• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Keterampilan Bekerjasama Siswa dalam Pelajaran TIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Keterampilan Bekerjasama Siswa dalam Pelajaran TIK"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA SISWA

DALAM PELAJARAN TIK

ARTIKEL ILMIAH

Diajaukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti :

Edo Tri Pratama Putra (702012066)

Program Studi Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA SISWA

DALAM PELAJARAN TIK

1)

Edo Tri Pratama Putra 2) Mila C Paseleng, S.Si., M.Pd. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711

Email : 1)[email protected], 2)[email protected]

Abstract

The purpose of this research is to apply STAD cooperative learning method for increase a teamwork skill through social media for 12th grades students in SMA N 1 Suruh at 2017/2018 academic year. The method of this research is classroom action research (PTK). This method is conducted in two cycles also, the techniques of data collection documented, observation, interview, and tes. The research proves that the biggest improvement in teamwork skill, especially in inviting the other member group to cooperate and achieve the team goals. Facilitating students learning process outside school can be done through Facebook as a social media.

Keywords:STAD, Teamwork skill, Social Media

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama berbantuan media sosial pada siswa kelas XII SMA N 1 Suruh Tahun Pelajaran 2017/2018. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, wawancara, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan terbesar pada kemampuan bekerjasama terutama mengajak teman lain bekerjasama demi mencapai tujuan bersama. Untuk memfasilitasi pembelajaran siswa pada saat di luar lingkup sekolah dapat di lakukan dengan menggunakan media sosial facebook.

(7)

6

1. Pendahuluan

Kerjasama merupakan bentuk hubungan antara beberapa pihak yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dalam konteks pembelajaran yang melibatkan siswa yaitu, ketika siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok. Dalam kegiatan ini mereka saling memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Melalui kerjasama, siswa yang lebih paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman yang belum paham [1].

Kurangnya kerjasama antar siswa dalam kelompok pada saat proses pembelajaran terutama dalam berdiskusi mengakibatkan diskusi berjalan kurang efektif sehingga tujuan dalam diskusi tidak tercapai [1]. Observasi yang di lakukan pada pembelajaran TIK kelas XII SMA N 1 Suruh menunjukkan bahwa terdapat siswa tidak mau menerima pendapat teman sekelompoknya dalam memecahkan masalah dan memilih berkelompok dengan teman yang akrab saja. Selain itu saat diskusi sedang berjalan, tidak semua siswa yang tergabung dalam kelompok ikut serta menyelesaikan tugas yang di berikan guru, siswa yang dianggap pandai selalu bekerja ekstra melebihi siswa yang lainnya. Kondisi tersebut menggambarkan proses kerjasama masih terbatas, seharusnya siswa tidak memilih kelompok dengan teman yang akrab saja, saling membantu, dan menghargai satu sama lain, hal ini mengakibatkan hubungan antara siswa dengan siswa kurang harmonis, tidak semua siswa dapat menguasai materi, dan proses kerjasama dalam kelompok memakan waktu lama, karena hanya satu dua orang saja dari lima orang yang mengerjakan tugas.

(8)

7

berkelompok, berbagi materi TIK, dan melatih tanggung jawab setiap individu untuk bekerja dalam kelompok [3].

Berdasarkan permasalahan yang ada di SMA N 1 Suruh pada kelas XII IPA 2 pada mata pelajaran TIK maka di lakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama berbantuan media sosial pada siswa kelas XII SMA N 1 Suruh Tahun Pelajaran 2017/2018.

