BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan
Cross Sectional.
3.2 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Sampel Penelitian
Populasi sampel penelitian ini adalah seluruh murid pada salah satu SD Swasta di Medan dan seluruh murid pada salah satu SD Negeri di Medan
3.2.2 Cara Pengambilan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah murid SD pada salah satu SD Swasta di Medan dan salah satu SD Negeri di Medan. Sampel tersebut diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi sampai mencapai besar sampel yang telah ditentukan. Adapun kriteria inklusi pasien yang dijadikan sebagai sampel adalah:
a. Usia 6 – 8 tahun b. Berbadan sehat c. Deutro Melayu
d. Subjek pada lingkungan yang sama Kriteria eksklusi, yaitu:
3.2.3 Besar Sampel Penelitian
Besar sampel pada penelitian ini berdasarkan populasi seluruh murid SD Swasta dan SD Negeri yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dihitung
menggunakan rumus:
n1 = n2 = 2σ2(Zα + Zß)2 (μ0- μ1)2
Keterangan:
σ2
= Standar Deviasi penelitian sebelumnya = 1.246 Zα = Derajat Batas Atas = 5% = 1.96
Zß = Standar Batas Bawah = 10% = 1.282
μ0- μ1 = 70% = 0.7
n1 = n2 = 2σ2(Zα + Zß)2 (μ0- μ1)2
n1 = n2 = 2(1.24)(1.96+1.282)2 (0.7)2
n1 = n2 = 53.19 = 54 orang
Besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk setiap kelompok adalah 54
orang. Jadi total besar sampel yang digunakan pada penelitian ini karena terdapat 2 kelompok (SD Swasta dan SD Negeri) adalah 108 orang.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada penelitian ini yaitu:
a. Variabel terikat: indeks massa tubuh, lingkar kepala b. Variabel bebas: anak usia 6 – 8 tahun, jenis kelamin c. Variabel terkendali: kemampuan operator, alat
3.4 Definisi Operasional
a. Antropometri merupakan metode pengukuran yang dipakai untuk memantau pertumbuhan anak
b. Lingkar kepala menurut umur merupakan nilai yang diperoleh dengan cara mengukur lingkar kepala anak menggunakan pita meteran berdasarkan umurnya.
c. Indeks massa tubuh merupakan indeks antropometri yang sering digunakan
untuk menilai status gizi yang berkaitan dengan persen lemak tubuh.
d. Normal merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang berada diantara nilai ambang batas bawah dan nilai ambang batas atas pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(13,25-20,85).
e. Ideal merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang sesuai dengan rata-rata IMT/U pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (15,68).
f. Kurang merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang berada di bawah nilai ambang batas bawah pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (<13,25).
g. Overweight merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang berada di atas nilai ambang batas atas pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (>20,85).
h. Anak usia 6 – 8 tahun merupakan anak yang sudah masuk Sekolah Dasar dengan kondisi yang sehat dan normal berdasarkan IMT/U yang sesuai dengan standar yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
i. Sehat merupakan suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit,
baik fisik, mental, maupun sosial.
j. Deutro Melayu merupakan bangsa yang masuk ke Indonesia yang datang dari daerah Tonkin (Cina Selatan). Yang termasuk dalam bangsa Deutro Melayu adalah suku Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado, dan Bugis.
k. Keterampilan operator merupakan kemampuan peneliti dalam melakukan seleksi, mengumpulkan, serta menganalisa hasil pengukuran.
3.5 Alat Penelitian
a. Alat pengukur tinggi badan b. Timbangan berat badan c. Pita meteran
d. Pensil
Gambar 3. Alat pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
3.6.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Swasta dan SD Negeri di Medan
3.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2013 – Januari tahun 2014.
3.7 Prosedur Penelitian
a. Pembagian kuesioner kepada calon sampel yang akan dilakukan
pengukuran
b. Pemilihan calon sampel yang termasuk kedalam Deutro Melayu c. Pemilihan calon sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi d. Pengukuran IMT pada sampel yang telah ditentukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan dan berat badan
meteran dengan cara mengelilingi kepala tepat dibagian tulang yang paling menonjol dan di atas supraorbital.
f. Memperoleh hasil pengukuran IMT dan lingkar kepala.
