• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTA DAN OPINI.docx (100Kb)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTA DAN OPINI.docx (100Kb)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH UTAMA

DASAR-DASAR JURNALISTIK

(2)

FAKTA

Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat argumen, misalnya “berdasarkan tulisan Leonardo Da Vinci…”, “mengutip kata Shakespeare…”, “menurut hasil survey yang dilakukan oleh BSI…”, dll.

Kalimat fakta itu kejadiannya sudah terjadi dan pasti dan biasanya disertai dengan waktu kejadian. misalnya seperti “kebakaran yang terjadi di tanah abang senin kemarin telah memakan 8 orang korban jiwa”.

Fakta berasal dari bahasa latin yaitu Factus yang bisa diartikan sebagai hal atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi dan bisa dibuktikan kebenarannya. Informasi yang didengar dapat disebut fakta apabila informasi itu merupakan peristiwa yang berupa kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia: fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar – benar ada atau terjadi. Kalimat yang berisi ada pelaku, tempat kejadian, waktu, jumlah, bagaimana kejadian/peristiwa tersebut terjadi, atau ada rincian yang jelas, serta tidak bisa dibantah kebenarannya, maka kalimat tersebut berupa kalimat fakta.

Kalimat fakta ada 2 jenis, yaitu:

1. Fakta Umum

Fakta umum adalah fakta yang kebenarannya berlaku sepanjang jaman. Contohnya: matahari terbit di timur dan terbenam di barat.

2. Fakta Khusus

(3)

Kalimat fakta mempunyai beberapa ciri, antara lain sebagai berikut:

1. Dapat dibuktikan kebenarannya.

2. Memiliki data yang akurat misalnya tanggal, tempat ,waktu kejadian. 3. Memiliki narasumber yang dapat dipercaya.

4. Bersifat obyektif (apa adanya dan tidak dibuat-buat) yang dilengkapi dengan data berupa keterangan atau angka yang menggambarkan keadaan.

5. Sudah dipastikan kebenaranya.

10. Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat argumen, misalnya “berdasarkan tulisan Leonardo Da Vinci…”, “mengutip kata Shakespeare…”, “menurut hasil survey yang dilakukan oleh BSI…”, dll.

Contoh-contoh kalimat fakta:

1. Pemprov Jateng mendapatkan proyek peningkatan jalan dari dana APBD sebesar Rp 20 miliar.

2. Bank Dunia memberikan bantuan sebesar Rp 240 miliar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas jalan di ruas Semarang Kota , jalan Kaligawe, dan lingkar Demak.

3. Di Mega Kuningan Jakarta, pada tanggal 17 Juli 2009 kemarin terjadi ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton.

4. KPK sedang menyelidiki kasus alih fungsi hutan menjadi kawasan perkotaan dan pelabuhan di dua provinsi.

5. KPK melakukan investigasi terhadap beberapa proyek pembangunan di Indonesia

6. Denpasar adalah ibukota Bali.

7. Ir. Soekarno adalah presiden pertama Indonesia. 8. 1 jam terdiri dari 60 menit

9. Indonesia adalah negara kepulauan.

(4)

OPINI

Opini adalah salah satu kata yang hampir selalu berdampingan dengan kata fakta dan keduanya memliki perbedaan yang sangat jelas dan artikel kali ini tujuannya juga untuk menjelaskan keduanya baik dari sisi pengertian maupun melalui contoh - contoh kalimat opini dan fakta untuk membedakan antara keduanya.

Menurut Wikipedia opini (opinion) adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian. Meskipun bukan merupakan sebuah fakta akan tetapi jika suatu saat suatu opini dapat dibuktikan maka opini tersebut akan berubah menjadi sebuah fakta. Dari dua pengertian diatas, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa opini adalah kebalikan dari fakta.

Kalimat opini mempunyai dua jenis, yaitu:

1. Kalimat opini perorangan adalah kalimat pendapat atau gagasan yang dikeluarkan oleh orang tertentu. Contoh: Berjalan sejauh 1km cukup melelahkan.

2. Kalimat opini umum adalah kalimat pendapat yang diakui oleh semua orang. Contoh: Mandi pada malam hari menyebabkan penyakit rematik.