2. Kajian Pustaka

Penelitian terkait penerapan STAD dan kerjasama siswa sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Nurlaela Qodriningsih dalam penelitiannya menunjukkan pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya terhadap kerja sama siswa. Metode yang digunakan adalah PTK (Penelitian tindakan kelas). Pada penelitian ini penerapan STAD menumbuhkan rasa solidaritas siswa terhadap siswa yang lain. Hasil ini diperkuat dengan nilai kerjasama di dalam observasi dan angket siswa yang meningkat. Nurlaela Qodriningsih memberikan solusi dalam memaksimalkan penggunaan waktu untuk pembentukan kerjasama yaitu dengan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas [4]. Di dalam kerjasama terdapat Interaksi sesama siswa, seperti halnya yang di bahas pada penelitian Elsa Puji. Pada penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan interaksi siswa ke siswa melalui media sosial. Media sosial berfungsi sebagai tempat penyaluran ide dan gagasan penting yang diperoleh setiap hari, dengan begitu siswa dapat membagi ilmunya ke siswa yang lain tanpa malu jika terdapat kesalahan [5]. Berdasarkan kedua penelitian terdahulu ini menunjukkan bahwa penerapan STAD dapat melatih interaksi siswa di dalam lingkup sekolah maupun di luar lingkup sekolah dengan media sosial. Hal tersebut akan menumbuhkan rasa saling kerjasama mencari ide dan gagasan.

(9)

8

individu siswa menjadi orang yang mampu bersosialisasi, bertanggung jawab, dan membantu satu sama lain. Dengan bekerjasama, sesuatu pekerjaan akan tercapai. Meningkatkan kemampuan bekerjasama memperlukan tindakan yang tepat, salah satunya dengan menerapkan STAD, karena pada STAD terdapat mekanisme pengelompokan siswa secara heterogen, skor kerjasama dan rekognisi tim, mekanisme tersebut akan menumbuhkan individu yang saling berinteraksi dan bekerjasama satu sama lain [2],

Kerjasama memiliki beberapa Indikator yaitu: (1) Bersedia bekerjasama dalam kelompok dengan teman yang berbeda suku, agama, dan jenis kelamin. (2) Mendengarkan ide/gagasan dari teman lain. (3) Tidak mendahulukan kepentingan diri sendiri. (4) Mencari solusi untuk mengatasi perbedaan ide/pendapat/gagasan dengan teman lain. (5) Mengajak teman lain bekerjasama demi mencapai tujuan bersama [1]. Kemampuan kerjasama memiliki keterkaitan dengan pembelajaran kooperatif, hal ini sama dengan pengertian dari Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar [2].

(10)

9

rata-rata nilai kelompok tertinggi. Penghargaan tersebut sebagai semangat agar kelompoknya dapat menang dan setiap individu memberi kontribusi nilai dalam kelompoknya.

Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien [2]. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan pemberian materi di bantu dengan facebook. Facebook berguna sebagai melatih kerjasama siswa di luar lingkup sekolah [3]. Kerjasama yang terdapat pada Facebook di peroleh saat kelompok mendapat tugas berupa mencari materi TIK dan menjawab setiap soal yang harus di upload ke group mereka, bagian kolom komentar harus diisi oleh setiap anggota kelompok yang berbeda. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk bekerja dan jawaban setiap soal tergantung pada setiap individu anggota kelompok, maka anggota kelompok akan melakukan kerjasama agar tugas selesai.

Mata pelajaran TIK adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang perangkat teknologi (hardware dan software), dan ketrampilan menggunakan TIK pembelajaran Corel Draw. Kompetensi dasar yang ingin di capai dalam pembelajaran tentang Corel Draw adalah setiap siswa bisa menunjukkan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis, menggunakan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis dan membuat grafis dengan berbagai variasi warna, bentuk, dan ukuran. Untuk mencapai Kompetensi dasar yang di harapkan dapat di lakukan dengan pembelajaran secara berkelompok yang mana dalam pembelajaran tersebut siswa dapat meningkatkan keterampilan bekerjasama. Secara umum metode yang di gunakan pada STAD dapat menjadi langkah-langkah pembelajaran dan indikator kerjasama sebagai pedoman ketercapaian penelitian. Langkah-langkah pembelajaran TIK dengan menerapkan STAD diawali dengan presentasi kelas, tim, kuis, skor kerjasama dan rekognisi tim. Pada tahap presentasi kelas guru menyiapkan dan menyajikan materi ajar, tim setiap siswa mencari sumber-sumber terkait dan dikerjakan secara bersama. Quis siswa mengembangkan jawaban dari setiap anggota kelompok dan menghargai pendapat satu sama lain. Skor kerjasama menilai kelompok untuk di lihat peningkatan setiap siklus dan rekognisi tim memberikan penghargaan bagi setiap kelompok.

