KELOMPOK 5
NAMA ANGGOTA :
Eka Susanti
07
Eni Rahmawati
08
Glorious Putri Nuraeni10
Kholifatun Nisa
16
Nuris Sobah
19
Putri Khatijah
22
Rosidini Annisa .F
28
Lokasi, Lingkungan Alam, dan Demograf
◊Lokasi
Suku Asmat berdiam di daerah-daerah yang sangat terpencil dan daerah
tersebut masih merupakan alam yang ganas (liar). Mereka tinggal di pesisir barat dayaIrian jaya (Papua).
◊Batas-batas geografs
Sebelah utara dibatasi pegunungan dengan puncak-puncak bersalju abadi,sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafura, sebelah timur berbatasandengan Sungai Asewetsy, sebelah barat berbatasan dengan Sungai Pomats.Pertemuan Sungai Pomats, Undir (Lorentz), dan
◊ Kondisi lingkungan alam
Suku Asmat mendiami daerah dataran rendah yang berawa-rawa dan
berlumpur,serta ditutupi dengan hutan tropis. Sungai-sungai yang
mengalir di daerah initidak terhitung banyaknya, dan rata-rata berwarna
gelap karena tertutup dengan lumpur.
◊ Data demograf
Jumlah penduduk di daerah Asmat tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan pada tahun 2000 ada kurang lebih 70.000 jiwa,
9.000 di
antaranya bermukim diKecamatan Pirimapun. Pertambahan penduduk
◊ Ciri-ciri fsik
Bentuk tubuh orang Asmat, tinggi badan kaum laki-laki antara 1,67 hingga
1,72 meter, sedangkan kaum perempuan tingginya antara 1,60 hingga 1,65
meter. Ciri-ciri bagian tubuh lainnya adalah bentuk kepala yang lonjong
Asal Mula Suku Asmat
Nama Asmat sudah dikenal dunia sejak tahun 1904. Tahun1770 kapal yang
dinahkodai James Cook mendarat di sebuh teluk Asmat. Tiba-tiba muncul
puluhan perahu lesung panjang didayungi ratusan laki-laki berkulit gelap dengan
wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna merah,hitam, dan putih. Mereka ini
menyerang dan berhasil melukai serta membunuh beberapa anak buah James Cook. Berabad-abad kemudian tanggal 10
Oktober 1904, Kapal SS Flamingo
Terulang peristiwa yang dialami oleh James Cook dan anak buahnya pada
saat dahulu. Mereka didatangi kembali. Namun, kali ini tidak terjadi kontak
berdarah. Sebaliknya terjadi komunikasi yang menyenangkan di antara
kedua pihak. Dengan menggunakan bahasa isyarat, mereka berhasil
melakukan pertukaran barang. Kejadian ini yang membuka jalan adanya
penyelidikan selanjutnya didaerah asmat. Sejak itu, orang mulai berdatangan
Bahasa Suku Asmat
Oleh para ahli bahasa, bahasa dibedakan antara orang Asmat pantai atau
hilir sungai dan asmat hulu sungai. Asmat Hilir sungai dibagi menjadi
dua yaitu :
1. Sub kelompok Pantai Barat Laut atau pantai Flamingo, seperti bahasa
Kaniak, Bisman, Simay, dan Becembub. 2. Sub kelompok Pantai Baratdaya atau
Kasuarina, seperti bahasa Batia dan Sapan.
Sedangkan Asmat hulu sungai dibagi menjadi sub kelompok Keenok dan
Sistem Teknologi
Alat-alat produktif
Senjata
Perisai digunakan oleh orang Asmat untuk melindungi diri dari tombak dan
panah musuh dalam peperangan. Senjata ini terbuat dari akar besar pohon
bakau atau kayu yang lunak dan ringan. Tombak pada masyarakat Asmat terbuat
dari kayu keras seperti kayu besi atau kulit pohon sagu.Ujungya yang tajam
dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari paruh burung atau kuku burung
kasuari.
