• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PERAN ACCOUNT REPRESENTATIVE PA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI PERAN ACCOUNT REPRESENTATIVE PA (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi Peran Account Representative

pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

ABSTRACT

At the past, organization structure of Directorate General of Taxation based on tax type. The implementation of that organization caused ineficiency and unoptimalized services. In four last years Directorate General of Taxation have reformed and modernized administration which emphasized on role of Account Representative as liaison oficer who gives service, consults and control to taxpayer. The objective of this research is to analyze perception of the role of Account Representative that inluences the tax payer compliance. The role of Account Representative is: (1) servicing, (2) consulting, and (3) monitoring. The data is compiled through distributing the questionnaire to 40 Account Representative as respondents. This questionnaire used to value the perception of the role of Account Representative at KPP Pratama Jakarta Gambir Dua. The multiple linear regression analysis, validity test, reliability test, F-test, t-test, also classical assumptions of regression are used to analyze data. The result of this research show that: (1) servicing signiicant inluence with tax payer compliance, (2) consulting no signiicant inluence with tax payer compliance, (3) monitoring no signiicant inluence with tax payer compliance, (4) there are no signiicant inluence between servicing, consulting, and monitoring with taxpayer compliance.

Keywords:account representative, perception, tax payer compliance

Amilin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412

E-mail

: msmagister@yahoo.com

Nina Anisah

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412

PENDAHULUAN

S

esuai dengan perkembangan kondisi lingkungan dan dunia usaha yang selalu berubah, Direktorat Jenderal Pajak perlu menyesuaikan dan menyempurnakan struktur organisasinya. Selama ini struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak didasarkan pada jenis pajak. Dengan struktur organisasi, pelaksanaan tugas di

lapangan seringkali menimbulkan ketidakeisienan

yang mengakibatkan pelayanan dan pengawasan tidak optimal. Selama empat tahun terakhir, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan beberapa reformasi perpajakan dan modernisasi administrasi perpajakan.

Perkembangan administrasi perpajakan dunia yang saat ini lebih berfokus pada customerneeds yang dalam hal ini adalah wajib pajak. Wajib pajak merasa sebagai pihak diatas yang dibutuhkan aparat pajak, maka sudah sewajarnya menuntut pelayanan yang terbaik. Menurut Karim (2006), tujuan yang hendak dicapai dalam modernisasi perpajakan ialah memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak dan sekaligus menjalankan fungsi pengawasan yang efektif.

Pimpinan Direktorat Jenderal Pajak sudah se-harusnya mengarahkan aparat pajak agar memberikan pelayanan yang maksimal pada wajib pajak. Pelayanan yang baik akan berpengaruh pada peningkatan kepatuh-an wajib pajak, apalagi jika aparat bisa memberikkepatuh-an Trikonomika

(2)

motivasi terhadap wajib pajak, sehingga tumbuh kebanggaan pada mereka telah membayar pajak untuk keperluan membangun negeri ini.

Dalam Kantor Pelayanan Pajak modern, tidak ada lagi pembagian seksi berdasarkan jenis pajak, melainkan berdasarkan fungsi. Setiap wajib pajak ditangani oleh petugas pajak yang disebut

Account Representative. Dalam rangka memberikan kemudahan bagi para pembayar pajak untuk melaksanakan ketentuan Pemerintah di bidang perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak menjalankan sejumlah kebijakan strategis di dalam pemungutan pajak. Salah satu kebijakan strategis Direktorat Jenderal Pajak adalah yang tertuang dalam cetak biru (Blue Print) Kebijakan Direktorat Jenderal Pajak tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 yang diundangkan dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-178/PJ/2004 tanggal 22 Desember 2004, dimana disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan pengawasan, fokus kegiatan dan langkah/implementasi pada tahun 2002 adalah dengan mewujudkan konsep kenalilah wajib pajakmu (Knowing Your Taxpayers). Konsep tersebut telah menjadi acuan penunjukkan Account Representative, yaitu aparat pajak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan dan pengawasan secara langsung untuk sejumlah wajib pajak tertentu yang telah ditugaskan kepadanya.

