Pengaruh Parenting Efficacy Seorang Ibu terhadap Kecerdasan Emosi
Anak Usia Dini
Aisya Nur Fitriana* Ellyn Sugeng Desyanty**
Edi Widianto**
Jurusan PLS FIP UM, email: [email protected]
**Pembimbing, Jurusan PLS FIP UM, Jl. Semarang No. 5 Malang 65145 e-mail: [email protected]
ABSTRAK: Pengaruh Parenting Efficacy Seorang Ibu terhadap Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara parenting efficacy yang dimiliki oleh seorang ibu dengan kecerdasan emosi anak usia dini. Untuk mengukur parenting efficacy pada orangtua dengan anak usia dini, menggunakan alat ukur Self-efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) dari Coleman (2000). Alat ukur ini memiliki 5 dimensi untuk menilai persepsi orangtua terhadap kemampuannya melaksanakan pengasuhan, yaitu: (1) Disiplin, (2) Achievement, (3) Rekreasi, (4)
Nurturance, dan (5) Kesehatan. Kelima dimensi ini akan dikaitkan satu persatu dan keseluruhan dengan kecerdasan emosi anak usia dini. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara variabel parenting efficacy seorang ibu dengan kecerdasan emosi anak usia dini yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,043 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan. Kemudian, diperoleh nilai korelasi koefisien sebesar 0,371 yang menunjukkan korelasi dalam kategori lemah. Kesimpulan dari hasil analisis menunjukkan bahwa parenting efficacy seorang ibu berpengaruh positif terhadap kecerdasan emosi anak usia dini. Parenting efficacy seorang ibu ditunjukkan dengan meningkatnya kecerdasan emosi anaknya setiap bertambahnya usia anak. Saran dari penelitian ini kepada para ibu yang memiliki anak usia dini diharapkan dapat memaksimalkan peran sebagai orangtua dengan cara menyediakan kebutuhan anak untuk menunjang perkembangan anak usia dini khususnya pada perkembangan kecerdasan emosi, karena kecerdasan emosi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menunjang kesuksesan anak di masa depan.
Kata Kunci: parenting efficacy, anak usia dini, kecerdasan emosi.
ABSTRACT: The Influence of Mother’s Parenting Efficacy to the Early Childhood Emotional Intelligence
intelligence that was showed with the significance value of 0,043. It mean there were significant relation. Then, the result of correlation value is 0,371. It showed in weak category. The conclusion shows that the mother’s parenting efficacy has some positive effects to early childhood emotional intelligence. Mother’s parenting efficacy is showed by the improvement of emotion intelligence of her kids every year. Suggestion for mothers who have kids, it will be suggested to maximize the role of the parents by providing the children’s needs to support the development of early childhood, especially in the development of emotional intelligence, because emotion intelligence has big effect to support the success of early childhood in the future.
Keywords: parenting efficacy, early childhood, emotional intelligence.
Pendahuluan
Masa kanak-kanak terdiri dari 2 bagian yaitu masa kanak-kanak dini dan akhir masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak dini atau disebut juga masa pra sekolah yaitu usia 2-6 tahun, anak-anak menyesuaikan diri secara sosial. Setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing. Teori kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner (2003) adalah kecerdasan majemuk yang terdiri dari
kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan majemuk yang mencakup sepuluh kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). semua kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak sejak usia dini.
mengatasi perasaan sedih dengan cara yang tepat, (e) menangani situasi mengejutkan dengan kontrol, (f) menunjukkan kesukaan, kasih sayang dan cinta terhadap orang lain, (g) menunjukkan minat, perhatian dalam kegiatan ruang kelas, (h) tersenyum, terlihat bahagia sepanjang waktu.
Sedangkan Hurlock (2013), mengemukakan dua macam emosi yang umum pada anak-anak yaitu rasa ketakutan dan kemarahan. Pola emosi yang menyertai ketakutan adalah rasa malu, kecanggungan, kekhawatiran, dan kecemasan. Selain kedua pola emosi ini pada masa kanak-kanak juga mengalami kecemburuan, duka cita,
keingintahuan, kegembiraan dan kasih sayang. Kebahagiaan pada anak dipengaruhi oleh tiga hal yaitu penerimaan, kasih sayang dan prestasi (Mashar, 2011). Kecerdasan emosi anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu nature dan nurture. Kecerdasan nature adalah kecerdasan yang berasal dari gen atau bawaan dari lahir. Kecerdasan nurture adalah kecerdasan yang dipengaruhi oleh lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat).
