Kegiatan penentuan jenis kayu (identifikasi jenis kayu) merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan pengujian dalam arti luas yaitu menentukan jenis kayu, mengukur dimensi kayu untuk mendapatkan volume serta menetapkan mutu. Penentuan jenis kayu pada hakekatnya bukan hanya sekedar untuk memenuhi persyaratan dalam pelaksanaan pengujian saja, namun amat penting artinya bagi semua pihak baik bagi pemerintah, pihak produsen maupun pihak konsumen.
Terkait dengan kepentingan pemerintah, penentuan jenis kayu berperan penting dalam menentukan besarnya pungutan negara (PSDH dan DR) yang dikenakan. Pungutan
pemerintah tersebut selain didasarkan atas wilayah asal kayu, juga didasarkan atas jenis kayu. Disamping secara langsung terkait dengan kepentingan pemerintah, penentuan jenis kayu memegang peranan penting dalam upaya ikut serta mencegah penyimpangan dimana suatu jenis kayu yang dilarang untuk ditebang/dipasarkan, diperdagangkan secara bebas dengan menggunakan nama lain.
Di pihak produsen, selain untuk memenuhi kewajiban dalam membayar pungutan yang dibebankan pemerintah, kepastian suatu jenis kayu juga penting artinya dalam proses produksi dan pemasaran. Setiap jenis kayu mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda sehingga dalam pengolahannyapun memerlukan penanganan yang berbeda pula.
Sedangkan bagi konsumen, dengan adanya kepastian jenis kayu, akan lebih memudahkan untuk memilih kayu-kayu yang cocok untuk kepentingannya.
Metoda Pengenalan Jenis Kayu
Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa sepotong kecil kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah dan sebagainya.
Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, , dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah dilihat. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya. Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia, dimana antar jenis kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih lazim dipakai dalam penentuan je-nis kayu adalah dengan memeriksa sifat anatominya (sifat struktur).
struktur (disebut juga sifat mikroskopis). Secara obyektif, sifat struktur atau mikroskopis lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam mengenal atau
menentukan suatu jenis kayu. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat dipercaya, akan lebih baik bila kedua sifat ini dapat dipergunakan secara bersama-sama, karena sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam menentukan jenis.
Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui indera, baik dengan penglihatan, -ciuman, perabaan dan sebagainya tanpa menggunakan alat bantu. Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam sifat kasar antara lain adalah :
a. warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,
b. tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang lintang,
c. arah serat, yaitu arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,
d. gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial
e. berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis
f. kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,
g. lingkaran tumbuh,
h. bau, dan sebagainya.
Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan pembesaran 10 kali. Sifat struktur yang diamati adalah :
a. Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, pori terlihat sebagai lubang-lubang beraturan maupun tidak, ukuran kecil maupun besar. Pori dapat dibedakan berdasarkan penyebaran, susunan, isi, ukuran, jumlah dan bidang perforasi).
b. Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu bata dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna yang lebih cerah dibanding dengan warna sel sekelilingnya. Parenkim dapat dibedakan berdasarkan atas
hubungannya dengan pori, yaitu parenkim paratrakeal (berhubungan dengan pori) dan apotrakeral (tidak berhubungan dengan pori).
warna yang lebih cerah dibanding warna sekelilingnya. Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman ukurannya.
d. Saluran interseluler adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu yang
berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu ada pada setiap jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu, misalnya beberapa jenis kayu dalam famili Dipterocarpaceae, antara lain meranti (Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), keruing (Dipterocarpus spp), mersawa (Anisoptera spp), dan sebagainya. Berdasarkan arahnya, saluran interseluler dibedakan atas saluran interseluler aksial (arah longitudinal) dan saluran interseluler radial (arah sejajar jari-jari). Pada bidang lintang, dengan mempergunakan loupe, pada umumnya saluran interseluler aksial terlihat sebagai lubang-lubang yang terletak diantara sel-sel kayu dengan ukuran yang jauh lebih kecil.
e. Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)
f. Tanda kerinyut adalahpenampilan ujung jari-jari yang bertingkat-tingkat dan biasanya terlihat pada bidang tangensial. Tanda kerinyut juga tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya pada jenis-jenis tertentu seperti kempas
(Koompasia malaccensis) dan sonokembang (Pterocarpus indicus).
g. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di antara kayu, yang terbentuk sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk kulit. Gelam tersisip juga tidak selalu ada pada setiap jenis kayu. Jenis-jenis kayu yang sering memiliki gelam tersisip adalah karas (Aquilaria spp), jati (Tectona grandis) dan api-api (Avicennia spp).
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu daun lebar dan sifat struktur kayu daun jarum. Kayu-kayu daun jarum tidak mempunyai pori-pori kayu seperti halnya kayu-kayu daun lebar.
Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa kayu tersebut dengan memeriksa sifat kasarnya. Apabila dengan cara tersebut belum dapat ditetapkan jenis kayunya, maka terhadap kayu tersebut dilakukan pemeriksaan sifat strukturnya dengan mempergunakan loupe.
sifat kasarnya. Sifat-sifat tersebut kemudian didokumentasikan dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam bentuk percabangan dua (sistem dikotom).
