• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemberdayaan dan Respon atau Persepsi Pedagang Kaki Lima terhadap Implementasi Perda No 4 Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemberdayaan dan Respon atau Persepsi Pedagang Kaki Lima terhadap Implementasi Perda No 4 Tahun 2015"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah suatu proses yang berjalan terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya, upaya itu hanya bisa dilakukan dengan membangkitkan keberdayaan mereka, untuk memperbaiki kehidupan di atas kekuatan sendiri.

Menurut Gibson dan Woolcock (2005), pemberdayaan merupakan suatu proses untuk meningkatkan individu dalam menentukan pilihan dan mewujudkan pilihan tersebut dalam tindakan nyata. Untuk melaksanakan pemberdayaan bagi masyarakat marginal, beberapa strategi yang dapat dilakukan yaitu: kebijakan dan perencanaan, aksi sosial dan politik serta pendidikan, pemberdayaan juga berhubungan dengan kemampuan manusia, khususnya mereka yang tersisih dan tak berdaya supaya mendapat kekuatan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar, mengakses sumber daya produktif, dan berpartisispasi dalam proses pengambilan keputusan.

Friedmann (1992) mendefinisikan pemberdayaan sebagai pembangunan alternatif (alternative development) yang menghendaki “inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and intergenerational equaty” dengan menekankan pada keutamaan politik melalui otonomi pengambilan keputusan untuk melindungi kepentingan rakyat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung melalui partisipasi, demokrasi dan pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung.

(2)

proses dan hasil-hasil pembangunan. Konsep empowerment pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain.

Menurut Mubyarto (1999), mengemukakan bahwa pemberdayaan berkaitan erat dengan ekonomi rakyat. Proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia dalam hal ini masyarakat pedesaan, penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada kegiatan pemberdayaan ekonomi rakyat. Pemberdayaan merupakan suatu strategi yang dilakukan untuk mengembangkan suatu kelompok atau individu didalam menjalani usaha atau kegiatan dalam mempertahankan hidup. Pemberdayaan sangat penting dilakukan dalam rangka mengubah pola pikir, strategi pengembangan usaha agar usaha yang dilakukan dapat dikembangkan dengan lebih baik. Tujuan adanya pemberdayaan yaitu untuk mengangkat harkat dan martabat dari masyarakat marjinal atau terpinggirkan. Dengan adanya pemberdayaan, kehidupan masyarakat kecil diharapakan dapat mejadi lebih baik. Masyarakat kecil yang pendapatannya relative kecil, dengan adanya pemberdayaan pendapatan masyarakat kecil menjadi lebih baik.

2.2. Konsep Kebijakan

2.2.1. Pengertian Kebijakan

(3)

berpendapat, kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah actor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan.

Secara umum istilah kebijakan atau policy digunakan unutk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah actor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.Menurut (Edi Suharto, 2008), kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku, dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang baik dari yang membuat atau yang melaksanakan kebijakan tersebut.

Menurut Zainal Abidin kebijakan secara umum dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: 1). Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan. 2). Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-undang.3). Kebijakan teknis, yaitu kebijakan operasional yang berada dibawah kebijakan pelaksanaan.

(4)

pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi, pembinaan dan bimbingan teknis dan peningkatan kemitraan dengan dunia usaha. Melalui kebijakan-kebijakan tersebut merupakan hal utama yang dilakukan Pemerintah Kota Salatiga dalam memberdayakan para PKL lapangan Kota Salatiga.

2.2.2. Strategi Kebijakan

Dalam memberdayakan para PKL di Lapangan Pancasila, kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah kota salatiga sejalan dengan model kebijakan Grindel (1980) yang memfokuskan pada tiga perhatian utama, yaitu memperhatikanlembaga-lembaga yang bertanggung jawab, memperhatikan jaringan kekuatan (politik, sosial dan ekonomi), serta memperhatikan dampak yang diharapakan atau tidak diharapkan dari sebuah kebijakan.

Dalam melibatkan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab, membangun jaringan dan memperhatikan dampak kebijakan, pemerintah menggunakan sejumlah strategi yang memfokuskan pada usaha-usaha pemeberdayan PKL. Strategi tersebut sejalan dengan tujuan pemberdayan itu sendiri, seperti yang dikemukakan Mubyarto (1999) bahwa proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia, penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat, dan merupakan strategi yang dilakukan untuk mengembangkan suatu kelompok atau individu didalam menjalani usaha atau kegiatan dalam mempertahankan hidup.

(5)

Peraturan Daerah (PERDA) Salatiga Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penataan, Pengelolaan, dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Oleh karena itu, untuk memahami PERDA tersebut, maka akan di jabarkan setiap strategi yang digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan pemberdayaan PKL di Lapangan Pancasila sebagai berikut: 1). Peningkatan Kemampuan Berusaha, Fasilitas Permodalan, dan Fasilitas Bantuan Sarana Dagang, 2). Penguatan Kelembagaan, 3). Fasilitas Peningkatan Produksi, 4). Pengolahan, Pengembangan Jaringan dan Promosi, 5). Pembinaan dan Bimbingan Teknis, 6). Peningkatan Kemitraan dengan Dunia Usaha.

2.2.3. Implementasi Kebijakan

Grindle (1980:7) menyatakan, implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Sedangkan Van Meter dan Horn (Wibawa, dkk., 1994: 15) menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan.

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari proses segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanann undang-undang di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program. Selanjutnya implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (ouput) maupun sebagai suatu dampak (outcome).

