• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keamanan Hayati Tanaman Hutan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keamanan Hayati Tanaman Hutan Indonesia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Cibinong, 11 Agustus 2008 Kepada Yth.

Redaksi Jurnal Hutan Tropika Jurusan Manajemen Hutan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No 1

Gedong Meneng

Bandar Lampung 35145

Perihal: Naskah Tulisan Dengan hormat,

Bersama ini kami sampaikan naskah berjudul KEAMANAN HAYATI TANAMAN HUTAN INDONESIA untuk dapat dipertimbangkan pemuatannya pada jurnal yang Bapak/Ibu asuh. Adapun naskah disusun oleh Puspita Deswina.

Apabila naskah mesti diperbaiki terlebih dahulu, mohon agar dapat diinformasikan kembali ke alamat kami. Tetapi jika dapat diterima kami berharap supaya redaksi dapat

mengirimkan jurnal yang memuat naskah tersebut sebagai bukti penulisan. Namun apabila karena sesuatu hal tidak dapat diterima mohon agar redaksi dapat mengembalikan ke alamat kami.

Atas segala perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalam, Penulis

Dra. Puspita Deswina M.Sc Puslit Bioteknologi, LIPI

(2)

Telp 021-8754587 Fax. 021-8754588

Email: puspitadeswina@yahoo.com

KEAMANAN HAYATI TANAMAN HUTAN INDONESIA

(FOREST BIOSAFETY IN INDONESIA)

Puspita Deswina

Email: puspitadeswina@yahoo.com

Puslit Bioteknologi – LIPI

Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong Science Center 16911

.

ABSTRACT

The product of Genetic Modified Organism (GMO) through genetic engineering has been produced a positive benefit beside of there are some awareness from the people about their effect. Even though this argument is not reasonable, it’s need to analyze and approve due to get the real information. Risk assessment need to analyze and evaluate by legal body that are KKH (Biosafety Committee) and TTKH (Biosafety Technical team). The legal regulation that has been used for approve and apply of release the transgenic product in Indonesia is PP No 21 Year 2005.

Key words: Genetic Modified Organism (GMO), risk assessment, transgenic product

PENDAHULUAN

Berbagai masalah serius tengah dihadapi oleh

(3)

penebangan liar saja, tetapi tindakan hukum yang diberikan kepada pelaku tidak seimbang dengan akibat yang dihasilkannya sehingga kegiatan tersebut berlangsung terus dan sulit dihentikan. Kesadaran akan manfaat dan kegunaan hutan itu sendiri perlu dipupuk sejak dini dan terus menerus disosialisasikan ketengah-tengah masyarakat. Dilihat dari sudut pelestarian hutan muncul berbagai persoalan, seperti bagaimana upaya meningkatkan mutu tanaman hutan, mempercepat masa pertumbuhan dan meningkatkan kualitas kayu yang dihasilkan. Ini merupakan tantangan yang harus diselesaikan oleh para ahli di bidangnya masing-masing, terutama pakar kehutanan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan modern khususnya bidang bioteknologi tanaman, tidak tertutup kemungkinan terjadinya kemajuan yang sama dalam bioteknologi tanaman hutan di Indonesia. Di luar Indonesia pengembangan bioteknologi khususnya tanaman kehutanan lebih maju bila dibandingkan dengan negara kita, sehingga mulai dari awal penelitian di laboratorium sampai pada aturan pelepasanpun telah dimiliki.

(4)

yang telah dilakukan, ternyata penghasilan bersih petani penanam kapas-Bt meningkat sehingga mencapai US$ 138/ha, sedangkan penanam kapas non-Bt adalah US$ 76.5/ ha. Tetapi keuntungan ini tidak dapat lama dinikmati oleh petani kapas, karena pada tahun berikutnya Monsanto menolak untuk memperpanjang izin penanaman. Kejadian ini tentu saja merugikan petani, dan berdampak pada pola ekspor dan impor kapas Indonesia. Terbukti dari nilai impor kapas Indonesia dari luar negeri dalam jumlah besar ( pada Tahun 2005 lebih dari 90% kebutuhan kapas utk industri textil di impor dari luar negeri ) (Asosiasi Industri Textil Indonesia, 2005)

Seiring dengan kemajuan bioteknologi di bidang pertanian dan perindustrian, laju perkembangan bioteknologi modern pada tanaman kehutanan juga terus meningkat sesuai dengan kebutuhan dan permintaan terhadap kualitas dan kecepatan tumbuh dari tanaman hutan. Beberapa peneliti dalam negeri dengan bantuan dana dari luar negeri tidak mau ketinggalan, mereka telah mencoba melakukan penelitian terhadap tanaman Jati yang bertujuan untuk mempercepat pembungaan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan kayu dalam waktu yang lebih cepat. Beberapa sifat yang dimodifikasi melalui teknologi rekayasa genetika terutama untuk produk tanaman, bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanaman seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit, cekaman lingkungan dan herbisida serta peningkatkan kualitas dan kuantiítas hasil.