Pada sistem kartu, dibuat kartu dengan ukuran tertentu (misalnya ukuran kartu pos). Disekeliling kartu tersebut dicantunkan keterangan sifat-sifat kayu, dan pada bagian tengahnya tertera nama jenis kayu. Sebagai contoh, kayu yang akan ditentukan jenisnya, diperiksa sifat-sifatnya. Berdasarkan sifat-sifati tersebut, sifat kayu yang tertulis pada kartu ditusuk dengan sebatang kawat dan digoyang sampai ada kartu yang jatuh. Apabila kartu yang jatuh lebih dari satu kartu, dengan cara yang sama kartu-kartu itu kemudian ditusuk pada sifat lain sesuai dengan hasil pemeriksaan sampai akhirnya tersisa satu kartu. Sebagai hasilnya, nama jenis yang tertera pada kartu terakhir tersebut merupakan nama jenis kayu yang diidentifikasi.
Dikotom berarti percabangan, pembagian atau pengelompokan dua-dua atas dasar persamaan sifat-sifat kayu yang diamati. Kayu yang akan ditentukan jenisnya diperiksa sifat-sifatnya, dan kemudian dengan mempergunakan kunci dikotom, dilakukan penelusuran sesuai dengan sifat yang diamati sampai diperolehnya nama jenis kayu yang dimaksud.
Kunci cara pengenalan jenis kayu di atas, baik sistem kartu maupun dengan sistem dikotom, keduanya mempunyai kelemahan. Kesulitan tersebut adalah apabila kayu yang akan ditentukan jenisnya tidak termasuk ke dalam koleksi. Walaupun sistem kartu ataupun sistem dikotom digunakan untuk menetapkan jenis kayu, keduanya tidak akan dapat
membantu mendapatkan nama jenis kayu yang dimaksud. Dengan demikian, semakin banyak koleksi kayu yang dimiliki disertai dengan pengumpulan mengumpulkan sifat-sifatnya ke dalam sistem kartu atau sistem dikotom, akan semakin mudah dalam menentukan suatu jenis kayu.
Penutup
Kegiatan untuk menentukan suatu jenis kayu, secara teknis menjadi sangat penting dalam rangka menentukan rencana penggunaannya, serta untuk kepentingan transaksi jual-beli atau perdagangan kayu.
Secara teoritis, metoda pengenalan/penentuan/identifikasi jenis kayu mudah dipelajari sebagai suatu pengetahuan. Namun demikian, keterampilan teknis
pengenalan/penentuan/identifikasi jenis kayu hanya akan diperoleh melalui proses latihan yang rutin, berulang-ulang dan terus menerus.
Jenis dan Ciri Kayu untuk Bahan Konstruksi
Mengenal Jenis dan Ciri Kayu untuk Bahan Konstruksi,Kayu merupakan salah satu material bahan bangunan yang sering digunakan dalam konstruksi. Setiap kayu memiliki sifat dan ciri tersendiri baik dalam segi keindahan serat, kadar air, keawetan, berat jenis, kerapatan, dan kekuatan.
Maka dalam memilih kayu yang akan dipergunakan ada baiknya kita mengenal Jenis dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi. Selain agar kita dapat mengetahui kayu yang cocok dengan kriteria dan spesifikasi yang kita inginkan, tentunya juga agar kita tidak tertipu dengan jenis-jenis kayu lainnya.
Macam-macam Kayu untuk Bahan Konstruksi
KAYU JATI
Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.
Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.
KAYU MERBAU
Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Kayu merbau biasanya difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.
KAYU BANGKIRE/YELLOW BALAU
berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow balau.
Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan.
KAYU KAMPER
kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai,
kecenderungan berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.
KAYU KELAPA
akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.
KAYU MERANTI MERAH
Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus, kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan
KAYU KARET
Botanical Name: Hevea brasiliensis
Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa.
Warna Kayu
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.
Densitas
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%.
Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu karet dapat digunakan sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk bahan konstruksi
KAYU GELAM
Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu,
Kayu bakar, pagar, atau tiang tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif untuk bahan penyerap.
Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan.
Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
KAYU AKASIA
mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat
BAB II
STUDI PUSTAKA II.1 Umum
Penggunaan kayu sebagai bahan struktur seperti pada konstruksi kuda
-kuda,
rangka rumah, jembatan dan struktur lainn ya, telah lama dikenal oleh masyarakat. Kayu
dipilih sebagai bahan struktur karena ringan dan memerlukan peralatan yang sederhana dalam proses pengerjaannya. Kendala pemanfaatan kayu secara optimal saat ini
disebabkan kayu dapat mengalami kerusakan akibat serangan jamur, serangga dan
pengolahan hutan sebagai sumber utama kayu, tidak dilakukan secara berkesinambungan ditambah kerusakan hutan yang ditimbulkan oleh penebangan liar
(illegal logging) telah
menyebabkan kelangkaan kayu yang berkualitas baik. Kayu
sebagaimana yang sering kita jumpai adalah hasil hutan, yang merupakan bagian dari pohon, bagian terpenting dari sebuah pohon adalah :
1. Akar
Terletak pada bagian bawah batang umumnya berhubungan dengan tanah ada dua system pengakaran yaitu akar serabut da
n akar tunggang. Akar berfungsi
untuk menegakkan tanaman pada tempat tumbuhnya, menyalurkan atau mengisap air, zat hara dan garam serta mineral
-mineral dari dalam tanah seperti :
fosfor, kalsium, kalium, asam kersik dan lain
-lain. Mineral ini akan disalurk an ke
Universitas Sumatera Utara
2. Batang
Secara umum batang ialah bagian pohon dimulai dari pangkal akar sampai kebagian bebas cabang. Menurut botani, batang termasuk pula c
abang dan
ranting. Batang berfungsi sebagai tempat tumbuhnya cabang, ranting, tunas serta daun. Selain itu sebagai lalu lintas bahan makanan dari akar ke daun melalui kulit dalam, dan ada kalanya sebagai penyimpanan bahan makanan cadangan.
