• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENTING ASIA AFRICA SMART CITY SUMMIT (AASCS) 2015 TERHADAP PERKEMBANGAN PARADIPLOMASI KOTA BANDUNG Irsyaad Suharyadi Universitas Padjadjaran Email: irsyaadyadigmail.com Abstrak - Peran Penting Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 terhadap Per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PENTING ASIA AFRICA SMART CITY SUMMIT (AASCS) 2015 TERHADAP PERKEMBANGAN PARADIPLOMASI KOTA BANDUNG Irsyaad Suharyadi Universitas Padjadjaran Email: irsyaadyadigmail.com Abstrak - Peran Penting Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 terhadap Per"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENTING ASIA AFRICA SMART CITY SUMMIT (AASCS) 2015 TERHADAP PERKEMBANGAN PARADIPLOMASI KOTA BANDUNG

Irsyaad Suharyadi Universitas Padjadjaran Email: irsyaadyadi@gmail.com

Abstrak

Bandung has implemented the concept of Smart City to face the problems in the city.

However, the city government does not have enough funds and technology for the

implementation of the concept. Therefore, Ridwan Kamil, the city mayor of Bandung,

has regularly conducted paradiplomacy activities for promoting the concept of Bandung

Smart City, such as 'Lighthouse' program as Asia Africa Smart City Summit (AASCS).

The Asia Africa Smart City Summit (AASCS) attended by 26 mayors throughout Asia and

Africa, and delegates from 39 countries. In this study, the author will assess the benefits

and role AASCS in Bandung paradiplomacy activities by using paradiplomacy theory,

which has been popularized by Ivo Duchachek (1990). Afterward, the authors will also

compared AASCS similar program in Amsterdam and Bogota. This study indicates that

international conferences such as AASCS were able to significantly increase the

popularity of a city, and also open up opportunities for further cooperation.

Kata kunci

Paradiplomacy, Bandung, Asia Africa Smart City Summit, Cooperation, Global

Network

Pendahuluan

Kota Bandung adalah salah satu kota yang telah menerapkan model

pembangunan kota Smart City di Indonesia. Model ini diharapkan dapat menyelesaikan

masalah perkotaan yang ada di Kota Bandung, seperti kemacetan, pencemaran

lingkungan, dan reformasi birokrasi. Konsep Bandung Smart City sudah mulai dikaji di

kalangan akademisi sejak tahun 2013. Di tahun ini, Lembaga Pengembangan Inovasi dan

(2)

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung menyusun Rencana Induk Bandung

Smart City.1

Gagasan Bandung Smart City semakin populer setelah Ridwan Kamil terpilih

sebagai Walikota Bandung periode 2013-2018. Konsep Smart City menjadi fokus

Ridwan Kamil dalam menangani permasalahan kota. Pada tahun 2015, Pemerintah Kota

Bandung telah melakukan perbaikan fasilitas internet bagi seluruh kantor dinas, dan

membentuk Dewan Smart City untuk meningkatkan kinerja pemerintahan. Selain itu,

Pemerintah Kota Bandung juga telah membangun fasilitas untuk memonitor harga

komoditas barang di pasar, proyek-proyek pembangunan yang ada di kota, serta

pengawasan titik-titik kemacetan melalui pembangunan Bandung Command Center.2

Akan tetapi, upaya pengembangan kota dengan konsep Smart City tersebut masih

terkendala dari ketersediaan dana dan teknologi.3 Ridwan Kamil sendiri memprediksi

bahwa Kota Bandung memerlukan suntikan dana sebesar Rp.85 triliun untuk

meningkatkan infrastruktur, dan 1000 aplikasi untuk mewujudkan Bandung Smart City.

Menurutnya, hal ini tidak cukup mengandalkan dana APBD saja.4 Oleh karena itu,

Ridwan Kamil selaku kepala pemerintahan kota Bandung sering melakukan kerja sama

luar negeri untuk mencari dukungan bagi pelaksanaan Bandung Smart City. Sehingga,

saat ini Kota Bandung selalu mengedepankan Bandung Smart City dalam berbagai

aktivitas paradiplomasi. Contohnya, Kota Bandung telah berhasil mengadakan kegiatan

‘mercusuar’ bernama Asia Africa Smart City Summit (selanjutnya disingkat dengan

AASCS) dalam peringatan Konferensi Asia Afrika Ke-60 yang dihadiri oleh 26 wali

kota se-Asia Afrika, dan delegasi dari 39 negara.

