Isolation of flavonoid from ethyl acetate fraction of Beringin leaves
(
Ficus
be-nyamina
l.)
Julia Ratnawati*, Clara Sunardi**, Rani*
*Farmasi FMIPA UNJANI, Cimahi,
Jl. Terusan Jendral Sudirman PO Box 148, Cimahi, Jawa Barat **STFI, Bandung
Jl. Soekarno Hatta No. 354 (Parakan Resik) Bandung e-mail: juliaratnawati@yahoo.com
ABSTRAk
Telah dilakukan isolasi golongan senyawa flavonoid fraksi etil asetat daun beringin (Ficus benyamina L.) yang diperoleh dari Cimahi Jawa Barat. Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang mempunyai ba-nyak aktivitas biologi diantaranya aktivitas anti mikroba. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi meng-gunakan pelarut metanol, dilanjutkan dengan ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksana, etil asetat, air.
Fraksi etil asetat dipisahkan dengan kromatografi kolom menggunakan eluen campuran n-heksana dan etila -setat secara gradien dihasilkan empat fraksi gabungan F-I, F-II,F-III, F-IV. Fraksi-II (41-54) dipisahkan lanjut
dengan kromatografi lapis tipis preparatif, pengembang n-heksana: etil asetat (3:5) diperoleh isolat dengan
fluoresensi biru. Data karakterisasi isolat dengan spektrofotometri UV-Vis memberikan panjang gelombang maksimum 272,8 nm pada pita II dan 343,2 nm pada pita I yang merupakan golongan flavon dan dan dari hasil
spektrofotometri infra merah menunjukkan adanya ikatan O-H, C-H, C=O dan C=C.
kata kunci: flavonoid, Ficus benyamina L., fraksi etil asetat
ABSTRACT
The isolation of flavonoid compound from ethyl acetate fraction of beringin leaves (Ficus benyamina L.) have
been done. The extraction was prepared with maseration method using methanol solvent, and then followed by fractination with liquid-liquid extraction using water, ethyl acetate, and n-hexane. Separation method was con-ducted by column chromatography using eluent gradation with blend of n-hexane and ethyl acetate, and then continued by preparative thin layer chromatography until the isolate obtained. The purity of isolate was tested with two dimensional thin layer chromatography and showed one spot which indicated that isolate was pure. The characterization of isolate was investigated with ultraviolet-visible spectrophotometry and infrared
spectropho-tometry. Ultraviolet-visible spectrophotometry resulted maximum wavelength 272,80 nm (band II) and 343,20 (band I) that included of flavon compound, and infrared spectrophotometry was proved bond of O-H (3405,67
cm-1), C-H (2919,7 cm-1), C=O (1639,2 cm-1), C=C (1461,78 cm-1), C-O (1103,08 cm-1).
PENDAHuluAN
Beringin (Ficus benyamina L.) salah satu jenis tanaman dari suku Moraceaae yang terdiri dari 60 marga dan 1.400 jenis (Van Steenis et al., 2008), dimana suku ini berpotensi sebagai sum-ber bahan kimia bioaktif. Beringin sum-berupa pohon besar rimbun banyak ditemukan di Indonesia dan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pengobatan tadisional. Daunnya biasa digunakan sebagai obat influenza, radang salu -ran nafas, batuk rejan, malaria, radang usus, di-sentri (Fransworth, 1966). Hasil penelitian fraksi etil asetat menunjukkan adanya aktivitas anti-mikroba terhadap anti-mikroba penyebab disentri (Kalvika, 2009). Salah satu kandungan metabolit sekunder pada fraksi etil asetat adalah flavonoid dan golongan ini memiliki banyak aktivitas far-makologi diantaranya sebagai antiinflamasi, an -tioksidan, antimikroba, sehingga perlu dilakukan isolasi terhadap golongan flavonoid tersebut. Fraksi etilasetat diperoleh dari hasil fraksinasi ekstrak metanol dan dari hasil pemisahan lanjut dengan kromatografi kolom dihasilkan isolat yang menunjukkan flavonoid golongan flavon berdasarkan data spektrofotometri UV-Vis
METODE PENElITIAN
Bahan
Bahan penelitian antara lain daun be-ringin yang diambil secara acak sebagai sampel uji dikumpulkan dari daerah Cimahi dengan usia tanaman 4-7 tahun, metanol, pereaksi AlCl3, uap amonia, serbuk Mg, amil alkohol, kertas saring, pelat pra lapis silica gel GF254, n-heksana, etil ase-tat, air suling, kloroform, natrium hidroksida 2 M, asam klorida, natrium asetat, asam borat,
si-lica gel 60.
