• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERANG ANTAR SUKU DANI DAN SUKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERANG ANTAR SUKU DANI DAN SUKU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERANG ANTAR SUKU DANI DAN SUKU MONI

DI PAPUA DALAM KAJIAN INTEGRASI NASIONAL DAN

KONFLIK DALAM MASYARAKAT INDONESIA

Tugas Ujian Kompetensi Dasar III

Mata Kuliah Sistem Sosial dan Budaya Indonesia

Dosen Pengampu:

Firdastin Ruthnia, S.Sos., M.Si.

Disusun oleh :

Ratna Analisa (D0213074)

Ilmu Komunikasi – B

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ANALISIS PERANG ANTAR SUKU DANI DAN SUKU MONI

DI PAPUA DALAM KAJIAN INTEGRASI NASIONAL DAN

KONFLIK DALAM MASYARAKAT INDONESIA

A. Pendahuluan

Integrasi nasional merupakan sebuah usaha dan proses untuk

mempersatukan perbedaan dan keanekaragaman yang ada di suatu negara hingga akhirnya tercipta sebuah keserasian dan keselarasan nasional. Dalam Wikipedia Indonesia menjelaskan bahwa integrasi memiliki dua pengertian yaitu

pengendalian terhadap konflik dan membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.1

Pencapaian integrasi secara utuh bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi di Indonesia yang masyarakatnya memiliki diversitas sangat tinggi. Indonesia sebagai negara yang masih berkembang seringkali kesulitan mencapai integrasi dan bahkan masalah integrasi ini lebih mendesak daripada masalah ekonomi ataupun masalah yang lainnya. Indonesia dengan diversitas suku bangsa, agama, dan pelapisan sosial masyarakat pada kenyataannya telah membentuk kelompok atau gap yang berjalan sendiri-sendiri dan sulit untuk disatukan menjadi sebuah sistem yang utuh dan selaras secara nasional.

Kesulitan untuk menyatukan berbagai unsur tersebut pada akhirnya akan menimbulkan konflik-konflik akibat adanya keberlawanan ataupun

kebertentangan prinsip antar unsur kelompok. Konflik merupakan sesuatu yang dihindari tapi pada kenyataannya konflik tetap menjadi suatu jalan bagi setiap orang atau lembaga ketika kesepahaman sulit untuk dicapai dan adanya rasa terusik akibat ketidaksepahaman tersebut.

(3)

Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan diversitas suku yang sangat tinggi. Papua dengan populasi penduduk sekitar 2.831.381 jiwa terdiri dari suku bangsa yang jumlahnya cukup banyak baik suku bangsa asli maupun suku bangsa pendatang.2 Keberagaman yang ada di tanah Papua ini kerap menjadi

sumber timbulnya konflik atau perselisihan yang berakhir dengan perang antar suku. Seringnya terjadi perang antar suku juga diakibatkan karena masih

primitifnya masyarakat Papua yang lebih memilih menyelesaikan konflik dengan cara nenek moyang mereka.

Papua hingga saat ini masih menyimpan berbagai macam permasalahan sosial terutama konflik atau perang antar suku. Konflik sosial yang terjadi di Papua sangat beragam dan mencakup semua aspek kehidupan, mulai dari aspek sosial, budaya, politik dan ekonomi. Konflik yang terjadi beberapa tahun

belakangan ini juga tidak terlepas dari pokok permasalahan tersebut, seperti yang belum lama ini terjadi yaitu perang antar suku Dani dan suku Moni di Kabupaten Mimika yang hanya diakibatkan perebutan lahan irigasi.

Makalah ini akan membahas mengenenai analisis konflik yang terjadi di Papua dalam kajian integrasi nasional dan konflik dalam masyarakat Indonesia. Makalah juga akan memberikan solusi atau penyelesaian yang mungkin dapat dilakukan terhadap konflik yang terjadi tersebut.