Dalam kajian Hubungan Internasional, pelaksanaan kerja sama luar negeri antara

satu kota dengan kota lainnya ini disebut paradiplomasi. Upaya paradiplomasi

merupakan salah satu alternatif program pengembangan kota melalui kerja sama dengan

kota lainnya di luar negeri. Sayangnya, beberapa upaya paradiplomasi yang telah

dilaksanakan kota Bandung dalam kepemimpinan sebelumnya dinilai masih kurang

efektif dan kurang menjadi prioritas antara kota Bandung maupun kota yang tertarik

untuk melakukan kerja sama.5 Apakah dengan adanya konferensi AASCS ini mampu

(3)

Paradiplomasi sebagai Alternatif Pengembangan Kota

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, keterlibatan pemerintahan daerah

dalam aktivitas diplomasi tersebut dikenal dengan konsep paradiplomasi.6 Konsep

paradiplomasi, yang dipopulerkan oleh Ivo Duchachek pada tahun 1990, menjelaskan

bahwa kota atau sub-nasional dapat berperan sebagai pelaku diplomasi. Aktivitas

paradiplomasi sebuah kota dapat bersifat negatif, positif, ataupun sebagai komplementer

dari kebijakan nasional. Hal ini sejalan dengan penjelasan Morgenthau mengenai

kualitas diplomasi sebagai pelaksanaan politik luar negeri suatu negara, dari tingkat

pusat sampai daerah.7

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan diplomasi tidak hanya

dilakukan pemerintah pusat yang mewakili kepentingan negara, namun juga

memberikan ruang bagi pemerintah di daerah untuk melakukan upaya-upaya diplomasi.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi menjadi salah satu faktor penting

yang memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah (sebagai aktor sub-nasional)

untuk mempromosikan perdagangan, investasi, dan menjalin berbagai kerja sama

dengan pihak-pihak yang berada di luar batas yuridiksi negara dengan lebih mudah.8

Beberapa isu yang sering diangkat oleh aktor sub-nasional adalag ekonomi, sosial,

lingkungan, dan isu budaya.9

Menurut Duchachek, terdapat empat pola yang mendukung aktivitas aktor

sub-nasional dalam lingkup intersub-nasional. Pola pertama adalah tindakan gubernur atau

sebutan lainnya bagi pemerintah sub-nasional yang masuk sebagai aktor internasional

karena kebijakan legislatif dan aktifitas lobi yang menyebabkan ketertarikan aktor

ekstra-nasional dan menimbulkan aksi-reaksi secara tidak langsung. Pola kedua,

memiliki keterkaitan dengan tipe pertama, di mana pemerintah sub-nasional menjadi

target campur tangan luar negeri seperti melalui lobi dan potensi suap. Sebagai contoh

pola kedua ini adalah upaya suap dari perusahaan multinasional untuk kepentingan

tertentu di sebuah kota. Pola ketiga adalah upaya sub-nasional yang di dukung pendanaan

oleh perusahaan trans-nasional dalam membuat publikasi dan kampanye. Contohnya

adalah dukungan pendanaan dari perusahaan Jepang ke pemerintahan California untuk

menghapuskan pajak tertentu. Dan, pola keempat dibentuk oleh jumlah media yang

meliput pemberitaan mengenai aktivitas sub-nasional di dalam dan luar negeri.

Keterlibatan media massa ini berkontribusi membangun kesadaran dan perhatian

(4)

Dalam tulisan ini, penulis akan menyajikan analisis mengenai faktor-faktor

pendukung, serta bagaimana manfaat aktivitas paradiplomasi kota Bandung. Latar

belakang, faktor pendukung, dan hasil pertemuan AASCS akan ditinjau menggunakan

teori paradiplomasi yang dikemukakan Ivo Duchachek untuk menilai seberapa besar

pengaruh konferensi AASCS terhadap upaya paradiplomasi kota Bandung, khususnya

dalam penerapan konsep Smart City.