(11)

10

3. Metode Penelitian

Jenis Penelitian yang di gunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang dilakukan di SMA N 1 Suruh Kabupaten Semarang kelas XII IPA 2 pada mata pelajaran TIK. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus 4 kali pertemuan dengan jumlah siswa 24, peneliti menerapkan metode STAD untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama. Prosedur untuk melakukan PTK yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur PTK adalah sebagai berikut [11] :

Gambar 1. Siklus Prosedur PTK [11]

1) Pada tahap perencanaan kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat RPP, mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan angket dan lembar observasi. 2) Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP, dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup. 3) Pada tahap observasi yang harus dilaksanakan adalah mengamati perilaku siswa siswi yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Memantau kegiatan diskusi atau kerjasama antar kelompok, disini lembar observasi guru ke siswa selama pembelajaran digunakan sebagai pengambilan nilai kerjasama siswa. 4) Pada tahap refleksi yang harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil kerjasama, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya.

(12)

11

mengukur kemampuan bekerjasama siswa setelah pembelajaran selesai setiap akhir siklus.

Tabel 1. Indikator Kemampuan Bekerjasama

No. Indikator Deskripsi Instrumen

2. Mendengarkan ide atau gagasan dari teman lain

Siswa mau berdiskusi dengan teman sekelompoknya dan juga bergantian ketika akan

mengungkapkan pendapat pada saat sedang berada pada forum diskusi secara pribadi selain itu siswa juga mau membantu teman yang mengalami kesulitan ketika proses pembuatan project

Angket , Observasi

4. Mencari solusi untuk mengatasi perbedaan ide

atau pendapat atau mampu dan mau bekerja sama walaupun memiliki perbedaan pendapat dan pandangan

Angket , Observasi

5. Mengajak teman lain bekerja sama demi mencapai tujuan bersama

Setiap Siswa mengajak bekerja sama dan siswa memusatkan perhatian pada tujuan kelompok sehingga project yang diberikan dapat terselesaikan dengan baik

Angket , Observasi

Angket diberikan kepada siswa setiap akhir siklus guna mengetahui perubahan kemampuan bekerjasama yang dirasakan oleh siswa sendiri. Sedangkan observasi dilakukan oleh guru pada saat jam pelajaran berlangsung 2 kali pertemuan guna mengetahui kemampuan bekerjsama siswa.

.

(13)

12

kemunculan kemampuan bekerjasama seluruh siswa dalam kelompok pada setiap tahap pembelajaran. (5) Menghitung persentase setiap kemunculan () untuk setiap individu dengan teknik persentase sederhana yaitu penghitungan menggunakan rumus berikut [13] :

%X = Σ tindakan yang dilakukan X 100% Σ tindakan yang diberikan

Keterangan :

%X : Presentase aspek bekerjasama siswa yang diamati

Σ tindakan yang dilakukan : Jumlah siswa yang memunculkan tiap indikator yang diobservasi

Σ tindakan yang diberikan : Jumlah siswa yang diharapkan

memunculkan indikator yang diobservasi

Angka presentase tersebut kemudian ditafsirkan sebagai berikut [12] : 0% - 20% : ditafsirkan kurang sekali

21% - 40% : ditafsirkan kurang 41% - 60% : ditafsirkan cukup 61% - 80% : ditafsirkan baik 81% - 100% : ditafsirkan baik sekali

(14)