Gambar 4. Pengukuran berat badan dan lingkar kepala
3.8 Pengolahan Data
3.9 Kerangka Operasional
Murid SD Swasta kelas 1 – 3 Murid SD Negeri kelas 1 – 3
Pengambilan Sampel sesuai dengan Kriteria Inklusi dan Eksklusi Pemberian Kuesioner
Pengukuran Lingkar Kepala dengan Menggunakan Pita Meteran
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri
Jumlah sampel pada masing-masing sekolah yaitu sebesar 54 orang. Hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT) pada anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dikategorikan menjadi normal (13,25-20,85), ideal (15,68), kurang (,13,25) dan overweight (>20,85), sesuai dengan tabel yang telah ditentukan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan di SD Swasta, sampel dengan kategori normal yaitu sebanyak 50 orang, kategori ideal yaitu sebanyak 2 orang dan kategori kurang yaitu sebanyak 2 orang. Berdasarkan hasil perhitungan di SD Negeri, sampel dengan kategori normal yaitu sebanyak 48 orang dan kategori kurang yaitu sebanyak 6 orang. Baik SD Swasta maupun SD Negeri, umumnya memiliki murid dengan kategori IMT normal.
Tabel 3. JUMLAH ANAK USIA 6-8 TAHUN BERDASARKAN KATEGORI IMT DI SD SWASTA DAN SD NEGERI
Sekolah
Kategori IMT
Normal Ideal Kurang Overweight
SD Swasta 50 2 2 0
SD Negeri 48 0 6 0
Tabel 4. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD SWASTA DAN SD NEGERI
Sekolah N Mean±SD P.value
SD Swasta 54 14,678±1,0536
0,076
SD Negeri 54 14,330±0,694
4.2 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri
Hasil uji normalitas pada data lingkar kepala diperoleh nilai 0,085 dengan nilai signifikansi p=0,053 (p>0,05). Perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan. Sebelum pengujian uji t tidak berpasangan,dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0,000 dengan nilai signifikansi p=0,986 (p>0,05). Hal ini berarti data yang diperoleh homogen. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dengan nilai signifikansi p=0,050 (p>0,05) (Tabel 5).
Tabel 5. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA UKURAN LINGKAR KEPALA ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD SWASTA DAN SD NEGERI
Sekolah N Mean±SD P.value
SD Swasta 54 50,122±0,3100
0,050
49.94
Grafik 1. Rata-rata lingkar kepala anak
SD Swasta dan SD Negeri
4.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT) pada anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dikategorikan menjadi normal, ideal, kurang dan
overweight. Jumlah sampel pada masing-masing sekolah yaitu sebesar 54 orang. Hasil uji normalitas pada data indeks massa tubuh (IMT) diperoleh nilai 0,006 dengan nilai signifikansi p=0,938 (p>0,05). Hal ini berarti data yang diperoleh terdistribusi secara normal. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan indeks massa tubuh anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan nilai signifikansi p=0,708 (p>0,05) (Tabel 6).
Tabel 6. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) ANAK USIA 6-8 TAHUN BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Jenis Kelamin N Mean±SD P.value
Laki-laki 54 14,541±1,0379
0,708
4.4 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin
Perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis
kelamin dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan. Sebelum pengujian uji t tidak berpasangan, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0,004 dengan nilai signifikansi p=0,951 (p>0,05). Hal ini berarti data
yang diperoleh homogen. Hasil uji t tidak berpasangan menyatakan tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan nilai signifikansi p=0,112 (p>0,05) (Tabel 7).
Tabel 7. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA UKURAN LINGKAR KEPALA ANAK USIA 6-8 TAHUN BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Dari data diatas diketahui bahwa ukuran lingkar kepala anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan yang berkisar 0,100 cm. Lingkar kepala terbesar pada anak laki-laki yaitu sebesar 50,6 cm demikian juga lingkar kepala
terbesar pada anak perempuan yaitu sebesar 50,6 cm (Lampiran 2). Lingkar kepala terkecil pada anak laki-laki yaitu sebesar 49,5 cm demikian juga lingkar kepala terkecil pada anak perempuan yaitu sebesar 49,5 cm (Lampiran 2).
4.5 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri
Rata-rata indeks massa tubuh pada sampel yaitu sebesar 14,504 dan rata-rata ukuran lingkar kepala pada sampel yaitu sebesar 50,063 (Tabel 7). Hasil uji korelasi Pearson menyatakan korelasi positif yang signifikan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05) (Tabel 8).
Tabel 8. HASIL UJI KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN LINGKAR KEPALA ANAK USIA 6-8 TAHUN
N Mean±SD P.value R
Indeks Massa Tubuh (IMT)
108 14,504±1,020
0,000* 0,359
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 108 anak sekolah dasar etnik Deutro Melayu. Pengukuran dilakukan dengan menghitung tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan untuk menghitung indeks massa tubuh anak. Pengukuran lingkar kepala anak menggunakan pita meteran dengan cara melewati tulang kepala belakang yang paling menonjol dan di atas supraorbital. Data dianalisa berdasarkan uji korelasi dan uji t tidak berpasangan. Uji
korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan ukuran lingkar kepala anak. Uji t tidak berpasangan dilakukan untuk membandingan rata-rata ukuran lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri dan untuk membandingkan rata-rata ukuran lingkar kepala anak laki-laki dan anak perempuan.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri
Indeks massa tubuh (IMT) anak bervariasi untuk masing-masing umur, yaitu berkisar 12,3 – 16,8 dan cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Berdasarkan indeks massa tubuh yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, rata-rata indeks massa tubuh anak usia 6-8 tahun pada penelitian ini termasuk pada kategori normal dengan nilai sebesar 14,504.
Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan antara indeks massa tubuh anak SD Swasta dan SD Negeri. Hal tersebut juga dapat dilihat
sosioekonomi menengah ke atas dan pada murid SD Negeri yang umumnya memiliki keadaan sosioekonomi menengah ke bawah. Gambaran status sosioekonomi tersebut berdasarkan infrastruktur sekolah pada SD Swasta dan SD Negeri. Pada penelitian ini
didapat hasil yaitu tidak terdapat perbedaan antara indeks massa tubuh (IMT) anak SD Swasta dan SD Negeri. Hal ini dapat diartikan bahwa, pada penelitian ini latar belakang keadaan sosioekonomi tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
5.1.2 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari penelitian yang dilakukan pada 54 anak SD Swasta usia 6-8 tahun dan 54 anak SD Negeri usia 6-8 tahun dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata lingkar kepala murid SD Swasta sebesar 50,122 cm dan nilai rata-rata lingkar murid SD Negeri sebesar 50,004 cm. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar kepala murid SD Swasta lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala murid SD Negeri pada anak usia 6-8 tahun. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lingkar kepala anak SD Swasta dan anak SD Negeri.
Menurut kurva pertumbuhan lingkar kepala Nellhaus, ukuran lingkar kepala
anak SD Swasta dan anak SD Negeri pada penelitian ini termasuk pada kategori normal. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan antara lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapat pada pengukuran indeks massa tubuh, bahwa pertumbuhan dan
Anak usia 6-8 tahun merupakan anak yang sedang mengalami transisi, yaitu balita yang sedang berubah menjadi anak usia dini. Pemikiran anak pada usia ini menjadi lebih ringkas, tingkah laku dan emosi anak lebih teratur dan keputusan yang
dilakukan anak lebih mandiri.8 Perubahan tersebut terjadi karena saraf pada otak yang mengatur kognitif, bahasa, dan keterampilan sosial sedang mengalami kerjasama. Pada usia 7-11 tahun, anak-anak mulai dapat mengontrol kemampuan kognitif, dengan meningkatnya kemampuan untuk merespon secara selektif terhadap
rangsangan dan mulai memahami rangsangan secara efektif. Transformasi antara otak depan dan otak tengah menyebabkan terjadinya regulasi yang fleskibel antara pikiran dan tingkah laku terhadap suatu rangsangan. Kontrol terhadap bahasa mengalami proses pematangan yang lebih lama seiring dengan pematangan gray matter pada korteks lobus temporal dan frontal. Periode ini merupakan periode terbaik pematangan saraf otak sehingga periode ini merupakan waktu terbaik untuk memberikan anak-anak berbagai pengalaman untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan bahasa.8
5.1.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari penelitian yang dilakukan pada 54
anak laki-laki usia 6-8 tahun dan 54 anak perempuan usia 6-8 tahun, dapat disimpulkan bahwa nilai rata IMT anak laki-laki sebesar 14,541dan nilai rata-rata IMT anak perempuan sebesar 14,467. Hal ini menunjukkan bahwa IMT anak laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan pada anak usia
6-8 tahun. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan antara IMT anak laki-laki dan anak perempuan.