Peran Penting Asia-African Smart City Summit (AASCS)

Dalam rangka memperingati semangat KAA 1955, pemerintah Republik

Indonesia telah melaksanakan KTT Asia Afrika di Jakarta dan Peringatan KAA ke-60 di

Bandung pada 22-24 April 2015.11 Dalam kesempatan yang sama, pemerintah Kota

Bandung mengadakan pertemuan AASCS 2015 di Grand Ballroom Trans Luxury Hotel,

Bandung, pada 22 April 2015. Acara tersebut dihadiri oleh 446 peserta, 25 walikota dan

sejumlah partisipan yang datang dari 69 kota dari 36 negara di Asia Afrika.12

Menurut Ridwan Kamil, Walikota Bandung, konsep Smart City adalah

pendekatan baru yang relevan untuk mengikat Asia Afrika agar lebih kompak. AASCS

sendiri berhasil mendeklarasikan lima syarat untuk mendukung pengembangan tata

kelola Kota berbasis teknologi di benua Asia dan Afrika bernama The Bandung

Declaration on Smart Cities, Adapun poin-poin yang diserukan dalam deklarasi ini

antara lain,13 pertama komitmen pengembangan dan pembangunan kota yang

berkelanjutan, membangun jaringan pengetahuan mengenai model Smart City, berbagi

pengetahuan mengenai pengelolaan dan teknologi, terutama di antara pemimpin daerah,

akademisi, pebisnis, industri, dan komunitas di Asia-Afrika.

Komitmen kedua meliputi upaya menuju terciptanya kota yang ramah

lingkungan, pelayanan publik yang cerdas, khususnya di bidang transportasi yang

berkelanjutan, sumber energi terbarukan, serta pencegahan dan mitigasi bencana alam di

Asia-Afrika. Komitmen ketiga adalah melakukan investasi dalam pengembangan

masyarakat yang cerdas melalui pendidikan yang lebih baik dan kesehatan dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Komitmen keempat adalah mempromosikan

pemanfaatan sistem ekonomi yang cerdas dan memberikan dukungan bagi generasi

muda yang cerdas untuk meningkatkan kreativitas dan kewirausahaan untuk

pertumbuhan yang berkelanjutan dan kota yang cerdas. Dan, komitmen kelima terkait

(5)

pembangunan Smart City, melalui pembentukan Asia Africa Smart City

Forum/jaringan/aliansi yang akan meningkatkan kehidupan warga di Asia dan Afrika.

Dalam pertemuan tersebut, kota Bandung terpilih secara aklamasi sebagai ketua

Asia-Africa Smart City Forum yang pertama. Kerja sama AASCS merupakan salah satu

wujud paradiplomasi yang didorong oleh kebutuhan pembangunan dan ekonomi yang di

inisiasi kota Bandung dalam mensukseskan program Bandung Smart City (BSC). Hal ini

sesuai dengan pendapat Lachapelle dalam buku Mastering Globalization, yang

menyebutkan bahwa “there is a clear practical reasoning to explain the international

game plan of sub-governmental units: developmental needs and economic growth.”14

Artinya, alasan sebuah kota (sub-state) terjun ke dalam kancah internasional adalah

kebutuhan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Keberhasilan kota Bandung dalam menyelenggarakan AASCS tidak bisa

dilepaskan dari nilai historis kota ini sebagai tuan rumah penyelenggaraan Konferensi

Asia Afrika tahun 1955. Dukungan solidaritas yang didasari landasan historis tersebut

yang menjadi keunggulan tersendiri terhadap keberhasilan kota Bandung dalam

menyelenggarakan kegiatan AASCS dibandingkan kota lainnya di kawasan Asia-Afrika.

Dalam momentum yang tepat tersebut, kota Bandung berhasil memanfaatkannya untuk

mempromosikan perkembangan Bandung Smart City.