(6)

Untuk memperlancar implementasi kebijakan, perlu dilakukan diseminasi dengan baik. Syarat pengelolaan diseminasi kebijakan ada empat, yakni: 1). Adanya respek anggota masyarakat terhadap otoritas pemerintah untuk menjelaskan perlunya secara moral mematuhi undang-undang yang dibuat oleh pihak berwenang. 2). Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan. Kesadaran dan kemauan menerima dan melaksanakan kebijakan terwujud manakala kebijakan dianggap logis. 3).Keyakinan bahwa kebijakan dibuat secara sah. 4). Awalnya suatu kebijakan dianggap kontroversial, namun dengan berjalannya waktu maka kebijakan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pandangan Van Meter dan Horn (Grindle, 1980: 6) bahwa tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (policy stakeholders).

2.3. Konsep Respon

Berbicara mengenai respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003).

(7)

seseorang/kelompok di dalam merespon suatu kejadian/peristiwa baik berupa dalam hal positif maupun negative, sedangkan yang dimaksud dengan Partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan seseorang/kelompok didalam suatu kejadian/peristiwa. Ketiga unsur/factor tersebut terlihat bahwa para PKL didalam menanggapi/merespon apa yang dilakukan oleh Pemerintah dalam pemberdayaan PKL melalui Perda no 4 tahun 2015.

Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu ransangan tertentu.Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap.

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu : a). Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya. b). Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang. c). Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Mulyani, 2007).

Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang mendeteil, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui, yaitu: Pengaruh atau Penolakan, Penilaian, Suka atau tidak suka, Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi.

(8)

dan mengharapkan suatu objektif, seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu. Ada dua jenis variabel yang dapat mempengaruhi respon, yaitu : 1). Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik. 2). Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat pada diri sipengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthefield, dalam sarwono, 1991).

Dalam Dollard dan Miller mengemukakan bahasa memegang peranan penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon-respon tertentu terikat dengan kata-kata, dan oleh karena itu, ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hirarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media srtategis dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut berbentuk respon positif atau negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan direspon.

2.4. Pedagang Kaki Lima (PKL)

Secara sosiologis, PKL merupakan entitas sosial yang di dalamnya terdapat pengelompokan menurut karakteristik tertentu seperti suku, etnik, bahasa, adat istiadat, asal daerah, jenis kegiatan, dan juga agama (Sarjono 2005:5). Entitas ini memiliki aktivitas yang sama yakni berdagang pada tempat-tempat yang tidak semestinya dalam tata letak kota untuk melakukan aktivitas sosial dan ekonomi. (Sarjono: 2005 hal 28).

(9)

bagi masyarakat. Pedagang kaki lima membetuk usaha dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk mempertahankan hidup atau melanjutkan hidup dari masyakarakat.

Oleh karena itu pedagang kaki lima merupakan komponen penting yang harus diberdayakan oleh pemerintah. Dengan adanya pemberdayaan PKL, maka pedagang akan mampu untuk membuka lapangan pekerjaan yang besar bagi masyarakat lain, dapat mengurangi bentuk pelanggaran hukum atau aturan yang saat ini menjadi tren dilakukan oleh PKL. Permasalahan yang sering dibuat oleh PKL dapat di proteksi dan diselesaikan jika pemberdayaan dilakukan dengan baik. Tanpa pemberdayaan maka permasalahan yang dilakukan oleh PKL akan semakin menjadi-jadi. Keberadaan PKL Lapangan Pancasila merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota Salatiga. Hal ini terlihat di dalam mengimplementasikan kebijakan Perda Nomor 4 Tahun 2015 mengenai pemberdayaan PKL. Melalui pemberdayaan PKL yang dilakukan Pemerintah supaya para PKL mampu tumbuh dan berkembang baik kualitas maupun kuantitas usaha.

(10)

2.5. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir PERDA no.4 tahun

2015 tentang PKL

Realita PKL Salatiga

Strategi pemberdayaan PKL oleh Dinas

Perdagangan

PKL yang diberdayakan

Pemberdayaan & Respon

(11)

Keterangan Kerangka Pikir :

Permasalahan penataan PKL merupakan permasalahan yang tidak hanya dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia tetapi juga menjadi permasalahan bagi kota-kota kecil di Indonesia salah satu kota yang mengalami permasalahan tentang keberadaan PKL adalah Kota Salatiga. PKL di Kota Salatiga mulai menjamur hampir di seluruh sudut kota sehingga menyebabkan Kota Salatiga terlihat kumuh atau tidak teratur. Selain itu keberdaan PKL menyebabkan kemacetatan lalu lintas di beberapa titik di KotaSalatiga akibat fasiltas umum seperti bahu jalan, dan trotoar dijadikan sebagai tempat berjualan PKL.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini juga dibuat untuk memudahkan dalam proses komunikasi dengan konsumen karena di dalamnya terdapat halaman hubungi kami untuk menghubungi kami secara on line.Dan aplikasi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

The Relevance of Moral Education Values of Puntadewa in Muhammad Zaairul Haq’s Tasawuf Pandawa for Moslem Character Education in Contemporary Indonesia

This project studiesthe isolation, structure elucidations, and radical scavenging activity evaluation of triterpene steroids from stems of

Semoga rahmat Allah dan kesejahteraan-Nya senantiasa terlimpah atas beliau, keluarga serta para sahabatnya, yang memiliki peninggalan dan perilaku yang baik, dengan

Makalah ini menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan akuntansi perusahaan Jasa, seperti siklus akuntansi jasa, jurnal umum, posting ke buku besar ayat

Kegiatan ini bertujuan untuk: Menyediakan data berbagai karakteristik dari perusahaan industri besar/sedang yang akurat dan tepat waktu perencanaan pembangunan sektor

[r]