13

Tabel 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tahapan STAD Kegiatan

Presentasi kelas

Guru menjelaskan materi CorelDraw tentang perbedaan garis vektor dan bitmap secara menarik dengan menggunakan vidio tutorial dan gambar. Selain itu guru menjelaskan metode STAD, selama penjelasan materi, siswa di perbolehkan untuk menayakan materi, agar semua siswa menerima materi dengan baik

Tim

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen, pembagian kelompok sudah di persiapkan sebelumnya. Di dalam tim, setiap siswa akan mengerjakan soal kuis yang sama. Anggota kelompok bekerjasama menyelesaikan jawaban soal, satu soal kuis terdapat bobot nilai yang mempengaruhi nilai kelompok, jadi anggota kelompok harus mengerjakan secara benar dan paham materi, anggota kelompok memiliki tanggung jawab menjawab soal, presentasi, dan memberikan pertanyaan kepada kelompok lain pada sesi tanya jawab presentasi kelompok. Selain itu setiap tim akan mendapat nilai dan nilai tersebut menjadi pedoman great team atau tidak. Tugas setiap anggota kelompok di dalam facebook adalah membuat group serta upload materi CorelDraw, setiap siswa harus mengisi di dalam kolom komentar berupa pertanyaan tentang materi yang mereka upload dan dijawab anggota kelompok.

Kuis

Siswa di berikan kuis awal berupa 4 soal individu dan kuis akhir 1 soal dikerjakan secara berkelompok. 1 kuis terakhir merupakan jawaban yang di rancang dari jawaban individu siswa pada kuis awal. Setelah kuis sudah selesai, maka setiap kelompok akan mempresentasikan tugasnya di depan kelas

Skor kerjasama

Setelah kuis selesai, skor di dapat dari nilai kuis awal, kuis terakhir dan nilai observasi guru terhadap siswa yang di dapat pada penilaian guru pada saat siswa mempresentasikan tugas kelompoknya di depan kelas

(15)

14

Penerapan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan kerjasama siswa di SMA N 1 Suruh berjalan 2 siklus, siklus di antaranya yaitu: Siklus 1, melakukan rencana pembelajaran yang berkonsep STAD, setiap komponen yang terdapat di STAD di terapkan satu persatu, ada beberapa komponen STAD yang berjalan tidak dengan semestinya, pada komponen kuis, kondisi seharusnya setiap kelompok bertanya kepada kelompok yang melakukan presentasi, namun kondisi pada saat pelaksanaan tidak ada yang bertanya, hal tersebut mengakibatkan interaksi kelompok dengan kelompok belum terwujud dengan semestinya. Komponen STAD pada skor kerjasama juga belum mendapatkan nilai yang sempurna, karena pertanyaan observasi dari guru saja yang menjadi tolak ukur setiap anggota melakukan kerjasama atau tidak. Rekognisi tim, pada komponen ini hanya kelompok yang mendapat nilai tertinggi saja atau great team yang mempresentasikan tugas mereka, namun beberapa kelompok ingin mempresentasikan hasil kelompoknya meskipun nilai mereka tidak mendapatkan great team, maka dengan hasil siklus 1 di dapatkan refleksi sebagai berikut:

Tabel 3. Refleksi Siklus 1

No Kekurangan Perbaikan

1 Interaksi kelompok dengan kelompok lain belum ada. Akibat dari kekurangan ini, setiap siswa mengobrol sendiri dan tidak memperhatikan kelompok yang

berpresentasi, jadi kondisi kelas menjadi gaduh.

Setiap kelompok di wajibkan bertanya kepada kelompok yang sedang presentasi. Hal ini bertujuan agar kelompok yang tidak berpresentasi tidak mengobrol sendiri dan memperhatikan.