Pasca pertemuan AASCS, Kota Bandung dikenal lebih luas dalam kancah

internasional, khususnya dalam bidang Smart City. Puncaknya pada 1 Juni 2015, Kota

Bandung ditunjuk untuk mewakili kawasan Asia mendirikan Global Smart City and

Community Coalition (GSCCC) dalam acara Global Smart City Challenge di

Washington DC, Amerika Serikat bersama 7 kota lainnya (Amsterdam, Austin,

Eindhoven, Genowa, the Haque, Charlotte, dan Chichago). GSCCC bertujuan

mempromosikan kerja sama internasional dalam mengembangkan komunitas

berkelanjutan dan jaringan Internet of Things (IoT). Koalisi ini sendiri merupakan kerja

sama untuk saling berbagi pengetahuan tentang program inovatif yang dilakukan oleh

masing-masing kota yang terlibat.15

Melalui koalisi ini diharapkan setiap kota dapat bertukar pengetahuan tentang

cara terbaik penerapan smart city, bukan hanya dari segi teknologi melainkan juga dari

sisi strategi pelaksanaannya. Hasil pertemuan forum GSCCC sendiri disepakati akan

dilakukan pertemuan kembali pada tahun 2016 di Kota Bandung. Terpilihnya Kota

Bandung dilatarbelakangi oleh keberhasilannya mengadakan pertemuan AASCS di

(6)

peran yang lebih strategis di masa depan dan menjadi kota penghubung dalam

penyebarluasan konsep dan pelaksanaan konsep smart city di kawasan Asia.16

Berdasarkan empat faktor pendukung kesuksesan paradiplomasi yang

disampaikan Duchachek, terdapat dua faktor utama pendukung kesuksesan

paradiplomasi Kota Bandung yaitu jumlah media yang memberitakan aktivitas Kota

Bandung di dalam dan luar negeri dan kecakapan Ridwan Kamil selaku Walikota dalam

mengadakan kegiatan yang mampu mengundang ketertarikan aktor ektra-nasional. Salah

satu gagasan Ridwan Kamil yang berhasil adalah pelaksanaan AASCS. Berdasarkan data

Diskominfo Kota Bandung, terdapat kurang lebih 19 kunjungan duta besar maupun

perwakilan kota dari luar negeri ke Bandung selama tahun 2013-2015.17

Kapasitas pemimpin sub-nasional memiliki peranan penting dalam

paradiplomasi karena dapat menentukan sikap pemerintahan daerah terhadap kerja sama

luar negeri. Menurut Dadang, kepala sub-bagian Kerja Sama Luar Negeri Kota Bandung,

pengalaman Ridwan Kamil selama di luar negeri membuatnya memiliki jaringan dan

kemampuan bahasa yang baik. Sehingga, banyak investor yang tertarik bekerja sama

dengan kota Bandung. Selain itu, Ridwan Kamil mampu menarik perhatian masyarakat

melalui sosial media. Di sisi lain, kunjungan luar negeri yang dilakukan Ridwan Kamil

sangat efektif karena beliau umumnya hanya keluar negeri untuk memenuhi undangan

dan penandatanganan MoU kerja sama untuk kota Bandung.18

Ridwan Kamil telah memiliki pengalaman dalam melakukan kerja sama dengan

berbagai pihak di luar negeri sejak berkarir di Amerika Serikat, dan sejak membuat

perusahaan konsultan sendiri bernama Urbane di 2004 yang telah beroperasi di lebih dari

7 negara (Singapura, Thailand, Bahrain, Cina, Vietnam, Uni Emirat Arab dan

Indonesia).19 Pengalaman dan jaringan internasional tersebut menjadi modal Ridwan

Kamil menangkap peluang kerja sama dan bantuan hibah di luar negeri. Oleh karena itu,

kapasitas seorang pemimpin kota atau kawasan sub-nasional lainnya memiliki peran

penting bagi keberhasilan visi paradiplomasi sebuah kota.

