosby Company.
WHO. 1984. Guidelines for Drinking Water Quality, Health
PENENTUAN TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT DENGAN ANALISIS RAMBUT
PENDAHULUAN
Salah satu jenis bahan pencemar yang dapat
membahayakan kesehatan manusia adalah logam berat.
Zat yang bersifat racun dan yang sering mencemari ling-
kungan misalnya merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd),
dan tembaga (Cu). Logam-logam berat Hg, Pb, dan Cd
tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia, sehingga bila
makanan tercemar oleh logam-logam tersebut, tubuh akan
mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan terakumulasi
pada bagian tubuh tertentu, seperti ginjal, hati, kuku,
jaringan lemak, dan rambut. Walaupun sampai sekarang
belum diketahui berapa waktu yang dibutuhkan oleh logam
berat dari masuknya ke dalam tubuh sampai terserap oleh
rambut, dalam ulasan ini dicoba untuk menentukan tingkat
pencemaran logam berat berdasar kadamya dalam makan-
an, air minum dan dalarn rambut.
Rambut adalah bagian tubuh dari makhluk hidup yang
banyak mengandung protein struktural yang tersusun oleh
asam-asam amino sistin yang mengandung ikatan disulfida
(- SH) yang berkemampuan mengikat logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap logam berat,
khususnya Pb adalah nutrisi, kehamilan, dan umur (Hamid,
1991). Kekurangan gizi akan meningkatkan kadar Pb yang
bebas dalam darah. Fergusson (1991) menyatakan bahwa
kadar Ca dan Fe yang tinggi dalam makanan akan
menurunkan penyerapan Pb dan sebaliknya bila tubuh
kekurangan Ca dan Fe, penyerapan Pb akan meningkat.
Dinyatakan juga bahwa defisiensi Fe dan P akan meng-
akibatkan gangguan ekskresi Pb dari tulang, sehingga
meningkatkan kadarnya pada jaringan lunak dan menye-
babkan hemotoksisitas.
Logam berat tertentu juga dibutuhkan dalam proses
kehidupan. Misalnya dalam proses metabolisme untuk
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh. Sebagai
contoh Co dibutuhkan untuk pembentukan vitamin Biz, Fe dibutuhkan untuk pembuatan hemoglobin, dan Zn berfungsi
dalam enzim-enzim hidrogenase (Waldichuk, 1974 dalam
Sanusi, 1985).
Bila manusia banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung logam berat dan ikut dalam aliran darah
dalam tubuh, maka akan timbul gejala tertentu dan bahkan
jumlah yang membahayakan dapat lewat rantai pangan
pendek (hewan-manusia), atau lewat rantai pangan panjang
(tanaman
-
hewan-
manusia) (Notohadiprawiro, 1995). Pada saat ini penelitian tentang pencemaran logamberat masih dilakukan terhadap lingkungan perairan, tanah,
dan udara. Penelitian ini masih jarang dilakukan terhadap
kandungan logam berat yang masuk ke dalam tubuh. Agak
sulit untuk mengevaluasi hubungan antara kandungan
logam berat di lingkungan dengan logam berat yang
diabsorpsi oleh tubuh.
SlFAT FlSlK DAN KlMlA BEBERAPA LOGAM BERAT Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot
jenis lebih besar dari 5 g/cm3, terletak di sudut kanan bawah daftar berkala, mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap unsur S dan biasanya bemomor atom 22 sampai
92 dari periode 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Afinitas yang
tinggi terhadap unsur S mendorong terjadinya ikatan logam
berat dengan S pada setiap kesempatan.
Sebagian logam berat merupakan zat pencemar yang
berbahaya. Logam-logam ini bereaksi dengan unsur
belerang dalam enzim, sehingga enzim tersebut menjadi
dalam asam amino juga bereaksi dengan logam berat.
Kadmium, tembaga, dan merkuri diikat dalam membran
yang menghambat proses transport melalui dinding sel.
Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis
atau dapat juga mengkatalisis penguraiannya (Manahan,
1994).
Bryan (1976) dalam Rustiawan (1989) menyatakan
bahwa unsur-unsur logam berat tersebar di perrnukaan
bumi, di tanah, air, dan udara. Logam-logam berat tersebut
dapat berbentuk senyawa organik, anorganik, atau terikat
dalam senyawa logam yang lebih berbahaya daripada
keadaan muminya. Merkuri, timbal, dan arsen dengan
bantuan bakteri yang mengandung koenzim metilokoba-
lamin akan mengubah logam berat menjadi senyawa metil
dari logam tersebut yang sangat berbahaya baik dalam
bentuk gas maupun a i r .
Disamping melalui mulut dari makanan dan minuman,
unsur-unsur logam berat juga dapat masuk ke dalam tubuh
melalui pemafasan dan kulit. Mengingat logam berat mem-
punyai afinitas tinggi terhadap senyawa sulfida, seperti
gugus sulfhidril dan disulfida, maka ion-ion logam berat
dapat terjerat pada gugus ini, sehingga enzim menjadi tak-
aktif. Misalnya pada pengikatan ion merkuri oleh gugus
enzim dengan enzim gugus sulfhidril (tak-aktif)
ion arsenit Enzim Enzim . .
(tak akti9 '
Berikut ini dijelaskan rincian sifat-sifat beberapa logam
berat :
(a). Merkuri (Hg) :
Logam merkuri masuk ke dalam tubuh manusia
melalui bahan pangan yang dikonsumsi, baik dari tanaman
maupun hewan yang telah terkontaminasi oleh logam
tersebut. Merkuri mempunyai tekanan uap pada suhu
kamar, sehingga uap merkuri dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pemafasan. Proses ini dapat
terjadi terutama pada orang-orang yang bekerja dengan
merkuri, misalnya dokter dan perawat gigi pada waktu
membuat amalgam.