3.
Cabang, ranting dan daun
Cabang dan ranting merupakan jalur yang digunakan batang untuk mangambil hasil fotosintesis daun sehingga pertumbuhan batang menjadi sempurna. Melihat banyaknya macam jenis daun pohon pada dasarnya daun berbentuk lebar dan kecil, hal ini disesuai
kan dengan lingkunagn sekitar pohon itu tumbuh, contohnya
daun teratai lebih lebar dibandingkan dengan daun pinus hal ini disebabkan teratai membutuhkan penguapan yang besar melalui daun karena lingkungan sekitarnya sangatlah lembab. Bagian
-bagian batang d an kegunannya : 1.
Bagian pangkal umunya tak bermata kayu, digunakan untuk kayu pertukangan yang baik.
2.
Bagian tengah dan ujung memiliki mata kayu, digunakan untuk industri kayu seperti pabrik kertas, papan buatan (kayu lapis) dan lain
-lain. 3.
Bagian percabangn
dikhususkan untuk industri kayu. 4.
Bagian cabang dan ranting dimanfaatkan untuk kayu bakar.
Kayu dapat diolah baik berbentuk kayu pertukangan maupun kayu industri. Sebagai bahan konstruksi alami, kayu mempunyai sifat
-sifat fisis dan mekanis yang khas dan
sangat berbeda dengan bahan konstruksi yang lain. Oleh karena itu, dalam
Universitas Sumatera Utara
-sifat kayu.
Jika sebatang pohon dipotong melintang dan permukaan potongan melintan g itu
dihaluskan, maka akan tampak suatu gambaran unsur
-unsur kayu yang tersusun dalam
pola melingkar dengan suatu pusat di tengah batang serta deretan sel kayu dengan arah mirip jari
-jari roda ke permukaan batang. Sebuah sumbu dapat dibayangkan melewati p
usat itu dan merupakan salah satu sumbu arah utama yang disebut sumbu longitudinal. Sumbu
-sumbu arah utama yang lain dapat dibuat tegak lurus dan memotong -sumbu
longitudinal. Sumbu ini disebut sumbu arah radial. Sedangkan sumbu yang tegak lurus dengan jari
-jari kayu, tetapi tidak memotong sumbu longitudinal disebut sumbu arah tangensial.
Ketiga sumbu arah utama ini sangat penting artinya untuk mengenal sifat
-sifat
kayu yang khas. Sifat
-sifat khusus kayu tersebut antara lain -sifat anisotropik yang telah dip
aparkan di atas. Perbedaannya dalam hal kekuatan kayu, kembang susut kayu, dan aliran zat cair di dalam kayu. Di samping itu, tampak bahwa kekuatan kayu yang menahan beban ternyata lebih besar pada arah sumbu longitudinal daripada arah
-arah
yang lain. Demi
kian pula aliran zat cair lebih cepat dan lebih mudah pada arah
longitudinal daripada arah sumbu radial dan tangensial. Sebaliknya, kembang susut kayu yang terbesar terdapat pada arah tangensial.
Muai termal kayu juga berbeda arah tangensial, radial dan l ongitudinal. Dimana
arah tangensial adalah garis singgung cincin
-cincin pertumbuhan, arah radial adalah tegak lurus pada cincin
-cincin pertumbuhan, sedangkan arah longitudinal adalah sejajar serat
-serat (Gambar II.2).
Sumatera Utara
Gambar II.1 bentuk gambar a
rah tangensial, Radial dan longitudinal
Muai termal arah tangensial dan radial lebih besar daripada arah longitudinal, karena muai termal arah longitudinal hampir tidak tergantung pada berat jenis. Penyusutan dan kekuatan arah tangensial, radial dan long
itudinal juga tidak
sama. Pada arah tangensial dan radial penyusutan cukup tinggi, sedangkan pada arah longitudinal tidak tinggi. Kekuatan arah longitudinal ± 20 kali kekuatan tarik arah radial, karena perpatahan terjadi dalam sel
trachied
yang memanjang. Berat jenis meningkat
untuk kadar lembab tertentu, berarti meningkatnya ketebalan sel dinding dan
kenaikannya sebanding dengan kekuatan longitudinal. Kekuatan dalam arah melintang akan meningkat untuk kadar lembab tertentu, karena makin padat kayu makin ke
cil
kemungkinan untuk patah dalam arah sejajar dengan sel trachied
yang kosong.