kapan pertumbuhan berakhir. Pada perempuan, percepatan pertumbuhan terjadi lebih dahulu daripada laki-laki dan percepatan tersebut tidak terlalu besar pada perempuan dibandingkan dengan percepatan pertumbuhan laki-laki, serta berhentinya
pertumbuhan badan perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki. Hal tersebut menyebabkan perempuan secara umum lebih kecil daripada laki-laki.19
5.14 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari penelitian yang dilakukan pada 54 anak laki-laki usia 6-8 tahun dan 54 anak perempuan usia 6-8 tahun dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata lingkar kepala anak laki-laki sebesar 50.111 cm dan nilai rata-rata lingkar anak perempuan sebesar 50.015 cm. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar kepala anak laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala anak perempuan pada anak usia 6-8 tahun. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lingkar kepala anak laki-laki dan anak perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena selisih nilai antara dua kelompok tersebut tidak terlalu besar sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasmita
dkk (2013) pada 458 anak sekolah taman kanak-kanak di Kota Jambi dengan rentang usia 3-6 tahun dan Gabriel K dkk (2013) pada 1523 anak di Nigeria dengan rentang usia 3-18 tahun. Hasmita dkk menyatakan bahwa lingkar kepala anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala anak perempuan, dengan nilai rata-rata
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lingkar kepala anak laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala anak perempuan.21
Menurut kurva pertumbuhan lingkar kepala Nellhaus, ukuran lingkar kepala
anak laki-laki dan anak perempuan pada penelitian ini termasuk pada kategori normal. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi MH (2011) pada anak usia 7-12 tahun di Semarang. Cahyadi menyatakan bahwa ukuran lingkar kepala anak laki-laki secara umum lebih besar dibandingkan dengan ukuran
lingkar kepala anak perempuan dengan kategori normal berdasarkan kurva pertumbuhan lingkar kepala Nellhaus.5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Artaria MD (2010), perbedaan ukuran antropometri antara laki-laki dan perempuan dapat terlihat sejak usia kurang lebih 6 tahun, tetapi perbedaan ukuran tulang antara anak laki-laki dan perempuan belum dapat terlihat jelas pada usia ini.19 Pada anak laki-laki dan perempuan usia dini terdapat perbedaan yang signifikan jika dilihat dari pengukuran berat badan dan massa tubuh. Perbedaan yang jelas pada pertumbuhan tengkorak dan tulang antara laki-laki dan perempuan yaitu setelah dewasa sehingga antropolog dapat mengidentifikasi jenis kelamin manusia yang sudah meninggal dengan mengukur tengkorak berdasarkan morfologi kedua jenis kelamin tersebut.19
5.1.5 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun
Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tabel 7 terlihat bahwa terdapat korelasi yang positif antara indeks massa tubuh dengan lingkar kepala anak usia 6-8
tahun dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05).
dan berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien kegemukan yang memiliki risiko terhadap komplikasi medis.
Komposisi tubuh pada dasarnya terdiri dari dua komponen, yakni lemak tubuh
(fat mass) dan masa tubuh tanpa lemak (fat-free mass). Lemak tubuh termasuk semua lipid dari jaringan lemak. Masa tubuh tanpa lemak terdiri dari cairan, otot, tulang dan organ dalam.22 Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komposisi tubuh pada anak yaitu aktivitas fisik. Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh
yang menghasilkan kontraksi otot.22 Aktivitas fisik pada anak dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya adalah faktor fisiologis/perkembangan (misalnya pertumbuhan, kesegaran jasmani, keterbatasan fisik), lingkungan (fasilitas, iklim, keamanan) dan faktor psikologis, sosial dan demografi (pengetahuan, sikap, pengaruh orang tua, teman sebaya, status ekonomi, jenis kelamin, usia).22 Aktifitas fisik akan mengubah komposisi tubuh yakni menurunkan lemak tubuh dan meningkatkan massa tubuh tanpa lemak.22
Aktifitas fisik dapat memproduksi faktor pertumbuhan dan protein di dalam tubuh yang berguna untuk melindungi dan menstimulasi otak, meningkatkan ingatan, konsentrasi dan perhatian terhadap lingkungan sekitar. Anak yang aktif juga memiliki basal ganglia dan hippocampi yang lebih besar, merupakan bagian otak yang yang berguna untuk mengatur perhatian, koordinasi dan ingatan terhadap lingkungan
disekitarnya.8
Ukuran lingkar kepala merupakan salah satu parameter antropometri pada pemeriksaan klinis pasien anak-anak dan pasien dewasa. Pengukuran pertumbuhan tulang kranial memberikan informasi secara umum mengenai pertumbuhan dan
Sotos syndrome memiliki postur tubuh yang tinggi dengan kepala yang besar (macrocephalic).23
Secara umum, perkembangan anak pada usia 6-8 tahun dapat dilihat dari
empat sisi, yaitu:24 a. Intelektual
Anak belajar membaca secara bertahap, mengerti konsep waktu dan menikmati mendengar tentang cerita masa lalu atau dongeng,
menggabungkan pikiran dan gerakan tubuh, anak dapat berhitung hingga angka 100 dan mulai belajar perkalian pada usia berikutnya.
b. Fisik
Beberapa kemampuan fisik sudah berkembang, belajar keseimbangan pada kursi dan tempat-tempat yang tinggi, suka bergerak dan tidak suka duduk sehingga masa-masa sekolah merupakan masa yang sulit pada beberapa anak.
c. Sosial
Anak mulai beradaptasi dalam suatu hubungan dan dapat menghadapi konflik pada teman sepermainannya, beberapa anak dapat berkompetitif, berargumen dan memberontak jika mengalami kekalahan.
d. Emosi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dengan p=0,076 (p>0,50)
2. Tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD
Swasta dan SD Negeri dengan p=0,050 (p>0,05)
3. Tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan p=0,708 (p>0,05)
4. Tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan p=0,112 (p>0,05)
5. Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dengan p=0,000 (p<0,05)
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ukuran lingkar kepala anak dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian lebih valid.