Ciri-ciri kalimat opini adalah sebagai berikut:

1. Tidak dapat dibuktikan kebenaranya.

2. Bersifat subyektif dan dilengkapi uraian tentang pendapat, saran, atau ramalan tentang sebab dan akibat terjadinya peristiwa.

3. Tidak terdapat narasumber/atas pemikiran sendiri. 4. Tidak memiliki data yang akurat.

5. Berisi tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi, berisi jawaban atas pertanyaan: mengapa, bagaimana, atau lalau apa.

6. Menunjukkan peristiwa yang belum atau akan tejadi pada masa yang akan datang (baru berupa rencana).

7. Kalimat opini itu belum pasti kejadiannya.dan biasanya diawali dengan kata kata seperti “menurut saya”, “sepertinya”, “saya rasa”.

8. Pendapat atau argumen seseorang.

9. Informasi yang belum dibuktikan kebenarannya.

(5)

Contoh-contoh kalimat opini adalah sebagai berikut:

1. Lari sejauh 1km meter sangat melelahkan

2. Sayur itu akan terasa lebih sedap jika ditambah sedikit garam. 3. Ruang kamar tidurku sangat sempit.

4. Tidak makan selama 12 jam membuat kita kelaparan. 5. Bandar Lampung adalah kota paling ramah di Indonesia 6. Orang yang kurus hidupnya penuh dengan masalah. 7. Jika aku hidup di Eropa, pasti lebih menggembirakan.

8. Jika indonesia dipimpin oleh pemuda, pasti Indonesia lebih maju. 9. Harga bahan bakar minyak semakin mahal.

10. Pengedar narkoba harus dihukum dengan hukuman mati.

Dari contoh kalimat dan penjelasan diatas, bisa disimpulkan perbedaan opini dan fakta sebagai berikut:

Fakta Opini

1 Isi sesuai dengan kenyataan Isi dapat sesuai/ tidak sesuai dengan kenyataan

2 Mengandung kebenaran sesuai

dengan kenyataan Bisa benar/salah bergantung pada data pendukungnya

3 Pengungkapan cenderung

deskriptif dan apa adanya Cenderung argumentatif dan persuasif

4 Menggunakan jenis penalaran induktif

(6)

Membedakan Fakta dan Opini Jurnalistik

Dalam praktik jurnalisme, sering ditemui banyak hambatan dalam upaya verifikasi informasi di lapangan. Seorang jurnalis yang turun ke lapangan untuk menggali informasi atas sebuah kejadian, pasti akan dihadapkan dengan riuh informasi di sekitar kejadian tersebut. Seringkali, banjir informasi di tempat kejadian tersebut lebih sering membingungkan si jurnalis daripada membantunya menulis berita.

Satu kata kunci yang berlaku dalam situasi tersebut adalah obyektivitas. Prinsip ini menuntut metode pengujian informasi yang konsisten, juga transparansi dalam mengumpulkan dan menguji bukti-bukti. Hal ini penting agar bias personal dan kultural tak melemahkan akurasi hasil kerja jurnalisme.

Maka dalam pemberitaan tersebut pertama-tama adalah pandangan objektif tentang apa yang tejadi. Pendapat-pendapat dari berbagai macam sumber bisa dikesampingkan terlebih dahulu untuk mendapatkan fakta. Pencarian fakta bisa pertama-tama dilakukan dengan observasi sederhana dengan mengandalkan panca indra si jurnalis. Pertanyaan-pertanyaan awal seperti: apa yang sebenanya terjadi, bisa dijawab sementara dengan observasi atas apa yang terlihat di tempat kejadian, atau bagaimana kita menyajikan peristiwa itu secara “telanjang”.

Pandangan subjektif dari si jurnalis atas peristiwa tersebut memang sulit dihindari. Dalam kejadian tersebut bisa jadi ada perasaan personal yang timbul dari si penulis, misal, ketika melihat korban kecelakaan. Namun metode untuk mencapai objektivitas yang dipraktikan itulah yang obyektif, bukan jurnalisnya. Metode itu merupakan penangkal seketika bagi masuknya unsur opini–juga spekulasi, klaim, dan retorika. Dengan contoh penyampaian kejadian seperti di atas, subjektivitas dari jurnalis bisa diminimalisir.