Dari uraian tersebut di atas, membuktikan bahwa bentuk struktur kayu bersifat anisotropis
, yaitu sifat
-sifatnya elastis tergantung dari arah gaya terhadap serat
-serat dan ling
karan tahunan. Atau tidak mempunyai sifat yang sama pada semua bagiannya sehingga tidak bisa dipakai dalam struktur kayu. Akan tetapi untuk keperluan
-keperluan
praktis, kayu dapat dianggap ortotropis
, yang artinya mempunyai tiga bidang simetri elastis yang
saling tegak lurus, yaitu longitudinal (aksial), tangensial dan radial.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan dimensi kayu akibat pengeringan dari perubahan suhu, kelembaban, pembebanan mekanis juga menunjukkan sifat kayu anisotropis.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda
-beda.
-beda pula, jika
dibandingkan bagian ujung dan pangkalnya. Dalam hubungan itu ada baiknya jika sifat
-sifat kayu tersebut diketahui lebih dahulu sebelum kayu itu dip ergunakan. Sifat
dimaksud antara lain yang berkaitan dengan sifat
-sifat anatomi kayu. Adapun bebrapa
sifat kayu itu secara umum sebagai berikut : 1.
Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial. 2.
Kayu tersusun dari sel
-sel yang mem iliki tipe bermacam
-macam dan susunan
dinding selnya terdiri dari senyawa
-senyawa kimia berupa selulosa dan
hemiselulosa (unsure karbohidrat) serta berupa lignin (non
-karbohidrat). 3.
Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat
-sifat yang ber lainan
jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial, dan radial). Hal ini disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosanya dalam dinding sel, bentuk memanjang sel
-sel kayu dan pengaturan -sel terhadap sumbu vertikal dan horisontalnya pa
da batang pohon. 4.
Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara sekitarnya.
5.
Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar, terutama jika kondisinya kering.
II.2
Sifat Fisis Dan Mekanis Kayu
Universitas Sumatera Utara
-tiap jenis kayu berbeda
-beda, sehingga penggunaan kelas
kayu harus disesuaikan dengan konstruksi yang akan dibuat. Oleh karena itu kita harus sedikit banyaknya mengetahui te
ntang beberapa ciri
-ciri dan sifat
-sifat kayu. Antara lain
yang terpenting adalah mengenai sifat
-sifat mekanis atau kekuatan kayu, yang
merupakan kemampuan kayu untuk menahan muatan dari luar berupa gaya
-gaya di luar
kayu yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya kayu. II.2.1 Sifat
F isis 11.2.1.1 Berat J enis K ayu
Berat jenis kayu biasanya berbanding lurus dengan kekuatan daripada kayu atau sifat
–
sifat mekanisnya . Makin tinggi berat jenis suatu kayu maka makin tinggi pula kekuat
annya.
Mengingat kayu terbentuk dari sel –
sel yang memiliki bermacam –
macam tipe,
memungkinkan terjadinya suatu penyimpangan tertentu . Pada perhitungan berat jenis kayu semestinya berpangkal pada keadaan kering udara, yaitu sekering
–
keringnya tanpa p
engeringan buatan .
dengan
tingkat keakuratan yang diperlukan. Untuk praktisnya , digunakan timbangan dengan ketelitian 20 % , yaitu sebesar 20 gr / kg . Sedangkan untuk menentukan volume , ada beberapa cara untuk memperoleh besarnya volume suatu benda . Cara yang umum dan mu
dah dilakukan adalah dengan mengukur panjang , lebar dan tebal suatu benda dan mengalikan ketiganya .
Universitas Sumatera Utara
Untuk kayu , sebaiknya ukuran sampel tidak kurang dari ukuran dari 7.5 cm x 5 cm x 2.5 cm, tetapi bila ukuran sampel kurang dari tersebut, maka cara yang digunakan
untuk mendapatkan volume adalah dengan metode pencelupan. Pada metode ini penggunaan pan berisi air yang diletakkan pada timbangan ayun. Kemudian timbangan diseimbangkan dengan meletakkan pemberat pada sisi lainnya. Sampel lalu dimasukkan kedala
m pan dan dibenamkan kedalam air . Diatur agar air tidak keluar dari dalam pan , dan diatur juga agar sampel tidak menyentuh sisi
–
sisi samping dan bawah pan dengan memasang jarum sebagai kaki –
kaki sampel . Seimbangkan timbangan dengan menambah pembera
t pada sisi lain . Berat pemberat yang ditambahkan untuk mencapai
keseimbangan ( dalam Gr ) adalah sama dengan nilai volume sampel ( dalam cm 3
) .
Karena kayu sebagai material dengan daya serap yang tinggi, maka diperlukan bahan lain untuk melapisi sampe
l sehingga air tidak ada yang masuk ke dalam kayu.