Kepatuhan dan kesadaran mayarakat terhadap pajak tidak saja tergantung dari penyuluhan-penyuluhan dan pelayanan pajak yang optimal, namun tergantung dari sistem data yang akurat. Agar aparat pajak menyadari perannya sebagai petugas pajak yang harus memberikan pelayanan sebaik mungkin yaitu sebagai AccountRepresentative dengan memberikan kemudahan dan mendorong wajib pajak agar lebih baik lagi dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik.

Account Representative berperan penting dalam menjabarkan dan menjelaskan suatu regulasi pajak kepada wajib pajak agar tidak terjadi misinformation

atau miscommunication. Para AccountRepresentative

diharapkan mempunyai satu kesamaan dan persepsi dalam memberikan penjelasan, sehingga tidak terjadi beda penafsiran di mata wajib pajak (Suzandri, 2006).

Fungsi pelayanan, konsultasi dan pengawasan terhadap wajib pajak lebih efektif karena dilakukan

Account Representative sebagai mediator khusus, sehingga proses pelaksanaan pekerjaan pelayanan,

konsultasi, dan pengawasan menjadi lebih eisien.

Representative

penanganan atas berbagai aspek perpajakan akan men-jadi lebih cepat dan dapat dimonitor. Diharapkan juga jumlah wajib pajak yang tidak patuh akan semakin berkurang dan akan melakukan kewajiban per-pajakannya sesuai dengan undang-undang, atau dengan kata lain, dengan adanya Account Representative

diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Menurut Fitrinawati dan Almaidah (2006) pe-ngertian Account Representative dalam kamus Inggris yaitu: “account” dapat dideinisikan sebagai “to give satisfactory reasons or an explaination, to make satisfactory amends”. Sementara kata “representative” dapat dideinisikan sebagai “representing or serving

represent, composed of persons duty authorized as by election, to act and speak for others”.

Dari deinisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan

bahwa AccountRepresentative adalah seseorang yang dipilih atau ditugaskan mewakili orang (lembaga) untuk menyuarakan suatu, untuk memberikan pe-layanan tertentu.

Pengertian Account Representative menurut Direktorat Jenderal Pajak adalah pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang diberi kepercayaan, wewenang, dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan, konsultasi, dan pengawasan secara langsung kepada wajib pajak tertentu.

Pelayanan kepada wajib pajak meliputi pem-berian himbauan mengenai kewajiban pelaporan SPT (Surat Pemberitahuan) Masa dan Tahunan serta mengenai pelunasan tunggakan pajak, selain juga memberikan pelayanan dalam membuat uraian penelitian pembebasan/ pengurangan pembayaran angsuran PPh Ps. 25.

Konsultasi yang diberikan kepada wajib pajak menyangkut ketentuan perpajakan dan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan lainnya yang dapat dilakukan melalui tatap muka atau telepon.

Peran Account Representative lainnya adalah melakukan pengawasan dalam pembuatan nota perhitungan penerbitan surat tagihan pajak, surat pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh pasal 25, penyetoran pajak dan pelaporan SPT masa dan Tahunan, serta pemeriksaan dan atau penyidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(3)

(3) tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana dalam bidang perpajakan dalam jangka waktu sepuluh tahun.

Oleh karena penelitian ini menguji perihal persepsi,

maka perlu dideinisikan makna tentang persepsi dari

beberapa literatur berikut ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002:863), persepsi diartikan sebagai: (1) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau (2) proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya; mempersepsikan berarti membuat persepsi tertentu. Kata persepsi berasal dari “perception” yang artinya penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu (Echols

et al, 2003:424). Sedangkan menurut Mangunsuwito (2001:713) dalam Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, “perception” berarti daya tangkap, daya penglihatan atau pengertian, kesadaran (Wulandari, 2007).

Penelitian mengenai pelayanan yang dilakukan oleh AccountRepresentative terhadap wajib pajak telah dilakukan sebelumnya oleh Wellyando (2006), dengan tujuan penelitian untuk mengetahui sampai sejauh mana kesesuaian antara tingkat kinerja pelayanan yang diberikan oleh Account Representative dengan harapan wajib pajak atas pelayanan yang diinginkannya dengan variabel yang digunakan adalah kepuasan wajib pajak. Tingkat kesesuaian antara kinerja pelayanan Account Representative dengan harapan atas pelayanan yang diinginkannya berdasarkan lima kriteria penentu kualitas pelayanan, yaitu: berwujud, keandalan, ketanggapan, keterjaminan, dan empati. Kinerja pelayanan Account Representative sebesar 83,48% dari harapan wajib pajak. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan rata-rata kinerja pelayanan AccountRepresentative lebih kecil dari rata-rata harapan wajib pajak, sehingga kinerja Account Representative belum memuaskan wajib pajak.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan adanya peran Account Representative dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis apakah pelayanan, konsultasi dan pengawasan yang diberikan oleh AccountRepresentative

secara terpisah (parsial) berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, dengan hipotesis yang akan diuji adalah (a) pelayanan yang diberikan oleh Account Representative berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, (b) konsultasi yang diberikan oleh Account Representative berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, dan (c) pengawasan yang diberikan oleh