B. Analisis Perang Antar Suku Dani dan Suku Moni di Papua

1. Perang antar suku di Papua dalam kajian integrasi nasional

Struktur masyarakat Papua yang penuh dengan pluralitas telah banyak dan akan selalu menimbulkan persoalan integrasi nasional karena hingga saat ini belum ada solusi yang tepat untuk mengakhirinya. Papua memliiki

masayarakat yang majemuk, hal ini dibuktikan karena masyarakat Papua memenuhi karakteristik masyarakat majemuk yaitu: terjadi segmentasi ke

(4)

dalam bentuk kelompok-kelompok yang memiliki subkebuyaan yang berbeda, kurang mengembangkan konsensus tentang nilai sosial yang mendasar, sering terjadi konflik antar kelompok dan secara relatif integrasi terjadi karena adanya coercion atau paksaan. Masyarakat Papua merupakan masyarakat dengan tingkat diferensial yang tinggi dengan banyak lembaga

kemasyarakatan namun tetap saling bergantung.3

Kesatuan sosial yang tersegmentasi berdasarkan ikatan primordialisme dengan subkebudayaan yang berbeda tentu saja akan sangat rawan

menimbulkan konflik antar segmen masyarakatnya. Hal ini terjadi di antara suku Dani dan suku Moni di Papua, meskipun meraka sama-sama dalam naungan budaya Papua namun subkebudayaan meraka berbeda, primordial mereka sangat tinggi terhadap sukunya masing-masing, hal ini menyebabkan suatu konflik kecil pun pada akhirnya berakhir dengan peperangan.

Integrasi nasional bisa tercapai ketika terdapat kesepakatan masyarakat akan nilai umum tertentu. Nilai umum tersebut juga lebih lanjut harus dihayati dengan benar melalui proses sosilalisasi. Di Indonesia terdapat suatu

pengakuan bertumpah darah satu, berkebangsaan satu dan berbahasa satu, Indonesia. Pengakuan tersebut menjadi konsensus umum bagi masyarakat Indonesia.4 Jika pengakuan tersebut benar-benar dihayati oleh setiap

masyarakat Indonesia maka akan menjadi suatu alat intergasi yang luar biasa dan tidak akan ada lagi konflik bahkan peperangan seperti yang terjadi di Mimika Papua antara suku Dani dengan suku Moni.

Integrasi nasional bisa terhambat dipengaruhi oleh dua dimensi yaitu dimensi horizontal dan dimensi vertikal seperti yang dikemukakan oleh R. William Liddle. Dimensi horizontal berupa masalah akibat adanya perbedaan suku, ras, agama dan aliran yang lainnya. Dimensi ini sering terjadi karena adanya kekentalan primordialisme masyarakat. Sedangkan dimensi vertikal

3 Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, CV Rajawali, Jakarta, 1989, hal. 67-68.

(5)

berupa masalah yang terjadi akibat munculnya kelompok-kelompok tertentu yang menjelma sebagai jurang pemisah antara mayoritas dengan minoritas atau antara golongan elit dengan golongan masyarkat biasa. Hal tersebut kemudian akan menimbulan rasa keterasingan atau rasa kecemburuan dari golongan minoritas atau rakyat biasa.5 Perang yang terjadi di Mimika Papua

jelas merupakan konflik dalam dimensi horizontal karena terjadia antar suku yang masing-masing memegang primordial yang tinggi.

Masyarakat Indonesia yang beragam disegala aspek kehidupan sangat rawan terjadi konflik dan oleh kerenanya integrasi nasional pun akan sulit dicapai. Konflik yang menghambat intgrasi nasional tersebut diantaranya terjadi karena6:

a. Salah satu suku bangsa mendominasi suku bangsa lain secara politis. Konflik berupa pertentangan akibat pembagian status kekuasaan yang tidak merata.

b. Warga dari dua suku saling bersaing untuk mendapat lapangan mata pencaharian hidup bersama

c. Warga dari satu suku memaksakan kebudayaan mereka kepada warga suku yang lain

d. Warga dari satu suku berusaha mendominasi suku lain secara ideologis

e. Hubungan antara suku bangsa yang telah bermusuhan secara adat

2. Perang antar suku di Papua dalam kajian konflik

5Ibid. hal. 200-201.

(6)

Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang masih sangat sedikit tersentuh modernisasi, masyarakatnya masih banyak yang tinggal di

pedalaman dan cenderung menolak modernisasi yang datang. Masyarakat Papua mayoritas masih dapat dikatakan primitif karena masih memegang teguh apa yang diturunkan nenek moyang termasuk meniru cara nenek moyang dalam menyelesaikan masalah. Setiap terjadi suatu masalah masyarakat suku adat Papua menetapkan babi sebagai denda yang harus dibayarkan kepada pihak yang dirugikan dan jika tidak dituruti maka perang antar suku akan dilakukan. Selain itu jika ada anggota mereka mati karena ulah suku lain maka mereka akan membalas membunuh anggota suku lain tersebut, bagi mereka nyawa harus dibayar dengan nyawa yang setimpal.