Senyawa-senyawa merkuri dapat mengalami
transformasi hayati ke dalam lingkungan maupun di dalam
tubuh. Ion metilmerkuri (CH3Hg') merupakan bentuk se-
nyawa yang sangat beracun dan membahayakan
kesehatan manusia. Kadar metilmerkuri yang menyebabkan
keracunan pada manusia sebesar 9
-
24 ppm, yang setara dengan 0,3 mg Hg per 70 kg bobot badan per hari(Lavender dan Cheng, 1980).
Faktor makanan dapat mempengaruhi waktu retensi
dari metilmerkuri yang masuk melalui mulut dari makanan
lemak rendah dapat menurunkan waktu retensi metilmerkuri
pada tikus. Kadar vitamin E yang tinggi dapat menurunkan
tingkat kematian akibat terserapnya metilmerkuri dan
merkuriklorida.
Pelepasan merkuri ke dalam tanah, air, dan udara
pada saat ini kebanyakan berasal dari keaktifan antropo- genik yang dapat melalui beberapa proses :
1. Penambangan dan peleburan bijih, terutama pada
peleburan tambang Cu dan Zn.
2. Pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara.
3. Proses-proses produksi dalam suatu industri, terutama
pada proses kloralkali sel Hg untuk memproduksi gas
klor dan NaOH.
4. lnsenerasi buangan.
Secara global efek antropokogenik tahunan yang
dilepas ke lingkungan sekitar 3 x
l o 6
kg selama tahun 1900,dan telah naik menjadi sekitar 9 x
l o 6
kg selama tahun 1970. Pelepasannya ke lingkungan lebih kurang 45% keudara, 7% ke air, dan 48% ke dalam tanah.
Efek bahaya dari merkuri :
Sampai sekarang belum diketahui fungsi biologis
esensial dari logam Hg. Sebaliknya, Hg merupakan unsur
tinggi. Semua senyawa kimia Hg juga toksik bagi manusia.
Garam-garam merkuri memperlihatkan toksisitas yang
sangat akut dengan bemacam gejala dan bahayanya,
misalnya pneumonia dan oedema paw, tremor dan gingivis.
Beberapa senyawa organomerkuri, terutama alkilmerkuri
berbobot molekul rendah tergolong lebih berbahaya
terhadap manusia karena toksisitas kronisnya dengan
pengaruh yang berrnacam-macam. Misalnya tak dapat balik
dan merusak sistem saraf. Dalam kasus ini yang paling
penting adalah metilmerkuri, karena zat ini dapat dihasilkan
oleh mikroorganisme dari ion H ~ ~ ' dalam lingkungan alami
yang berbeda. Metilmerkuri mengakibatkan efek teratogenik
kuat, karsinogenik, dan aktivitas mutagenik. Disamping itu
keracunan oleh merkuri organik adalah berupa gangguan
saraf yaitu ataksia, hiperestese (peka), konvulsi, kebutaan,
koma, dan kematian.
Keracunan Hg akhir-akhir ini lebih sering terjadi. Kasus awal tejadi di Jepang pada tahun 1953
-
1960,sewaktu penduduk di kota kecil Minamata teracuni
metilmerkuri dengan konsentrasi tinggi dari limbah pabrik
polivinil asetat (PVA) karena masyarakat mengkonsumsi
ikan dari teluk Minamata. Keracunan hewan liar di Swedia
akibat makan biji-bijian yang telah diperlakukan dengan
terjadi di lrak pada tahun 1971 yang memakan korban sampai 400 orang, akibat kesalahan menggunakan bibit gandum yang telah diberi fungisida yang mengandung
raksa.
Penelitian kemudian dilakukan secara intensif sejak
peristiwa-peristiwa ini. Sampai beberapa dekade kemudian
menunjukkan bahwa kandungan metilmerkuri dalam daging
ikan terus naik dan tersebar secara global.
Di lain pihak, tampaknya Hg tidak memperlihatkan
masalah utama terhadap fitotoksisitas. Konsentrasi Hg yang
mengakibatkan gejala toksik bagi tanaman jauh lebih tinggi
dibanding konsentrasi normal dalam tanah. Pada umumnya
penyerapan Hg dari tanah ke tanaman rendah, dan akar
berfungsi sebagai penghalang (barrier) pada penyerapan
Hg (Steinnes, 1990).
---
*---Pera~ran lkan Kerang
[image:20.406.47.336.183.493.2](b). Timbal (Pb) :
Timbal banyak digunakan pada industri batere,
kabel, cat (sebagai zat pewarna), penyepuhan, pestisida,
dan yang paling banyak digunakan dipakai sebagai zat anti
letup pada bensin. Timbal ditambahkan pada bensin dalam
bentuk timbal tetraetil, Pb(C2H5)4 atau sebagai timbal
tetrametil, Pb(CH&. Penambahan senyawa ini juga dicam-
pur lagi dengan senyawa etilen diklorida, C2H4CI2 atau
etilen dibromida, C2H4Br2 dengan tujuan untuk mening-
katkan nilai oktana dari bensin. Dengan demikian timbal
tidak mengendap dalam silinder atau busi, sehingga efi-
siensi dan waktu pemakaian mesin menjadi lebih baik
(Holun, 1977 dalam Dahlan, 1989).
Jumlah Pb yang ditambahkan ke dalam bensin
berbeda-beda di setiap negara. Di Indonesia setiap liter
bensin premium yang dijual dengan nilai oktana 87 dan
bensin super dengan nilai oktana 98, masing-masing
mengandung 0,70 g dan 0,84 g senyawa timbal-tetraetil
atau timbal-tetrametit, yang berarti sebanyak 0,56 g Pb
akan dibuang ke udara untuk setiap liter bensin yang
digunakan (Rustiawan, 1994).