(5)

terbatas, terbukti dari dana yang dianggarkan setiap tahun hanya mencukupi untuk kebutuhan rutin penelitian dan tidak sesuai dengan keperluan penelitian yang ditargetkan, sehingga hasil yang diharapkan tidak mencapai sasaran. Meskipun permasalahannya cukup banyak, tetapi disisi lain, masyarakat sangat mengharapkan dan menantikan produk bioteknologi modern, terutama yang menyangkut kebutuhan hidup dan keperluan bersama dalam meningkatkan kualitas kehidupan umat manusia.

Setiap kemajuan dan perbaikan yang ingin dicapai

tidak terlepas dari konsekuensi ganda yang harus dihadapi dan disikapi dengan bijaksana. Sisi positifnya berupa manfaat dari kemajuan bioteknologi modern tersebut bagi peningkatan koalitas hidup dan kelestarian lingkungan, bisa dengan berkurangnya penggunaan pupuk, pemakaian air dan bahan-bahan pestisida di alam. Selain itu juga ada keuntungan secara ekonomis dengan meningkatnya hasil dan produksi, biaya berkurang sehingga keuntungan akan meningkat.

Sedangkan sisi negatif dari teknik rekayasa

genetika yang dikhawatirkan, perlu dianalisa dan diuji terlebih dahulu kebenarannya, kalau terbukti secara ilmiah membahayakan terhadap lingkungan, kesehatan manusia, hewan dan ternak, maka PRG ini tidak akan diizinkan untuk disebarluaskan di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu prinsip kehati-hatian (precautionary approach) diberlakukan pada proses pengkajian PRG sebelum produk tersebut di lepas atau dimanfaatkan.

(6)

pada tahun 1996, area global tanaman hasil bioteknologi telah meningkat lebih dari lima puluh kali lipat dari 1,7 juta hektar di enam negara menjadi 90 juta hektar di 21 negara tahun 2005 serta melibatkan hampir 8,5 juta petani. Berbagai macam produk tanaman hasil rekayasa genetika sudah ditanam selama lebih dari 10 tahun di banyak negara dan mencakup area yang luas. Sampai saat ini belum ditemukan kerugian seperti timbulnya gulma super, dan ancaman keracunan dan alergi bagi manusia, ternak dan hewan lain yang bermanfaat.

Tanaman transgenik sudah dihasilkan oleh banyak

(7)
(8)

Disamping manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh dari PRG, sebagian masyarakat masih tetap merasa khawatir terhadap dampak yang mungkin dapat ditimbulkan oleh PRG tersebut. Munculnya dugaan bahwa tanaman transgenik dapat menimbulkan resiko keamanan hayati seperti gulma super, perusak habitat alam dan berdampak negatif terhadap organisme bukan sasaran, telah mempengaruhi sebagian orang dalam menilai PRG. Meskipun anggapan tersebut masih dipertanyakan kebenarannya, tetapi perlu kajian dan analisis risiko, untuk mendapatkan informasi yang seimbang serta mendapatkan bukti yang akurat akan dugaan tersebut. Semua potensi yang dapat menimbulkan risiko disebut “potensi risiko”. Teknologi apapun yang digunakan tentu memiliki risiko baik teknologi konvensional maupun teknologi modern seperti Teknologi Rekayasa Genetika. Potensi risiko yang kemungkinan ada tersebut perlu diuji dan dikaji di laboratorium dan di lapangan. Di Indonesia pemerintah telah menunjuk suatu badan yang berwenang melakukan pengujian dan penilaian terhadap produk PRG yaitu Komisi Keamanan Hayati (KKH) serta Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH). Kedua badan ini masih beranggotakan hasil pengangkatan berdasarkan surat Keputusan 4 Menteri Tahun 1999, karena masih menunggu hasil Keputusan Presiden untuk penetapan anggota Komisi yang baru.