Account Representative berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis apakah pelayanan, konsultasi dan pengawasan yang diberikan oleh Account Representative secara ber-sama-sama berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Dengan hipotesis yang akan diuji adalah pelayanan, konsultasi, pengawasan secara simultan

berpengaruh signiikan terhadap tingkat kepatuhan

wajib pajak.

METODE

Populasi penelitian adalah para Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gambir Dua. Sampel yang dipilih berdasarkan

purposivesamplingmethod, yaitu pengambilan data-data tertentu yang dianggap sesuai dan terkait dengan penelitian yang dilakukan. Jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi.

Alat yang digunakan untuk mengukur variabel pelayanan, konsultasi, dan pengawasan adalah dengan menyebarkan kuesioner seperti yang digunakan oleh Wellyando (2006). Untuk mengukur persepsi peran

Account Representative dalam kuesioner pertanyaan disusun dengan menggunakan skala lima tingkat (likert), yang terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Jumlah kuisioner yang dibagikan berjumlah 40 kuesioner berdasarkan jumlah AccountRepresentative yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua, sedangkan jumlah kuesioner yang kembali adalah 30 buah, sisanya sebanyak 10 buah merupakan kuesioner yang salah atau tidak kembali.

Gunadi (2005:4) mendeinisikan kepatuhan

wajib pajak adalah jika wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, atau-pun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Pengukuran tingkat kepatuhan wajib pajak yaitu dengan menggunakan skala rasio, dengan rumus sebagai berikut:

Tingkat Kepatuhan

(4)

pelayanan Account Representative (X1), konsultasi Account Representative (X2), pengawasan Account Representative (X3), yang persamaan regresinya dapat dituliskan sebagai berikut:

Y

=

α

+

β

1

X

1

+

β

2

X

2

+

β

3

X

3

+

e

Data yang diperlukan untuk mengukur persepsi peran Account Representative terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada petugas Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua yang menjadi objek penelitian. Jumlah kuisioner yang dibagikan berjumlah 40 kuesioner berdasarkan jumlah Account Representative yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua. Sedangkan jumlah kuesioner yang kembali adalah 30 buah, sisanya sebanyak 10 buah merupakan kuesioner yang salah atau tidak kembali.

HASIL

Pengujian validitas dilakukan terlebih dahulu dengan mengetahui total skor untuk tiap-tiap respon-den, selanjutnya dihitung tingkat validitasnya dengan menggunakan korelasi ProductMoment dari Pearson, sedangkan uji reliabilitas dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan mengukur koeisien Cronbach’sAlpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach’sAlpha > 0,6 .

Tabel 1. Uji Validitas Intrumen Pelayanan

Pernyataan Nilai r Hitung Status

1. 0.870 Valid

2. 0.881 Valid

3. 0.837 Valid

4. 0.678 Valid

Tabel 2. Uji Validitas Intrumen konsultasi

Pernyataan Nilai r Hitung Status

1. 0.932 Valid

2. 0.983 Valid

3. 0.957 Valid

4. 0.909 Valid

Tabel 3. Uji Validitas Intrumen Pengawasan

Pernyataan Nilai r Hitung Status

1. 0.605 Valid

2. 0.662 Valid

3. 0.611 Valid

4. 0.729 Valid

Dari Tabel 1. 2. dan 3. menunjukkan hasil yang

signiikan, artinya semua pertanyaan instrumen

pelayanan, konsultasi dan pengawasan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

Tabel 4. Uji Reliabilitas Instrumen Pelayanan, Konsultasi dan Pengawasan

Tabel 4. menunjukkan hasil pengujian uji reliabilitas yang menunjukkan bahwa variabel pelayanan, konsultasi dan pengawasan memberikan nilai Cronbach’sAlpha

lebih besar dari 0,6 atau dikatakan reliable menurut kriteria Nunnaly dalam Ghozali (2005).