Fergusson (1991) menyebutkan bahwa partikel Pb
yang dikeluarkan oleh asap kendaraan berrnotor berukuran
time) di udara selama 4
-
40 hari. Masa tinggal yang cukup lama ini menyebabkan partikel Pb dapat disebarkanangin hingga mencapai jarak 100
-
1000 km dari sumber- nya.Penyebaran bahan pencemar di udara sangat
dipengaruhi oleh cuaca. Tiupan angin dapat bekerja
mengencerkan zat pencemar udara, sehingga dapat
memperkecil bahaya dan kerugian akibat zat pencemar
tersebut. Walaupun demikian, sifat tersebut akan meng-
akibatkan semakin meluasnya daerah yang terkena pence-
maran jika dibandingkan seandainya tidak ada tiupan angin
(Owen, 1980).
Setelah pembakaran bensin, timbal akan keluar dalam
bentuk PbC12 atau PbBr2, atau sebagai partikel Pb yang
sangat halus. Sebagian dari Pb akan tetap berada di udara
dan sebagian lagi akan jatuh ke permukaan bumi dan
mengendap. Tinggi rendahnya konsentrasi Pb di atmosfir
dipengaruhi oleh kecepatan angin, hujan, vegetasi, gedung-
gedung tinggi, jalan yang sempit dan kemacetan lalu-lintas
(Ali, et a/, 1986). Timbal juga digunakan sebagai zat penyusun. patri atau solder dan sebagai formulasi
penyambung pipa yang mengakibatkan air untuk rumah-
tangga mempunyai banyak kemungkinan kontak dengan
Dalam konsentrasi kecil, semua bahan pangan alami
mengandung timbal, dan dalam prosesing makanan mung-
kin konsentrasi timbal akan bertambah (Fardiaz, 1995).
Adanya kontaminasi timbal dalam tubuh dapat diketahui
melalui penentuan kadar timbal daIam darah, gigi, dan
rambut. Selain dari makanan, udara, dan air, timbal dalam rambut dapat berasal dari cat rambut yang mengandung
timbal asetat dan dapat juga berasal dari debu (Cohen dan
Roe, 1991).
Gejala keracunan timbal dapat berupa mual,
anemia, sakit di sekitar perut dan dapat menyebabkan
kelumpuhan (Piotrowski dan Coleman, 1980). Timbal juga dapat mempengaruhi sistem saraf, intelegensia, dan per-
tumbuhan anak-anak. Hal ini disebabkan karena timbal
dalam tulang dapat mengganti kalsium, sehingga dapat
menyebabkan kelumpuhan. Soemarwoto (1985) juga
menyatakan bahwa anemia bisa te Qadi karena timbal dalam darah akan mempengaruhi aktivitas enzim asam delta
amino levulonat dehid atase (ALAD) dalam pembentukan
hemoglobin pada bu4r-butir darah merah. Defisiensi Ca,
Fe, Zn, Cu, dan fosfat akan meningkatkan penyerapan timbal oleh jaringan tubuh (Cohen dan Roe, 1991).
Timbal berpengaruh tehadap darah melalui dua cara,
dalam sumsum tulang dan menimbulkan bintik-bintik pada
sel-sel darah merah serta anemia, dan (2) menghambat
sintesis hemoglobin oleh gangguan Pb pada dua zat
penting untuk membentuk hemoglobin, yaitu asam amino
delta levulonat dan korproporfin Ill (Waldbott, 1978).
Ginjal adalah organ sasaran utama bagi kelebihan
logam berat. Kemungkinan mekanisme keracunan ginjal
oleh beberapa logam berat disebabkan karena efeknya
pada enzim dehidrogenase pada gugus
-
SH. Pada kasus keracunan akut, beberapa logam berat seperti As, Bi, Cd,Pb, Hg, dan U menyebabkan nekrosis tubular, oligosuria,
dan kegagalan fungsi ginjal (Casarett dan Doull 1975 ; Gan,
1980).
Menurut Tsalev dan Zaprinev (1985), besarnya
tingkat keracunan timbal dipengaruhi oleh :
(1). Umur : Janin yang masih berada dalam kandungan, balita dan anak-anak lebih rentan dibanding orang
dewasa.
(2). Jenis kelamin : Wanita lebih rentan dibandingkan pria.
(3). Penderita penyakit keturunan atau orang-orang yang
sedang sakit akan lebih rentan.
(4). Musim : Musim panas akan meningkatkan daya racun terutama terhadap anak-anak.
Orang-orang yang bekerja langsung berhubungan
dengan bensin atau terkena uapnya seperti petugas pompa
bensin dan pintu toll polisi lalu-lintas, supir taksi dan
pegawai bengkel dapat mengakumulasi Pb di dalam
darahnya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja lain.
Tingginya Pb dalam darah akan mempengaruhi aktivitas
enzim delta ALAD dalam pembentukan hemoglobin di butir
darah merah. Terganggunya enzim delta ALAD dalam
memproduksi hemoglobin dapat mengakibatkan anemia
(Soemarwoto, 1983; Fergusson, 1991).
Partikel-partikel uap Pb bila terhirup lewat saluran
pemafasan akan merusak kesehatan. Partikel halus yang
terhirup masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya ke
dalam darah. Timbal dapat merusak dengan berbagai cara seperti pengurangan set-sel darah merah, penurunan
sintesis hemoglobin, dan penghambatan sintesis heme
yang menimbulkan anemia. Secara umum mekanisme
timbulnya anemia akibat Pb dijelaskan oleh Soedigdo
(1981) yaitu akibat terbentuknya senyawa Pb dengan
enzim. Kompleks yang terbentuk menjadi tidak aktif, yang berakibat terhambatnya sintesis darah merah (Hb)
.
danDisamping pengaruh hematologi, timbal juga dikenal
sebagai penghambat kelahiran yang menyebabkan ste-
nlitas, keguguran, dan kematian janin (Piotrowski dan
Coleman, 1980). Secara umum daya rawn timbal yang akut pada manusia menyebabkan kerusakan hebat pada
ginjal, sistem reproduksi, hati, otak, sistem saraf sentral, dan mengakibatkan sakit yang parah dan kematian.