Bahan tersebut haruslah bahan yang tipis, kedap air, serta memiliki berat yang sangat kecil. Parafin merupakan bahan yang sesuai. Sebelum sampel dimasukkan kedalam air, terlebih dahulu sampel dimasukkan ke
dalam cairan parafin yang mendidih sampai
keseluruhan permukaan sampel ditutupi parafin . Kelebihan parafin pada permukaan yang dihaluskan dan diratakan sehingga permukaan parafin tidak terlalu tebal . Berat jenis juga didefenisikan berat jenis relatif b
enda tersebut terhadap berat
jenis standard , dalam hal ini berat jenis air dalam gr / cm 3
. Air dipakai sebagai bahan standard karena berat 1 cm 3
adalah 1 gr. Dapatlah dikatakan bahwa berat jenis suatu benda adalah berat benda tersebut relatif terhadap berat jenis standard yaitu air .
A
Kayu sebagai bahan bangunan dapat mengikat air dan juga dapat melepaskan air yang dikandungnya. Keadaan seperti ini tergantung pada kelembaban suhu udara disekelilingnya dimana kayu itu ber
ada .
Universitas Sumatera Utara
Kayu mempunyai sifat peka terhadap kelembaban. Karena pengaruh kadar airnya menyebabkan mengembang dan menyusutnya kayu serta mempengaruhi pula sifat –
sifat
fisik dan mekanis kayu. Kadar air sangat besar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu, terutama
daya pikulnya terhadap tegangan desak sejajar arah serat dan juga tegak lurus arah serat kayu .
Sel –
sel kayu mengandung air , yang sebagian merupakan bebas yang mengisi
dinding sel . Apabila kayu mengering , air bebas keluar dahulu dan saat air bebas i tu
habis keadaannya disebut titik jenuh serat ( Fiber Saturation Point
) . Kadar air pada saat itu kira –
kira 25 %
-30 % . Apabila kayu mengering dibawah titik jenuh serat ,
dinding sel menjadi semakin padat sehingga mengakibatkan serat –
seratnya menjad i
kokoh dan kuat . Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa turunnya kadar air mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu .
Pada umumnya kayu
–
kayu di Indonesia yang kering udara mempunyai kadar air ( kadar lengas ) antara 12 %
–
Pengerutan dan pengembangan kayu dimaksudkan adalah suatu keadaan perubahan bentuk pada kayu yang disebabkan oleh tegangan
-tegangan dalam, sebagai
akibat dari berkurangnya atau bertambahnya kadar air kayu. Pengerutan terjadi karena
dinding
-dinding maupun isi sel kehilangan sebagian besar kadar airnya, ini juga terjadi pada serat
-seratnya. Begitu pula sebaliknya. Besarnya pengerutan maupun pengembangan pada berbagai jenis kayu dan arah kayu adalah tidak sama.
T
= Pengerutan kayu arah tangensial ± 7 %
-10 % R
= Pengerutan kayu arah radial ± 5 %
A = Pengerutan kayu arah aksial (longitudinal) ± 0.1 % (sangat kecil, dapat diabaikan)
Universitas Sumatera Utara
Pengerutan kayu dalam arah lingkaran
-lingkaran pertumbuhan (tange nsial)
lebih besar daripada arah radial, karena dapat ditemui bahwa di sebelah luar batang, sel
-selnya masih muda dan banyak mengandung kadar air.
Pada pengeringan batang kayu glondong, keliling mengerut hampir dua kali jari
-rengat pengeringan. Jika
pada batang yang belum dikeringkan (basah) digergaji menjadi papan atau balok akan melipat atau melentur.
Secara teoritis, besarnya pengerutan berbanding lurus dengan banyaknya air yang keluar setelah dik
eringkan. Contohnya, bila suatu batang kayu mempunyai lebar
asal pada arah tangensial, pada kadar air 20 % adalah 26 cm. Setelah dikeringkan
lebarnya menjadi 24 cm, maka pengerutan kayu arah tangensial dalam persen (%) adalah =
% 33 . 8 % 100 26 24 26
x II. 2
.2 Sifat Mekanis
Sifat mekanis kayu meliputi keteguhan kayu, yaitu perlawanan yang diberikan oleh suatu jenis kayu terhadap perubahan
-perubahan bentuk yang disebabkan oleh gaya
-gaya luar.
Perlawanan kayu terhadap gaya
-gaya luar ini dapat dibedakan menjadi :
II.2.2.1
Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap dua buah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan dan gaya ini bersifat tarik (lihat Gambar II.3). Gaya tarik ini berusaha melepas ikatan antara serat
-serat kay
u tersebut. Sebagai
akibat dari gaya tarik (P), maka timbullah di dalam kayu tegangan
-tegangan tarik, yang
harus berjumlah sama dengan gaya
Universitas Sumatera Utara
P
P
Serat Kayu
P
P
Bahaya Tekuk
sedemikian rupa, serat
-serat kayu terlepas dan terjadilah patahan. Dalam s uatu
konstruksi bangunan, hal ini tidak boleh terjadi untuk menjaga keamanan. Tegangan tarik masih diizinkan bila tidak timbul suatu perubahan atau bahaya pada kayu, disebut dengan tegangan tarik yang diizinkan dengan notasi F t
(MPa).
