• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tiga Batu Tungku: Untuk meningkatkan Kerjasama Lembaga Gereja, Adat, dan Pemerintah dari Pendekatan Konseling Pastoral dan Masyarakat di Nuruwe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tiga Batu Tungku: Untuk meningkatkan Kerjasama Lembaga Gereja, Adat, dan Pemerintah dari Pendekatan Konseling Pastoral dan Masyarakat di Nuruwe"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konflik Maluku tahun 1999 merupakan konflik keagamaan antara Islam dan Kristen, sehingga mengakibatkan perpecahan yang berkepanjangan. Perpecahan yang berkepanjangan membuat ketidaknyamanan dari warga yang menjadi korban dari konflik tersebut. Konflik ini berawal dari kejadian sepele dimulai ketika seorang supir dari warga Kristen bertengkar dengan seorang warga Islam di Ambon. Berbagai sumber berita yang mengidentifikasikan bahwa kesempatan ini digunakan oleh provokator untuk memulai pengrusakan besar-besaran di Ambon.

Konflik yang terjadi di Ambon, bersamaan dengan konflik di Pulau Seram antara Desa Nuruwe dan Desa Waisamu yang terjadi sekitar bulan April 2017. Berakar dari ketidaksengajaan yang terjadi antar sesama pemuda dari kedua desa tersebut, sehingga menyebabkan perkelahian dari kedua penduduk dan membuat ketidaknyamanan bagi masyarakat sekitar. Konflik yang berkepanjangan itulah merusak tatanan dan kebudayaan di Maluku.

Kebudayaan menurut E. B. Tylor, yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.1 Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai cara untuk mengembangkan pola, perasaan dan tindakan. Pola

1

(2)

2 pengembangan itulah yang dilakukan oleh masyarakat di Nuruwe dalam rangka membangun kerjasama antara Lembaga Gereja, Adat, dan Pemerintah yang disebut sebagai Tiga Batu Tungku.

Tiga Batu Tungku merupakan kontrak sosial yang digunakan dalam kebudayaan

masyarakat di Maluku yang dilihat sebagai sistem kerjasama antara Lembaga Gereja, Adat, dan Pemerintah.Secara terminologi, Tiga Batu Tungku adalah tiga buah batu yang dipergunakan sebagai tempat untuk meletakkan alat memasak.2 Dimana tiga buah batu dibentuk menyerupai segitiga sama sisi yang merupakan dasar yang kokoh untuk menopang berbagai masakan yang akan dimasak. Bahkan kayu-kayu yang dibakar yang saling silang di dalam tungku merupakan gambaran atas perbedaan-perbedaan pendapat di kalangan masyarakat, dan nyala api sebagai media diskusi yang menghasilkan suatu keputusan. Sedangkan Tungku adalah sebutan orang Maluku sebagai tempat memasak yang tradisional. Mengibaratkan wadah untuk memberdayakan dan memusyawarahkan apa yang patut dijadikan sebagai makanan jasmani dan rohani dalam suatu masyarakat.

Beragam arti yang diketahui dalam budaya Tiga Batu Tungku melalui penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Pada dasarnya Tiga Batu Tungku ini memiliki kesamaan arti, yang selalu bertumpu pada sistem kerjasama yang dilakukan oleh kepemimpinan dari Kepala Desa (Raja), Gereja (Pendeta), dan Pendidikan (Guru). Dengan adanya proses penelitian lebih lanjut yang peneliti lakukan di Nuruwe, ternyata adanya perbedaan dalam

2

E.T.Maspaitella. Kuti Kata: TIGA BATU TUNGKU.Diakses dari

(3)