Pengaruh proses pelapisan kertas timbal atau cat dengan
kandungan timbal tinggi diperkirakan telah menyebabkan
penghambatan mental pada anak-anak, terutama bagi
mereka yang tinggal di rumah-rumah tua dan tidak meme-
nuhi standar rumah sehat (Saeni, 1989).
(cj.
Kadmium (Cd) :Kadmium adalah salah satu unsur logam berat yang
bersama-sama dengan unsur Zn dan Hg terrnasuk pada
golongan II B daftar berkala. Kadmium jarang sekali diiemu-
kan di alam dalam bentuk bebas. Keberadaannya di alam
dalam berbagai jenis batuan, tanah, dalam batubara dan
minyak. Kadmium dapat terikat pada protein dan molekul
organik. Dalam bentuk mineral, Cd berada dalam batuan
greenochite (CdS) yang berasosiasi dengan batuan ZnS.
Pada ekstraksi pertambangan, Cd sebagai hasil s a v i n g dari tambang seng (kandungan Cd sebesar lebih kurang
3 kg dalam 1 ton Zn). Pelapisan Cd pada suatu logam meng-akibatkan logam menjadi antikorosi bila digunakan
dalam air taut, air alkalis dan di lingkungan tropis
(Fergusson, 1991).
Zat pencemar kadmium bersumber dari buangan
industri, limbah pertambangan, pengelasan logam, dan pipa-pipa air. Secara kimia logam Cd sangat mirip dengan
Zn dan kedua logam ini mengalami proses geokimia
bersama-sama, serta keduanya terlarut dalam air dengan bilangan oksidasi +2.
Pengaruh racun akut dari Cd sangat buruk. Dian-
tara penderita yang keracunan Cd mengalami tekanan
darah tinggi, kerusakan ginjal, jaringan testikular, dan'sel-
sel darah merah (Saeni, 1989). Kadmium dalam tubuh
dapat merusak tulang, dan di Jepang dikenal dengan gejala
"Itai-itain yang diakibatkan oleh pencemaran Cd dari pabrik
cat (Hughes, 1981). Kerja fisiologis Cd memiliki sifat yang
sama dengan Zn, sehingga secara spesifik Cd dapat
mengganti Zn dalam beberapa enzim dan struktur stereo
katalisnya dirusak (Saeni, 1989). Konsentrasi Cd dalam
tubuh yang mengakibatkan keadaan kritis adalah 200 pg/g
pada saat terjadi kegagalan ginjal. Gejala yang terlihat
adalah glikosuria diikuti dengan diuresis dan aminourea,
proteinurea, asidurea dan hiperkalsiurea (Darmono, 1995).
Agar tidak terjadi keracunan karena mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi logam Hg, Pb, dan Cd,
maka ada suatu ketentuan yang disarankan oleh Food
Agricultural Organization
-
World Health Organization, yaitu0,3 mg orang
-'
minggu" untuk Hg total dan tidak lebih dari0,2 mg Hg jika dalam bentuk metil merkuri, 0,4
-
0,5 mg orang-' minggu-' untuk Cd, serta 3 mg Pb total orange'minggu-'
(d). Tembaga (Cu) :
Tidak seperti logam-logam Hg, Pb, dan Cd, logam Cu merupakan unsur renik esensial untuk semua tanaman dan
hewan termasuk manusia, dan diperlukan pada berbagai
sistem enzim. Oleh karena itu Cu harus selalu ada pada
makanan. Sehubungan dengan ha1 ini yang perlu diper-
hatikan adalah agar unsur ini tidak kekurangan dan juga
tidak berlebih (Saeni, 1995). Batas ambang Cu untuk
perikanan dan petemakan sebesar 0,02 ppm dan untuk
yang lebih tinggi Cu akan toksik, terutama untuk bakteri,
ganggang, dan jamur. Oleh karena itu CuS04 dan senyawa
tembaga lain dapat digunakan sebagai pestisida (Pettrucci,
1 982).
Tembaga sangat dibutuhkan oleh tumbuhan
maupun hewan karena Cu adalah komponen utama dalam
beberapa enzim oksidasi. Teori terbaru menyatakan
bahwa kekurangan Cu akan menyebabkan anemia, karena
Cu diperlukan untuk absorpsi dan mobilisasi Fe yang diperlukan untuk pembuatan hemoglobin.
Logam Cu bersama-sama Fe dan Co merupakan mineral yang sangat penting dalam pembentukan set darah
merah. Kobalt dapat meningkatkan jumlah hematokrit,
hemoglobin, dan eritrosit dengan merangsang pemben-
tukan eritropoetin. Eritropoetin berguna untuk mening- katkan absorpsi Fe oleh sumsum tulang. Metabolisme Fe
dan Cu saling terkait, karena unsur ini terdapat dalam
sitokrom oksidase. Defisiensi Cu dapat meningkatkan
absorpsi Fe (Gan, 1980).
Sumber tembaga di lingkungan dapat berasal dari
korosi kuningan dan pipa tembaga oleh air yang asam,
limbah, penggunaan senyawa tembaga sebagai algisida
perairan, fungisida tembaga dari daerah pertanian, dan
udara dari daerah industri (Canadian Council of Research
and Environment Minister, 1987).