Alat
Alat yang digunakan antara lain spektro-fotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1700 Pharma-spec), lampu UV 254 nm dan 366 nm, spektrofo-tometer infra merah (Jasco).
Cara kerja
Cara kerja dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
Penyiapan simplisia dimulai dari pengum-1.
pulan bahan, determinasi, pengolahan ba-han sampai diperoleh serbuk simplisia. Penapisan fitokimia golongan flavonoid 2.
Ekstraksi dengan pelarut metanol dan 3.
fraksinasi secara ECC dengan pelarut n-heksan, etil asetat, air.
Fraksi etil asetat di kromatografi kolom 4.
dengan eluen n-heksan, etil asetat secara gradient
Pengumpulan fraksi hasil koromatografi 5.
kolom yang menunjukkan pola kromato-grafi sama dan dilanjutkan dengan kro -matografi lapis tipis preparatif. Deteksi flavonoid dengan penampak bercak uap amonia, AlCl3 dan lampu UV 366 nm Hasil KLTP dilanjutkan dengan KLT 2 di-6.
mensi
Karakterisasi isolat dengan spektrofoto-7.
metri UV-Vis menggunakan beberapa pe-reaksi geser
HASIl DAN PEMBAHASAN
Dicotyledoneae, Bangsa: Urticales, Suku: Mora-ceae, Marga: Ficus, Jenis: Ficus benjamina L.
Serbuk simplisia dimaserasi dengan me-tanol hingga dihasilkan ekstrak kental dan sela-njutnya di fraksinasi dengan ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, air yang berbeda kepolarannya, sehingga dihasilkan fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air yang selanjutnya dipantau dengan KLT. Fraksi etil asetat memberikan pemisahan terbaik dengan bercak fluoresensi biru, deteksi sinar UV 366 nm penampak bercak AlCl3 menunjukkan golongan flavonoid (Gambar 1).
Gambar 1. Kromatogram KLT fraksi etil asetat (Pengembang= n-heksan : EtOAc (3:5)) Keterangan :
A. UV 366 nm
B. Penampak bercak AlCl3
Pemisahan lanjut fraksi etil asetat dengan kromatografi kolom dilakukan untuk mengha -silkan fraksi yang semi murni dengan eluen n-heksan etil asetat secara gradien. Diperoleh 64 fraksi yang dapat dikelompokkan menjadi FI (25-41) FII(41-54) dan FIII(55-64) setelah dipantau dengan KLT. Bagan isolasi fraksi etil asetat (Gam-bar 2) FII dipisahkan lanjut dengan KLTP untuk menghasilkan komponen murni. Hasil KLTP dip-eroleh isolat yang selanjutnya ditentukan
kemur-niannya melalui KLT 2 dimensi dengan campuran pengembang yang berbeda kepolarannya, nam-pak bercak fluoresensi biru dan tidak menunjuk -kan adanya bercak lain.
Pengembang 1: n-heksan:EtOAc (3:5) Peng-embang 2: CHCl3 : CH3OH (15:1) Deteksi UV 366 nm (Gambar 3).
Gambar 2: Bagan isolasi fraksi etil asetat
Gambar 3: KLT 2 dimensi isolat
laru-tan dengan pelarut melaru-tanol. Spektrum khas ini terdiri atas dua panjang gelombang maksimal pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 (pita I) (Markham, 1988).