Kecerdasan emosi termasuk kedalam kecerdasan nurture karena berasal dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi.
Keluarga merupakan lingkungan anak pertama yang mempengaruhi
perkembangan kecerdasan emosi anak. Kehadiran seorang anak dalam keluarga sangat mempengaruhi setiap anggota keluarga, khususnya orangtua yang menjalankan proses pengasuhan. Menurut Lestari (2012: 34) pengasuhan adalah segala tindakan yang dilakukan oleh orang dewasa, terutama orangtua terhadap anak dengan tujuan
melindungi, merawat, mengajari, mendisiplinkan dan membimbing mereka. Menjadi orangtua merupakan suatu siklus alami dalam kehidupan, namun kemampuan untuk menjadi orangtua tidak bisa diperoleh begitu saja. Mengasuh anak termasuk pilihan dalam hidup dan diperlukan kesadaran didalam pengasuhan tersebut. Orangtua yang memiliki kesadaran pengasuhan akan melaksanakan tugas pengasuhan anak yang menghabiskan waktu dan melelahkan tidak terasa sebagai beban. Sebaliknya, hal tersebut akan tergantikan dengan kebahagiaan karena merupakan suatu keberhasilan sebagai orangtua.
efficacy yang tinggi mampu mengarahkan anak-anaknya melewati tahapan-tahapan perkembangan yang mereka hadapi tanpa masalah serius atau ketegangan yang tak semestinya pada hubungan mereka dengan pasangan. Anak usia dini merupakan usia perkembangan awal anak, dimana peran orangtua sangatlah penting pada usia ini. Sesuatu yang akan dipelajari seorang anak tergantung pada bagaimana orangtua
memenuhi kebutuhan anak dalam bentuk perhatian. Itulah sebabnya mengapa parenting efficacy sangat berpengaruh pada perkembangan anak usia dini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara
parenting efficacy yang dimiliki oleh seorang ibu dengan kecerdasan emosi anak usia dini. Untuk mengukur parenting efficacy pada orangtua dengan anak usia dini, menggunakan alat ukur Self-efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) dari Coleman (2000). Alat ukur ini memiliki 5 dimensi untuk menilai persepsi orangtua terhadap kemampuannya melaksanakan pengasuhan, yaitu: (1) Disiplin, (2) Achievement, (3) Rekreasi, (4) Nurturance, dan (5) Kesehatan. Kelima dimensi ini akan dikaitkan secara satu persatu dan keseluruhan dengan kecerdasan emosi anak usia dini.
Woolfolk (2008: 46) mendefinisikan bahwa inteligensi meliputi tiga pengertian, yaitu (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan (3) kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Selanjutnya, Woolfolk (2008: 47) mengemukakan inteligensi itu merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan. Inteligensi atau kecerdasan menurut Khumairah (2015: 24) dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif adalah proses belajar untuk memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes inteligensi, dan secara kualitatif suatu cara berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya.
Emosi menurut Setyowati (2010: 2) merupakan setiap keadaan pada diri
seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Emosi menurut Colman (2015: 244) pada dasarnya adalah dorongan untuk
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi agar anak mampu merespons secara positif setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini (Mashar, 2011: 35). Colman (2015: 244) mengartikan kecerdasan emosi adalah kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengandalkan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan dalam kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas dari stress, tidak
melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan berdoa.
Istilah parenting di Indonesia mendekati makna pengasuhan. Proses pengasuhan tidak lepas dari peran orangtua. Orangtua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak, sebab orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak. Orangtua melalui pendidikan dalam keluarga merupakan lingkungan pertama yang diterima anak, sekaligus sebagai pondasi bagi pengembangan kemandirian anak. Pengasuhan menurut KBBI (2008) berarti hal (cara, perbuatan, dan sebagainya) mengasuh. Dalam mengasuh terkandung makna menjaga/merawat/mendidik, membimbing/membantu/melatih, memimpin/mengepalai/menyelenggarakan. Menurut Lestari (2012: 14) pengasuhan adalah segala tindakan yang dilakukan oleh orang dewasa, terutama orangtua terhadap anak dengan tujuan melindungi, merawat, mengajari, mendisiplinkan dan membimbing mereka. Ghufron dan Risnawita (2010: 74) mengatakan bahwa orang yang memiliki
self-efficacy tinggi lebih mungkin mengerahkan segenap tenaga ketika mencoba suatu tugas baru. Seorang ibu dengan self-efficacy yang tinggi akan mengasuh anaknya dengan segenap tenaga dan pikirannya dengan harapan agar anaknya menjadi anak yang sehat dan cerdas.
karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah faktor lingkungan. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dijumpai oleh anak usia dini setelah lahir. Orangtua merupakan komponen utama dalam sebuah keluarga yang bertugas untuk mendidik dan merawat anak sejak usia dini. Peran orangtua tidak lepas dari sosok seorang ibu yang bertugas mengandung dan melahirkan anak sebelum dilahirkan. Melalui seorang ibu, anak mendapatkan nutrisi ketika berada didalam kandungan. Namun, tidak hanya kebutuhan nutrisi, tetapi juga kebutuhan kasih sayang yang melibatkan emosi.
Pola perkembangan emosi anak dimulai sejak dalam kandungan, kemudian dilanjutkan pola perkembangan emosi anak menurut Mashar (2011: 73):
a. Perkembangan temperamen
Merupakan salah satu dimensi psikologis yang berhubungan dengan aktifitas fisik dan emosional serta merespons. Konsistensi temperamen ini dibentuk oleh faktor keturunan, kematangan dan pengalaman terutama pola pengasuhan orangtua.
b. Perkembangan kedekatan
Adalah ikatan antar dua individu atau lebih seperti contoh ibu dan anak, sifatnya adalah hubungan psikologis yang deskriminatif dan spesifik, serta mengikat seseorang dengan oranglain dalam rentang waktu dan ruang tertentu. Kedekatan ini muncul karena adanya hubungan fisik antara anak dan orangtua atau anggota keluarga.
c. Perkembangan rasa percaya diri
Pada masa perkembangan, anak memiliki rasa percaya dan rasa tidak percaya. Rasa percaya akan cenderung memunculkan rasa aman dan percaya diri pada anak. Begitupun rasa tidak percaya akan berakibat pada rasa tidak aman dan ketidakpercayaan diri pada anak.
d. Perkembangan otonomi
Perkembangan otonomi sebagai kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang dapat memerintah, meguasai, dan menentukan dirinya sendiri. Otonomi berkembang sesuai mental dan motorik anak.
Berdasarkan uraian tentang pola perkembangan tersebut, kecerdasan emosi anak usai dini dipengaruhi oleh lingkungan keluarga terutama peran ibu yang memiliki
attachment yang sangat kuat dengan anak. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah, “Adakah pengaruh parenting efficacy seorang ibu terhadap kecerdasan emosi anak usia dini?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh parenting efficacy
Hasil Penelitian
Parenting Efficacy yang dimiliki orangtua muncul karena beberapa faktor yang dikemukanan oleh Coleman (2000) antara lain:
1. Pengalaman orangtua
Sebagian besar orangtua meniru model pengasuhan dari orangtuanya. Pengalaman masa kecil dijadikan sebagai landasan untuk mengasuh anaknya ketika menjadi orangtua. 2. Unsur Sosial
Orangtua yang mempunyai belief dan perilaku yang sesuai dengan budaya cenderung merasa lebih yakin.
3. Pengalaman dengan anak-anak
Baik dengan anaknya sendiri atau anak orang lain, pengalaman orangtua dengan anak-anak berpengaruh terhadap munculnya parenting efficacy.