Faktor kedua, keterlibatan media massa dalam AASCS berperan dalam

membangun kesadaran dan perhatian terhadap aktivitas sub-nasional di skala

internasional. Sehingga, pesan-pesan yang dibawa dalam aktivitas sub-nasional tersebut

dapat diketahui secara luas. Selain itu, peran media juga mampu meningkatkan

popularitas sebuah kota yang berdampak positif bagi kota tersebut. Dalam

(7)

Terpilihnya Kota Bandung sebagai perwakilan Asia dalam deklarasi GSCCC

menunjukkan manfaat langsung popularitas kota Bandung pasca- AASCS. Hal ini

menunjukkan bahwa AASCS mampu menarik perhatian berbagai pihak di dunia.

Pemilihan waktu yang bersamaan dengan penyelenggaraan peringatan Konferensi Asia

Afrika ke-60 membantu penyebarluasan informasi mengenai AASCS dan Bandung

Smart City karena banyak kantor berita dari seluruh dunia yang melakukan peliputan ke

Bandung.

Ketua penyelenggara AASCS, Prof. Suhono Harso Suprapto, sepakat bahwa

acara AASCS mampu meningkatkan popularitas kota Bandung. Menurut Prof Suhono, “dari segi politik, Bandung setelah Asia Africa Smart City menjadi populer. Intinya, memberi manfaat bagi Bandung jadi lebih dikenal dunia, itu kan Diplomasi juga, khususnya City Branding.”20 Pencapaian ‘city branding’ kota Bandung dalam bidang smart city, dapat dilihat melalui data penelusuran informasi di situs pencarian daring.

Saat ini, penggunaan aplikasi ataupun media informasi daring sudah menjadi kebiasaan

umum masyarakat. Faktor kemudahaan dalam mengakses informasi melalui jaringan

daring telah merubah pola hidup bagi masyarakat umum dalam mencari informasi.

Sehingga, data penelusuran di situs pencarian daring dapat menjadi sarana untuk melihat

popularitas berbagai hal di masyarakat.

Grafik 1. Data Penelusuran Berita: Bandung Smart City 2013-2015.21

Berdasarkan data penelusuran daring melalui Google Trends, pencarian informasi mengenai ‘Bandung Smart City’ meningkat signifikan pada bulan April 2015 saat penyelenggaraan AASCS 2015.22 Dalam data tersebut diketahui penelusuran berita

(8)

menjadi 306 di bulan April 2015. Sementara, data penelusuran video daring mengenai

Bandung Smart City di rentang waktu yang sama meningkat menjadi 287 kali pencarian

dari 48 kali pencarian. Sementara itu, penelusuran Bandung Smart City melalui web

meningkat namun tidak signifikan. Pada bulan April 2015, peningkatan indeks

penelusuran web mengenai Bandung Smart City dari angka 81 pada bulan Maret menjadi

121 pada bulan April.

Grafik 2. Data Penelusuran Youtube: Bandung Smart City 2013-2015.

Data tersebut menunjukkan bahwa konferensi AASCS mampu meningkatkan minat pencariaan informasi mengenai ‘Bandung Smart City’. Lebih lanjut, peningkatan penelusuran mengenai kegiatan AASCS dan Bandung Smart City lebih banyak

dilakukan melalui penelusuran berita, dan situs youtube. Di sisi lain, penelusuran melalui

web tidak mengalami peningkatan yang berarti. Hal ini disebabkan penyebaran

informasi AASCS melalui halaman berita daring sangat tinggi dibandingkan jumlah

penayangan melalui web non-berita. Sementara, kunjungan youtube meningkat karena

(9)

Grafik 3. Data Penelusuran Daring Bandung Smart City.

Fenomena meningkatnya popularitas kota Bandung Smart City setelah

menyelenggarakan konferensi internasional mengenai smart city bukan hanya dialami

kota Bandung, namun juga dialami kota Amsterdam dan Bogota. Diagram di bawah ini

menunjukkan data penelusuran daring kata ‘Smart City Bandung’, ‘Smart City

Amsterdam’, ‘Smart City Bogota’ sejak Januari 2011 sampai Januari 2016. Dalam

diagram tersebut, peningkatan jumlah penelusuran kata kunci ‘Smart City Bandung’

terjadi pada april dan november 2015, ‘Smart CityAmsterdam’ pada juni 2015, dan ‘