Tanah Papua masih menyimpan banyak permasalahan sosial termasuk yang sering diungkap ke permukaan adalah permasalahan berupa konflik atau peperangan antar suku. Papua yang terdiri dari banyak suku tersebut masing-masing memiliki subkebudayaan yang berbeda dan memegang primordialisme yang sangat tinggi. Ketika ada seseorang atau sesuatu dari bagian sukunya merasa dirugikan bahkan sekecil apapun oleh suku lain, mereka akan merasa turut dirugikan hingga akhirnya masalah sepele pun bisa berakhir perang diantara suku tersebut. Permasalahan masa lalu dalam internal antar suku pun kerap kali masih diungkit hingga sekarang. Penyelesaian secara damai pun sulit untuk dilakukan karena mereka memilih untuk menyelesaikan masalah dengan cara adat mereka sendiri.

(7)

lokasi Kali Iwaka dan kompleks Djayanti Kuala Kencana dan Jembatan Kali Pindah-pindah.7

Meskipun sebenarnya telah ada perjanjian damai pada bulan Februari namun pada kenyataannya konflik perebutan lahan tersebut tetap berlanjut hingga 4 Maret 2014. Suku Dani dan Suku Moni terlibat saling serang dan membuat Kampung Mimika Gunung, Jayanti, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika mencekam mulai 7 Maret 2014. Perang berakhir dengan adanya pembubaran paksa oleh pemerintah setempat dan memakan 4 korban tewas serta ratusan warga luka akibat benda tajam.8

Selanjutnya 17 Maret pemerintah setempat membentuk satuan tugas (satgas) yang berfokus untuk menyelesaikan peperangan tersebut.9 Namun

ternyata pada konflik tersebut tetap berbuntut panjang. 27 Maret 2014 dua orang tewas dibantai secara sadis, kedua korban diyakini memiliki kaitan dengan konflik Dani-Moni.10 Pada akhirnya 3 April 2014 kedua kubu

menggelar prosesi bakar batu sebagai bentuk perdamaian.11 Diluar dugaan

ternyata konflik tetap berlanjut dan terjadi perang lagi pada awal Mei 2014.12

Jika ditilik dari kajian konflik, sebenarnya konfilk memang merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dalam hidup manusia namun tidak bisa dibenarkan jika konflik tersebut diikuti dengan kekerasan seperti pearang antara suku Dani dan suku Moni. Di Indonesia sendiri memang beberapa masyarakat tertentu menganggap penyelesaian konflik dengan kekerasan merupkan suatu adat tersendiri dan tertanam kuat dalam mindset mereka oleh karenanya masih sulit untuk dihentikan.

(8)

http://www.antaranews.com/berita/420031/masyarakat-suku-moni-dan-dani-saling-balas-bakar-Intensitas terjadinya konflik di Indonesia memiliki indikator sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Nasikun13:

a. Demonstrasi tanpa kekerasan yang dilakukan untuk memprotes rezim pemerintahan

b. Kerusuhan yang menggunakan kekerasan fisik ditandai dengan adanya spontanitas akibat insiden dari suatu kekacauan

c. Serangan bersenjata atau armed attack berupa kekerasan untuk melemahkan pihak lain

d. Kematian akibat adanya kekerasan politik

e. Governmental sanction yang diambil penguasa untuk menetralisir ancaman terhadap keamanan pemerintah

Peperangan antar suku Dani dan suku Moni termasuk dalam indikator armed attack atau serangan bersenjata. Armed attack ditandai dengan adanya pertumpahan darah, pergulatan fisik maupun perusakan barang-barang. Armed attack yang dilakukan suku Dani maupun suku Moni bertujuan untuk

kepentingan mempertahankan tanah adat yang diklaim oleh masing-masing pihak.