Makanan
Sagu sebagai makanan pokok. Makanan tambahan, ulat sagu yang didapatkan
didalam batang pohon sagu yang sudah membusuk dan daging manusia yang
Perhiasan
Orang Asmat memiliki kepercayaan,mereka biasa berhias dengan mengidentifikasi
kan diri seperti burung. Untuk hiasan kepala, mereka menggunakan bulu dari
burung kasuari atau kuskus. Sekeliling matanya diwarnai merah bagaikan mata
burung kakatua hitam bila sedang marah. Hiasan dahi terbuat dari kulit kuskus,
yang merupakan lambang dari si pengayau kepala yang perkasa. Hiasan-hiasan
hidung terbuat dari semacam keong laut, atau kadang-kadang terbuat dari tulang
manusia atau tulang babi. Anting-anting wanita terbuat dari bulu kuskus.Gigi-gigi
anjing diuntai untuk dijadikan kalung penghias leher. Gigi-gigi anjing tersebut
dinilai tinggi bagi mereka, oleh karena itu sering dijadikan sebagai emas kawin
Tempat Berlindung dan
Perumahan
Menurut tradisi orang Asmat, dalam sebuah kampung terdapat 2 macam
bangunan, yaitu rumah bujang dan rumah keluarga. Rumah yang terdiri dari
satu ruangan ini dibangun di atas tiang tiang kayu dengan panjang 30-60
meter dan lebar sekitar 10meter.
Rumah ini biasa digunakan untuk merencanakan suatu pesta, perang,dan
perdamaian. Pada waktu senggang, rumah ini digunakan untuk menceritakan
Alat Musik
Alat musik yang biasa digunakan oleh orang Asmat adalah tifa yang terbuat
dari selonjor batang kayu yang dilobangi. Pahatan tifa berbentuk pola leluhur
atau binatang yang dikeramatkan.
Pada bagian atas dibungkus dengan kulit kadal dan kulit tersebut diikat dengan
rotan yang tahan api. Tifa biasanya diberi nama sesuai dengan orang yang
Alat Transportasi dan Perlengkapannya
Masyarakat Asmat mengenal perahu lesung sebagai alat transportasinya.
Pembuatan perahu dahulunya digunakan untuk persiapan suatu penyerangan
dan pengayauan kepala. Selain itu, perahu lesung juga digunakan untuk
keperluan pengangkutan dan pencarian bahan makanan. Dan setiap 5
Sistem Mata Pencaharian
Kehidupan sehari-hari
Mata pencaharian hidup orang Asmat di daerah pantai adalah meramu sagu,
berburu binatang kecil, (yang terbesar adalah babi hutan), dan mencari ikan di
sungai, danau, maupun pinggir pantai. Mereka juga terkadang menanam
buah-buahan dan tumbuhan akar-akaran, yang sengaja mereka tanam di kebun
Kehidupan di Perkampungan
Dengan didirikannya
perkampungan-perkampungan bagi orang-orang Asmat, maka kehidupan mereka yang seminomad itu mulai
berubah. Biasanya,kampung yang satu berjauhan dengan kampung yang lain. Hal ini disebabkan
adanya perasaan takut akan diserang musuh yang sudah tertanam di pikiran orang-orang Asmat.