2 Penilaian terhadap perilaku setiap individu siswa belum maksimal, karena pertanyaan hanya dari guru saja. Dampak yang timbul adalah, salah satu anggota kelompok yang presentasi tidak mendapat pertanyaan dari guru tidak ikut membatu menjawab. Hal itu timbul karena merasa tidak dapat giliran soal dari guru.

Pada siklus ke dua, penilaian tidak hanya melalui guru menanyakan soal dan jawaban terhadap siswa, namun siswa juga akan mendapat pertanyaan dari anggota kelompok lain. Hal ini bertujuan agar semua anggota kelompok mendapat giliran pertanyaan dan mereka ikut membantu mencari jawaban, agar siswa juga ikut terlibat secara aktif dalam kelompok.

3 Presentasi kelompok hanya kelompok great team. Akibat dari proses ini adalah, kelompok yang tidak mendapatkan great team mengobrol sendiri, dan ada beberapa dari mereka merasa sia-sia mengerjakan jika tidak di tunjukkan berupa presentasi kelas.

Presentasi di lakukan oleh semua

kelompok tanpa terkecuali. Tujuannya agar berbagi pengetahuan antar kelompok dan

kontribusi setiap anggota untuk

(16)

15

Pelaksanaan siklus 2 berlangsung 2 kali pertemuan. Langkah-langkah dalam siklus 2 hampir sama dengan langkah-langkah yang dilaksanakan dalam siklus 1. Perencanaan siklus 2 didasari dari hasil refleksi yang dilakukan dalam siklus 1, jadi kekurangan yang ada dalam siklus 1 tidak terjadi dalam siklus 2. Pembeda langkah-langkah yang ada dalam siklus 2 dengan siklus 1 yaitu mengatur kelompok agar saling berinteraksi dengan kelompok lain dengan presentasi setiap kelompok, sehingga bagi kelompok yang belum mendapat giliran presentasi tidak bicara sendiri.

Dari hasil pengamatan saat mengajar, sudah banyak siswa yang mulai memperhatikan saat guru menyampaikan materi dengan menggunakan media pembelajaran LCD, tetapi masih ada 3 (tiga) siswa yang masih asyik mengobrol dengan teman beda kelompok. Meskipun demikian, proses pembelajaran masih bisa berjalan dengan lancar, karena sebagian besar siswa mulai sibuk berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk membahas materi yang disampaikan oleh guru.

Hasil penghitungan pengamatan guru terhadap kemampuan bekerjasama siswa dalam siklus 2 pertemuan satu dan dua , didapatkan kemampuan bekerjasama siswa sebesar 88% dan 96% dengan kriteria baik sekali. Berikut hasil dari data observasi yang dilakukan oleh guru pada grafik di gambar 2 :

Gambar 2. Hasil observasi kemampuan bekerja sama siswa pada Siklus 1 dan siklus 2

indikator 1 indikator 2 indikator 3 indikator 4 indikator 5

(17)

16

Berdasarkan gambar 2 peningkatan terjadi pada hampir semua indikator di ke dua siklus dengan jumlah siswa 24, kecuali indikator 1, yang telah mencapai 100% pada siklus 1 hingga siklus siklus terakhir, itu berarti bahwa siswa dapat bekerjasama dengan anggota kelompok berbeda atau heterogen. Pada indikator 2 mengalami peningkatan tapi terdapat penurunan pada pertemuan 1 siklus 2, setiap anggota mulai memahami materi CorelDraw, sehingga setiap anggota kelompok mulai cenderung mengeluarkan ide namun tidak mendengarkan gagasan dari anggota yang lain, selain itu anggota kelompok menjadi malas mendengarkan gagasan dari teman lain karena teman anggotanya mulai egois dengan pendiriannya saja, namun pada pertemuan ke 2 peran guru sebagai fasilitator meluruskan kembali bahwa kerjasama memperlukan ide gagasan dari anggota kelompok yang lain, dan sifat egois dalam kelompok justru merusak kinerja dalam tim, dengan begitu siswa mulai sadar kembali dan memperoleh hasil akhir 92%. Peningkatan signifikan terjadi pada indikator ke 5, pada awal siklus 50% dan akhir siklus 100%, hasil tersebut berarti bahwa setiap anggota kelompok mulai mengajak setiap anggotanya untuk bekerjasama dan mereka mulai merasakan bahwa kerjasama kelompok penting bagi kesuksessan kelompoknya.