3 mengartikan budaya tersebut. Berdasarkan fakta di lapangan, penulis menemukan ternyata dengan perkembangan zaman yang terjadi dan semakin bertambahnya jumlah penduduk dalam suatu masyarakat, sehingga pemerintahan di dalam negeri (desa) Nuruwe tidak dapat diletakkan dalam satu sistem pemerintahan desa saja, dengan demikian dibentuk apa yang dinamakan Lembaga-lembaga swadaya masyarakat seperti: Lembaga BPD atau Badan Permusyawaratan Desa yang bertujuan sebagai lembaga Permusyawaratan Desa (semacam Legislatif tingkat Desa). Disamping itu muncul pula organisasi-organisasi lain diantaranya LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), semua lembaga ini dimunculkan agar pada kekuasaan di desa tidak terpusat ditangan kepala desa saja, melainkan ada prakasa dari masyarakat desa itu sendiri pada desanya.3 Sehingga dengan adanya Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang ada, berperan dalam sistem kerja pemerintahan desa karena lembaga-lembaga tersebut berfungsi untuk memperhatikan dan memberdayakan masyarakatnya melalui pendidikan dan fasilitas kesehatan yang diberikan.

Dengan adanya penemuan yang penulis temui, dapat dijelaskan bahwa meskipun adanya Lembaga-lembaga swadaya yang baru dalam suatu pemerintahan desa, sistem kerjasama yang terjadi di Nuruwe tetap dilaksanakan sebagai sistem kerjasama antara ketiga unsur terkait Gereja (Pendeta, majelis, dan perangkat dalam gereja), Pemerintah (Pemerintahan desa yakni kepala pemerintahan, sekretaris desa dan perangkat desa, lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang termasuk dalamnya dalam memberdayakan masyarakat pada pendidikan dan layanan kesehatan.

3

(4)

4 Dan juga Adat (di dalamnya unsur kerja yang berkaitan adat-istiadat atau kepercayaan pada leluhur).

Tiga Batu Tungku masih dipertahankan di Nuruwe sampai saat ini, dilihat dari kerjasama yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan antar institusi (Lembaga Gereja, Adat, dan Pemerintah). Kegiatan lembaga gereja dipusatkan pada jemaat nuruwe, dengan kegiatan yang wajib dilakukan satu bulan satu kali dalam bentuk ibadah bersama tiga unsur tersebut. Memberi sumbangan-sumbangan bagi tiap keluarga yang tidak mampu, pembentukan panitia HBG (hari besar gerejawi) dalam rangka pelaksanaan kegiatan-kegiatan menjelang hari besar gerejawi dengan melibatkan unsur pemerintah negeri dan lembaga pendidikan untuk aktif dalam perayaan tersebut. Proses pembinaan spiritual pada AMGPM (angkatan muda gereja protestan maluku), pada siswa katekisasi, dan SMTPI (sekolah minggu tunas pekabaran injil). Berkoinonia dari jemaat satu ke jemaat yang lain dengan membawa beberapa kegiatan yang terprogram.4

Adat (raja, kepala soa, marinyo, kewang, saniri negeri) melaksanakan tugasnya masing-masing berdasarkan jabatan yang diberikan untuk kepentingan kehidupan masyarakatnya. Pemerintah (desa) yang dipusatkan pada masyarakat nuruwe di dalamnya masyarakat asli nuruwe dan masyarakat pendatang, dibantu oleh lembaga-lembaga swadaya dengan kegiatannya melalui pengobatan gratis untuk para lansia, posyandu untuk para balita dan ibu-ibu hamil. Juga pada pemuda pemudi melalui kegiatan pembinaan bakat melalui olahraga, dan PKK (Pembinaan

4

(5)

5 Kesejahteraan Keluarga) untuk kaum perempuan.5 Dan untuk meningkatkan mutu pendidikan, adanya peran orangtua dalam pendidikan dari dalam keluarga dan juga peran guru di sekolah terhadap siswa terkait dengan pendidikan ajaran Kristen dan pelajaran-pelajaran lain yang bermanfaat bagi siswa.6