Misalnya, untuk kayu
dengan kode mutu E26 tegangan tarik yang diizinkan dalam arah sejajar serat adalah 60 MPa.
Gambar II.2 batang yang menerima gaya tarik P II.2.2.2
Keteguhan Tekan
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap gaya
-gaya tekan y
ang bekerja sejajar atau tegak lurus serat kayu. Gaya tekan yang bekerja
sejajar serat kayu akan menimbulkan bahaya tekuk pada kayu tersebut (lihat Gambar II.3). Sedangkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah serat akan menimbulkan retak pada kayu (Gam
bar II.4).
Gambar II.3 batang kayu menerima gaya tekan sejajar serat Batang
-batang yang panjang dan tipis seperti papan, mengalami bahaya
kerusakan lebih besar ketika menerima gaya tekan sejajar serat jika dibandingkan dengan gaya tekan tegak lurus se
rat kayu. Sebagai akibat adanya gaya tekan ini akan
Universitas Sumatera Utara
P
P
S e r a t K a y u
G a y a G e s e r
menimbulkan tegangan tekan pada kayu. Tegangan tekan terbesar dimana tidak menimbulkan adanya bahaya disebut tegangan tekan yang diizinkan, dengan notasi F c
(MPa).
Gambar II.4 Batang Kayu yang Mener ima Gaya Tekan Tegak Lurus Serat II.2.2.3 Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap dua gaya
-gaya
tekan yang bekerja padanya, kemampuan kayu untuk menahan gaya
-gaya yang
menyebabkan bagian kayu tersebut bergeser atau te rgelincir dari bagian lain di dekatnya.
Akibat gaya geser ini maka akan timbul tegangan geser pada kayu (lihat Gambar II.5). Dalam hal ini, keteguhan geser dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu keteguhan geser sejajar serat, keteguhan geser tegak lurus sera
t dan keteguhan geser miring.
Tegangan geser terbesar yang tidak akan menimbulkan bahaya pada pergeseran serat kayu disebut tegangan geser yang diizinkan, dengan notasi F
v (MPa).
Gambar II.5 Batang Kayu yang Menerima Gaya Geser Tegak Lurus Arah Serat ,
Keteguhan Lengkung (Lentur)
Keteguhan lengkung (lentur) adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap gaya
-gaya yang berusaha melengkungkan kayu tersebut. Keteguhan lengkung dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu keteguhan lengk
ung statik dan keteguhan
lengkung pukul. Keteguhan lengkung statik menunjukkan kekuatan kayu dalam menahan gaya yang mengenainya perlahan
-lahan, sedangkan keteguhan lengkung pukul
adalah kekuatan kayu dalam menahan gaya yang mengenainya secara mendadak. B
berlebihan akan melengkung/melentur. Pada bagian sisi atas balok akan terjadi tegangan tekan dan pada sisi bawah akan terjadi tegangan tarik yang besar (lihat Gambar II.6). Akibat teg
angan tarik yang melampaui batas kemampuan kayu maka akan terjadi regangan yang cukup berbahaya.
Gambar II.6
Batang Kayu yang Menerima Beban Lengkung II.2.2.5
Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kekuatan kayu dalam menahan gaya
-gaya
yang berusaha membelah kayu. Kayu lebih mudah membelah menurut arah sejajar serat
Universitas Sumatera Utara
kayu. Keadaan kayu juga mempengaruhi sifat pembelahan, misalnya kayu yang basah lebih mudah dibelah daripada kayu yang telah kering.
II. 3
Kekuatan Kayu Istilah kekuata
n atau tegangan pada bahan seperti kayu adalah kemampuan bahan
untuk mendukung beban luar atau beban yang berusaha merubah bentuk dan ukuran bahan tersebut. Akibat beban luar yang bekerja ini menyebabkan timbulnya gaya –
gaya
dalam pada bahan yang berusaha
menahan perubahan ukuran dan bentuk bahan. Gaya dalam ini disebut dengan
tegangan yang
dinyatakan dalam Pound / ft 2
. Dibeberapa
negara satuan tegangan ini mengacu ke sistem Internasional ( SI ) yaitu N / mm 2
.
Perubahan ukuran atau bentuk ini dikenal sebagai
deformasi
atau regangan. Jika
tegangan yang bekerja kecil maka regangan atau deformasi yang terjadi juga kecil dan jika tegangan yang bekerja besar maka deformasi yang terjadi juga besar. Jika kemudian tegangan dihilangkan maka bahan akan kembali k
ebentuk semula. Kemampuan bahan
untuk kembali kebentuk semula tergantung pada besar sifat elastisitasnya. Jika tegangan yang diberikan melebihi daya dukung serat maka serat
serat akan putus dan terjadi kegagalan atau keruntuhan. Deformasi sebanding deng
an besarnya beban yang bekerja sampai pada satu titik . Titik ini adalah
Limit Proporsional
. Setelah melewati titik ini besarnya deformasi akan
bertambah lebih cepat dari besarnya beban yang diberikan . Hubungan antara beban dan deformasi ditunjukkan pada
gambar II.7 berikut .
