• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT P"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN NILAI EKONOMI LIMBAH KULIT PARI TERSAMAK MELALUI PENGEMBANGAN PRODUK KULIT KOMERSIAL

Ikan pari memiliki peluang pemanfaatan untuk dijadikan komoditi ekspor yang sangat tinggi. Persentase kenaikan produksi rata-rata ikan pari tahun 2005–2006 sebesar 1.556,15%, sedangkan persentase kenaikan rata-rata total perikanan tangkap tahun 2005–2006 hanya sebesar1,70% (Tabel 1). Hal ini membuktikan bahwa ikan pari memiliki potensi produksi yang sangat besar. Salah satu bagian penting ikan pari yang memiliki peluang ekonomi adalah kulit, yang dapat dijadikan beragam produk kulit komersial dengan peluang ekspor yang cukup besar. Sekarang ini cukup banyak pengumpul kulit pari segar yang hamper ditemui di setiap tempat pendaratan ikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan kulit ikan pari memiliki nilai jual sangat tinggi ketika diolah menjadi kulit tersamak melalui proses penyamakan sebagai bahan baku produk kulit.

Tabel 1. Produksi perikanan tangkap ikan pari Tahun 2005 – 2006 (ton)

No. Jenis Pari 2005 2006 Kenaikan

Rata-rata(%)

1 Pari macan 26.944 29.069 7,89

2 Pari kelelawar 200 2.768 1284

3 Pari burung 975 4.790 391,28

4 Pari hidung sekop 120 12 -90,00

5 Pari kekeh 28.492 17.945 -37,02

Total Produksi Ikan Pari

Total Produksi Perikanan 3.991.940 4.059.690 1,70

Sumber: Anonim, 2008

(2)

tingginya daya jual jenis ikan tersebut. Menurut Anonim (2005), proses penyamakan kulit pada dasarnya adalah usaha mengubah kulit mentah yang bersifat labil (bahan yang cepat membusuk) menjadi kulit tersamak (leather) yang stabil dalam jangka panjang sebagai bahan baku produk kulit dengan nilai jual yang sangat kompetitif. Menurut Anonim (2007), kulit ikan merupakan salah satu bentuk produk perikanan yang banyak diproduksi dalam skala besar dari usaha perikanan tangkap. Kulit ikan pari di beberapa daerah berpotensi perikanan belum dimanfaatkan secara optimal padahal melalui proses pengawetan dan

penyamakan, kulit ikan menghasilkan potensi ekonomi yang cukup besar. Kulit ikan pari yang disamak sampai tahap penyelesaian (finishing) mempunyai nilai tambah cukup tinggi, antara 30%-60% dari kulit segar, tergantung dari jenis dan kualitasnya (Sahubawa, dkk. 2009).

Harga kulit ikan pari segar/mentah per lembarnya antara Rp 20.000 – 30.000, sedangkan kulit tersamak dihitung dengan lebar punggungnya, per inci ±Rp 12.000. Rata-rata kulit ikan pari mempunyai lebar antara 6-12 inci. Namun harga tersebut masih harus dilihat jenis dan ukurannya, seperti untuk ikan pari jenis pasir berbeda dengan jenis cingir atau jenis macan. Makin menarik rajah/mutiara produk kulit pari, makin tinggi nilai jual serta permintaan konsumen (Untari dkk, 2007).

Kisaran harga kulit pari tersamak Rp 8.000 - 12.000 per inci, tergantung jenis dan ukuran lebar kulit pari (Tabel 2). Harga produk kulit pari sekitar Rp 75.000 hingga mencapai jutaan rupiah, sedangkan harga produk turunan dari limbah sisa

pembuatan produk kulit pari yaitu sekitar Rp 75.000 hingga Rp 125.000 (Tabel 3). Limbah pengolahan produk kulit ikan pari memiliki potensi yang sangat besar, selain dari segi corak sisiknya yang khas dan indah, harganya juga cukup mahal jika dibuat menjadi produk turunan. Kebanyakan limbah kulit tersamak hanya dibuang tanpa dimanfaatkan lebih lanjut, padahal limbah tersebut dapat

(3)

industri kulit dan plastic serta furniture di Jakarta, harganya bisa mencapai Rp 50.000 per kg (Sahubawa, dkk., 2009).