Fenomena Tiga Batu Tungku diatas, sehubungan dengan pemahaman dan pengamatan penulis dalam kenyataan masyarakat di Nuruwe dalam memahami konsep Tiga Batu Tungku ini sebagai sistem kerjasama yang berfungsi untuk mengatur hidup masyarakat, melihat perilaku sosial pada setiap individu dalam masyarakat, sesuai dengan nilai-nilai adat yang berlaku. Hal tersebut jika dikaji dengan menggunakan Konseling Masyarakat pada pemikiran Judith E. Lewis mengatakan jika masyarakat sebagai sistem kesatuan, dengan demikian masyarakat berfungsi sebagai media dimana setiap individu dapat bertindak atas dunia, keluarga, dan lingkungan sehingga dikatakan sebagai komunitas.7 Dengan demikian model konseling masyarakat menanamkan harapan dengan mendukung potensi pemberdayaan klien untuk hidup dan bekerja. Maka dalam menjelaskan hubungannya dengan Tiga Batu Tungku dari pendekatan konseling pastoral dan masyarakat, Engel mengemukakan konseling berbasis budaya sebagai bentuk pendampingan untuk menganalisa suatu permasalahan yang terjadi dalam kebudayaan tertentu. Tujuannya ialah untuk memperbaiki berbagai relasi yang terputus, baik dengan diri sendiri,

5

Hasil wawancara dengan Bpk. N. Matitale (Mantan Raja Nuruwe), pada tanggal 22 April 2017.

6

Hasil wawancara dengan Bpk. H. Birahy (Kepala Sekolah SD YPPK Nuruwe), 19 April 2017.

7

(6)

6 dengan orang lain, bahkan dengan Allah akibat krisis yang menimpa kehidupannya.8 Dalam melakukan proses pendampingan pada suatu budaya dengan permasalahannya dalam hal ini konflik, perlunya membangun relasi yang baik di antara mereka bahkan dengan Allah, supaya terciptanya relasi yang baik dalam masyarakat berdasarkan nilai-nilai spiritual yang tercermin dalam konsep Tiga Batu Tungku tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, dengan melihat nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalam Tiga Batu Tungku dan juga berbagai kenyataan yang terjadi dalam masyarakat Nuruwe, maka penulis ingin mengkaji: Tiga Batu Tungku Untuk Meningkatkan Kerjasama Lembaga Gereja, Adat, dan Pemerintah Dari Pendekatan Konseling Pastoral dan Masyarakat di Nuruwe.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, perumusan penelitian dirumuskan sebagai berikut : bagaimana Tiga Batu Tungku untuk meningkatkan kerjasama lembaga gereja, adat, dan pemerintah dari pendekatan konseling pastoral dan masyarakat? Rumusan masalah dijabarkan dalam dua pertanyaan penelitian, yaitu:

Pertama, bagaimana asal-usul dan pemaknaan tiga batu tungku dikaji dari pendekatan konseling masyarakat? Kedua, bagaimana kerjasama lembaga gereja, adat, dan pemerintah dikaji dari pendekatan konseling pastoral dan masyarakat di nuruwe?

8

(7)

7

C. Tujuan Penelitian

Dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang dipaparkan oleh penulis bermaksud untuk mencapai tujuan penelitian, menganalisis tentang Tiga Batu Tungku untuk meningkatkan kerjasama lembaga gereja, adat, dan pemerintah dari pendekatan konseling pastoral dan masyarakat.

Tujuan penelitian dijabarkan dalam beberapa tujuan pokok penelitian yaitu: Pertama,

mengkaji asal-usul dan makna tiga batu tungku dari pendekatan konseling masyarakat. Kedua,

mengkaji kerjasama lembaga gereja, adat, dan pemerintah dari pendekatan konseling pastoral dan masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

(8)

8

E. Metode Penelitian

Dengan mempertimbangkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode yang digunakan yaitu deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat terkait dengan fakta-fakta dari fenomena yang merupakan objek penelitian.9 Metode deskriptif analitis merupakan suatu metode untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian diusahakan adanya analisis dan interpretasi atau penafsiran dari data-data tersebut.10 Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menyajikan data dalam bentuk kata-kata, sehingga tidak menekankan pada angka.11 Berarti pendekatan ini berusaha untuk menemukan dan mendeskripsikan makna atau data yang teramati.