Tabel 5. Uji Normalitas

Normal Parameters ab Mean 17.9000 17.7333 16.8333

Std. Deviation

3.35641 2.94704 2.18274

Most Extreme Absolute .266 .245 .185 Diferences Positive .266 .221 .170 Negative -.228 -.245 -.185 Kolmogorov z 1.456 1.341 1.011 Asymp. Sig. (2-tailed) .029 .055 .258

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tabel 5. memperlihatkan hasil pengujian normalitas dengan menggunakan One Sample Kolmogorove

-Smirnov. Tabel tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel konsultasi dan pengawasan yang berdistribusi

normal dengan nilai signiikansi yang lebih besar dari

0,05, sedangkan variabel pelayanan tidak terdistribusi

secara normal. Hal ini dapat dilihat dari signiikansi

(5)

Tabel 6. Uji Multikolinearitas

Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa semua variabel independen mempunyai nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1. Hal ini dapat disimpulkan tidak terdapatnya korelasi antara variabel bebas tersebut, dengan demikian, maka tidak terdapat multikolinearitas

Gambar 1 memperlihatkan bahwa titik-titik tidak membentuk pola-pola tertentu dan menyebarkan di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa dalam model penelitian ini tidak memiliki heteroskedastisitas, berarti tidak ada kesamaan varians antar variabel penelitian.

Pada Tabel 7. nilai dari Durbin-Watson (DW) adalah 1,482 atau berada diantara -2 dan 2, yang membuktikan bahwa tidak ada masalah autokorelasi dalam model regresi linear penelitian ini.

Tabel 7. Uji Autokorelasi

a. Predictors: (Constant), pengawasan, pelayanan, konsultasi b. Dependent Variable: kepatuhan WP

Model Summary

Pengujian hipotesis dilakukan dengan meng-gunakan analisis regresi linear berganda dengan tingkat

signiikansi α = 0,05, yang terdiri dari pengujian

korelasi atau koeisien determinasi, uji F, dan uji t. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 8. berikut ini.

Tabel 8. Korelasi dan Koeisien Determinasi

Model R R

a. Predictors: (Constant), pengawasan, pelayanan, konsultasi b. Dependent Variable: kepatuhan WP

Model Summaryb

Pada Tabel 9. menunjukkan adanya searah antara variabel bebas dengan variabel terikatnya, sehingga apabila terjadi kenaikan pada pelayanan, konsultasi

dan pengawasan maka akan meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Dari nilai korelasi 0,440 menunjukkan bahwa variabel bebas berkorelasi lemah dengan variabel terikatnya. Nilai adjusted R2 menunjukkan 19,3% variabel tingkat kepatuhan wajib pajak dijelaskan oleh variabel pelayanan, konsultasi, dan pengawasan, sisanya 80,7% dijelaskan oleh faktor lainnya.

a. Dependent Variable: Kepatuhan WP

Tabel 9. Uji-t untuk Kepatuhan wajib pajak

Berdasarkan kepada nilai koeisien regresi yang

diperoleh maka dapat dituliskan kembali persamaan regresi antara variabel tingkat kepatuhan wajib pajak sebagai varibel terikat dengan variabel pelayanan, konsultasi dan pengawasan sebagai variabel bebas sebagai berikut:

Y = 0,376 + 0,044 X1– 0,043 X2 + 0,001 X3 +e

Dari hasil regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel pelayanan (X1) dan pengawasan (X3) mempunyai tanda positif artinya kedua variabel tersebut mempunyai hubungan searah dengan tingkat kepatuhan wajib pajak. Artinya jika pelayanan dan pengawasan meningkat maka tingkat kepatuhan wajib pajak juga akan meningkat dan sebaliknya. Variabel konsultasi (X2) mempunyai nilai koeisien dengan

tanda negatif, artinya terdapat hubungan tidak searah antara variabel konsultasi dengan tingkat kepatuhan wajib pajak, atau dengan kata lain jika konsultasi meningkat maka tingkat kepatuhan wajib pajak akan menurun.

Uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individual mempengaruhi variabel tak bebasnya. Dari hasil uji-t tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel pelayanan yang

berpengaruh secara signiikan terhadap kepatuhan

wajib pajak, sedangkan kedua variabel bebas lainnya yaitu konsultasi dan pengawasan tidak berpengaruh

(6)

Tabel 10. Uji F atau ANOVA Kepatuhan wajib pajak

ANOVAb

Model Sum Of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression

Residual

Total

.272

1.134

1.406 3

26

29

.091

.044

2.076 .128a

a. Predictors: (Constant), pengawasan, pelayanan, konsultasi b. Dependent Variable: kepatuhan WP

Uji-F digunakan untuk menguji secara statistik bahwa variabel bebas secara bersama-sama, atau keseluruhan memberikan pengaruh yang bermakna terhadap variabel tak bebasnya. Dengan demikian, maka dapat diartikan bahwa pelayanan, konsultasi, dan pengawasan tidak mempunyai pengaruh yang

signiikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

PEMBAHASAN

Pada hasil pengujian membuktikan bahwa kegiatan pelayanan yang diberikan oleh AccountRepresentative

berpengaruh pada tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini berarti bahwa semua tugas dan kegiatan yang dilakukan oleh Account Representative yang meliputi himbauan mengenai kewajiban pe-laporan SPT Masa dan SPT Tahunan dan himbauan mengenai pelunsan tunggakan pajak, uraian penelitian pembebasan atau pengurangan pembayaran angsuran PPh Ps. 25, serta bagaimana cara penyelenggaraan pembukuan, telah disampaikan secara efektif oleh para AccountRepresentative sehingga bisa diterima dengan baik oleh para wajib pajak. Kegiatan ini perlu ditingkatkan lagi dengan cara upaya peningkatan kualitas human resources atau SDM para Account Representative. Upaya yang ditempuh misalnya melalui pelatihan, penempatan pegawai sesuai dengan Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas

Regression Standardized Predicated Value

Dependent Variable : Kepatuhan WP

Scatterplot

2

1

0

–1

–4 –3 –2 –1 0 1 2

Re

gr

es

sion St

ude

nt

ize

d R

es

(7)

kapasitas dan kapabilitas, perbaikan sistem mutasi dan promosi. Selain itu diperlukan penguasaan teknologi informasi untuk menunjang pelayanan kepada wajib pajak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Account Representative.

Pengujian lainnya membuktikan bahwa kegiatan konsultasi yang diberikan oleh Account Representative kepada para wajib pajak tidak berpengaruh pada tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini kemungkinan disebabkan karena belum efektifnya penyelenggaraan kegiatan konsultasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi baru dalam menyelenggarakan kegiatan konsultasi yang tidak hanya memberikan himbauan mengenai ketentuan perpajakan dan memberikan sosialisasi mengenai pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan lainnya melalui tatap muka atau telepon. Mungkin diperlukan media tambahan lain misalnya melalui media internet, kegiatan seminar, kegiatan workshop, atau kunjungan ke wajib pajak.

Hasil penelitian juga membuktikan bahwa kegiatan pengawasan y ang dilakukan oleh Account Representative kepada para wajib pajak tidak berpengaruh pada tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini kemungkinan disebabkan karena belum efektifnya penyelenggaraan kegiatan pengawasan. Oleh karena itu, kegiatan pengawasan yang telah dilakukan oleh Account Representative harus lebih optimal. Kegiatan ini meliputi (a) membuat nota perhitungan penerbitan surat tagihan pajak, (b) membuat surat pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh pasal 25, (c) himbauan mengenai penyetoran pajak dan pelaporan SPT masa dan Tahunan, dan; (d) mengusulkan pemeriksaan dan atau penyidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Apabila peran Account Representative ini telah

berjalan dengan baik, efektif dan eisien seperti yang

diuraikan oleh Fitrinawati dan Almaidah (2006), diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara melalui sektor pajak. Oleh karena itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak perlu memperhatikan dan menangani dengan serius peran AccountRepresentative

ini di masa kini dan masa mendatang.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran

Account Representative yang ada pada Kantor Pe-layanan Pajak Pratama Gambir Dua Jakarta belum cukup efektif dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hanya variabel pelayanan yang

memberikan pengaruh secara signiikan pada tingkat

kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel konsultasi

dan pengawasan tidak berpengaruh secara signiikan

pada tingkat kepatuhan wajib pajak.