Logam Cu memiliki mekanisme metabolisme di
dalam tubuh. Pada saluran pencemaan Cu diabsorpsi dan
diangkut melalui darah berikatan dengan protein albumin
dan transferin ke dalam hati lewat sistem darah portal
hepatis. Logam Cu dalam tubuh berikatan dengan enzim
seperti seroloplasmin, sitokromoksidase, dopamin hidroksi-
dase, tirosinase, amin oksidase, lisil oksidase, dan super-
oksida dismutase. lkatan tersebut memiliki tempat dan
fungsi metabolisme tertentu dalam tubuh. Pada hati,
hampir semua Cu berikatan dengan enzim, terutama enzim
seruloplasmin yang mengandung 90
-
94% dari total kandungan Cu dalam tubuh.Ion Cu dapat mengakibatkan toksik. Gejala yang
timbul pada keracunan Cu akut adalah mual, muntah,
mencret, sakit perut hebat, hemolisis darah, hemog-
lobinuria, nefrosis, kejang dan mati. Pada keracunan kronis,
Cu tertimbun dalam hati dan dapat mengakibatkan hemo-
lisis. Kejadian hemolisis ini disebabkan oleh tertimbunnya
H202
dalam sel darah, sehingga terjadi oksidasi dari lapisanTRANSLOKASI DAN AKUMULASI LOGAM BERAT Dl
LINGKUNGAN
Logam berat tersebar di seluruh perrnukaan bumi,
baik dalam tanah, air, maupun udara. Salah satu logam
berat yang bersifat sangat beracun adalah merkuri dalam
bentuk senyawa organo-merkuri yang mempunyai sifat
sangat stabil di dalam air maupun udara, sehingga tahan
lama di lingkungan.
Logam merkuri dapat masuk ke lingkungan melalui air hujan dari atmosfir atau bisa juga melalui pencucian
tanah. Dari lingkungan logam berat dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pemafasan, kulit, maupun saluran
pencemaan dari makanan atau minuman yang dikonsumsi.
Untuk kelangsungan hidup dan produktivitasnya,
tanaman membutuhkan hara mineral dan air yang diperoleh
dari tanah tempat hidupnya. Bila tanaman itu hidup pada
tanah yang kandungan logam beratnya tinggi, kemungkinan
besar kadar logam berat pada tanaman itu juga tinggi,
karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam
berat (Stowsand, 1986). Selain dari tanah, tanaman juga
dapat menyerap logam berat dari udara melalui daunnya,
misalnya timbal yang dapat masuk ke jaringan daun melalui
Manusia sebagai konsumen hasil tanaman, baik
daun, buah, maupun umbi, dapat terkontaminasi logam berat melalui rantai pangan. Di dalam tubuh logam berat
mengalami magnifikasi, sehingga kadamya akan jauh lebih
tinggi dari kadar logam berat tersebut pada sumbemya. Hal
ini akan membahayakan kesehatan manusia.
Penyerapan logam berat oleh tanaman dipengaruhi
oleh berbagai faktor, misalnya kadamya dalam lingkungan
tanaman, jenis tanaman, pH tanah, curah hujan, dan sebagainya. Kemampuan mengakumulasi logam berat juga
berbeda untuk setiap jenis tanaman. Sommers (1980)
dalam penelitiannya mendapatkan bahwa kemampuan
menerima dan mentranslokasikan logam berat ke berbagai
tanaman berbeda untuk setiap jenis tanaman. Bahkan
spesies yang sama, tetapi tanamannya lain menunjukkan
variasi kadar logam berat yang cukup besar. Dinyatakan
pula bahwa tanaman sayuran seperti selada dan bayam
cenderung mengakumulasi logam Cd dalam jumlah yang
lebih besar dibanding kedele, jagung dan gandum bila
tanaman tersebut ditanam pada kondisi yang sama.
tubuh Cd dapat menggantikan seng dalam enzim dan mengubah struktur stereo dari enzim tersebut, sehingga aktivitas katalisnya rusak. Sebaliknya seng dapat mengu- rangi atau mengeluarkan Cd dari dalam tubuh. Mengingat Cd sangat beracun, khususnya pada ginjal, dan perokok akan dapat memperbesar akumulasi logam berat pada ginjal (Florence dan Setright, 1994).
Timbal bersifat fawn terhadap tubuh manusia, karena unsur ini mempengaruhi metabolisme Ca dan menghalangi beberapa sistem enzim (Rahayu, 1995). Timbal yang masuk ke bagian-bagian tubuh sewaktu-waktu melibatkan fungsi kinetik yang mencakup absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Gambar 2). Ginjal dan hati adalah organ-organ yang dituju oleh logam-logam Hg, Pb, dan Cd.
Absorpsi Pb melalui
[image:33.411.88.374.221.507.2](otot, hati, girrjal+
BlOlNDlKATOR RAMBUT
Gugusan-gugusan sulfhidril (
-
SH) dan disulfida sistin (-
S-
S -) dalam rambut mampu mengikat logam berat yang masuk ke dalam tubuh dan terikat di dalam rambut. Mengingat senyawa sulfida mudah terikat oleh logam berat, maka bila logam berat masuk ke dalam tubuh, logam-logam tersebut akan terikat oleh senyawa sulfida dalam rambut (Pettrucci, 1982).Helai rambut terdiri dari zat tanduk yang berisi protein keratin. Zat ini juga terdapat pada kuku, bulu, dan tanduk hewan menyusui (Mercer, 1969). Fungsi dari rambut adalah untuk melindungi pengaruh panas dan dingin. Pada daerah panas bulu yang halus dan tipis akan melindungi sengatan matahari. Sedangkan pada daerah dingin, bulu yang tebal dapat menahan panas badan (Loriwer, 1993).
Jumlah logam pada rambut berkorelasi dengan jumlah logam yang diabsorpsi oleh tubuh. Oleh karena itu rambut dapat dipakai sebagai bahan biopsi. Dari studi terhadap senyawa metilmerkuri menunjukkan bahwa jumlah senyawa itu dalam rambut berhubungan dengan metil- merkuri di daerah sekitar rambut itu tumbuh (Toribara dan Jackson, 1982).
