• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN JIWA WIRUSAHAN PADA INDIVIDU B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN JIWA WIRUSAHAN PADA INDIVIDU B"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN JIWA WIRUSAHAN PADA INDIVIDU BERAWAL DARI PERCAYA DIRI DAN BERORIENTASI KEDEPAN UNTUK MEJADI

WIRUSAHA YANG BERHASIL

MOHAMAD ZAKI NUFUS D0A013069

KELAS F

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PETERNAKAN PURWOKERTO

2015

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah segala puji syukur bagi Allah, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya tugas paper ini dapat terselesaikan. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran. Serta kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian paper akhir mata kuliah kewirausahaan ini.

Papper ini berupa kajian mengenai Wirausaha yang mempunyai peranan cukup besar dalam pembangunan perekonomian suatu bangsa. Wirausaha menjadi solusi yang paling tepat untuk menghadapi masalah perekonomian ditengah-tengah masyarakat, dimana saat ini jumlah pencari kerja terus melonjak tidak sebanding dengan lowongan pekerjaan yang makin berkurang.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada dosen mata kuliah kewirausahaan yang telah memberi pengarahan dalam penggarapan paper ini, serta semua pihak yang telah memberikan segala bantuan sehingga paper ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa paper ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk memperbiki paper ini, dan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Purwokerto, Oktober 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

1. PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Tujuan Penulisan...2

II. CARA MEMBANGUN POLA PIKIR KEWIRAUSAHAAN...3

2.1. Pengertian Dasar Kewirausahaan...3

2.2. Pengendalian Alat Produksi (bahan baku)...4

2.3. Ditukar/dijual...5

2.4. Pendapatan...6

III. KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN...7

3.1. Percaya Diri...7

3.2. Berorientasi Pada Tugas Dan Hasil...8

3.3. Mandiri...9

3.4. Berinisiatif...10

3.5. Berpikir Kedepan...11

IV. CARA MEMBANGUN REALITAS KEWIRAUSAHAAN...12

4.1. Dream (mimpi)...12

4.2. Decisiveness (ketegasan)...13

4.3. Doers (pelaku)...14

4.4. Determination (ketetapan hati)...15

(4)

4.6. Devotion (kesetiaan)...17

4.7. Details (terperinci)...18

4.8. Destiny (nasib)...19

4.9. Dollars (uang)...20

4.10. Distribute (distribusi)...21

V. CIRI-CIRI UMUM WIRAUSAHA YANG BERHASIL...22

5.1. Tujuan Yang Berkelanjutan...22

5.2. Ketekunan Dan Ketabahan Dalam Mencapai Tujuan...23

5.3. Mengatasi Kegagalan...24

5.4. Mengambil Resiko Adalah Biasa...25

5.5. Kemampuan Memecahkan Masalah...26

5.6. Stamina Dan Kesehatan Fisik...27

5.7. Kesehatan Mental Dan Emosi...28

5.8. Obyektif...29

5.9. Fleksibel...30

5.10. Komitmen...31

5.11. Hubungan Antar Manusia...32

5.12. Akses Terhadap Sumber Keuangan...33

5.13. Latar Belakang Keluarga...34

KESIMPULAN...35

(5)

1. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kewirausahaan adalah sebuah proses dinamis dalam menciptakan tambahan kekayaan atau suatu proses untuk mengembangkan suatu usaha baru, mungkin dalam bentuk membawa produk baru ke pasar yang ada , atau membawa produk yang baru ke pasar yang baru untuk pembentukkan organisasi yang baru. kewirausahaan adalah suatu pengambilan resiko dengan jalan membeli barang sekarang dan menjual dengan harga yang tidak pasti

Karakteristik kewirausahaan yang meliputi rasa percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, mandiri, berinisiatif, dan berpikir kedepan merupakan karakter yang selalu melekat pada seorang wirausaha. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Wirausaha adalah individu yang mendirikan mengelola atau mengembangkan dalam melembagakan perusahaan yang dimiki sendiri dan individu yang dapat menciptakan suatu pekerjaan bagi orang lain dapat disebut berswadaya.

