• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN

KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Fifi Anggraeni

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa email: fifianggrn24@gmail.com

Abstract

This study aims to describe the level of comprehension of the concept of students in solving a problem on a square and independence junior high school student learning. This research included in this type of qualitative descriptive study that took place in May 2016 in the SMP Negeri 2 Serang with subject classes VII-D as many as 15 people. This research data gathering techniques using the test question and a question form. The test to be used in the form of exposé 7 test problem, aiming to get the data capabilities of understanding mathematical concepts. The question form was used contain 35 statements aimed at getting independence student learning data. Based on the results of the analysis of the answers to students seen from the indicators of the ability of understanding the concept of students on the material covered, indicating that the level of understanding of the concept of students against the material covered is still low. While the results of the analysis of the question form views based on indicators of student learning independence, indicating that the independence of the student learning is enough.

Keywords:understanding of concepts, learning independence

1. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi setiap manusia untuk mempersiapkan kehidupan yang baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Selain itu pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan dari individu serta pembangunan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Bangsa yang ingin maju tentu menyadari bahwa pendidikan merupakan salah satu hal penting yang diperlukan untuk membangun dan memperbaiki keadaan masyarakat, sehingga tanpa pendidikan usaha yang dilakukan akan mengalami hambatan. Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang dimaksud adalah melalui pendidikan. Manusia sebagai objek pendidikan diharapkan dapat mengikuti setiap perubahan dengan kehidupan yang berkualitas. Matematika adalah salah satu ilmu yang berperan penting dalam penguasaan teknologi. Oleh karena itu, pembelajaran matematika dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan, dengan harapan pendidikan matematika dapat meningkatkan

kualitas kemampuan siswa serta sikap siswa yang sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman.

Di dalam Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 menyebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan dan pemahaman atas matematika yang kuat sejak dini.

(2)

menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; kemampuan memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep; kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; kemampuan menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

Pada Kurikulum 2013, tujuan pembelajaran matematika terlihat pada kompetensi inti dan kompetensi dasar tiap satuan pendidikan. Terlihat bahwa kemampuan pemahaman matematis perlu dimiliki siswa, karena ketika siswa memahami konsep-konsep matematika, maka siswa tersebut mulai merintis kemampuan-kemampuan berpikir matematis yang lainnya.

Dalam proses pembelajaran di kelas, selain kemampuan pemahaman matematis, guru juga harus memperhatikan psikologis siswa dalam proses pembelajaran. Jika siswa memiliki sikap atau psikologi yang baik, maka siswa akan mudah untuk menerima pelajaran dan mereka juga dapat mengaplikasikan ide-ide yang mereka miliki untuk menyelesaikan permasalah yang mereka alami selama pembelajaran berlangsung maupun permasalahan yang diberikan oleh guru. Selain kemampuam intelektual, aspek psikologis juga turut memberi kontribusi terhadap keberhasilan seseorang dalam belajar matematika dengan baik. Salah satu aspek psikologis tersebut adalah kemandirian belajar siswa.

Kemandirian belajar erat kaitannya dengan kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar merupakan persoalan setiap siswa. Mereka memiliki kebiasaan belajar yang khas yang disesuaikan dengan selera dan kondisi masing-masing individu. Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang menunjang tercapainya prestasi belajar siswa. Sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (1990:30) bahwa cara belajar yang dipergunakan turut menentukan hasil belajar yang diharapkan.

Kemandirian belajar atau belajar mandiri (Self-Regulated Learning) merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan belajar siswa di sekolah. Kemandirian belajar siswa dapat dibangun dan dikembangkan melalui scaffolding yang sesuai, dengan mengikuti

tahapan: observasi diri, mengendalikan diri, dan akhirnya sampai pada siswa mandiri.

Pada pembelajaran matematika, dibutuhkan kemandirian dalam berlatih mengerjakan soal matematika agar terbiasa dalam menyelesaikan soal matematika. Dalam berlatih mengerjakan soal matematika, tidak hanya kemandirian yang dibutuhkan tetapi pemahaman konsep matematika siswa juga dibutuhkan.

Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang kemampuan pemahaman konsep matematis dan kemandirian belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul ”Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa” dan diharapkan bermanfaat bagi para guru untuk memberikan pengetahuan dan pertimbangan dalam proses pembelajaran di kelas agar tidak hanya memperhatikan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa saja tetapi juga aspek psikologisnya yaitu kemandirian belajar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis dan kemandirian belajar siswa SMP kelas VII.