Namun fakta itu tidak bisa berdiri sendiri dalam sebuah pemberitaan. Hal ini dikarenakan ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab. Pertanyaan pertanyaan tersebut sulit dijawab secara faktual karena si jurnalis tidak melihat sendiri proses kejdidan tersebut. Di sinilah opini diperlukan untuk membantu fakta yang belum lengkap tersebut.Opini yang biasa didapatkan dari para sumber di sekitar lokasi kejadian ini tentu tidak mewakili keseluruhan kebenaran. Tetapi paling tidak opini-opini tersebut dapat memberikan tambahan gambaran peristiwa pada pembaca karena keterbatasan penggalian fakta.

(7)

data dengan baik. Dalam penulisan berita pun, terdapat metode yang harus dipatuhi untuk dapat menyajikan fakta dan opini secara proporsional agar memudahkan pembaca dalam memahami kebenaran dalam sebuah peristiwa.

Pembuatan Opini, Tajuk Rencana (Editorial), Artikel, Kolom (Essai) dan

resensi

Pembuatan antara opini, tajuk rencana, artikel, kolom dan resensi mempunyai spesifikasi masing-masing yang sangat berbeda. Antara satu tema rubrik tajuk opini pasti akan berbeda dengan rubric opini, begitupun yang lainnya. Sehingga dibawah ini akan dipaparkan spesifikasi masing-masing.

A. Opini

Bila berita sebagai hasil konstuksi dari peristiwa (fakta) dan dituntut obyektif dalam penyajiannya, maka tidak demikian halnya dengan opini. Opini bukan merupakan konstruksi peristiwa, tetapi lebih pada penilaian terhadap peristiwa (fakta), jadi terdapat unsure-unsur subyektifitas penulis dalam penyajiannya. Penulisannya tidak berdasarkan pada 5W+IH sebagaimana berita.

Langkaha awal yang harus dilakukan sebelum mengumpulkan bahan dan menulis opini dalah menentukan tema (problem yang akan diurai). Tema merupakan bentangan benang-merah dalam benak penulis yang menggambarkan tujuan tulisan, merupakan gagasan pokok. Tanpa tema tulisan opini tidak akan utuh dan menentu arahnya. Ada beberapa bentuk penulisan opini dalam jurnalistik; artikel, kolom, esai, resensi. Beberapa bentuk tulisan tersebut lazimnya merupakan ruang bagi pembaca.

(8)

Syarat-syarat Opini

– Orsinil

– Faktual, Aktual

– Bersifat ilmiah

– Sistematis

– Mengandung gagasan atau ide

– Menggunakan bahasa yang baik dan benar (Sesuai dengan kaidah bahasa, baik Indonesia ataupun serapan).

B. Tajuk Rencana (Editorial)

Suatu karya tulis yang merupakan pandangan redaksi terhadap suatu fakta/realitas, karena merupakan pandangan redaksi maka tajuk bersangkutan dengan penilaian redaksi. Tajuk rencana memuat fakta dan opini yang disusun secara ringkas dan logis.

Yang perlu diperhatikan dalam membuat tajuk

– Judul yang sifatnya meghimbau pembaca

– Kalimat untuk lead (paragraf awal) tidak terlalu panjang

Tajuk rencana yang baik mengandung keseimbangan antara hasil karya seorang ilmuan dan seorang seniman. Denga jiwa ilmuan, dimaksudkan dalam menentukan dan menganalisa problema bersifat logis, sangat mempertimbangakn temuan-temuan dalam mengurai problem. Dengan semangat seniman, dimaksudkan lebih pada penyajian hasil analisa dalam bentuk tulisan agar lebih enak dibaca.

C. Artikel

(9)

Tema dalam bahasan artikel bisa berupa apa saja, dari teknologi sampai politik, dari masalah yanglebih kecil sampai pada masalah yang paling besar.