Organisasi Sosial
Status dan peran
Dalam kehidupan orang Asmat, peran kaum laki-laki dan perempuan itu
berbeda. Kaum perempuan bertugas melakukan pencarian bahan makanan
dan menjaring ikan di laut atau di sungai. Sedangkan kaum laki-laki, lebih sibuk
dengan melakukan kegiatan perang antar clan atau antar kampung. Kegiatan
Sistem Kekerabatan
Dasar kekerabatan masyarakat Asmat adalah keluarga inti monogami, atau kadang-kadang poligini, yang tinggal bersama-sama dalam rumah panggung (rumah keluarga) seluas 3 m x 5 m x 4 m yang sering disebut dengan sytem. Walaupun demikian, ada kesatuan-kesatuan keluarga yang lebih besar, yaitu keluarga luas uxorilokal (keluarga yang sesudah menikah menempati
rumah
keluarga istri),
Atau avunkulokal (keluarga yang dudah menikah menempati rumah keluarga istri
dari pihak ibu). Karena itu, keluarga-keluarga seperti itu, biasanya terdiri dari 1 keluarga inti senior dan 2-3 keluarga yunior atau 2 keluarga senior, apabila ada
2
saudara wanita tinggal dengan keluarga inti masing-masing dalam satu rumah. Jumlah anggota keluarga inti masyarakatAsmat biasanya terdiri dari 4-5 atau
Lembaga Pernikahan
Sistem kekerabatan orang Asmat yang mengenal sistem clan itu mengatur
pernikahan berdasarkan prinsip pernikahan yang mengharuskan orang
mencari jodoh di luar lingkungan sosialnya, seperti di luar lingkungan kerabat,
golongan sosial, dan lingkungan pemukiman (adat eksogami clan).
Garis keturunan ditarik secara patrilineal (garis keturunan pria), dengan adat
menetap sesudah menikah yang virilokal. Adat virilokal adalah yang
menentukan bahwa sepasang suami-istri diharuskan menetap di sekitar pusat
Dalam masyarakat Asmat, terjadi juga sistem pernikahan poligini yang
disebabkan adanya pernikahan levirat. Pernikahan levirat adalah
pernikahan antara seorang janda dengan saudara kandung bekas
suaminya yang telah meninggal dunia berdasarkan adat-istiadat yang
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pernikahan seorang
anak dalam masyarakat Asmat, biasanya diatur oleh keduaorang tua
Sistem Pemerintahan
Pemerintahan secara tradisional (struktur paroh masyarakat)
Di setiap kampung yang didirikan di wilayah masyarakat Asmat, Terdapat satu
rumah panjang yang merupakan semacam balai desa dimana para warga kampung berkumpul membicarakan masalah-masalah yang menyangkut kepentingan seluruh warga.
Rumah panjang ini merupakan cerminan kehidupan mereka di masa lampau.
Rumah panjang dahulunya berfungsi sebagai rumah bujang, atau Je dalam
Pemerintahan baru (non tradisional)
Berbeda dengan pola tradisional, pola kepemimpinan dan kekuasaan saat
ini tidak berada pada satu orang secara pribadi saja. Kepala desa, di
dalam penyelenggaraan ketertiban hukum dibantu oleh beberapa orang
pembantu. Kepala desa dan pembantu-pembantunya juga bertanggung
jawab atas pemeliharaan kebersihan kampung, pemeliharaan jalan-jalan
dan juga menjaga agar warga desa memelihara rumahnya dengan sebaik
Sistem Pengetahuan
• Pengetahuan mengenai alam sekitar
• Pengetahuan mengenai alam flora dan fauna di daerah tempat tinggal
• Pengetahuan mengenai zat-zat, bahan mentah, dan benda-bendadalam
lingkungannya
• Pengetahuan mengenai sifat dan tingkah laku (kebutuhan) antar manusia
Kesenian
Seni Ukir
Ragam kesenian suku Asmat yang banyak dilakukan adalah seni pahat/ ukir.Benda-benda kesenian hasil ukiran Asmat yang menarik adalah
perisai-perisai,tiang-tiang mbis (patung bis/ leluhur), dan tifa.
Seni musik
Orang Asmat memiliki alat musik khusus yang biasa
digunakan dalam upacara-upacara penting. Tifa adalah alat musik yang paling umum digunakan oleh
masyarakat Asmat dalam kehidupannya.Tifa-tifa
Seni tari
Orang-orang Asmat kerap kali melakukan
gerakan-gerakan tarian tertentu saat upacara sakral berlangsung. Adanya gerakan-gerakan erotis dan dinamis yang
Sistem Religi
1. Simbol-simbol (lambang) yang dipercayai/ digunakan
Ukiran simbol manusia dan burung pada perahu orang Asmat biasa dibuat
di ujung perahu yang digunakannya. Ukiran yang berbentuk manusia itu
melambangkan keluarga yang sudah meninggal. Ukiran burung dan binatang
terbang lainnya dianggap melambangkan orang yang gagah berani dalam
pertempuran dan lambang burung juga digunakan sebagai lambang pengayauan, terutama burung atau binatangterbang yang berwarna
gelap
2. Hiasan
Untuk hiasan kepala, menggunakan simbol burung kasuari atau kuskus. Hiasan dahi yang terbuat dari kulit kuskus merupakan lambang dari si pengayau kepala yang perkasa.