2. KAJIAN LITERATUR

Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Menurut Dienes (Al Kristiyanto, 2007), pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur-struktur, memisahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur tersebut. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep dalam membangun konsep jika dia dapat membedakan mana yang termasuk contoh dan bukan contoh dari suatu ide abstrak.

(3)

dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.

Menurut Purwanto (1994:44), pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Sementara Mulyasa (2005 : 78) menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya Ernawati (2003:8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya. Menurut Virlianti (2002:6) mengemukakan bahwa pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait.

Berdasarkan pengertian pemahaman dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah suatu cara yang sistematis dalam memahami dan mengemukakan tentang sesuatu yang diperolehnya.

Pengertian konsep menurut Ruseffendi (1998:157) adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut. Menurut Arifin Jos (2001), konsep adalah gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Pengertian lain dari konsep adalah abstrak, di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka merupakan sesuatu yang identik. Sedangkan konsep menurut Herman Hudojo (2003: 124) adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa itu termasuk atau tidak ke dalam ide abstrak tersebut.

Berdasar uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu pengertian yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan

suatu objek atau peristiwa termasuk atau tidak termasuk dalam pengertian tersebut.

Menurut Sanjaya (2009), pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dalam prinsip-prinsip belajar teori kognitif (Hamalik, 2009: 46). Berdasarkan prinsip belajar teori kognitif belajar dengan pemahaman (understanding) adalah lebih permanen (menetap) dan lebih memungkinkan untuk ditransferkan, dibandingkan dengan rote learning atau belajar dengan formula.

Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (dalam Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam beberapa kriteria yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan membedakan konsep-konsep. simbol matematika yang relevan dengan ide-ide matematika kemudian mengkombinasikannya ke

(4)

sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam bermatematika.

Pengertian Kemandirian Belajar Siswa

Menurut Herman Holstein kemandirian adalah sikap mandiri yang inisiatifnya sendiri mendesak jauh ke belakang setiap pengendalian asing yang membangkitkan swakarsa tanpa perantara dan secara spontanitas yakni ada kebebasan bagi keputusan, penilaian, pendapat, pertanggung jawaban tanpa menggantungkan orang lain.

Konsep kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.

Kemandirian (kematangan pribadi) dapat didefinisikan sebagai keadaan kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur (budi dan akal) dalam kesatuan pribadi. Dengan perkataan lain, manusia mandiri adalah pribadi dewasa yang sempurna.

Menurut Brawer yang dikutip oleh M Chabib Thoha mengartikan kemandirian adalah suatu perasaan otonom. Sikap kemandirian menunjukkan adanya konsistensi organisasi tingkah laku pada seseorang, sehingga tidak goyah, memiliki self reliance atau kepercayaan diri sendiri. Seseorang yang mempunyai sikap mandiri harus dapat mengaktualisasikan secara optimal dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain.

Menurut Dr. Musthofa Fahmi belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman. Dengan kata lain yang lebih rinci belajar adalah suatu aktivitas atau usah yang disengaja dan menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baru berkenaan dengan aspek psikis dan fisik yang relatif bersifat konstan. Cronbach berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Drs. Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dapat disimpulkan bahwa, kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang mandiri tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran. Kemandirian belajar seseorang tampak dalam merancang strategi belajar sendiri, mampu berpikir kreatif penuh inisiatif, memiliki rasa percaya diri, memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan (motivasi diri) dan memiliki rasa tanggung jawab. Berikut indikator kemandirian belajar yaitu: a.) memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, b.) mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, c.) memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas- tugasnya, d.) bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya, e.) mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, f.) adanya inisiatif pada kegiatan belajar.

Keterkaitan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Dengan Kemandirian Belajar Siswa

Dalam proses pembelajaran di kelas, selain kemampuan pemahaman matematis, guru juga harus memperhatikan psikologis siswa dalam proses pembelajaran, karena aspek psikologis juga turut memberi kontribusi terhadap keberhasilan seseorang dalam belajar matematika dengan baik. Salah satu aspek psikologis tersebut adalah kemandirian belajar siswa.

3. METODE PENELITIAN

(5)

Teknik pengambilan sampel siswa menggunakan teknik Simple Random Sampling, dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasinya dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi tersebut. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-D di SMP Negeri 2 Kota Serang pada materi segiempat yang berjumlah 15 orang.

Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan tes soal dan sebuah angket. Tes yang dipergunakan berupa tes uraian yang berjumlah 7 soal, bertujuan untuk mendapatkan data kemampuan pemahaman konsep matematis. Angket yang dipergunakan berisi 35 pernyataan yang bertujuan untuk mendapatkan data kemandirian belajar siswa. Tes dibuat berdasarkan indikator pemahaman konsep matematika merujuk pada Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 yakni: (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), (3) memberikan contoh dan non contoh dari konsep, (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, (6) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan (7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Dan Indikator kemandirian belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah: a.) memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, b.) mampu mengambil ke-putusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, c.) memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas- tugasnya, d.) bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya, e.) mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, dan f.) adanya inisiatif pada kegiatan belajar.

Data hasil penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat kemampuan pemahaman konsep matematis dan kemandirian belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Kota Serang. Teknik analisis data yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan

objek ke dalam contoh dan non contoh (Suherman, 2003: 33). Kemampuan pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang memuat indikator kemampuan pemahaman konsep.

Kemandirian belajar siswa merupakan suatu bentuk belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya sendiri dan dilakukan oleh dirinya sendiri. Sebagaimana dituliskan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 1988: 625), kemandirian adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemampuan awal matematika merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau gagalnya siswa belajar. Pemahaman materi yang menjadi dasar kemampuan awal dalam pemahaman konsep pada materi berikutnya yang berhubungan. Siswa diarahkan belajar melalui suatu proses yang berangsur-angsur secara bertahap dari konsep yang sederhana hingga ke pengertian yang lebih kompleks. Sampai akhirnya siswa tersebut mengerti, memahami, menguasai dan mampu mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek penilaian matematika. Penilaian pada aspek pemahaman konsep bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep dasar matematika yang telah diterima siswa. Jadi, pemahaman konsep sangat penting, karena dengan menguasai konsep akan memudahkan siswa dalam belajar matematika.

(6)

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, didapatkan rata-rata perhitungan yang berdasarkan masing-masing indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yaitu sebagai berikut.

Tabel 1

Rerata Hitung setiap Indikator dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

dan Kategorinya

No. Indikator Rata-rata Kategori

1 Menyatakan ulang sebuah konsep 6.27 Sangatrendah

2

3 Memberikan contoh dan noncontoh dari konsep 4.80 Sangatrendah 4 perlu atau syarat cukup

suatu konsep 2.40

7 Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah

Indikator pemahaman konsep matematika diatas merujuk pada Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 yakni: (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), (3) memberikan contoh dan non contoh dari konsep, (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, (6) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan (7)

mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Berdasarkan tabel 1, indikator 1-7 semuanya dikategorikan sangat kurang karena rata-ratanya jauh dari minimal cukup yaitu > 50. Hal ini disebabkan siswa yang belum memahami dan menguasai konsep dari materi segiempat.

Pada indikator ke-1 yakni, “menyatakan ulang sebuah konsep”, terlihat pada jawaban siswa yang hanya bisa menjawab beberapa sifat-sifat belah ketupat dan masih ada beberapa siswa yang menjawab keliru.

Pada indikator ke-2 yakni, “mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya)”, ini dilihat pada jawaban siswa yang masih bingung dengan gambar yang disajikan untuk memilih gambar yang merupakan bangun datar trapesium.

Pada indikator ke-3 yakni, “memberikan contoh dan non contoh dari konsep”, ini dilihat pada jawaban siswa yang masih bingung menggambar trapesium siku-siku dan sembarang.

Pada indikator ke-4 yakni, “menyajikan dengan menggunakan titik-titik koordinat yang disediakan, dalam menentukkan titik koordinat D, dan dalam menentukkan luas belah ketupat dengan menggunakan titik-titik koordinat yang telah diketahui.

Pada indikator ke-5 yakni, “mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep”, terbukti pada jawaban siswa yang hanya sebagian yang mampu menjawab.

Pada indikator ke-6 yakni, “menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu”, indikator ke-6 ini termasuk yang paling besar rata-ratanya diantara semua indikator yaitu sebesar 7,47. Terbukti bahwa sebagian besar siswa mampu menjawab.

(7)

menafsirkan letak alas dan tingginya dan ada juga yang tidak mengisi sama sekali.

Selanjutnya kemandirian siswa dalam belajar juga merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Kemandirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang. Kemandirian siswa dalam belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dikembangkan pada siswa sebagai individu yang diposisikan sebagai peserta didik. Dengan ditumbuh kembangkannya kemandirian pada siswa, membuat siswa dapat mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi akan berusaha menyelesaikan latihan atau tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuan yang dimilikinya, sebaliknya siswa yang memiliki kemandirian belajar yang rendah akan tergantung pada orang lain.