D. Kolom / Essai

Sama halnya dengan artikel, menulis kolom diperlukan menentukan permasalahan yang akan diurai, juga sistematisasi permasalahan untuk ditarik benang merah. Ini dimaksudkan untuk menjadikan lebih terarah. Dalam penulisannya, kolom tidak ketat seperti artikel. Bahasa yang digunakan lebih lentur, mudah dipahami, terkesan santai dalam memaparkan idenya.

Dalam essai lebih longgar lagi dan tulisannya lebih pendek dari kolom. Biasanya karakter penulis tercerminkan dalam tulisan essai kekhasan personal lebih ditonjolkan. Sama halnya dengan kolom dalam memaparkan idenya terkesan santai, bahasanya lentur,alur bahasa lebih lugas. Juga seperti halnya dalam penulisan opini yang lain, ada permasalahan yang diuraikan.

E. Resensi

(10)

Sumber, Bukti, dan Fakta Sejarah

Sumber Sejarah adalah peninggalan-peninggalan masa lampau yang dapat di jadikan sebagai bahan untuk menyusun sejarah. Bukti dan fakta sejarah merupakan kumpulan data data yany dahulu di seleksi secara teliti dan hati hati Fakta berasal dari bahasa latin yang berbunyi faktus (facerel) yang berarti selesai mengerjakan. Fakta di peroleh melalui penafsiran data yang terdapat pada berbagai sumber.

Sumber sejarah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Sumber Benda: sumber yang diperoleh dari benda-benda peninggalan sejarah, seperti candi, patung, kapak persegi, kapak lonjong, logam uang dan sebagainya

b. sumber tertulis: sumber yang di peroleh dari peninggalan-peninggalan tertulis yang mencatat peristiwa yang terjadi pada lampau, seperti prasasti piagam, autobiografi, dokumen, koran, dan sebagainya

c. sumber lisan: sumber yang diperoleh dari pelaku sejarah atau saksi sejarah.

Sumber Lisan dibedakan menjadi 2 yaitu

1) Sumber Primer: sumber yang diperoleh dari pelaku Sejarah, seperti tokoh sejarahnya dan berada di tempat kejadian

2) Sumber Sekunder: sumber yang diperoleh dari saksi-saksi dalam peristiwa sejarah, seperti seseorang yang tahu peristiwa tersebut karena menonton tv atau membaca koran diwaktu dan dia tidak ditempat kejadian

Dalam penentuan usia sumber sejarah pada masa lampau di bedakan menjadi 3 yaitu:

a. Tipologi: penentuan usia benda berdasarkan bentuk (tipe) dari peninggalan tersebut.

b. Stratifigrafi: penentuan usia benda berdasarkan lapisan tanah.

c. Kimiawi: penentuan usia benda berdasarkan unsur-unsur kimia yang dikandung oleh benda tersebut.

2. Bukti dan Fakta Sejarah

(11)

b. Fakta sejarah yaitu keterangan tentang terjadinya peristiwa yang didasarkan pada bukti-bukti yang ditinggalkan sesudah mengalami pengujian secara cermat.

Fakta Sejarah dibedakan menjadi 3 macam:

1) Fakta Benda yaitu benda-penda peninggalan sejarah yang menunjukan aktifitas kehidupan manusia purba, seperti tombak, kapak lonjong dan sebagainya

2) Fakta Mental yaitu fakta abstrak yang berupa keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat. seperti candi, menhir, moko dan sebagainya

3) Fakta Sosial yaitu prilaku individu atau kelompok yang berkembang pada pada masyarakat prasejarah, seperti mata uang, peralatan rumah tangga dan sebagainya.

Dalam fakta sejarah juga dibagi menjadi 2 macam yaitu

1. Fakta Lunak maksudnya fakta yang masih dapat dipertanyakan kebenarannya dan masih ditembukannya sumber-sumber sejarah baru yang dapat mematahkan teori yang sudah ada sebelumnya. Contohnya Peristiwa PKI siapa dalangnya masih belum jelas, Serangan Umum 1 Maret 1949, siapa penggagasnya kan masih belum jelas.