Dari hasil tersebut setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu pertama, untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak diperlukan peningkatan kualitas

human resources atau SDM para Account Represen-tative. Upaya yang ditempuh misalnya melalui pelatihan, penempatan pegawai sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas, perbaikan sistem mutasi dan promosi. Selain itu diperlukan penguasaan teknologi informasi untuk menunjang pelayanan kepada wajib pajak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Account Representative. Kedua, peran AccountRepresentative dalam konsultasi dan pengawasan perlu ditunjang dengan teknik dan media komunikasi yang baik, sehingga wajib pajak dapat memperoleh informasi mengenai peraturan perpajakan dengan mudah, tepat dan akurat, selain itu program sosialisasi mengenai penyetoran pajak dan pelaporan SPT Masa dan Tahunan harus terus ditingkatkan, sehingga wajib pajak dengan sendirinya melaporkan kewajiban perpajakannya tanpa perlu paksaan.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai peran Account Representative

dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak, diperlukan penelitian yang lebih menyeluruh yang dapat menjangkau lebih banyak jumlah Account Representative dan tidak hanya pada satu kantor Pelayanan Pajak saja. Variabel-variabel lainnya yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak seperti pemeriksaan pajak dan penyuluhan kepada wajib pajak perlu ditambahkan.

DAFTAR PUSTAKA

Burton, R. 2005. Menuju Wajib Pajak Patuh. Jurnal

Perpajakan Indonesia, 5.

Gunadi. 2005. Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak. Jurnal Perpajakan

Indonesia, 5.

Ismawan, I. 2001. Memahami Reformasi Perpajakan. Jakarta: Elekmedia Komputindo.

Karim, R.N. 2006. Empat Perubahan Dalam Modernisasi Perpajakan. Media Keuangan, September.

L.J., Angela, et al. 2001. Practical Issue in Implementing FASB 133. Journal of Accountancy, 191.

Laury, S. & Wallace, S. 2005. Conidentiality and

(8)

Lynch, Michael. 1999. Taxpayer Penalties. Journal of

Acountancy, 187.

Manullang, J. 2006. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Mencapai 99%. Media Keuangan, September. Murtadho, F. 2005. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan

Terhadap Tingkat Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak: Studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cilandak. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Prabowo, Harry. 2004. Reformasi Demi Kebaikan Wajib Pajak. Majalah Berita Pajak, Maret.

Rahmawati, I. 2006. Analisis Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Pelaporan SPT Masa PPN Dikaitkan Dengan Rencana Penerimaan PPN. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Suzandry, D. 2006. Kami Sangat Terbantu Dengan Adanya Account Receivable. Media Keuangan, September.

Wellyando, R. 2006. Evaluasi Atas Kinerja Pelayanan

Gambar

Tabel 5. Uji Normalitas
Tabel 9. Uji-t untuk Kepatuhan wajib pajak
Tabel 10. Uji F atau ANOVA Kepatuhan wajib pajak

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan parameter kinetik teras silisia dengan kerapatan 3,55 g U/cc telah dilakukan dan dalam makalah ini ditunjukkan hasil perhitungan parameter kinetik dengan kerapatan 4,8

Sistem ini dimulai dengan user memasukkan nama dosen, jurusan, mata kuliah, semester dan pilih opsi cari kemudian sistem akan menyaring data jadwal dosen

(SOP 2007) JIka diameter sudut Matahari diamati oleh astronot yang mengorbit planet kerdil Pluto pada jarak 39 SA, maka besarnya adalah ….. (SOK 2009) Nebula M20 yang dikenal

Alat ukur adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur suatu besaran. Berbagai macam alat ukur memiliki tingkat ketelitian tertentu. Hal ini bergantung pada

Dalam buku Kenangan Seperembad Abad UGM dituliskan bahwa tanggal 19 Desember 1949 oleh Pemerintah Republik Indonesia didirikan Universitas Negeri Gadjah Mada

Seluruh dosen-dosen pada jurusan KI Prodi BKI yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan, dan seluruh staf TU Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah

Uji Sobel dirumuskan dengan persamaan berikut, dimana bila nilai kalkulasi Z lebih besar dari 1,96 (dengan tingkat kepercayaan 95 persen), maka variabel mediator

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan hipotesis dengan tujuan untuk menganalisis variabel yang membedakan kecenderungan konsumen belanja di pasar