Menurut Mudjiman (Assagaf 2014: 5), belajar mandiri dapat diartikan sebagai kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Berikut rata-rata tingkat kemandirian belajar siswa SMP kelas VII-D di SMP Negeri 2 Kota Serang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Rerata Hitung setiap Indikator dari Kemandirian Belajar Siswa dan Kategorinya

No. Indikator Persen-tase Kategori 1 Memiliki hasrat bersainguntuk maju demi

kebaikan dirinya

3 Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan

tugas-tugasnya 80% Baik

6 Adanya inisiatif pada kegiatan belajar 85.27% Baik

Klasifikasi :

Tahar (2006) menyatakan bahwa kemandirian belajar merupakan kesiapan dari siswa yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metoda belajar, dan evaluasi hasil belajar. Kemandirian belajar menuntut tanggung jawab yang besar pada diri siswa sehingga siswa berusaha melakukan berbagai kegiatan utnuk tercapainya tujuan belajar.

Salah satu faktor penyebab kemandirian belajar matematika adalah siswa. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung pasif. Perasaan takut dalam belajar matematika disebabkan karena siswa menganggap matematika adalah bidang studi yang paling sulit bila dibandingkan dengan bidang studi lainnya. Sehingga siswa terlihat sering menyontek dan bertanya kepada temannya saat mengerjakan soal. Faktor penghambat lain adalah cara mengajar guru yang kurang menarik. Guru kurang menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi.

Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa sebagian besar indikator kemandirian belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Kota Serang dikategorikan baik.

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa dikategorikan sangat rendah yang dibuktikan dengan jawaban siswa yang banyak melakukan kesalahan atau keliru. Sedangkan kemandirian belajar siswa dikategorikan baik.

(8)

pemahaman konsep matematis dengan kemandirian belajar siswa, dan juga mengungkapkan bahwa kemandirian belajar siswa ikut berkontribusi dalam mencapai hasil pemahaman konsep siswa.

Namun terlihat jelas bahwa hasil penelitian siswa kelas VII-D di SMP Negeri 2 Kota Serang ini tidak terlihatnya kontribusi dari kemandirian belajar siswa. Dari hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa terkait materi segiempat masih sangat rendah, sedangkan kemandirian belajar siswanya dikategorikan baik.

Pada hakikatknya, kemampuan pemahaman konsep siswa didukung oleh kemandirian belajar siswa yang baik. Semakin baik tingkat kemandirian belajar siswa, maka semakin baik pula tingkat kemampuan pemahaman konsep matematisnya.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil analisis data penelitian tentang kemampuan pemahaman konsep matematis dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi segiempat dan kemandirian belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa banyak siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Kota Serang yang tidak mampu menyelesaikan masalah matematika terkait materi segiempat.

Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berdasarkan rata-rata masing-masing indikator, yang paling rendah adalah indikator ke-4 yakni menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. Dan rata-rata paling tinggi adalah indikator ke-6 yakni menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu karena soal yang diberikan terbilang mudah.

Tetapi meskipun dianggap ke 6 soal lainnya terbilang mudah, masih banyak siswa yang tidak mampu menjawab soal tersebut.

Banyak pula siswa yang dalam menyelesaikan masalah segiempat masih terpaku dengan konsep segiempat secara umum seperti yang disampaikan

guru sehingga ketika berhadapan dengan masalah yang berbeda dengan yang biasa dijumpai siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan. Hal tersebut dikarenakan pengembangan konsep segiempat belum mampu dikembangkan sendiri oleh siswa. Dalam pembelajaran, pengembangan konsep segiempat dapat dilakukan sendiri oleh siswa bila siswa tersebut memahami konsep segiempat. Pemahaman konsep menjadi syarat penting bagi pengembangan konsep oleh siswa. Tanpa pemahaman, pengembangan konsep sulit untuk dilakukan sendiri oleh siswa sehingga harus selalu didorong oleh guru.

Sedangkan kemandirian belajar siswa, berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa dikategorikan baik.

Namun, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa keterkaitan antara kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan kemandirian belajar siswa tidak terlalu terkait. Hal ini disebabkan, tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi segiempat masih sangat rendah sedangkan tingkat kemandirian belajar siswanya baik.