B. BAHAN DAN METODE

Berbagai macam bahan yang digunakan dalam pembuatan produk turunan yang berasal dari limbah kulit ikan pari tersamak tersebut adalah limbah kulit ikan pari tersamak, lem cair, benang jahit, bensin, kain vuring, kulit sapi tersamak, cat mobil, dan tinner.

1. Persiapan Pembuatan Produk

Proses pembuatan produk turunan dari limbah sisa pembuatan produk utama kulit pari tersamak yang dilakukan oleh industri kecil CV. Fanri Collection di

Yogyakarta hingga menjadi tiga jenis produk turunan (gantungan kunci mobil, gantungan kunci sepeda motor, dan cover handphone).

2. Analisis Nilai Ekonomi Produk

Analisis nilai ekonomi dilakukan untuk mengetahui rasio nilai ekonomi/manfaat yang diperoleh dari satu lembar limbah kulit ikan pari tersamak untuk setiap jenis ukuran kulit. Terdapat tiga jenis ukuran kulit ikan pari tersamak, yaitu kecil, sedang dan besar.

3. Uji Tingkat Penerimaan Konsumen

Pelaksanaan pengujian penerimaan produk yaitu panelis diminta untuk mengisi identitas diri, menjawab pertanyaan yang diajukan, dan mengevaluasi semua sampel/produk dengan memberikan penilaian terhadap indikator penerimaan yang diujikan (bentuk, kebutuhan dan warna). Pada penilaian indikator penerimaan bentuk dan kebutuhan, panelis diminta untuk menilai semua sampel yang telah disiapkan berdasarkan tingkat penerimaan dalam 3 poin skala dengan kisaran dari tidak suka hingga sangat suka untuk indikator penerimaan bentuk, dan kisaran dari tidak butuh hingga sangat butuh untuk indikator penerimaan kebutuhan. Pada penilaian indicator penerimaan warna, panelis/konsumen diminta untuk memilih warna yang disukai diantara 2 warna tersebut (hitam atau coklat).

(4)

Analisis usaha pemanfaatan limbah kulit ikan pari tersamak diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha pembuatan produk turunan kulit tersebut. Suatu usaha dikatakan layak jika mampu memberikan manfaat atau keuntungan pada periode waktu tertentu. Perhitungan biaya, keuntungan dan penetapan harga pokok penjualan dilakukan untuk mengetahui nilai indicator kelayakan suatu usaha. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pemanfaatan limbah kulit pada penelitian ini yaitu analisis R/C (Revenue Cost) Ratio, PBP (Pay Back Period) dan analisis BEP (Break Even Point) (Lukito dan Prayugo, 2007).

A. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Proses Pengolahan Produk Turunan

Produk turunan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi meskipun tidak memiliki mutiara. Limbah kulit tersamak selain untuk pembuatan produk turunan, juga berpotensi dimanfaatkan untuk berbagai aksesoris bernilai ekonomis (Tabel 3). Proses pembuatan produk turunan kulit pari (gantungan kunci mobil, gantungan kunci sepeda motor, dan cover handphone).

a. Pemilihan kualitas bahan baku. Pemilihan bahan baku yang masih memiliki kondisi yang baik (butiran mutiara tidak cacat dan kulit tidak robek) serta memiliki ukuran yang cukup dengan pola ukuran produk turunan yang akan dibuat.

b. Pembuatan pola. Pembuatan pola tergantung dari model yang diinginkan. Pola dipotong dengan gunting, pelemasan dan penipisan dengan mesin pengamplas, serta penempelan kertas karton pada kulit dengan lem cair.

c. Penggrendaan. Kulit yang sudah dilapisi dengan karton, kemudian digrenda dengan mesin grenda keramik sebagai jalan untuk memudahkan proses

penjahitan.

d. Penghalusan. Penghalusan permukaan kulit ikan pari (bagian mutiara) dengan mesin pengamplas dan amplas manual hingga permukaannya rata dan halus.