(9)

habitat alam, ataukah tanaman tersebut memiliki karakter yang sama dengan tanaman non transgenik. Beberapa tanda dari tanaman yang dikategorikan sebagai tanaman non transgenik dan memiliki potensi sebagai gulma dapat dilihat dari karakter tanaman tersebut yang memiliki ciri-ciri antara lain; mampu bertahan hidup tanpa bantuan manusia, dan mempunyai sifat dormansi. Tanaman transgenik adalah hasil dari pemindahan satu atau lebih gen donor ke varietas tanaman yang sudah dibudidayakan melalui teknologi rekayasa genetika. Pada prinsipnya tanaman transgenik tersebut secara substansial sepadan dengan tanaman aslinya sendiri. Dilihat dari potensi risiko yang dapat dihasilkan dari produk transgenik, tentu saja suatu teknologi baru apapun akan memiliki risiko. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah meminimalkan risiko yang ada.

ATURAN PELEPASAN TANAMAN TRANSGENIK

(10)

TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI

(untuk uji Fasilitas Uji terbatas dan Lapangan Uji Terbatas)

BALAI KLIRING KEAMANAN HAYATI KOMISI KEAMANAN HAYATI

MENTERI atau Kepala LPND yang berwenang dalam Pelepasan dan Peredaran KomoditasMENTERI LINGKUNGAN HIDUP

PEMOHON

PUBLIK

dahulu diuji keamanannya terhadap lingkungan dan keamanan pangan (jika merupakan produk tanaman pangan) dalam suatu

biosafety containment (Fasilitas Uji Terbatas) dan lapangan terbatas sebelum seterusnya dilakukan uji multi lokasi. Urutan pengajuan atau permohonan untuk mendapatkan izin pelepasan produk transgenik di Indonesia tercantum dalam PP No 21 Tahun 2005 (Gambar 2).

Gambar 2: Diagram pemberitahuan dan permintaan perizinan berdasarkan PP Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika.

Dari diagram yang tercantum pada Gambar 2

(11)

rekomendasi keamanan hayati PRG kepada Menteri atau Ketua KKH untuk melakukan pengkajian. Dalam hal pengkajian terkait dengan evaluasi teknis, KKH menugaskan TTKH untuk melakukan pengkajian dokumen teknis dan uji lanjutan. Hasil evaluasi dan kajian teknis keamanan hayati PRG yang dilakukan oleh TTKH disampaikan kepada KKH sebagai bahan penyusunan usul rekomendasi keamanan hayati PRG. Terhadap hasil evaluasi dan kajian teknis tersebut, KKH menyampaikan kepada Balai Kliring Keamanan Hayati (BKKH) selaku perangkat KKH untuk mengumumkan penerimaan permohonan, proses dan ringkasan hasil pengkajian pada situs web BCH (www.indonesiabch.org) yag dapat diakses oleh masyarakat selama 60 (enam puluh) hari untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat menyampaikan tanggapan. Masyarakat tidak perlu lagi merasa tidak mengetahui tentang pelepasan suatu produk hasil rekayasa , karena prosedur pelepasan itu sendiri telah melibatkan public dan diberi kesempatan untuk menyampaikan keberatan apabila dirasa produk hasil rekayasa tersebut berbahaya.

(12)

dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan tindakan terkait pelepasan suatu produk.

Dalam mengimplementasikan pendekatan kehati-hatian terhadap penggunaan PRG, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan dan pedoman, membentuk kelembagaan yang berwenang, mengatur penggunaan produk hasil rekayasa genetik dan membangun fasilitas-fasilitas uji terbatas (FUT). Hasil dari keseriusan berbagai pihak terkait dalam mengelola produk hasil rekayasa genetika salah satunya adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Hasil Rekayasa Genetika seperti yang telah dijelaskan di atas. Peraturan ini dikeluarkan setelah Indonesia meratifikasi Protol Cartagena pada tanggal 16 Agustus 2004, dimana peraturan ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2004.

(13)

dengan pembentukan anggota Komisi dan Tim teknis yang baru.

Sebelum diratifikasinya Protokol Cartagena, Indonesia dalam hal ini pemerintah telah mempersiapkan perangkat kerja, dengan menunjuk Kementerian Lingkungan Hidup, Departemen Pertanian, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia serta instansi terkait lain dalam persiapan sarana implementasi Protokol berupa Kerangka Kerja Nasional Keamanan Hayati (K3H) Indonesia (National Biosafety Framework of Indonesia). Terbentuknya K3H dimaksudkan untuk mengembangkan Kerangka Kerja Nasional Keamanan Hayati beserta komponen-komponennya yaitu peraturan perundangan, administrasi, sistem keterbukaan informasi, pendidikan, peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dan penelitian keamanan hayati yang merupakan bagian sistem yang harus diperkuat. Selain itu juga membuat mekanisme bagi pengambilan keputusan yang kompeten dalam transfer, penanganan dan pemanfaatan PRG yang mungkin mempunyai dampak negatif terhadap konservasi dan penggunaan berkelanjutan keanekaragaman hayati dengan selalu memperhatikan kesehatan dan keselamatan manusia tanpa menimbulkan kendala terhadap penelitian dan pengembangan bioteknologi.