(18)

17

Tabel 4. Persentase Angket Kemampuan Bekerjasama Siswa Siklus 1 dan Siklus 2

Indikator Pernyataan angket Pra

siklus

Saya mau berkelompok dengan siapa saja 100% 100% 100%

Saya mau berkelompok dengan teman yang tidak begitu dekat dengan saya 95.83% 100% 100%

Saya mau mengerjakan tugas kelompok yang sudah diberikan kepada saya 58.33% 91.66% 95.83%

Saya tidak menunda-nunda pekerjaan yang sudah diberikan kepada saya 20.83% 62.5% 100%

2.

Sebelum saya mengungkapkan pendapat saya mengangkat tangan terlebih dahulu

33.33% 62.5% 83.33%

Saya mengungkapkan pendapat saya ketika teman saya sudah selesai bicara dan sudah dipersilahkan oleh ketua kelompok

25.00% 91.66% 95.’83%

Saya aktif di dalam kelompok saat berdiskusi 20.83% 29.16% 91.67%

Saya fokus pada saat berdiskusi dan tidak bermain dengan teman yang lain 29.16% 62.5% 87.50%

3.

Saya mau mendengarkan pendapat teman kelompok saya 37.50% 79.16% 87.50%

Saya tidak memaksakan pendapat saya dan akan menghargai pendapat atau

gagasan yang telah dipilih bersama 66.66% 95.83% 95.83%

Ketika saya sedang mengerjakan tugas kelompok dan ada teman yang

bertanya maka saya dengan senang hati akan mengajari teman saya tersebut 45.83% 66.66% 83.33% Saya bisa menyelesaikan seluruh tugas dari kelompok tepat waktu dan

masih bisa membantu teman satu kelompok

45.33% 62.5% 83.33%

4.

Saya menerima hasil kesepakatan kelompok dengan senang hati 30.00% 83.33% 87.50%

Saya tetap mengerjakan kesepakatan kelompok meskipun itu berbeda

dengan pendapat saya 58.33% 91.66% 100%

Saya mau menerima dengan baik teman kelompok saya 56.66% 95.83% 95.83%

Saya bisa menerima kekurangan dan kelebihan teman satu kelompok saya dan mau saling membantu untuk mengerjakan tugas kelompok

29.16% 79.16% 95.83%

5.

Saya tidak diam saja ketika sedang bekerja secara berkelompok 33.33% 62.5% 91.67%

Saya melakukan tugas dalam kelompok tanpa disuruh terlebih dahulu 58.33% 66.66% 100%

Pada saat berkumpul dengan kelompok saya fokus pada tugas kelompok

dahulu dan tidak bermain-main 50.33% 95.83% 100%

Topik bahasan yang saya kemukakan berhubungan dengan tugas yang dimiliki kelompok dan tidak melenceng

60.83% 79.16% 91.67%

Rata-rata persentase 39.00% 77.92% 93.33%

Kriteria kurang Baik Sangat

baik

(19)

18

siswa sudah mulai terpacu untuk bisa menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu.

Pada indikator pertama di siklus 1 di bagian “saya tidak akan menunda -nunda pekerjaan yang sudah di berikan kepada saya” adalah 62.5%, nilai ini di pengaruhi dengan individu siswa yang belum sadar akan tanggung jawabnya dalam kelompok, namun dengan adanya penghargaan tim dan sifat sesama anggota yang saling mendorong satu sama lain, mereka dapat mengerjakan tugas dengan cepat dan memperoleh hasil akhir 100%. Pada

pernyataan “ sebelum saya mengungkapkan pendapat saya akan mengangkat

tangan terlebih dahulu” adalah 62.5% karena siswa masih ragu-ragu dan malu untuk mengungkapkan pendapat, namun dengan berjalannya proses STAD siswa mampu mengungkapkan pendapat dan dengan cara presentasi tim pada siklus dua siswa dengan sendirinya membentuk karakter tersebut dan berhasil dengan 83.33%.