(6)

tujuan dari suatu perusahaan untuk digabungkan dalam kesempatan membuka pasar baru dan pembaruan dari operasi pasar yang sudah ada. Tekun berarti terus menerus berusaha hingga tujuan yang telah ditentukan dan diyakini sebelumnya dapat tercapai dengan hasil yang optimal.

Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai kehidupannya. Melalui lingkungan itulah anak mulai mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari; melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal, latar belakang keluarga dan pengaruh atau dorongan sosial lingkungan berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa Dukungan dari keluarga untuk melakukan suatu usaha sangat dibutuhkan hal itu akan lebih memperlancar dalam usahanya. Dukungan keluarga memang dapat memberikan nilai tambah yang hebat bagi orang yang sedang mengerjakan bisnis. Sehingga seorang wirausaha yang sukses tidaklah lepas daridukungan keluarga yang mendukung dan memberi inovasi agar selalu kreativ, inovatif dan berpikir kedepan dalam menghadapi tantangan yang ada.

I.2.Tujuan Penulisan

a. Mengkaji cara membangun pola pikir Kewirausahaan b. Mengkaji karakteristik Kewirausahaan

c. Mengkaji cara membangun realitas Kewirausahaan d. Mengkaji ciri-ciri umum Wirausaha yang berhasil

(7)

2.1. Pengertian Dasar Kewirausahaan

Wirausaha bukanlah orang yang bergulat dengan pikiran, merenung atau menguji hipotesis, melainkan orang yang fokus pada eksekusi. Mereka tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran atau berputar-putar dalam pikiran penuh keraguan."Manusia dengan entrepreneur mindset mengeksekusi, yaitu melakukan tindakan dan merealisasikan yang dipikirkan daripada menganalisa ide-ide baru sampai mati" (Cholichul, 2012).

Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda. Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan . Kata entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko, kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan suatu pekerjaan tertentu), dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya (Hendro, 2011).

Selain itu kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses (Kasali, 2010). Sedangkan menurut Kamrianti (2012), kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif yang membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang banyak.

(8)

Bahan baku adalah bahan yang belum diolah sebagai tempat bahan produksi ( Sofyan,2009 ). Pengadaan bahan baku yaitu banyaknya kuantitas dan seberapa baik kualitas bahan yang yang dikehendaki untuk mencapai kuantitas dan kualitas yang diinginkan. Kriteria pemilihan bahan :1 ) Kualitas pasok , 2) Kontuinitas pasokan 3) Mutu yang sesuai standar Pengusaha harus dapat menggali sumber pasokan bahan baku baik yang sudah jadi maupun setengah jadi (Hendra, 2011).

Pengadaan bahan baku harus diperhatikan beberapa faktor yang mendukung antara lain :a) Perkembangan harga produk tersebut , total harga pembeliannya sampai ke pengusaha,b) Kondisi dari bahan yang digunakan (Kasmir:2007) Adapun yang dimaksud bahan adalah unsur yang melekat dan secara langsung adalah unsur yang melekat dan secara langsung terlibat pada produk yang bersangkutan (Alma:2005).

Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru 5 Faktor konversi hasil terhadap bahan baku adalah perbandingan antara produksi (hasil) dan bahan baku yang dipergunakan. Harga bahan baku adalah harga seluruh bahan baku yang dipergunakan dalam pembuatan produk (Rp/kg). (Kasmir: 2007).

(9)

Tujuan umum penjualan dalam perusahaan yaitu untuk mencapai volume penjualan, mendapatkan laba tertentu dan menunjang pertumbuhan perusahaan.( Winardi (2012). Penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain. Penjualan dapat diartikan juga sebagai usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang bagi mereka yang memerlukan dengan imbalan uang menurut harga yang telah ditentukan atas persetujuan bersama. (Kartajaya, 2006)

Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor yang dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Winardi (2012) adalah kondisi dan kemampuan penjual, kondisi pasar dan modal.

(10)

2.4. Pendapatan

Pendapatan merupakan suatu pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan assets yang disebabkan karena bertambahnya liabilities. Pada hakekatnya konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu (Simanjuntak, 2008).