6. REFERENSI

Harja, Media. 2012. Pemahaman Konsep

Matematis. Tersedia pada

http://mediaharja.blogspot.co.id/2012/05/pemaha man-konsep-matematis.html. Diakses pada tanggal 28 Februari 2016.

Jainuri, M. Pemahaman Konsep Matematis.

Tersedia pada

https://www.academia.edu/6942541/Pemahaman_ Konsep. Diakses pada tanggal 28 Februari 2016.

Nurina, Lia Amalia. 2014. Strataegi everyone is a teacher here untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan kemandirian belajar siswa SMP. Tersedia pada repository.upi.edu. Diakses pada tanggal 28 Februari 2016.

Atni, WI. 2010. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Dan Penguasaan Konsep Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri Cepagan

01 Batang. Tersedia pada

eprints.uny.ac.id/1437/2/isi.rar. Diakses pada tanggal 13 Maret 2016.

(9)

Bulat. Tersedia pada fkip.ump.ac.id/. Diakses pada tanggal 13 Maret 2016.

Widodo. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Tersedia pada digilib.unila.ac.id/1810/8/BAB %20%20II.pdf. Diakses pada tanggal 13 Maret 2016.

Teguh, W. 2012. Pengaruh Problem Solving Menggunakan Metode Diskusi Terhadap Kemandirian Belajar Siswa. Tersedia pada eprints.uny.ac.id/. Diakses pada tanggal 13 Maret 2016.

Nugroho, Bambang Wahyu. 2015. Analisis Pemahaman Konsep Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika SMP Kelas Tujuh pada Materi Segiempat dan Segitiga. Tersedia pada http://prosiding.upgrismg.ac.id/index.php/lppm_2 015/lppm2015/paper/view/874/829. Diakses pada tanggal 12 Juni 2016.

Kesumawati, Nila. 2015.

Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematika Mahasiswa

Pada Mata Kuliah Struktur Aljabar.

Tersedia

pada www.univpgri-palembang.ac.id/e_jurnal/.

Diakses pada tanggal 12 Juni 2016.

Rachmayani, Dwi. 2014. Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa. Tersedia pada digilib.unsika.ac.id. Diakses pada tangga 13 Juni 2016.

Fitriana, Sitti, dkk. 2015. Pengaruh Efikasi Diri, Aktivitas, Kemandirian Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP.

Tersedia pada

ojs.unm.ac.id/index.php/JEST/article/download/1 517/pdf_19. Diakses pada tanggal 13 Juni 2016.

(10)

BIODATA PENULIS

Nama

: Fifi Anggraeni

NIM

: 2225130324

Semester

: VI

Emai

: fifianggrn24@gmail.com

No. Hp

: 081295794808

Alamat

: LINK. CIKULUR JELAWE RT 003 RW 004, SERANG

Perjalanan pendidikan formal yang telah dilalui penulis hingga saat ini adalah sebagai

berikut.

1. Sekolah Dasar Negeri Cikulur pada tahun 2001 - 2007

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota Serang pada tahun 2007 - 2010

3. Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Serang pada tahun 2010-2013

4. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan

Pendidikan Matematika pada tahun 2013 sampai dengan sekarang.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Heni Pujiastuti, M.Pd yang telah

memeberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis sehingga karya tulis yang berjudul

“Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa” dapat

terselesaikan.

Gambar

Tabel 1disebabkan  siswa  yang  belum  memahami  dan
Tabel 2Rerata Hitung setiap Indikator dari

Referensi

Dokumen terkait

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Standar Akuntansi

Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan kewirausahaan dan self efficacy secara bersama-sama terhadap

Deskripsi Singkat Mata Kuliah : Mata kuliah ini membahas sistem dan proses audit sumber daya manusia yang meliputi audit kompatibilitas, audit fungsi

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diperoleh suatu kesimpulan bahwa dengan dilanjutkannya usaha dari debitur (perseroan)

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui latarbelakang pengiklan dan perusahaan iklan menggunakan

Berdasarkan hasil angket penelitian sebanyak 14 responden (42,42%) pada indikator afeksi masyarakat cenderung netral hal ini disebabkan karena sikap masyarakat

Demikianlah beberapa tuntunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak. Hendaknya para orang tua dan pendidik bisa merealisasikannya dalam pendidikan

Proses penyusunan anggaran yang tidak tepat menggakibatkan program kegiatan pada dinas kependudukan dan Pencatatan sipil tidak optimal dalam melakukan kegiatan untuk keseluruhan