Universitas
Gambar II.7 Hubungan antara beban tekan dengan deformasi untuk tarikan dan tekanan
Kayu memiliki beberapa tegangan, pada satu jenis tegngan nilainya besar dan untuk jenis tegangan yang lain nilainya kecil. Sebagai conto
h tegangan tekan cenderung
memperpendek kayu sedangkan tegangan tarik akan memperpanjang kayu. Biasanya kayu akan menderita kombinasi dari beberapa tegangan yang terjadi secara bersamaan meski salah satu jenis tegangan lebih mendominasi. Kemampuan untuk m
elentur bebas
dan kembali kebentuk semula tergantung kepada elastisitas, dan kemampuan untuk menahan terjadinya perubahan bentuk disebut dengan kekakuan.
Modulus elastisitas adalah ukuran hubungan antara tegangan dan regangan dalam limit proporsional yang
memberikan angka umum untuk menyatakan kekakuan atau
elastis suatu bahan. Semakin besar modulus elastisitas kayu, maka kayu tersebut semakin kaku.
Istilah getas digunakan untuk mendeskripsikan deformasi yang terjadi sebelum patah. Dapat diperhatikan bahwa
sifat getas ini bukan menyatakan kelemahan. Sebagai
Universitas Sumatera Utara
contoh, besi tuang dan kapas adalah bahan yang getas, walaupun besarnya beban yang dibutuhkan untuk mengakibatkannya hancur sangat berbeda.
Dalam mencari karakteristik kekuatan kayu ada dua cara yang dapa t dilakukan.
Pertama, dengan pengujian langsung di lapangan. Kedua, dengan penelitian. Karena pelaksanaan pengujian di lapangan memerlukan biaya yang besar maka pengujian dengan penelitian merupakan alternatif pemilihan.
Pada penelitian ada 2 (dua) jenis p
dengan menggunakan sampel kecil dan pengujian kayu sebagai struktural. Pengujian dengan menggunakan sampel penting untuk tujuan komparatif, yang memberikan indikasi bahwa sifat
-sifat kekuatan setiap jenis
-jenis kayu
berbeda. Karena pengujian
dirancang untuk menghindari pengaruh kerusakan lain, sehingga hasilnya tidak
menunjukkan beban aktual yang mampu diterima dan faktor yang harus digunakan untuk mendapatkan tegangan kerja yang aman. Pengujian kayu dengan bentuk st
ruktural lebih
mendekati kondisi penggunaan yang sebenarnya. Secara khusus dianggap penting karena dapat mengamati kerusakan seperti pecah
-pecah. Kelemahan pada pengujian ini adalah
memerlukan biaya yang besar dan pekerjaannya sulit karena membutuhkan kayu dalam
jumlah yang besar dan butuh waktu yang lebih lama. Selain itu, faktor pemilihan bahan dalam ukuran yang besar dengan kualitas yang seragam menjadi sangat penting dibandingkan dengan pemilihan sampel dalam ukuran kecil.
Pengujian dengan menggunakan s
ampel kecil telah memiliki standar pengujian.
Karena sifat kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan air, pengujian dapat dilakukan dalam kondisi terpisah. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan material kayu yang memiliki kandungan standar. Peng
ujian dilakukan pada bahan kering
udara dengan kadar air yang diketahui dan angka
-angka kekuatan tersebut dikoreksi
Universitas Sumatera Utara
terhadap kandungan air standar. Ketelitian dibutuhkan untuk mengeliminasi faktor
-faktor yang dapat membuat variasi sifat kekuatan. Pengujian
dengan sampel kecil dari jenis
-jenis kayu yang berbeda
-beda kini telah
dilakukan, dan banyak batasan data yang diperoleh. Angka
-angka yang diterbitkan untuk kayu yang berbeda
-a
ngka ini sendiri dapat dipakai dalam memperhitungkan tegangan kerja karena faktor koreksi telah diperhitungkan.
Umumnya secara empiris hanya sedikit karakteristik kekuatan kayu yang diketahui. Sebagai contoh adalah kualitas kayu oak, kayu jati, dan kayu da mar sebagai
bahan struktur. Hasil pengujian berdasarkan nilai tegangan dan regangan dari kayu tersebut. Nilai tegangan diperoleh dari besarnya beban per luas penampang yang dibebani, dinyatakan dalam N/mm², atau :
Penampang Luas
Beban Tegangan
) (
Dan regangan didefinisikan sebagai deformasi per ukuran semula yaitu : Mula
Mula Panjang Deformasi regangan
) (
Ada beberapa jenis tegangan yang dapat dialami oleh suatu material, yaitu tegangan tekan (
Compression Strength ), tegangan tarik ( Tensile Strength ), dan teganga n
lentur (
Bending Strength
). Pada tegangan tekan, material mengalami tekanan pada luasan
tertentu yang menyebabkan timbulnya tegangan pada material dalam menahan tekanan tersebut sampai batas keruntuhan dan diambil sebagai nilai tegangan tekan. Demikian pu
la dengan tarikan, tegangan tarik timbul akibat adanya gaya dalam pada material yang berusaha menahan beban tarikan yang terjadi. Kemampuan maksimum materi
al
menahan tarikan adalah sebagai sebagai tegangan tarik (lihat Gambar II.9).