(14)

telah menempuh pendidikan di dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, apapun alasannya pendidikan masyarakat mengenai bioteknologi khususnya rekayasa genetik dan adanya balai kliring keamanan hayati (BKKH-Indonesia) yang telah ditunjuk sebagai badan resmi yang merupakan pusat informasi terkait PRG, seharusnya menjadi agenda utama bagi penentu kebijakan yang berhubungan dengan masalah keamanan PRG. Kekhawatiran yang berlebihan tidak hanya akan menyurutkan perkembangan bioteknologi, bakan dapat memandulkan kemajuan di bidang ilmu itu sendiri. Bioteknologi seharusnya dapat dikuasai dengan baik untuk dapat memanfaatkan megabiodiversitas nasional secara optimal,selain itu juga dapat meningkatkan kesejahteraan dan tingkat hidup ke arah yang lebih baik. Di masa depan krisis pangan akan menjadi issu utama dan memerlukan pemecahan yang bijaksana.

KESIMPULAN

Bioteknologi adalah teknologi mahal, tetapi mengingat manfaat yang dapat diperoleh maka teknologi ini tetap dibutuhkan, maka upaya untuk meminimalkan resiko yang muncul memerlukan keamanan hayati yang memadai .

(15)

(http://www. indonesiabch.org) . Pada saat ini satu-satunya sumber informasi yang tersedia terkait keamanan hayati Indonesia adalah situs web BCH-Indonesia yang bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran informasi ilmiah, teknis, lingkungan, hukum dan pengalaman terkait dengan produk rekayasa genetika. Keikutsertaan publik dalam pengambilan keputusan setiap PRG yang akan dilepas merupakan salah satu persyaratan dalam pelepasan. Di dalam PP No 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Hasil Produk Rekayasa Genétika, Komisi Keamanan Hayati Keamanan Pangan dan Balai Kliring Keamanan Hayati berkewajiban memberi informasi kepada publik terkait tentang pelepasan PRG itu sendiri.

Daftar Pustaka

Bermawie, N; AH Bahagiawati; K. Mulya; D. Santoso; B. Sugiarto, E. Juliantini; Syahyuti; Erizal; Hasnam, M. Herman dan Y.A Trisyono (2004). Pengembangan dan dampak pelepasan produk rekayasa genetika di Indonesia (kasus khusus: Kapas Bt dan Kedelai). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik, Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI, Kementerian Lingkungan Hidup dan United Nations Environmental Program dan Global Environment Facilities (UNEP-GEF)

Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik.

(16)

Slamet-Loedin, IH; P.Deswina; E.S Mulyaningsih; D. Tisnadjaja; K. Mulya; S.E Faisholiyati dan B.S Wardhana (2004). Existing National Biosafety Frameworks in the countries of the sub region. Hasil survey yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan United Nations Environmental Program dan Global Environment Facilities (UNEP-GEF)

Website Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia

(17)

Gambar

Gambar 1: Luas daerah penanaman tanaman transgenik di dunia pada tahun 2006
Gambar 2:  Diagram pemberitahuan dan permintaan perizinan berdasarkan PP  KeamananHayati Produk Rekayasa Genetika.

Referensi

Dokumen terkait

Teks-teks tersebut dikemukakan untuk menghadirkan elemen sanggahan atau penolakan, sehingga kedudukan argumen akan semakin kuat. Keenam komponen tersebut dalam struktur

Nizam adalah salah satu orang terkaya yang pernah hidup dengan kekayaan bersih sebesar $ 230 milliar, dia memiliki koleksi pribadi emas dengan nilai lebih dari $ 100 juta dan

apakah al-tark dapat dijadikan sebuah pijakan teoritis ushuliyah bahwa setiap praktek keagamaan yang tidak pernah dicontohkan dan dikerjakan oleh Rasulullah

Dari hasil evaluasi uji coba tahap II (kelompok besar, n=30) diperoleh persentase 81,1% sehingga variasi latihan teknik shooting untuk ekstrakurikuler bolabasket di SMPN

Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Dalam Pelayanan Keperawatan Di Irna Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2015. Hubungan

Sebagaimana ditampilkan pada Tabel 6 bahwa hampir semua sektor yang mengalami penghapusan hambatan perdagangan berupa penghapusan tarif impor (sebagai proksi dari pembukaan

Bila dikaitkan dengan penelitian ini, penulis mendefinisikan bahwa strategi Media Relations merupakan salah satu kegiatan komunikasi Public Relations PT Bumi