Rambut seseorang paling tebal padausia 20 tahun, dan setelah itu setiap helai rambut mengisut, sehingga pada usia 70 tahun, rambutnya sudah setipis ketika masih bayi
(Panjaitan, 1991).
Hasil penelitian tentang penentuan tingkat pencemaran logam berat dengan analisis rambut yang telah kami teliti antara lain :
Tabel I. Kandungan Pb, Cu, dan Hg dalam air, kubis, brokoli, dan rambut.
Kandungan :
WaMu Analisis . Bahan Pb (ppm) Cu Hg ( P P ~ ) November, 1994 Air 0 0 0
Kubis 10,20 0,30 6
Brokoli 16,50 0.67 0
Rarnbut 24,50 1,19 8
Desember, 1994 Air 1,45 0 0
Kubis 13,60 0,24 6
Brokoli 17,20 0,71 0 '
Rarnbut 27,60 1,02 17
Januari, 1995 Air 1,05 0 0
Kubis 12,OO 0,4 7 Brokoli 16,50 0,75 0
Rarnbut 27,lO 1,86 18
Rata-rata Air 0,83 0 0
Kubis 11,93 0,34 6,3
Brokoli 16,73 0,71 0
Rambut 26,40 1,36 14,3
Dari data hasil penelitian ini (Tabel I), dapat disim-
pulkan bahwa :
1). Sumber timbal dalam badan berasal dari makanan dan
air minum,
2). Sumber tembaga dalam badan berasal dari makanan,
3). Sumber merkuri dalam badan tidak semata-mata dari sayur-sayuran, tetapi juga dari makanan lain.
4). Persamaan regresi korelasi Cu dalam kubis dan Cu
dalam rambut adalah :
(2). Saeni dan Wuryandari (1997) meneliti "Pengaruh pencemaran Pb, Cd, dan Cu dalam kangkung, bayam, dan air terhadap pencemaran dalam rambut di
Kotamadya Bogor", yang dilakukan pada tahun 1995.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pencemaran logam berat Pb, Cd, dan Cu di Kotamadya
Bogor dengan rambut sebagai bioindikator.
Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa secara umum kandungan Pb dan Cd dalam rambut
sudah melebihi ekskresi normal (Tabel 2).
Tabel2. Kandungan Pb, Cu, dan Cd dalam rambut, kangkung, bayam dan air
Kandungan :
Bahan
Pb (PPrn)
cu
(pprn) cd ( P P ~ ) Air 0,047 0,045 0,030 Bayam 28,464 15,302 2,166 Kangkung 22,234 12,295 1,011Rarnbut 39,837 24,474 1,041
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa lingkungan di
Kodya Bogor telah terkontaminasi oleh Pb, Cu dan- Cd.
Bahkan ada yang sudah sampai ke tingkat mencemari.
Sayur yang diwakili oleh kangkung dan bayam yang
dikonsumsi masyarakat Bogor sudah tercemar oleh ketiga
Cd. Air minum telah tercemari oleh Cd, tetapi tidak oleh
Pb dan Cu.
Hubungan regresi yang diperoleh berkorelasi positif.
Artinya pencemaran kangkung, bayam, dan air oleh Pb, Cu,
dan Cd berpengaruh terhadap pencemaran di rambut.
Hubungan pencemaran Pb dalam kangkung dengan di
rambut adalah :
Y= 0,107 x + 17,855 (r = 0,633*)
(3). Kunti dan Saeni (1997) meneliti "Tingkat pencemaran logam berat
(Hg,
Pb, dan Cd) di dalam sayuran, airminum dan rambut di Denpasar, Gianyar, dan
Tabanan". Penelitian ini dilakukan pada tahun 1996
dan bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pencemaran
Hg, Pb, dan Hg di ketiga kota tersebut melalui contoh
bayam, kangkung, air minum, dan rambut. Dari
Tabel 3. Kandungan rata-rata Hg, Pb dan Cd pada sayuran, air minum, dan rambut di Denpasar, Gianyar dan Tabanan.
Kota Den~asar Kandungan (dalam ppm) :
Gianyar Tabanan Kadar Ha :
Kangkung 0,0054
Bayam 0,0199
Air minum 0,0003
Rambut 0,0406
Kadar Pb :
Kangkung 2,7230 3,3656 2,5421
Bayam 3,6468 3,7309 3,5346
Air minum 0,0663 0,081 3 0,0613
Rambut 38,0346 57,5770 35,5121
Kadar Cd :
Kangkung 0,0310 0,0421 0,0272
Bayarn 0,1336 0,1148 0,1429
Air minurn 0,0095 0,0065 0,0039
Rambut 0,9387 0,9086 0,7320
Dari penelitian ini tampak bahwa kadar Hg pada
bayam di Denpasar (0,0199 ppm) cendenrng lebih tinggi
daripada Gianyar (0,0083 ppm) dan Tabanan (0,0074 ppm).
Kadar Hg dalam air di ketiga lokasi pengamatan sama.
Kadar Hg pada rambut yang tertinggi terdapat di Gianyar.
Kadar timbal pada bayam selalu lebih tinggi daripada
kangkung, baik di Denpasar, Gianyar, maupun Tabanan.
Hal ini disebabkan karena permukaan daun bayam lebih
kasar dan lebih luas dari daun kangkung. Batang dan
tangkai daun bayam berbulu halus, sedangkan batang dan
[image:39.395.70.373.52.522.2]ouan
daun dan batang bayam menyerap partikel Pb lebihmi
dari kangkung. Hal ini didukung oleh Weling, et a1 '1977) dalam Flanagan, ef a1 (1980) yang menyatakan bahwa partikel ' PbC12 yang menempel pada permukaandaun yang berbulu, tujuh kali lebih besar daripada endapan
di atas perrnukaan daun dan batang yang licin. Kadar Pb
air
minum di ketiga kota tersebut sudah melampaui ambangbatas (lebih dari 0,05 ppm). Tingginya kadar Pb tersebut
disebabkan oleh padatnya arus lalu-lintas dan pusat
pariwisata. Kadar Pb di rambut yang tertinggi terdapat di
Gianyar yaitu sebesar 57,5770 ppm, yang disebabkan oleh
arus lalu-lintas yang cukup padat.