Menurut Lestari, pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang yang berasal dari pihak lain maupun dari hasil industri yang dinilai atas dasar jumlah uang dari harta yang berlalu saat itu (Lestari, 2011). Haryanto (2011) menyatakan bahwa besarnya pendapatan seseorang tergantung pada sedikit banyaknya waktu yang digunakan untuk bekerja, semakin lama ia bekerja akan semakin besar pula penghasilannya. Semakin lama masa kerja maka pendapatan yang diperoleh akan semakin besar, karena masa kerja yang lebih lama biasanya semakin banyak pengalaman.

(11)

III. KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

3.1. Percaya Diri

Dalam praktik, sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Kasali, 2010).

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Karakteristik kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi, obyektif, dan kritis, emosionalnya stabil, tidak gampang tersinggung dan naik pitam (Suryana, 2013).

(12)

III.2. Berorientasi Pada Tugas Dan Hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan inisiatif (Suryana 2013). Dengan adanya motivasi dalam berusaha, seorang wirausaha akan mampu bekerja keras, enerjik, tanpa malu dilihat teman, asal yang dikerjakan merupakan pekerjaan halal (Alma 2013).

Ciri-ciri wirausaha adalah berorientasi ke depan dalam mengambil suatu tindakan sebab untuk meningkatkan bisnis yang dimiliki agar nantinnya ada ketindak berlanjutan dan perkambangan usaha yang dibangun(Siti:2010)dalam berioerientasi kedepan maka seseorang haruslah didukung beberapa sifat antara lain:

1. Berpikir ,teliti , inovatif dan kreatif

2. Berani mengambil resiko dan percaya akan kemampuan diri sendiri,

3. Memiliki kepribadian yang tekun dan ulet,

4. Selalu berusaha untuk meningkatkan hasil dari tugas,

5. Berusaha mencapai hasil maksimal dari hal yang telah dilakukan. (Priyanto, 2010 ).

(13)

III.3. Mandiri

Mandiri Artinya sikap untuk tidak menggantungkan keputusan akan ap yang harus dilakukan kepada orang lain, sesuatu dikerjakan karena kemauan sendiri serta tidak merasa besar (Suryana, 2014). Bukan karena orang lain, tetapi besar karena usaha kerasnya resiko yang dihadapi serta hambatan dan masalah yang harus diselesaikan adalah milik kita sendiri dan kita yang memutuskan cara menghadapi dan menuntaskannya, tentunya selalu berdo a‟ dan ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Contohnya adalah Ketika kita tidak mampu memperkerjakan orang dalam memulai bisnis pertama kalinya berarti pertama-pertama yang menjadi keputusan yaitu menjadi satu-satunya pegawai di tempat usaha yang kita dirikan (Rukka, 2011).

Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Wirausaha harus dapat mandiri menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain (Meredith, 2006).

(14)

yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen (Merrill, 2005).

III.4. Berinisiatif

Menurut Suryana (2009) mengungkapkan bahwa “Inisiatif adalah kemampuan mengembangkan ide dan caracara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan ide dan caracara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (thinking new things). Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif (Drucker, 2014).

Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun, dan perkembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap , bergairah, dan semangat berprestasi. Inisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah dibiasakan berulang-ulang dan melahirkan inovasi (Narzuki, 2007). Gerschenkron adalah seorang ahli yang menonjolkan inovasi sebagai sarana kepribadian menuju kewirausahaan modern. la mengemukakan "entrepreneur are people whose task is to make economic decisions" (Myron Weiner, 2006 ).

(15)

wujud yang sempurna oleh sebab itu dalam melakukan terus melakukan inisiatif agar menjadi hidup yang lebih produktif.

III.5. Berpikir Kedepan

Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa depan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2013).

Menelusuri sejarah pribadi di masa lalu dapat memberikan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan seseorang. Di dalamnya terdapat sejumlah pengalaman hidup : hambatan dan kesulitan yang pernah kita hadapi dan bagaimana kita mengatasinya, kegagalan dan keberhasilan, kesenangan dan keperihan, dan lain sebagainya (Salim, 2005).

(16)

mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan (Meredith, 2006).