Indikator ke dua terdapat pernyataan yang memiliki nilai kurang pada

pernyataan “saya akan aktif di dalam kelompok saat berdiskusi” dengan nilai

29.16%, hal ini di pengaruhi dengan sifat siswa yang malas untuk mengutarakan pendapat sesuai dengan pernyataan observasi guru pada indikator kerjasama ke dua, dengan hasil tersebut guru membuat rencana baru yang akan di terapkan pada siklus ke dua dan memperoleh hasil individu siswa sebesar 91.67%. Di dalam indikator ke dua masih terdapat hasil yang

rendah yaitu pada pertnyataan “saya akan fokus pada saat berdiskusi dan

tidak bermain dengan teman yang lain” dengan hasil siklus satu 62.5%, siswa cenderung bermain dengan anggota kelompok lain setelah tugasnya selesai, namun pada perbaikan siklus ke dua, dengan cara presentasi dan di tanggapi oleh setiap anggota kelompok secara individu siswa tidak bisa bermain dengan teman yang lain, melainkan memikirkan soal dan mendengarkan setiap jawaban yang di jawab oleh kelompok presentasi. Setelah indikator ke dua, beberapa hasil pada indikator ke tiga dan ke empat terdapat hasil 62.5% yang di antaranya di indikator ke tiga yaitu pada pernyataan “saya bisa menyelesaikan seluruh tugas dari kelompok tepat waktu dan masih bisa

membantu teman satu kelompok”.

Inidkator ke empat pada pernyataan “saya tidak akan diam saja ketika

(20)

19

Hasil kerjasama siswa dalam tim dapat dilihat kontribusinya pada hasil rekognisi tim, hasil rekognisi tim pada tabel 5 menunjukkan bahwa setiap kelompok mengalami kemajuan dari setiap siklus.

Tabel 5. Rekognisi Tim Nama

Berdasarkan tabel 5, rata-rata rekognisi tim mengalami peningkatan ketika memasuki siklus 2. Setiap siswa berkompetisi untuk memberikan poin bagi kelompoknya. Dengan demikian para siswa akan menguasai materi dengan sendirinya karena siswa akan belajar keras untuk memperoleh nilai yang baik agar skor kemajuan individualnya meningkat. Dengan rata-rata rekognisi tim yang meningkat kesadaran siswa terhadap tanggung jawab dalam kelompok juga meningkat.

5. Diskusi

(21)