Jacobus Ranjabar dalam bukunya mengutip pengklasifikasian konflik yang dikemukakan oleh H. Kusnadi dan Bambang Wahyudi.14 Pengklasifikasian

cukup kompleks mencakup berbagai macam aspek. Berikut adalah analisis pengklasifikasian konflik perang suku Dani dan suku Moni di Papua:

a. Menurut hubungannya dengan tujuan organisasi perang antara suku Dani dan suku Moni termasuk jenis konflik disfungsional. Konflik jenis ini menghambat tercapainya tujuan organisasi dalam hal ini berupa integrasi nasional. Konflik ini juga kerap bersifat destruktif

13 Nasikun, Op. Cit. hal. 82-91.

(9)

atau merusak sehingga akan merugikan banyak pihak jika penyebabnya tidak dieliminasi semaksimal mungkin.

b. Menurut hubungannya dengan posisi pelaku yang berkonflik perang antara suku Dani dan suku Moni termasuk jenis konflik horizontal. Konflik ini terjadi antara sesama suku asli Papua yang memiliki derajat atau kedudukan yang sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah kedudukannya antara suku Dani maupun suku Moni.

c. Menurut hubungannya dengan sifat pelaku yang berkonflik perang antara suku Dani dan suku Moni termasuk jenis konflik terbuka. Perang tersebut diketahui oleh banyak pihak atau masyarakat Indonesia.

d. Menurut hubungannya dengan waktu perang antara suku Dani dan suku Moni termasuk jenis konflik berkelanjutan. Konflik jenis ini berlangsung dalam waktu yang lama dan sulit untuk diselesaikan, seperti perang antara kedua suku tersebut, meskipun telah dicapai kata damai namun tetap saja di kemudian hari tidak menutup kemungkinan akan ada konflik lanjutan yang baru.

e. Menurut hubungannya dengan pengendalian perang antara suku Dani dan suku Moni termasuk jenis konflik tidak terkendali. Konflik yang terjadi tidak dapat dengan mudah dikendalikan dan bahkan semakin meluas.

(10)

g. Menurut hubungannya dengan konsentrasi aktivitas manusia di dalam masyarakat perang antara suku Dani dan suku Moni termasuk jenis konflik budaya serta konflik pertahanan.

Secara umum perang antara suku Dani dan suku Moni jelas masuk dalam konflik horizontal. Konflik ini cenderung mengikat dan cenderung diwarnai dengan tindakan kekerasan, penghancuran harta benda, pembunuhan dan bahkan pelenyapan etnis tertentu.15 Konflik ini dipicu saling klaim tanah

ulayat dan adanya dorongan emosional akibat adanya primordialisme yang kental akan masing-masing suku.

Namun di sisi lain, menurut Lewis Coser konflik juga memiliki fungsi terhadap sistem sosial, ia menolak bahwa hanya konsensus dan kerjasama yang memiliki fungsi integrasi. Menurut Coser konflik tidak hanya memiliki wajah negatif namun juga positif terhadap perubahan sosial.16

3. Solusi yang dapat diambil

Secara teoritis menurut Reza Sihbudi dan Moch Nurhsim ada beberapa upaya untuk mencegah konflik yang menghambuat integrasi nasional, yaitu17:

a. Memasukkan transformasi multikultural sebagai salah satu mata pelajaran dari sekolah hingga perguruan tinggi.

b. Pemberdayaan ekonomi rakyat secara nasional agar tidak terjadi kesenjangan struktural dan kultural

c. Pemerintah perlu membuat undang-undang kesederajatan hak warga negara

15 Jacobus Ranjabar. Op. Cit. hal. 217-218.

16 Novri Susan. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Prenada Media Grup, Jakarta, 2009, hal. 155.

(11)

d. Memisahkan kehidupan agama, suku, etnik, ras dan golongan dalam kehidupan politik bernegara

e. Mengeliminasi stereotip dan prasangka dalam masyarakat

Dalam kenyataannya untuk menangani perang antara suku Dani dan suku Moni pemerintah hanya melakukan upaya represif padahal konflik sejenis ini relatif sering terjadi di Papua. Pedamaian perang suku yang dilakukan oleh Pemda dan lembaga kemasyarakatan pada dasarnya memiliki pola penanganan yang sama. Perang suku dilihat sebagai suatu tindakan yang negative, kriminal dan bertentangan dengan hukum. Karena pemahaman semacam ini, perang suku harus dihentikan dan ditiadakan. Dengan pemahaman semacam ini, peran pemda dan lembaga kemasyarakatan tidak lebih dari seorang polisi penjaga yang hanya melerai dan menghentikan pertikaian.