3. Pohon orang Asmat
Pohon orang asmat menyebut dirinya Asmat-ow, yang berarti manusia pohon. Dalam pandangan mereka, pohon adalah manusia dan manusia
adalah pohon. Akar pohon melambangkan kaki manusia, batangnya adalah tubuh manusia,
4. Sagu
Sagu selain dijadikan bahan makan oleh masyarakat Asmat, sagu juga memilki arti khusus tersendiri bagi orang Asmat. Sagu diibaratkan sebagai wanita. Suatu
kehidupan dipercaya oleh orang Asmat keluar dari pohon sagu sebagaimana
Roh-roh dan Kekuatan Magis
Roh setan Kehidupan orang-orang Asmat sangat terkait erat dengan alam sekitarnya. Mereka
memiliki kepercayaan bahwa alam ini didiami oleh roh, jin, makhluk halus, yang semuanya disebut dengansetan. Setan ini digolongkan ke dalam 2 kategori :
1. Setan yang membahayakan hidup
Ritual upacara
• Ritual Kematian Orang Asmat tidak mengenal dalam hal mengubur mayat orang yang telah meninggal. Bagi mereka, kematian bukan hal yang alamiah. Bila seseorang tidak mati dibunuh, maka mereka percaya bahwa orang tersebut mati karena suatu sihir hitam yang kena padanya.
• Setiap 5 tahun sekali, masyarakat Asmat membuat perahu-perahu baru. Pantangan yang harus diperhatikan saat mengerjakan itu semua adalah tidak boleh membuat
banyak bunyi-bunyian di sekitar tempat itu. Dulu, pembuatan perahu dilaksanakan dalam rangka persiapan
suatu penyerangan dan pengayauan kepala. Bila telah selesai, perahu-perahu ini dicoba menuju tempat musuh dengan maksud memanas-manasi mereka dan memancing suasana musuh agar siap berperang. Sekarang, penggunaan perahu lebih terarahkan untuk pengangkutan bahan
• Upacara bis merupakan salah satu kejadian
penting di dalam kehidupan suku Asmat sebab berhubungan dengan pengukiran patung leluhur (bis) apabila ada permintaan dalam suatu
keluarga. Dulu, upacara bis ini diadakan untuk memperingati anggota keluarga yang telah mati terbunuh, dan kematian itu harus segera dibalas dengan membunuh anggota keluarga dari pihak yang membunuh. Pengukiran patung dikerjakan di dalam rumah panjang (bujang) dan selama
pembuatan patung berlangsung, kaum wanita tidak diperbolehkan memasuki rumah tersebut.