Didapatkan hasil spektrum ‘MeOH’ dengan panjang gelombang maksimal pada pita II adalah 272,80 nm (A=0,370) dan pita I adalah 343,20 nm (A=0,271). Hal ini menunjukkan bahwa spek-trum tersebut termasuk dalam rentang flavonoid. Penafsiran lebih lanjut menurut Tabel 1 rentang serapan tersebut masuk dalam jenis flavon atau flavonol. Sedangkan penafsiran menurut Gambar 4 spektrum khas kedua pita tersebut menunjuk-kan flavonoid jenis flavon.
Penambahan pereaksi geser NaOH 2M dida-patkan panjang gelombang maksimal pada pita II adalah 386,60 nm (A=0,463) dan pita I adalah 388,50 nm (A=0,464). Kedua pita ini menunjuk-kan pergeseran batokromik +113,8 nm (pita II) dan +45,3 nm (pita I), dengan kekuatan yang tidak menurun (perubahan absorbansi pita II= +0,093 dan pita I= +0,193). Penafsiran spektrum ‘NaOH’ berdasarkan pustaka menunjukkan ada-nya gugus OH pada atom C nomor 4’ (Markham, 1988).
Penambahan pereaksi geser AlCl3 meny-ebabkan pergeseran +61,6 nm (pita II) dan per-geseran -4 nm (pita I) dengan kekuatan yang menurun pada pita II dan kekuatan yang me-ningkat pada pita I (perubahan absorbansi pita II= -0,067 dan pita I= +0,027). Kemudian setelah penambahan pereaksi geser HCl menyebabkan pergeseran +56,8 nm (pita II) dan pergeseran -8 nm (pita I) dengan kekuatan yang meningkat pada kedua pita (perubahan absorbansi pita II= +0,157 dan pita I= +0,247). Hal ini tidak
mem-berikan informasi yang berarti untuk penafsiran spektrum serapan.
Penambahan pereaksi geser NaOAc meny-ebabkan pergeseran -10,3 nm (pita II) dan per-geseran +2,9 nm (pita I) dengan kekuatan yang meningkat pada pita II dan kekuatan yang menu-run pada pita I (perubahan absorbansi pita II= +0,202 dan pita I= -0,025). Kemudian setelah penambahan pereaksi geser H3BO3 menyebab-kan pergeseran -9,8 nm (pita II) dan pergeseran -2,1 nm (pita I) dengan kekuatan yang meningkat pada masing-masing pita (perubahan absorbansi pita II= +0,286 dan pita I= +0,014). Hal ini tidak memberikan informasi yang berarti untuk penaf-siran spektrum serapan.
= spektrum ‘NaOH’ setelah 5 me-nit
Tabel 2. Pengukuran Spektrum Serapan Isolat Dengan Penambahan Pereaksi Geser NaOH 2M
Tabel 3. Penafsiran Spektrum Dengan Penambahan Pereaksi Geser NaOH (Markham, K.R., 1988)
Gambar 5. Spektrum UV- Vis menggunakan pelarut
MeOH, MeOH/AlCl3 dan AlCl3/HCl
Keterangan:
= spektrum ‘MeOH’ = spektrum ‘AlCl3’
= spektrum ‘AlCl3/HCl’
Gambar 6: Spektrum UV Vis menggunakan pelarut
MeOH, NaOAc dan NaOAc /H3BO3
Keterangan :
= spektrum ‘MeOH’ = spektrum ‘NaOAc’
= spektrum ‘NaOAc’ setelah 5 menit
= spektrum ‘NaOAc /H3BO3’
Tabel 5. Pengukuran Spektrum Serapan Isolat Dengan Penambahan Pereaksi Geser NaOAc dan H3BO3
kESIMPulAN
Fraksi etil asetat daun beringin (Ficus ben-jamina L.) mengandung flavonoid golongan fla -von.
DAFTAR PuSTAkA
Fransworth. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants, Journal of Pharmaceu-tical Sciences, vol. 55, 243-269
Kalvika. 2009. Pengujian Aktivitas Ekstrak Meta-nol dan Fraksi Daun Beringin (Ficus benya-mina L.) terhadap Escherichia coli, Salmo-nella typhi, Shigella dysentriae. Tugas Akhir Sarjana Jur Farmasi, FMIPA Unjani, 1-48, 56
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Fla-vonoid, terjemahan Kosasih Padmawinata, ITB. Bandung. 208