Penanganan konflik seperti diatas bisa saja menyelesaikan masalah namun tetap memiliki kelemahan. Pola penanganan semacam ini bersifat parsial atau hanya efektif untuk satu kasus. Ketika kasus yang lain muncul maka perang akan muncul kembali. Meskipun perdamaian secara adat telah sering dilakukan untuk menghentikan dan mendamaikan pihak-pihak yang terlibat dalam perang suku, akan tetapi ketika masalah yang baru muncul maka perang kembali terjadi. Penanganan secara adat juga akan semakin memperkokoh keutamaan kategorisasi (kelompok) sosial. Padahal kategorisasi sosial justru menjadi penyebab utama dari berbagai konflik sosial. Ketika kultur setiap suku yang ada di pedalaman papua terus menerus dipertahankan dan mendapat legalitas secara politik maupun religious maka perang antar suku akan terus menerus terjadi.

(12)

tetap tidak bisa menghapus permasalahan hingga ke akarnya, permasalahan baru yang serupa sangat mungkin terjadi lagi dikemudia hari.

Solusi yang paling tepat untuk menghapus budaya perang antar suku ini adalah dengan mengubah mindset masyarakat Papua. Pemerintah harus berupaya lebih keras untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat Papua secara keseluruhan bahkan hingga ke masyarakat pedalaman yang masih sangat primitif. Upaya untuk mengubah mindset ini memerlukan proses dan kerjasama dari berbagai bidang mulai agama, pendidikan serta pemerintah agar mampu membgubah masyarakat Papua menjadi masyarakat yang lebih rasional, potitif dan openmind. Masyarakat Papua secara menyeluruh harus diedukasi tentang bagaimana memisahkan pesoalan pribadi dengan persoalan kelompok dan perlahan menghapus primordialisme yang berlebihan.

C. Kesimpulan

Perang antara suku Dani dan suku Moni terjadi karena kedua suku masih memiliki primordialisme yang sangat tinggi terhadap sukunya masing-masing. Permasalahan sepele yang bersumber dari perebutan lahan berakhir dengan perang yang memakan banyak korban tewas dan luka-luka serta kerusakan alat-alat akibat kerusuhan. Konflik semacam ini tentu sangat mengancam integrasi

nasional. Suku Dani dan suku Moni yang sama-sama merupakan penduduk Papua memiliki subkebudayaan yang berbeda dan memilih menyelesaikan konflik dengan cara nenek moyang mereka. Solusi yang paling tepat untuk menghentikan budaya perang yang ada di Papua adalah dengan mengubah mindset

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Nasikun. Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: CV Rajawali, 1989.

Ranjabar, Jacobus. Sistem Sosial Budaya Indonesia – Suatu Pengantar, Bandung: CV Alfabeta, 2013.

Susan, Novri. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta: Prenada Media Grup, 2009.

INTERNET

Antara News ( http://www.antaranews.com/berita/420031/masyarakat-suku-moni-dan-dani-saling-balas-bakar-alat-berat)

Indosiar.com ( http://www.indosiar.com/fokus/suku-moni-dani-kembali-perang-16-terluka_117435.html )

Kodam 17 Cendrawasih ( http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/berita/perang-antar-suku-dani-dan-suku-moni-berakhir-damai/ )

Liputan6.com ( http://news.liputan6.com/read/2019696/perang-suku-di-mimika-4-tewas )

Okezone.com ( http://m.okezone.com/read/2014/03/27/340/961421/buntut-bentrok-antarsuku-di-papua-2-warga-dibantai-secara-sadis )

Sinar Harapan ( http://sinarharapan.co/index.php/news/read/34068/gubernur-papua-hentikan-perang-antar-suku.html )

(14)

LAMPIRAN

Liputan6.com, Jakarta Perang antarsuku masih berlangsung di bumi Papua. Kali ini Suku Dani dan Suku Moni yang terlibat saling serang dan membuat Kampung Mimika Gunung, Jayanti, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika mencekam sejak Jumat 7 Maret 2014.

Perang dipicu sengketa lahan pada Selasa 4 Maret lalu. Sebanyak 4 orang dari kedua suku tewas dalam peperangan ini. Sementara ratusan orang lain

menderita luka-luka akibat benda tajam.