20

di mana tugas tersebut akan terkait dengan jawaban soal terakhir. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab bekerja secara tim yang berperan meningkatkan indikator mendengarkan ide atau gagasan dari teman lain, Tidak mendahulukan kepentingan diri sendiri dan mengajak teman lain bekerjasama demi mencapai tujuan bersama. Guru memiliki cara agar anggota di dalam kelompok dapat saling berhubungan satu sama lain dengan menerapkan 5 soal, 4 diantaranya di kerjakan secara individu dan satu soal terakhir di kerjakan bersama, jawaban soal terakhir berhubungan dengan jawaban 4 soal pertama, dengan cara tersebut indikator kerjasama kelima mengajak teman lain bekerja sama demi mencapai tujuan bersama tercapai. Melatih kerjasama setiap anggota kelompok saat di rumah di bantu media sosial Facebook, guru memberikan tugas kepada kelompok untuk di kerjakan setiap anggotanya, dengan begitu kerjasama terwujud di dalam sekolah dan di luar lingkup sekolah, namun terdapat kekurangan di mekanisme melatih sikap kerjasama siswa pada saat di rumah, yaitu kurang menarik saat proses belajar dan mengerjakan tugas, karena hanya berisi materi dan tugas saja, itu membuat siswa bosan. Penggunaan metode yang tepat namun proses pembelajaran penyampaian materi menggunakan gambar ternyata belum begitu menarik minat siswa untuk memperhatikan materi pelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan STAD mampu meningkatkan kemampuan bekerjasama pada pembelajaran TIK di SMA N 1 Suruh. Pembagian tugas individu yang di perlukan dalam kelompok merupakan tugas yang nantinya mereka bekerja satu sama lain, karena jawaban yang di hasilkan akan berkaitan degan hasil akhir tugas kelompok. Selain itu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan ketrampilan bekerjasamanya dalam pembelajaran di luar lingkup sekolah dapat di lakukan dengan menerapkan media sosial facebook sebagai bentuk penerapan STAD. didalam facebook mereka akan mengerjakan tugas yang di kerjakan bersama. Dengan demikian siswa mampu mendengarkan ide atau gagasan dari teman lain dan mengajak teman lain bekerjasama demi mencapai tujuan bersama sehingga terbentuk keterampilan siswa yang selalu bekerjasama dalam kelompok belajar.

Untuk penelitian selanjutnya yang dapat memperkaya penelitian ini di ajukan beberapa saran, (1) Mengembangkan cara bekerjasama siswa saat di luar lingkup sekolahan, (2) Pada tahap pelaksanaan metode, peneliti dapat momodifikasi tahap presentasi dengan teknik-teknik yang lebih cocok dengan situasi dan kondisi kelas, contoh dengan menggunkan vidio dan (3) agar metode STAD dapat meningkatkan kerjasama, peneliti perlu menekankan dan meyakinkan kepada setiap siswa bahwa tujuan kerjasama adalah agar setiap anggota kelompok menguasai sepenuhnya materi yang sedang di pelajari.

(22)

21

6. Daftar Pustaka

[1] Endrayanto, Herman Y.S dan Harumurti, Yustiana W. 2014. Penilaian Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: PT Kanisius

[2] Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning, Teori dan Praktik. Bandung: Nusa Media

[3] Kalasi, Rasmita. 2014. “The impact of Social Networking on New age Teaching and Learning: An Overview”. Journal of education & social policy vol.1. https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial_dalam_dunia_pendidikan_remaja. Di akses pada tanggal 10 juli 2017

[4] Qodriningsih, Nurlaela . 2015. PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan kelas di kelas VII SMP Kartika XIX-1 Kota Bandung. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

http://repository.upi.edu/view/creators/Qodriningsih=3ANurlaela=3A=3A.html. Di akses pada tanggal 23 juli 2017

[5] Elsa, Puji. 2013. PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA.

Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

http://jurnal.uny.ac.id/index.php/jkpai/article/view/879. Di akses pada tanggal 25 september 2017

[6] Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara

[7] Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

[8] Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning Menjadikan

Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung. MLC

[9] Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

[10] Lie, Anita. 2007. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo

[11] Saryono, J.2008. Penelitian Tindakan Kelas(Action Research).Makalah Prapasca. Universitas Negeri Malang

[12] Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Rineka Cipta

Gambar

Gambar 1. Siklus Prosedur PTK [11]
Tabel 1. Indikator Kemampuan Bekerjasama
Tabel 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Tabel 3. Refleksi Siklus 1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

Pengaruh Konflik Peran Ganda Sebagai Ibu Rumah Tangga dan Pekerja Terhadap Tingkat Stres Wanita Karir (Studi Kasus Pada Pegawai Negeri Sipil Wanita di Kota Semarang Jawa

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

Pengaruh Implementasi Electronic Procurement (E- Proc) Dalam Pengadaan Barang/ Jasa Terhadap Perwujudan Good Governance Di Balai Besar Wilayah Sungai