Smart City Bogota’ terjadi pada September-Oktober 2013. Pada saat peningkatan

penelusuran mengenai ‘smart city,’ masing-masing kota sedang menyelenggarakan

pertemuan internasional. Pada 22-24 April 2015, Kota Bandung mengadakan Asia

Africa Smart City Summit 2015. Pada 2-5 Juni 2015, Kota Amsterdam mengadakan

Smart City Event 2015. Dan, pada 2-4 Oktober 2015, Kota Bogota mengadakan Smart

City Expo 2013. Data ini menujukkan bahwa konferensi internasional dapat

(10)

Grafik 4. Perbandingan Google Trends: Smart City Bandung, Amsterdam, dan Bogota23

Sejalan dengan fakta di atas, AASCS mampu meningkatkan perhatian publik

terhadap Bandung Smart City. Selain itu, konferensi AASCS secara tidak langsung juga

telah meningkatkan daya tawar kota Bandung dalam pergaulan internasional. Setelah

kegiatan AASCS ini kota Bandung menerima banyak kunjungan perwakilan luar negeri

untuk membahas peluang kerja sama dan investasi. Oleh karena itu, penyelenggaraan

AASCS memiliki peran penting dalam kemajuan upaya paradiplomasi kota Bandung.

Kesimpulan

Paradiplomasi Kota Bandung yang dilakukan melalui kegiatan AASCS

merupakan upaya untuk mempromosikan konsep smart city dan menggalang solidaritas

sesama kota di Asia Afrika. Momentum penyelenggaraan AASCS yang bersamaan

dengan kegiatan peringatan KAA ke-60 memberikan manfaat untuk meningkatkan

popularitas Bandung Smart City. Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah besar perwakilan

negara-negara di Asia Afrika dan kantor berita internasional yang datang untuk

melakukan liputan di kota Bandung.

Pasca penyelenggaraan AASCS, Kota Bandung ditunjuk sebagai perwakilan

Asia dalam deklarasi Global Smart City and Community Coalition (GSCCC), setelah

berhasil mengadakan AASCS. Hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan kegiatan

AASCS mampu meningkatkan daya tawar Kota Bandung di tingkat internasional. Selain

itu, keberhasilan Kota Bandung tidak lepas dari peran walikota Ridwan Kamil. Sehingga,

dua faktor utama pendukung kesuksesan paradiplomasi Kota Bandung yaitu banyaknya

jumlah media dan kecakapan Ridwan Kamil selaku walikota dalam membangun

(11)

Sementara itu, kegiatan AASCS berfungsi meningkatkan daya tawar bagi Kota

Bandung dalam aktivitas paradiplomasinya. Selain itu, kegiatan AASCS juga mampu

meningkatkan popularitas konsep Bandung Smart City. Melalui data penelusuran

informasi daring, konferensi AACSS mampu meningkatkan minat pencariaan informasi

mengenai ‘Bandung Smart City’ secara signifikan. Sehingga, kegiatan AASCS memiliki

peran penting dalam kemajuan upaya paradiplomasi kota Bandung mengenai Bandung

Smart City.

Daftar Pustaka

Ardisasmita, A., ‘Langkah Bandung Dalam Mengimplementasikan Kota Cerdas (Smart

City).’ https://id.techinasia.com/.

Alexander, H., ‘Besok, "Asia Africa Kota Cerdas (Smart City) Summit 2015" Resmi

Digelar.’ http://kompas.com.

Alexander, H., ‘Pesan Para "Singa" Dan "Macan" Asia-Afrika Kepada Dunia.’ http://kompas.com.

Bappeda Kota Bandung, Dokumen Penyusunan Rencana Induk Bandung Kota Cerdas

(Bandung Smart City)(Bandung: Bappeda Kota Bandung, 2013)

Duchacek, I., ‘Perforated Sovereignties and International Relations: Trans-Sovereign

Contacts of Subnational Governments,’dalam Federalism and International

Relations: The Role of Subnational Units, diedit oleh Hans J. Michelmann dan P.

Soldatos (Oxford: Clarendon Press, 1990).