4. Tingkat Kognitif
Perlu adanya persiapan untuk menjadi orangtua, salah satunya dengan pengetahuan. Pada penelitian ini pengertian orangtua pada penjelasan diatas ditekankan pada seorang ibu, dimana ibu adalah orangtua perempuan yang mempunyai waktu lebih lama dengan anak daripada seorang ayah yang sebagian besar bekerja diluar rumah sehingga waktu dengan anak-anak sangat terbatas. Selanjutnya Coleman (2000) mengemukakan beberapa temuan penelitian yang menjelaskan ciri-ciri orangtua yang memiliki
parenting efficacy tinggi, yaitu: mempunyai kemampuan untuk secara efektif dan positif mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak mereka dan terlibat dalam perilaku orangtua yang positif, lebih responsif terhadap kebutuhan anak mereka, terlibat dalam interaksi langsung dengan anak mereka, menampilkan strategi coping yang aktif. Sebaliknya Coleman (2000) juga mengemukakan cirri-ciri orangtua dengan parenting efficacy yang rendah, yatu: mempunyai tingkat depresi yang lebih tinggu, menunjukkan perilaku defensif dan controlling, dan merasa tidak berdaya dalam menjalankan
perannya sebagai orangtua dan menggunakan disiplin dengan menghukum. Telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa parenting efficacy mempengaruhi
anak akan makanan, perhatian, dan cinta kasih. Itulah sebabnya mengapa parenting efficacy sangat berpengaruh pada perkembangan anak usia dini. Ada banyak
perkembangan yang dialami oleh setiap anak. Salah satunya adalah perkembangan kecerdasan emosi. Penelitian ini berusaha menjawab penelitian tentang pengaruh
parenting efficacy seorang ibu terhadap kecerdasan emosi anak usia dini
Kecerdasan emosi seorang anak ditunjukkan dengan indikator-indikator yang disebutkan oleh Goleman (2015: 111):
1. Kesadaran diri
Yaitu mengetahui apa yang ia rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2. Pengaturan Diri
Pengelolaan impuls dan perasaan yang menekan. Jika seorang anak memiliki pengaturan diri yang baik, maka akan menumbuhkan manusia dewasa yang jujur dan membangun kehidupan menjadi lebih baik.
3. Motivasi
Menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu untuk mengambil inisiatif untuk bertindak efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan.
4. Empati
Memahami perasaan dan masalah orang lain dan berfikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal.
5. Keterampilan sosial
Kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, dan dapat bekerjasama dalam tim.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara parenting efficacy
anak usia dini, sub variabel achievement dan rekreasi tidak mempengaruhi kecerdasan emosi anak usia dini. Sub variabel nurturance dan kesehatan memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosi anak usia dini dengan kategori sedang.
Selain itu, pada variabel parenting efficacy seorang ibu diperoleh rata-rata tertinggi pada sub variabel nurturance. Hal ini dapat disimpulkan bahwa para ibu dari wali murid KB-TK Ash Habul Hidayah menilai dirinya merasa mampu menyediakan kebutuhan emosional anak. Sebaliknya, para ibu menilai bahwa dirinya kurang mampu dalam menyediakan fasilitas yang mendukung prestasi anaknya disekolah, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata terendah pada sub variabel achievement.
Pada variabel kecerdasan emosi anak usia dini diperoleh rata-rata tertinggi ada pada sub variabel kesadaran diri dan yang terendah adalah sub variabel motivasi. Kesimpulan dari bab pembahasan pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar para ibu di KB-TK Ash Habul Hidayah menilai anaknya memiliki kesadaran diri yang tinggi dan memiliki motivasi diri yang rendah.
Kesimpulan dari hasil analisis menjelaskan bahwa parenting efficacy seorang ibu berpengaruh positif terhadap kecerdasan emosi anak usia dini. Parenting efficacy
seorang ibu ditunjukkan dengan meningkatnya kecerdasan emosi anaknya setiap bertambahnya usia anak.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada para orangtua khususnya para ibu agar dapat memaksimalkan peran sebagai orangtua dengan cara menyediakan kebutuhan anak untuk menunjang perkembangan anak usia dini khususnya pada perkembangan kecerdasan emosi, karena kecerdasan emosi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menunjang kesuksesan anak di masa depan. Selain itu, para ibu juga diharapkan untuk menambah wawasan tentang parenting efficacy dan kecerdasan emosi anak usia dini. Untuk penelitian selanjutnya agar menambah jumlah sampel penelitian menjadi lebih banyak, lokasi penyebaran angket lebih luas, dan menggali informasi responden lebih dalam lagi, misalnya dengan wawancara mendalam. Kepada perguruan tinggi, diharapkan agar memperkaya jurnal tentang parenting efficacy untuk