Kadar Cd tertinggi terdapat pada bayam, baik di
Denpasar, Gianyar, maupun Tabanan. Kadar Cd pada
bayam di Tabanan cenderung lebih tinggi dari di Gianyar
dan Denpasar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis
tanaman yang mempengaruhi kemampuan untuk menyerap
dan mengakumulasi Cd.
Kandungan Cd pada air minum di Denpasar tertinggi
dibandingkan dengan Gianyar dan Tabanan. Hal ini
disebabkan oleh kepadatan penduduk. Kadmium juga
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
sebagai bahan penstabil dan pewama dalam industri
Tingginya kadar Cd pada rambut di Denpasar
didukung oleh tingginya kadar logam ini di lingkungan,
yang diwakili oleh bayam dan air minum di Denpasar, kadar
Cd-nya juga lebih tinggi daripada Gianyar dan Tabanan.
Jadi pada lingkungan yang lebih tercemar akan
mempengaruhi kadar zat pencemar dalam tubuh yang
dicerrninkan oleh kadarnya pada rambut. Selain makanan
dan air minum, rokok juga merupakan sumber pencemar
Cd. Friberg, et a1 (1986) menyatakan bahwa seorang perokok yang mengisap 20 batang per hari akan
meningkatkan penyerapan Cd per harinya antara 2
-
4 pg.Diperkirakan Cd yang terhirup, 50% berasal dari asap rokok.
Kadmium yang diserap oleh tubuh selanjutnya akan
tertimbun dalam hati, ginjal, tulang, dan gigi. Jika proses
ini berlangsung terus, dapat menimbulkan gejala kera-
cunan, seperti kuning pada gigi, gangguan penciuman,
emfisemia dan proteinuria, sehingga membahayakan
kesehatan masyarakat.
PENUTUP
hadapi pengaruh yang mungkin timbul akibat dari pence- maran tersebut. Bagi para industriawan yang membuang zat pencemar logam berat ke lingkungan hams berupaya untuk menanggulanginya. Upaya penanggulangan pence- maran logam dalam air dapat dilakukan dengan mengen- dapkan kation-kation logam dengan anion yang sesuai. Kebanyakan logam sulfida tidak larut dalam air, oleh karena itu ion-ion logam bisa diendapkan dengan melalukan gas hidrogen sulfida ke dalam limbah yang mengandung kation- kation logam tersebut. Misalnya untuk logam M~', reaksinya:
H2S(g) + ~ ~ ' ( a q )
+
MS(p) + 2H'(aq)Lumpur dari hasil endapan sulfida itu dikumpulkan dan kemudian dibuang. Sulfida merupakan anion basa, oleh karena itu pengendapan akan lebih efisien pada pH tinggi. Pengaturan pH tersebut dapat dinaikkan dengan penambahan kapur untuk menetralkan H2S (Bunce, 1990).
pemanfaatan eceng gondok dapat berperan dalam penang-
gulangan pencemaran air (Lubis, 1986). Hasil percobaan
Chigbo, et a1 (1982) menunjukkan bahwa eceng gondok
dapat mengabsorpsi logam-logam Cd, As, Hg, dan Pb.
Kemampuan penyerapan logam berat oleh eceng gondok
d i p e n g a ~ h i oleh pH, waktu, serta jumlah dan jenis logamnya (O'Koeffe dan James K. Hardy, 1984).
Tanaman-tanaman lain yang dapat digunakan seba-
gai penyerap logam berat adalah mendong (Scirpus arti-
culatus), kangkung (Ipomoea aquatics), dan talas-talasan
(Syngonium sp). Kemampuan tanaman-tanaman tersebut
terhadap penyerapan logam berat masih terus diteliti oleh
Nama : Prof. Dr. Ir. M. S. Saeni, MS.
(NIP 130 256 339)
Tempatrranggal lahir : Punvokerto, 6 April 1944 Agama : Islam
Status perkawinan : Berkeluarga lstri : Rt. Ade Udyani Anak : Zsazsa Meilani Rini Handayani
Ajeng Mega Trianthini
Dimas Adrid Priyo Utomo
Pendidikain Formal :
) -- 1. Doktor, Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Ling-
I /'
-" kungan, Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor (1 986)
2.' Magister Sain, . Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
-
Lingkungan, Fakultas Pascasa rjana IPB, Bogor (1978)
3 . . Sarjana, Fakultas Pertanian IPB (1968)
--4.' SMA Negeri I1 Bagian B, Purwokerto (1962) 5. SMP Negeri I1 Bagian B, Punvokerto (1959)
KursusfPenataran :
1. Research of Heavy Metals (Pb, Cu, and Hg) in the
Environment and bn Human Hair, di University of
Glasgow, Scotland, UK (1 994
-
1995).2. Courses of Physical Chemistry, di University of
Washington, Seatle, USA (1988).
3. Courses of Waste Product Technology, di University of
Tokyo, Jepang (1 982).
4. Kursus Toksikologi Lingkungan di Lembaga Ekologi
UNPAD (1978).