Tempat dan lokasi penelitian yang akan peneliti lakukan difokuskan pada salah satu negeri (desa) yang berada di Maluku, Pulau Seram, Kecamatan Kairatu tepatnya masyarakat Nuruwe. Dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Dimana observasi dalam hal ini peneliti akan berperan sebagai partisipan yaitu menyamakan diri dengan orang atau masyarakat yang akan diteliti.12 Dalam hal ini peneliti bukanlah bagian dari wilayah tersebut, tetapi peneliti sudah mengamati cukup lama terhadap masyarakat yang ada di sana. Berikutnya ialah teknik wawancara, yang bertujuan untuk mencoba mendapatkan

9

Mohammad Nazir. Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 1983), 63.

10

Winarno Surakhmad. Pengantar Penulisan Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik (Bandung: Tarsito, 1985), 139.

11

Sugiyono.Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), 15.

12

(9)

9 keterangan secara lisan dari beberapa responden, dengan bercakap-cakap berhadapan secara langsung dengan orang itu.Dengan bermaksud mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat dengan pendirian mereka masing-masing.13 Pemilihan sampel penelitian menggunakan Snowball dan Purposive.

Bagi Sugiyono, Snowball adalah teknik pengambilan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Untuk pengambilan data, dipakai beberapa orang untuk menjadi sumber data atau informan tetapi kalau merasa data yang diberikan belum lengkap, maka bisa dicari data tambahan melalui orang lain. Sumber data atau informan yang dipakai adalah beberapa orang dalam masyarakat di Nuruwe yang dianggap bisa mewakili pemahaman masyarakat yang nantinya bisa berkembang. Kemudian pengambilan sampel data untuk melengkapi atau sebagai data informan yang pertama, maka dipakailah Purposive. Bagi Sugiyono, Purposive14 adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan itu, misalnya orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan atau mungkin orang tersebut sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek yang diteliti. Dalam pengertian data yang sudah didapatkan pertama dikolaborasikan dengan data yang didapatkan dari orang yang dianggap lebih tahu dalam hal ini informan yang dipilih adalah tokoh-tokoh yang berperan penting di Nuruwe yang mana mereka yang mengerti tentang Tiga Batu Tungku untuk meningkatkan kerjasama lembaga gereja, adat, dan pemerintah dari pendekatan konseling pastoral dan masyarakat.

13

Koentjaraningrat.Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1981), 162.

14

(10)

10

F. Sistematika Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian ini yaitu perusahaan yang memiliki karakter eksekutif risk taker dan profitabilitas yang tinggi cenderung melakukan penghindaran pajak,

3.1 Sesar mendatar Cipanengah-Lio Panjang sesar ini ± 2,8 km yang memotong Satuan Batupasir Sisipan Breksi. 3) Pembelokan sungai Cipanengah dari arah timurlaut ke

Besarnya sumbangan pengaruh pendapatan orang tua terhadap hasil belajar, didapatkan koefisien determinasi sebesar 72.0% dan dapat di simpulkan bahwa pendapatan orang

Perekonomian Kecamatan Tamansari didukung oleh saran dan prasarana wilayah yang ada, yang merupakan aspek pendukung utama dalam pembangunan yang secara tidak langsung akan

Prasasti mempunyai sifat resmi sebagai suatu keputusan atau perintah yang diturunkan oleh seorang raja atau penguasa, sehingga dalam penulisannya ada aturan- aturan penulisan

Penelitian ini bertujuan untuk menge- tahui jenis mangrove yang paling baik dalam menyerap polutan logam berat Hg, Pb dan Cu dan kandungan polutan dalam ikan yang hidup di

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola

Penggunaan sotfware orangeHRM dalam pembelajaran manajemen sumber daya manusia akan lebih meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang aktivitas yang terjadi