Orang terakhir yang tewas dari Suku Dani, yakni Puniel Mom. Dia tewas terkena senapan angin.

“Kamis sore di lokasi kejadian, setelah pembubaran paksa, kedua belah pihak telah sepakat untuk tidak berperang kembali dan akan menyelesaikan masalah batas lahan,” kata Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw di Jayapura, Jumat (7/3/2014).

“Saya harap dengan meninggalnya satu orang lagi, situasi di tempat kejadian tak kembali perang.”

Personel kepolisian pun disiagakan demi mengantisipasi terulangnya kembali serangan susulan. Aparat telah ditempatkan di lokasi tempat tinggal kedua suku.

“Kami terus berupaya agar perang suku tak lagi terjadi. Hingga saat ini sudah ada 9 saksi yang dimintai keterangan,” ujarnya.

Sejak 4 Maret lalu, perang terus terjadi di kampung yang dihuni sekitar 300-an orang pada masing-masing suku itu. Padahal pada awal Februari 2014 lalu, kedua suku sepakat untuk mengakhiri perang dengan perdamaian patah panah.

Namun apa daya aksi saling serang kembali terjadi dan menewaskan 4 orang. Keempat korban tewas itu yakni Abeneben Wenda, Lazarus Songgonau, Puniel Mom, dan Yunus Wandikbo. (Shinta Sinaga)

Sumber: http://news.liputan6.com/read/2019696/perang-suku-di-mimika-4-tewas

indosiar.com, Papua - (Selasa : 06/05/2014) Meski pemerintah telah

(15)

Moni, di Timika, Papua, kembali berperang. Kedua kubu saling serang dengan busur dan anak panah selama lebih dari 3 jam. Bahkan sejumlah anak mulai terlibat. Mereka mempersenjatai diri dengan tameng dari tripleks.

Akibat perang lanjutan ini, 16 orang dari kedua kubu dilaporkan terluka lataran terkena anak panah dan busur 7 dari suku Dani dan 9 korban dari suku Moni. Namun 9 korban dari suku Moni mengalami luka parah. Petugas melepaskan tembakan gas air masa ke arah kedua kubu untuk menghindari korban berjatuhan.

Perang antara kedua suku ini kian mencemaskan karena mulai meluas dengan

melibatkan warga dari kabupaten lain, yang ingin membela sukunya. Bahkan, bantuan alat perang untuk kelompok yang terlibat mulai berdatangan ke kampung Jayanti, Timika Papua.

Sabtu lalu, pemerintah setempat dan Komnas Ham memediasi kedua kubu untuk mengakhiri perang, yang memperebutkan tanah jalan trans Nabire. Perang kedua suku telah berlangsung selama 5 bulan. Tercatat sudah 18 warga dari kedua kubu terbunuh 12 dari suku Moni dan 6 dari suku Dani. (Igho Batmomolin/Sup)

Referensi

Dokumen terkait

bahwa setelah penggunaan rokok elektrik lebih dari lima menit, kadar Nitrit.. Oksida udara ekshalasi menurun secara signifikan dan tahanan jalan

Langkat selanjutnya adalah membuat harddisk virtual yang akan digunakan untuk menginstall sistem operasi dan program pada mesin virtual anda nantinya.. Terdapat 3 opsi pengaturan

Sekuntum Bunga dari Taman Sunnah 14 Berhato-Hatilah dalam Pergaulan 16. Sang Peminang Bidadari

Evaluasi Reaksi Obat Merugikan pada Pasien Kemoterapi Kanker Payudara di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung. Jurnal Ilmu

Interaksi terbaik untuk pertambahan jumlah daun tanaman stroberi pada umur 75 HST dijumpai pada varietas Earlibrite dengan perlakuan tanpa naungan dan dua lapis

Saya sangat mengapresiasi gagasan Bu Adilita yang mengerahkan para OB (office boy) untuk mengumpulkan kertas – kertas yang sudah tak terpakai dan lalu dijual ke loakan dengan

Bendungan adalah bangunan yang dibangun untuk menampung air yang selanjutnya untuk kebutuhan masyarakat. Kabupaten Blora sering mengalami kekurangan air pada musim kemarau.

- Inference engine (motor inferensi) : program yang berisi metodologi yang digunakan untuk melakukan penalaran terhadap informasi-informasi dalam basis