5. Kursus Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
di PPLH IPB (1974
-
1975).Riwayat Kepangkatan :
1. Guru Besar Madya (IVd, 1993)
2. Lektor Kepala (IVc, 1986)
3. Lektor Kepala Madya (IVb, 1982)
4. Lektor (IVa, 1979)
5. Lektor Madya (Illd, 1976)
6. Lektor Muda (Illc, 1974)
7. Asisten Ahli (Illb, 1972)
8. Asisten dhli Madya (Illa, 1969)
Jabatan Sekaran~ :
1. Guru Besar Madya pada Fakultas Matematika dan llmu
Pengetahuan Alam IPB
2. Guru Besar Madya pada Fakultas Teknik Universitas
Sahid. Jakarta
Kepala Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan,
Jurusan Kimia FMlPA IPB
f l
Anggota Tim Psnilai ~ n ~ k a ' Kredit Jabatan TenagaPengajar IPB
@Ketua Penilai Angka Kredit Jabatan Tenaga Pengajar
FMlPA IPB
Kuliah :
So, S1 : 1). Kimia Dasar I 2). Kimia Dasar I1 3). Kimia Umum
4). Kimia Lingkungan
5): Kimia Fisik dan Koloid 6). Kimia Fisik 2
7). Kimia Fisik 3 8). Kimia Fisik 4
9). Kapita Selekta Kimia 10). Kimia Biofisik
1 1). Kimia Perrnukaan
12). Laboratorium Lingkungan
S2, S3 : 1). Kimia Sumberdaya dan Lingkungan
2). Kimia Lingkungan dan Pencemaran
3). Dasar-Dasar Kimia untuk Penelitian
4). Ekotoksikologi Lingkungan
5). Kimia Air
6). Kimia Logam Berat
7). Pengelolaan Limbah
8). Pengendalian Pencemaran lndustri
Bimbinnan Mahasiswa : So, S1, S2, dan S3
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Promotor, Ko-
. Promotor, Penguji, Laporan Akhir, Skripsi, Tesis, dan
Disertasi.
Telah meluluskan 36 sarjana dan masih membimbing
10 mahasiswa program sarjana
Telah meluluskan 30 Magister dan masih membimbing
15 mahasiswa program S2
Telah meluluskan 3 Doktor dan masih membimbing
28 mahasiswa program Doktor
Pennalaman Penelitian :
Ketua, Anggota, Penanggung Jawab, Konsultan, dan Nara
Sumber dalam Penelitian di bidang Lingkungan Hidup,
Departemen Lingkungan Hidup, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertanian, dan Departemen Pendidi- kan dan Kebudayaan.
Publikasi dan Kawa llmiah :
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenan-
kanlah saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan
kepada Rektor IPB dan seluruh anggota Senat Guru Besar
IPB yang telah menyetujui diri saya untuk mendapat kehormatan sebagai Guru Besar Tetap di IPB. Semoga
amanah dan kepercayaan ini dapat saya laksanakan
dengan sebaik-baiknya.
Kepada Rektor Universitas Sahid, sayapun
mengucapkan terimakasih atas segala bantuannya, demi
suksesnya orasi ilmiah ini.
Terimakasih saya ucapkan pada para guru saya
yang telah mendidik saya di Sekolah Rakyat Latihan SGB
Negeri II Purwokerto, SMP Negeri II Bagian B Puwokerto, SMA Negeri II Bagian B Purwokerto yang dengan budi baiknya telah membekali pengetahuan dasar serta budi
pekerti yang baik.
Ucapan terimakasih saya kepada Dekan FMlPA IPB
dan Pembantu-Pembantunya, Ketua Jurusan Kimia dengan
seluruh staf pengajar dan para pegawainya, kepada para
alumni dan mahasiswa FMlPA atas segala perhatian dan
bantuannya sehubungan dengan orasi ilmiah ini. Terima
kasih pula saya ucapkan kepada Panitia Orasi llmiah
Rasa terimakasih saya ucapkan kepada para dosen
saya di Fakultas Pertanian, terutama kepada Ir Sjarif
Hidayat (almarhum) dan Prof. Dr. Ir H. Sitanala Arsjad, yang
telah membimbing saya menempuh program St. Demikian pula saya ucapkan terimakasih kepada Dr. R.T.M.
Sutamiharja, Prof. Dr. Ir. Rudy Tarumingkeng dan Ir. Syafii
Manan M.Sc., Prof. Dr. Juhara Sukra, Prof. Dr. Ir.
Soepangat Soemarto, Prof. Dr. Tony Ungerer, dan Prof. Dr.
Barizi atas segala kesabaran dan ketulusannya yang telah
memberikan bimbingan selama pendidikan saya di S2 dan
SB Fakultas Pascasa jana IPB. Ucapan yang sama saya
sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. F. Gunarwan Soeratmo
sebagai Ketua Program Studi PSL dan Prof. Dr. Ir. H. Edi Guhardja selaku Direktur Program Pascasarjana IPB.
Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada
Center for the Development of Safe Agroindustrial Process,
Fateta, IPB, atas segala partisipasinya dalam acara
orasi ini.
program S2 dan S3 Jurusan PSL, saya ucapkan terimaksih atas segala partisipasinya, semoga peristiwa hari ini menjadi dorongan bagi Saudara untuk mempercepat menyelesaikan studinya. Ucapan terimaksih juga saya ucapkan kepada Staf BAAK dan IPB Press atas segala partisipasinya.
Akhirnya kepada istri saya Rt. Ade Udyani yang telah mendampingi saya selama 21 tahun, saya sampaikan penghargaan dan kasih sayang yang tulus. Rasa dan ungkapan yang sama saya sampaikan kepada keempat anak saya Zsazsa, Rini, Ajeng , dan Dimas.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tidak terhingga saya ucapkan pada almarhum bapak saya Astari dan biyung saya Sadiyah, serta saudara-saudara saya sekandung. Juga kepada ama H. Tb. Bachruddin Rifai dan mamah Hj. Hafsah serta seluruh keluarga besamya, sayapun mengucapkan terimakasih dan penghargaan. Berkat semua pengorbanan dan dorongan serta doa yang tiada putus-putusnya, hari ini saya mendapat kehormatan melakukan orasi.
Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah ke Hadirat Allah SWT, saya akhiri penyampaian orasi ilmiah ini.