2. Fakta Keras (Hard Fact) maksudnya fakta yang tidak dapat dibantahkan kebenarannya, seperti 28 Oktober 1928 merupakan peristiwa Sumpah Pemuda II, 17 Agustus 1945 merupakan Proklamasi Kemerdekaan RI

Jadi, perbedaan fakta lunak dan fakta keras dilihat dari peristiwa tersebut itu masih bisa dipertanyakan dengan adanya sumber baru atau tidak.

Jenis fakta

Fakta sosial

Pelaku sejarah baik indifidu atau kelompok dalam kondisi sosial yang berkembang pada suata masyarakat pada zaman tertentu.Didalam nya juga menyangkut proses sosial stuktur sosial lembaga lembaga sosial masyarakat.umpama ;upacara adat istiadat,kemiskinan kriminalitas, perang dll.

(12)

Fakta Mental

Fakta mental (mentifact) Keseluruhan dari tatanan mental yang berkembang dalam masyarakat pada suatu zaman menjadi penggerak sejarah yang meliputi konsep konsep,ide ide gagasan,paham,opini,semangat,idiologi,aspirasi dsb.tradisi lisan merupakan bagian dari sumber dari fakta mental. Baan dari sumber lisan berupa cerita rakyat,mitos,foklore,merupakan mantifact,yang dapat di jadikan alat bantu dalam merekontrusi tatanan sosial masyarakat zaman itu ,tetapi arus lewat kritik sumber yang teliti.

BENTUK BENTUK PENELITIAN SEJARAH

1. Penelitian lapangan

Dalam melakukan penelitian lapangan seorang sejarawan datang ke lokasi kejadian atau tempat ditemukan nya peninggalan -penanggalan bersejarah. Tempat di temukan benda-benda bersejarah disebut situs . Jika peninggalan sejarah sudah disimpan di musium, para ahli dapat melakukan penelitian di musium, bila benda bersejarah itu masih terpendam peneliti sejarah harus melakukan penggalian /ekavasi. Jika peneliti perlu mendapat keteranggan langsung dari pelaku sejarah yang masih hidup sebagai sumber lisan, maka peneliti bisa melakukan metode wawancara

2. Penelitian kepustakaan

(13)

Kesimpulan

Jadi, kesimpulannya adalah fakta merupakan suatu kalimat berdasarkan kenyataan yang ada dan tidak dibuat buat oleh siapapun, sedangkan opini adalah kalimat pendapat atau ide yang dikemukakan oleh segelintir orang yang selalu berdampingan oleh fakta yang ada.

Keterkaitan fakta dengan opini dalam dunia jurnalis ialah para jurnalis dapat memberitakan sebuah hal atau kejadian yang berdasarkan fakta dengan cara observasi sederhana seperti mengajukan pertanyaan pertanyaan awal, lalu muncul lah sebuah opini karena sebuah fakta belum tentu terungkap semua sebab beberapa fakta kadang belum semua terjawab.

Referensi

Dokumen terkait

dengan pengembangan dan peningkatan sikap empati, untuk itu melalui observasi yang peneliti lakukan di sekolah tersebut terlihat bahwa guru BK sangat berupaya

Data kuantitatif yang diperoleh dalam proses penelitian ini berupa skor hasil penilaian kevalidan media pembelajaran oleh dosen ahli dan guru matematika, angket

Berbeda dengan iklan-iklan rokok lainnya yang menggunakan kegiatan-kegiatan seperti petualangan ataupun olahraga ekstrem seperti iklan Gudang Garam ,QWHUQDVLRQDO

Hasil ini berbeda dengan yang ditemukan oleh Jurniati dkk, (2008) dapatkan bahwa salah satu faktor psikologis yang menyebabkan kesepian adalah karena sebagian lansia

Pendidikan Mayor Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Selain itu hal lain yang ingin dicapai adalah tersedianya pemetaan pegawai terutama yang terkait dengan kompetensi pegawai yang dapat dimonitor dan diupdate setiap saat oleh

Dari hasil skenario pengujian ,yang harus dilakukan dapat diperoleh hasil pengujian dari hasil skenario pengujian pada setiap pilihan yang ada pada aplikasi Forum

Untuk itulah kemudian, manajemen keorganisasian terhadap sebuah destinasi pariwisata menjadi suatu keharusan, bukan sebagai bentuk implementasi dari perencanaan