(5)

cat semprot (spray gun). Pengecatan dasar dilakukan dua kali, dengan selang waktu ±10 menit. Langkah selanjutnya dilakukan pengecatan tutup memakai campuran jenis cat mobil yang berfungsi sebagai cat tutup dan pelindung cat dasar, serta tinner sebagai pengencer. Selesai pengecatan tutup, kulit didiamkan semalaman (over night).

f. Pemotongan Pola. Pola yang sudah selesai dicat kemudian dipotong dengan alat pemotong seperti gunting dan chutter. Selanjutnya pelepasan lapisan karton yang menempel pada kulit. Kulit tersebut akan digabungkan dengan lapisan bagian interior produk. Jadi, selanjutnya dilakukan pembuatan bagian interior produk terlebih dahulu.

g. Desain Interior Produk. Diawali dengan memotong pola kulit sapi tersamak dan kain vuring sebagai bahan pelengkap produk. Kulit sapi tersamak digunakan sebagai bahan dasar interior produk, dan setiap sap (bagian interior) dilapisi kain vuring. Bagian-bagian interior yaitu tempat kartu nama dan KTP, tempat uang koin, atau diberi tambahan motif garis-garis dengan mesin pengepres. Proses pembuatannya dengan menempelkan kulit sapi yang sudah dimotif dengan kain vuring sebagai pelapis, diikuti penjahitan bagian pinggir supaya lebih kuat.

h. Pembentukkan Produk. Bagian interior digabungkan dengan lapisan kulit pari dengan cara mengoleskan lem cair diseluruh tepi kulit, kemudian dilakukan penjahitan akhir pada setiap tepi produk.

i. Finishing. Pada tahap ini dilakukan pembuangan sisa lem yang masin menempel pada produk, sekaligus memotong sisa benang jahitan.

2. Tingkat Penerimaan Konsumen

Berdasarkan hasil pengujian preferensi konsumen, terhadap 3 segmentasi pasar/kelompok masyarakat (mahasiswa, karyawan dan wirausaha) dapat disimpulkan bahwa:

(6)

b. Faktor kebutuhan tidak mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan produk, karena diketahui adanya perbedaan antara kebutuhan responden dengan hasil penerimaan terhadap suatu produk.

c. Faktor warna tidak mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan produk, karena setiap responden memiliki selera/kesukaan warna yang berbeda-beda d. Sebagian besar responden suka terhadap produk yang berasal dari kulit, diketahui bahwa terdapat 90% mahasiswa, 94% karyawan, dan 86% wirausaha yang menyukai produk yang berasal dari kulit.

e. Berdasarkan uji produk yang berasal dari kulit, diketahui bahwa mahasiswa lebih menyukai produk berupa dompet, karyawan lebih menyukai produk berupa sepatu, dan wirausaha lebih menyukai produk berupa dompet.

Gambar

Tabel 1. Produksi perikanan tangkap ikan pari Tahun 2005 – 2006 (ton)

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti melanjutkan pertanyaan terkait divisi nonlitigasi, Ibrahim mengatakan bahwa divisi ini adalah divisi dengan tujuan menyelesaikan permasalhan hukum client

Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat berpendapat taman Honda Tebet itu ruang yang baik untuk berinteraksi social, karena dilihat dari kelima kriterianya

Penyakit tidak menular umumnya memiliki perawatan dalam jangka waktu yang panjang dan berlanjut, sehingga memerlukan perawatan lanjutan pasca mendapatkan perawatan di

Other factors, such as row spacing and nitrogen form, showed no significant influence on maize biomass production per plant even though maize biomass was higher in plots treated

Perbedaan sifat kimia tanah terutama KPK pada kedua jenis tanah berpengaruh tidak nyata (P = 0,051) terhadap pertumbuhan dan berpengaruh nyata terhadap serapan Pb

Spektrofotometer UV-Visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorpsi oleh sampel.Sinar ultraviolet dan cahaya

menyatakan bahwa “Metakognisi memuat tiga elemen dasar yaitu: (1) mengembangkan suatu perencanaan tindakan, (2) mengadakan monitoring, dan (3) mengevaluasi