Damayanti, C. ‘Potensi Paradiplomasi Dalam Mendukung Kinerja Diplomasi Indonesia

Menuju Komunitas Asean,’ Jurnal Transformasi XIV (2012).

Diskominfo Kota Bandung, Porta 2013-2015 http://portal.bandung.go.id/.

Hennida, C. ‘Diplomasi Publik Dalam Politik Luar Negeri,’ Jurnal Masyarakat

Kebudayaan dan Politik 22 (2010).

Hanggarin, P. dan R. Hendrowati, R., ‘Pemanfaatan Teknologi Informasi dan

Komunikasi dalam Diplomasi Indonesia dengan Tiga Negara ASEAN,’ Jurnal

Universitas Airlangga 23(2010).

Jati, A., ‘Apa Hambatan Penerapan Kota Cerdas (Smart City),’ http://detik.com.

Juhaeni, Jojo, ‘Perbandingan Tata Kelola Pemerintahan Antar Kota Lintas Negara (Sister

(12)

Lachapelle, G. dan S. Paquin, Mastering Globalization: New Sub'states' Governance and

Strategies (New York: Routladge, 2005).

Neves, Miguel Santos, ‘Paradiplomacy, Knowledge Regions and the Consolidation of

“Soft Power”JANUS.NETe-journal of International Relations 1 (2010).

Penelusuran ‘Bandung Smart City’ https://www.google.com/trends/.

Perbandingan Penelusuran ‘Smart City Bandung’, ‘Smart City Amsterdam’, dan ‘Smart

City Bogota’ https://www.google.Com/trends/.

Setkab RI, ‘Inilah Hasil-Hasil KTT Asia Afrika Ke-60, Di Jakarta, 22-23 April 2015,’

http://setkab.go.id/.

Ullman, Grayson, ‘U.S., Global Cities: From Partner to Smart City Coalition,’

http://statescoop.com/.

Wawancara dengan Drs. Dadang Hermawan, tanggal 3 Maret 2016 di Kantor Sub

Bidang Kerja sama Luar Negeri Pemerintah Kota Bandung.

Wawancara dengan Prof. Suhono Harso Suprapto, tanggal 4 April 2016 di Gedung

Labtek VIII Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung.

Catatan Kaki

1 Bappeda Kota Bandung, Dokumen Penyusunan Rencana Induk Bandung Kota Cerdas (Bandung Smart

City)(Bandung: Bappeda Kota Bandung, 2013).

2 A. Ardisasmita, Langkah Bandung Dalam Mengimplementasikan Kota Cerdas (Smart City) (2015). https://id.techinasia.com/ [diakses pada 2 November 2015].

3 A.Jati, Apa Hambatan Penerapan Kota Cerdas (Smart City)(201) http://detik.com [diakses 8 November 2015]

4 Putra Prima Perdana, Bandung Modern Butuh Rp 85 Triliun, Ridwan Kamil Mau Nyicil. (Tempo, 2016) http://m.tempo.com [diakses 14 April 2016]

5 Jojo Juhaeni, ‘Perbandingan Tata Kelola Pemerintahan Antar Kota Lintas Negara (Sister City) di

Pemerintahan Kota Bandung’, Jurnal Ilmiah Politea. 12(2015), halaman 74-75.

6 C. Hennida, ‘Diplomasi Publik Dalam Politik Luar Negeri’, Jurnal Masyarakat Kebudayaan Dan

Politik. Volume 22 (2010), halaman 17-23.

7 C. Damayanti, ‘Potensi Paradiplomasi Dalam Mendukung Kinerja Diplomasi Indonesia Menuju

Komunitas Asean’, Jurnal Transformasi. XIV (2012), halaman 2.

8 P. Hanggarin dan R. Hendrowati, ‘Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam

Diplomasi Indonesia Dengan Tiga Negara Asean’, Jurnal Universitas Airlangga. 23 (2010),

halaman.277-285.

9 I. Duchacek, ‘Perforated Sovereignties and International Relations: Trans-Sovereign Contacts of

Subnational Governments’, dalam Federalism and International Relations: The Role of Subnational

Units, diedit oleh Hans H. J. Michelmann.dan P. Soldato (Oxford: Clarendon Press, 1990), halaman 1-33 (hal. 8).