Dalam masa-masa pembuatan patung bis,
biasanya terjadi tukar-menukar istri yang disebut dengan papis. Tindakan ini bermaksud untuk
mempererat hubungan persahabatan yang sangat diperlukan pada saat tertentu,
seperti peperangan. Sekarang ini, karena
peperangan antar clan sudah tidak ada lagi, maka upacara bis ini baru dilakukan bila terjadi
malapetaka di kampung atau apabila
• Upacara pengukuhan dan pembuatan rumah bujang (yentpokmbu) Orang-orang Asmat
mempunyai 2 tipe rumah, yaitu rumah keluarga dan rumah bujang (je). Rumah bujang inilah yang amat penting bagi orang-orang Asmat. Rumah bujang ini
dinamakan sesuai nama marga (keluarga) pemiliknya. Rumah bujang merupakan pusat kegiatan baik yang bersifat religius maupunyang bersifat non religius. Suatu keluarga dapat tinggal di sana, namun apabila ada suatu penyerangan yang akan direncanakan atau upacara-upcara tertentu,wanita dan anak-anak dilarang masuk. Orang-orang Asmat melakukan upacara khusus untuk rumah bujang yang baru, yang dihadiri oleh
LETAK KONDISI GEOGRAFIS
Pada umumnya Suku Dani / Orang Dani bermukim di dataran tinggi ±2500m
diatas permukaan laut yaitu, di pegunungan Provinsi Papua. Di sebelah Timur
berbatasan dengan Papua New Guinea, Sebelah barat berbatasan dengan
kabupaten Puncak Jaya, Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten
Pegunungan Bintang dan Kabupaten Mamberamo Tengah, Sebelah utara
DATA DEMOGRAFI SUKU DANI
Penghuni Lembah Baliem adalah suku Dani yang terkenal sebagai suku yang suka berperang tetapi bukan pengayau seperti suku-suku yang tinggal di
sebelah timur lembah Baliem. Satu-satu kota besar di lembah adalah Wamena dengan jumlah penduduk
12000 jiwa. Jumlah penduduk yang bertempat tinggal di lembah adalah 100.000 jiwa sedangkan jumlah
KEHIDUPAN SUKU DANI
Meskipun banyak orang menyebut mereka dengan sebutan Suku Dani, namun orang Suku Dani sendiri
menyebut mereka sebagai Suku Parim. Suku Dani atau Suku Parim ini termasuk suku yang masih memegang teguh kepercayaan mereka. Salah satunya adalah
selalu memberi hormat pada orang-orang yang sudah meninggal. Hal tersebut dilakukan dengan cara
SISTEM PERALATAN HIDUP Senjata
Senjata tradisional seperti tombak, kapak, parang dan juga busur serta anak panah.
Makanan
Makanan pokok orang Papua yang hidup di Wamena (suku Dani) adalah ‘Ifere” atau
Pakaian
Perumahan
Bentuk Honai
Bentuk dari rumah adat orang Dani yaitu Bulat/melingkar dan di dalam Honai di bagi menjadi Dua bagian atau tingkat yaitu loteng. Loteng di bagian atas ini sering digunakan untuk beristirahat di waktu malam hari. Orang dari suku Dani juga membangun honai dengan arti yang tersendiri yaitu, Melingkar / bulat artinya:
• Dengan Kesatuan dan persatuan yang paling tinggi kita
mempertahankan Budaya yang telah di pertahankan oleh nenek moyang kita dari dulu hingga saat ini. Dengan mewariskan
kepada keturunan di waktu yang akan datang agar tetap
mempertahankan suku, harkat dan martabat Kita sebagai orang Dani.
• Dengan tinggal dalam satu honai maka kita sehati, sepikir dan
satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
• Honai merupakan simbol dari kepribadian dan merupakan
Fungsi Honai
Honai memiliki fungsi yang sangat banyak diantaranya yaitu:
• Honai merupakan tempat tinggal
• Tempat menyimpan alat-alat perang
• Tempat untuk mendidik dan menasehati anak-anak lelaki
agar bisa menjadi orang yang berguna di masa depan
• Tempat untuk merencanakan atau mengatur strategi
perang agar dapat berhasil dalam pertempuran/peperangan.
• Tempat menyimpan alat-alat atau simbol dari adat orang
Aktiftas dalam Rumah Honai
Biasanya dalam pembuatan Honai laki-laki (Pilamo) Maupun Honai Perempuan (Ebeai) tugas ini hanya dikerjakan oleh laki-laki dan yang memimpin adalah kepala keluarga
sedangkan ibu-ibu memiliki tugas juga yaitu menyediakan makanan.