Utara
Gambar II.8 Tega
ngan tekan dan tegangan tarik Tegangan yang bekerja : A
= Tegangan tekan/tarik yang terjadi (kg/cm²) P
= Beban tekan / tarik yang terjadi (kg)
A = Luas penampang yang menerima beban (cm²)
Secara teoritis, semakin ringan kayu maka semakin kurang kek uatannya,
demikian juga sebaliknya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu
-kayu yang berat
sekali juga kuat sekali. Kekuatan, kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah berbanding lurus dengan berat jenisnya. Tentunya hal ini tidak terlalu sesuai, karena s
usunan dari
kayu tidak selalu sama. II.
3
.1 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis
Pemilihan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku. Berdasarkan
astis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan lainnya dapat diambil mengikuti tabel II.1. Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel II.1 dapat digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti standar
-standar
eksperimen yang baku. Ta
bel II.1
Nilai Kuat Acuan (MPa) Berdasarkan Atas Pemilahan Secara Mekanis pada Kadar Air 15%
9
Dimana : E
w =
Modulus elastis lentur F
b =
Kuat lentur F
t// = Ku
at tarik sejajar serat F
c// =
Kuat tekan sejajar serat F
Kuat tekan tegak lurus II.
3
.2 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Visual
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis, maka
Universitas Sumatera Utara
kuat a
cuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah
-langkah sebagai berikut : a.
Kerapatan ρ pada kondisi basah (berat dan volume diukur pada kondisi basah, tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30 %) dihitung dengan mengikuti
prosedur
baku. Gunakan satuan kg/m³ untuk ρ. b.
Kadar air, m %
c.
Hitung berat jenis pada m %
Hitung berat jenis dasar ( G
Hitung berat jenis pada kadar air 15 % ( G 15
Ew
Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan/atau mempunyai cacat kayu, estimasi nilai modulus elastis lentur acuan pada point f harus direduksi dengan mengikuti ketentuan pada SNI (Standar Nasional Indonesia) 03
-3527
-1994 UDC (Universal Decimal Classi
fication) 691.11 tentang “Mutu Kayu Bangunan“ yaitu dengan
mengalikan estimasi nilai modulus elastis lentur acuan dari Tabel II.1 tersebut dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel II.2 yang bergantung pada kelas mutu kayu . Kelas mutu kayu ditetapkan
dengan mengacu pada Tabel II.3. Tabel II.2 Nilai Rasio Tahanan
Universitas Sumatera Utara
Kelas Mutu
Nilai Rasio Tahanan A
Tabel II.3 : Cacat Maksimum untuk Setiap Kelas Mutu Kayu Macam Cacat
Kelas Mutu A Kelas Mutu B Kelas Mutu C Mata kayu : Terletak di muka lebar
Terletak di muka sempit Retak
Pingul Arah serat Saluran Damar Gubal
rapuh, retak melintang) 1/6 lebar kayu
1/8 lebar kayu 1/5 tebal kayu 1/10 tebal atau lebar kayu 1:13
1/5 tebal kayu e
ksudasi tidak diperkenan Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasai dan tidak ada tanda
-tanda serangga hidup
Tidak
diperkenankan 1/4 lebar kayu 1/6 lebar kayu
1/6 tebal kayu 1/6 tebperkenankan Diperkenankan
asal terpencar dan ukuran dibatasai dan tidak ada tanda
-tanda serangga hidup
Tidak
diperkenankan 1/2 lebar kayu 1/4 lebar kayu 1/2 tebal kayu 1/4 tebal atau lebar kayu 1:6
1/2 tebal kayu Diperkenankan Diperkenankan asa
dibatasai dan II.4 Sifat Bahan Baja
Sifat baja yang terpenting dalam penggunaannya sebagai bahan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan dengan kayu dan b
eton, serta sifat
keliatannya, yaitu ukuran kemampuan suatu logam (satu satuan volume) untuk menyerap
Universitas Sumatera Utara
Gambar II –
9 Geometri Sambungan Baut II.6.
8
Alat Penyambung Baut Alat
penyambung baut harus terbuat dari baja dengan diameter 6,3 mm
≤ D ≤ 25mm .
II.6. 8
.1 Pemasangan Alat Pengencang
Alat pengencang harus memenuhi persyaratan yang berlaku diameter baut, sekrup kunci dan pen adalah diameter nominal.
II.6. 8
.2 Lubang Penun tun
Ketentuan lubang penuntun berikut ini berlaku untuk baut, sekrup kunci, pen, atau pasak yang dipasang pada material kayu atau material yang berbahan dasar kayu. Lubang penuntun harus dibuat tegak lurus terhadap permukaan komponen struktur, kecuali bi
la pada suatu sudut kemiringan lubang penuntun memang diperhitungkan alat pengencang
jarak antar baris alat pengencang jarak tepi beban
jarak tepi tanpa beban
spesi dalam baris