10Op-Cit. p-11

11 Setkab RI, Inilah Hasil-Hasil KTT Asia Afrika Ke-60, Di Jakarta, 22-23 April 2015. (2015) http://setkab.go.id/ [diakses 29 Maret 2016].

12 H. Alexander, Besok, "Asia Africa Kota Cerdas (Smart City) Summit 2015" Resmi Digelar http://kompas.com [diakses 8 November 2015].

(13)

14 G. Lachapelle dan S. Paquin, Mastering Globalization: New Sub'states' Governance and Strategies (New York: Routladge, 2005).

15 G. Ullman, U.S., global cities partner to form smart city coalition (2015) http://statescoop.com/ [diakses 13 Februari 2016].

16 Kamalia Purbani, Smartcity Update Day 4 of the Washington & Amsterdam events. Wawancara oleh Smartcity Update (2015) http://www.youtube.com/ [diakses 15 Februari 2016].

17

Diskominfo Kota Bandung, Porta 2013-2015 http://portal.bandung.go.id/.

18 Wawancara dengan Drs. Dadang Hermawan, tanggal 3 Maret 2016 di Kantor Sub-Bidang Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Bandung.

19Yanto, ‘Ridwan Kamil, Karya Arsitekturnya Ada Di Penjuru Dunia’ (2011) http://bandung.bisnis.com/

[diakses 6 April 2016].

20 Wawancara dengan Prof. Suhono Harso Suprapto, tanggal 4 April 2016 di Gedung Labtek VIII Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung.

21Penelusuran ‘Bandung Smart City’

https://www.google.com/trends/ [diakses 12 April 2016].

22Ibid.

23 Dalam diagram perbandingan ini, garis tren ke bawah menunjukkan popularitas relatif istilah penelusuran menurun. Namun bukan berarti jumlah total penelusuran untuk istilah tersebut menurun. Popularitasnya hanya menurun dibandingkan dengan penelusuran lainnya. Lihat, Perbandingan

penelusuran ‘Smart City Bandung’, ‘Smart City Amsterdam’, ‘Smart City Bogota’

Gambar

Grafik 1. Data Penelusuran Berita: Bandung Smart City 2013-2015.21
Grafik 2. Data Penelusuran Youtube: Bandung Smart City 2013-2015.
Grafik 3. Data Penelusuran Daring Bandung Smart City.
Grafik 4. Perbandingan Google Trends: Smart City Bandung, Amsterdam, dan Bogota23

Referensi

Dokumen terkait

QoS on Multicore – Mikrotik Indonesia 20 10mbps 3mbps 3mbps name=User_A parent=q_parent limit-at=3M max-limit=10M name=User_B parent=q_parent limit-at=3M max-limit=10M

Budaya Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari pendidik dan anak didik. Antara mereka telah terjadi hubungan yang berlapis-lapis, baik antara murid dengan

Tingkat pengetahuan ini merupakan efek kognitif dari teori komunikasi S-O-R dimana dengan adanya stimulus mengenai logo baru XL, konsumen yang tidak mengetahui perubahan logo

Greenhalgh dan Rosenblatt (dalam Blackmore & Kuntz, 2011, h.8) mendefinisikan job insecurity sebagai perasaan tidak berdaya untuk mempertahankan kesinambungan

(OPS 2004, 57.) Tähän tämän tutkimuksen viitekehykselle olennaiseen opetussuunnitelmassa mainittuun tavoitteeseen on sekä opetushallituksen oppimistulosarvioinnin,

Jika selama Perjalanan, Anda harus menghadiri pernikahan, pemakaman, konferensi atau acara olahraga yang sudah diatur sebelumnya dan tidak dapat ditunda karena

krisis yang berkepanjangan ini dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan perusahaan-perusahaan perbankan lainnya. Kepuasan nasabah merupakan suatu bentuk pelayanan

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemandirian daerah Kabupaten Sleman yang diukur melalui Pendapatan Asli Daerah hanya mencapai rata-rata 11,99% untuk setiap