Pemilihan Tempat dan Lingkungan
Orang Dani dalam membangun sebuah Honai memilih tempat yang struktur tanahnya
Pembagian Ruang atau Kamar
Di dalam honai tidak ada pembagian kamar. Namun dalam sebuah Honai lebih jelasnya di sebut dengan
pembagian ruang, misalnya dalam sebuah Honai tempat dari kepala suku tidak bisa di duduki oleh orang lain;
karena itu merupakan pelanggaran; yang berarti dalam hukum adat dia sudah menginjak-injak kepala suku.Di honai lebih jelas jika kita sebut dengan pembagian
ruangan untuk tidur yaitu loteng (Tidlabaga).Di loteng orang Dani, tidak hanya digunakan untuk tidur tapi itu merupakan tempat untuk menyembunyikan
Perlengkapan dalam Honai (Pilamo)
Beberapa perlengkapan yang ada di dalam honai yaitu:
•Tugu Api
•Las Honai (Pinde/Mbore): Sebagai pengalas yang dibuat menyerupai para-para sehingga tidak menyentuh tanah.
•Alang-alang(wakngger)
Selain perlengkapan yang telah disebutkan diatas ada pula perlengkapan yang ditaruh :
•Tempat gantungan Harmonika (Bognggayok/pingkon)
•Tempat menaruh daging
•Alang-alang untuk alas tempat tidur
•Tempat gantung panah, busur dan alat kerja lainnya
Perlengkapan atau Bahan Pembuat Honai
Bahan pembuat Honai yang biasanya digunakan antar lain sebagai berikut:
•Kayu besi (oopir) •Kayu buah besar
•Kayu batu yang paling besar •Kayu buah sedang
•Jagat (Mbore/Pinde) •Tali (Kedle)
•Alang-alang (wakngger)
•Papan yang di kupas (Oo nggege nggagalek) •Papan las dan lain-lain
Orang Dani menganggap seorang yang membangun rumah atau Honai berhasil, jikalau orang tersebut dalam membangun Honainya dia menanam Tiang Tengah (Tiru) dari kayu Besi atau kayu yang sangat kuat. Sebab menurut orang-orang dari suku Dani Tiang
Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem Kemasyarakatan
I. Sistem Kekerabatan
1.Kelompok kekerabatan
Kelompok kekerabatan dari suku Dani yang terkecil adalah keluarga luas. Keluarga luas ini sendiri terdiri dari dua atau tiga keluarga inti yang tinggal bersama dalam satu rumah besar yang menyerupai kompleks dengan sekat-sekat
berupa pagar (lima) yang disebut slimo. 2. Paroh Masyarakat
Struktur bermasyarakat Suku Dani merupakan gabungan dari beberapa klan kecil yang disebut ukul, dan klan besar yang disebut ukul oak.
3. Kelompok Teritorial
II. Organisasi Sosial
Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan keluarga dan keturunan yang berdasarkan pada kesatuan teritorial. Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap Kain yang
memimpin desa adat watlangka, selain itu ada juga 3 kepala suku yang posisinya berada di bawah Ap Kain dan memegang bidang sendiri, mereka adalah : Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap Ubaik Silimo biasa yang dihuni oleh masyarakat biasa dikepalai oleh Ap. Waregma.
Dalam masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria yang berartikuat, pandai dan terhormat. Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang sudah tua tetapi masih mampu mengatur urusannya dalam satu halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan tersebut antara lain : Pemeliharaan kebun dan Bahi, serta Melerai pertengkaran.
Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau pesta lain. Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin
BAHASA
Bahasa Daerah Suku Dani yang mendiami Daerah Lembah Baliem menggunakan Bahasa-bahasa yang masuk dalam bahasa Papua dari filum Trans-New Guinea. Bahasa Daerah yang digunakanpun mempunyai perbedaan dialog dan
pengucapan antar satu wilayah dengan wilayah Daerah lainnya walaupun masih berada dalam jangkauan jarak tempuh yang boleh dikatakan masih dekat.
Secara garis basar Bahasa dani dikenal dalam tiga bagian besar bahasa yaitu, Bahasa Dani Lembah (Daerah sekitar kota Wamena/Kab.Jayawijaya), Bahasa Dani Barat (Daerah Bag Barat kota Wamena (Kab.Lany Jaya, Kab.Puncak Jaya, dan Kab Tolikara) serta Bahasa Dani Timur /Bahasa Yali
(Kab Yahokimo dan Kab Yalimo).Masyarakat Lokal di Daerah Lembah Baliem sendiri sebagian besar sudah dapat
Kesenian
Kesenian masyarakat Suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman, seperti Honai, Ebeai. dan Wamai. Selain membangun tempat tinggal,
Seni Ukir
Sebagai wujud penghormatan mereka terhadap nenek moyang atau leluhurnya, secara turun temurun, pola seni ukir yang dibuat oleh suku Dani selalu dikaitkan pada kepercayaan mereka terhadap leluhur. Ada 3 macam warna, merah, hitam, dan putih yang selalu digunakan oleh suku Asmat pada beberapa hasil ukirannya. Merah melambangkan daging, Putih menggambarkan tulang. Sementara hitam
Sistem Pengetahuan
Sistem Religi
Sebagian masyarakat Suku Dani sudah memeluk
agama Kristen, akibat pengaruh misionaris Eropa yang pernah datang ke lokasi tersebut sekitar tahun 1935. Meskipun sebagian telah menganut agama Kristen, namun suku yang tinggal di hutan-hutan dengan iklim tropis yang sangat kaya akan flora dan fauna ini masih melakukan serangkaian upacara adat, salah satunya adalah Rekwasi. Rekwasi adalah sebuah upacara
Ritual Kelahiran Bayi
Seorang wanita Dani akan melahirkan anaknya dalam
ebe ae, yang dibantu oleh beberapa orang wanita.
Kelahiran bayi ini tidak disertai upacara/ritual khusus dan ari-ari serta tali pusar yang terlepas beberapa hari akan dihanyutkan dalam sungai begitu saja. Dan beberapa hari setelah proses kelahiran, wanita tersebut sudah bisa
kembali untuk bekerja. Mereka juga tidak melakukan upacara dalam pemberian nama, nama yang mereka anggap baik, itulah yang akan menjadi nama dari anak tersebut.
Setelah seorang anak berusia 2-3 tahun, jika dia
seorang wanita, ia sudah harus mulai menggunakan rok jerami (sale), sedangkan untuk anak pria, dia baru
memakai alat penutup alat kelamin pada usia 5-6 tahun. Pada suku Dani, mereka mengenal satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan anak pria Dani yaitu
upacara Waya hagat-abin, yaitu suatu upacara Inisiasi, upacara ini dilakukan ketika seorang anak
berusia antara 5-10 tahun. Upacara inisiasi ini biasanya diadakan bersamaan dengan pesta ebe-ako atau pesta babi. Dan upacara ini biasanya berlangsung selama 9
hari atau lebih.
Ritual Kematian
Pada upacara pembakaran jenazah, tubuh orang yang meninggal dihias dan didudukkan diatas suatu singgasana ( bea). Upacara ini dilakukan disuatu lapangan dipusat perkampungan. Para kerabat dan orang-orang yang datang untuk melayat akan duduk mengelilingi bea dan menangis sekeras-kerasnya. Tubuh para wanita dilumuri dengan lumpur putih tanda berkabung dengan nyanyian-nyanyian kematian dan ratapan.
Dan pada siang harinya beberapa orang dukun melakukan upacara memotong satu ruas jari dari tiap anggota keluarga inti orang yang meninggal dengan
menggunakan kapak batu tetapi ada juga yang menggunakan bambu. Biasanya jari-jari yang dipotong, bukan hanya sekali saja, tetapi tergantung berapa
banyak kerabat terdekat yang meninggal. Dan apabila jari-jari mereka telah dipotong habis, mereka akan memotong lagi sebagian dari telinga mereka.
Setelah itu, mereka akan melakukan upacara pembakaran jenazah dan para kerabat orang yang meninggal membakar daging babi di dalam lubang-lubang yang mereka gali di dalam tanah dan sebagian akan disajikan untuk ruh
( ame), orang yang meninggal. Sore harinya daging yang telah masak itu