IV. CARA MEMBANGUN REALITAS KEWIRAUSAHAAN

4.1. Dream (mimpi)

Impian akan mempengaruhi pikiran bawah sadar seseorang. Bahkan impian dapat menjamin keberhasilan, karena senantiasa menjadi sumber motivasi hingga mencapai tujuan atau menggapai tujuan selanjutnya. Dorongan motivasi itulah yang akan menggerakkan tubuh dan mengatur strategi yang harus ditempuh, misalnya bagaimana mencari informasi dan menjalin komunikasi maupun bekerjasama dengan orang lain (Suad, 2011).

Menurut Sukanto (2008), "Hidup ini mengerut atau berkembang sesuai dengan keteguhan hati seseorang”. Terdapat empat tips sederhana dalam menjadikan impian sebagai sumber energi kita, yaitu disingkat dengan kata PLUS, yaitu; percaya, loyalitas, ulet dan sikap mental positif.

Wirausaha harus mempunyai mimpi terhadap keinginan masa depan pribadi dan bisnis serta mampu mewujudkan mimpinya. Hal ini merupakan motivasi yang kuat untuk mulainya suatu usaha. Impian adalah ambisi dari dalam diri manusia yang menjadi penggerak untuk maju (Manullang, 2011).

(17)

teknologi yang lebih hebat itu berkat impian orang-orang besar. Orang-orang besar itu adalah para pemimpi (Meredith, 2006).

IV.2. Decisiveness (ketegasan)

Ketegasan diri didefinisakan sebagai kemampuan seseorang menolak permintaan,meluahkan perasaan tanpa menyinggung perasaan orang lain,memuliakan serta dapat membuat permintaan tanpa merasa tertekan.

Decisiveness (ketegasan) Yakni tidak menangguhkan waktu dan membuat keputusan dengan cepat. Ketegasan dari seorang wirausaha dapat terbukti dari keputusan-keputusan yang dibuatnya yang hampir semuanya cepat dan tepat. Hal ini membuat para karyawannya selalu percaya dan menjalani semua keputusan-keputusan yang dibuatnya (Turner, 2005). Merencanakan produksi merupakan salah satu tantangan bagi seorang wirausaha. Diperlukan ketegasan dalam merencanakan. Hal ini sangat penting karena ketegasan seorang wirausaha akan menentukan kemampuan dirinya untuk mencapai cita-citanya secara cerdas (Yager, 2005).

(18)

kinerja serta ukurannya, diikuti dengan penentuan metode penilaian, pelaksanaan, dan evaluasi (Zohar, 2006).

IV.3. Doers (pelaku)

Wirausaha adalah perintis dan pengembang perusahaan yang berani mengambil resiko dalam menghadapi ketidakpastian dengan cara mengelola sumber daya manusia, material, dan keuangan untuk mencapai tingkat keberhasilan tertentu yang diinginkan. (Suryana, 2013). Seorang wirausaha dalam membuat keputusan akan langsung menindaklanjuti. Mereka melaksanakan kegiatannya secepat mungkin. Seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang baik dalam bisnisnya (Kasali, 2010).

Mengenai pengertian wirausaha, Meredith (2006) juga menjelaskan bahwa: “Para pelaku usaha atau wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.

(19)

pilihan dari Berbagai alternative pilihan dan pemecahannya dengan harapan bisa meminimalisasi setiap kesalahan yang kemungkinan akan muncul sehingga terhindar dari kesalahan yang fatal.

IV.4. Determination (ketetapan hati)

Enterpreneur memiliki keyakinan bahwa sebanarnya kegagalan itu tidak ada bagi mereka yang ada hanya rintangan besar, sangat besar dan rintangan kecil kegagalan hanya muncul pada orang yang tidak berusaha mencari jalan keluar dari masalahanya (Waiton, 2010)

Ciputra (2008) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang-orang yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan kedepan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil beda), dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan) (Cooper, 2006).

(20)

(Drucker, 2005). Keyakinan / ketetapan hati karana ingin berwirausaha namun tidak mengetahui dan merasa ragu ragu dalam budayanya sendiri,sikap teguh berpengaruh dalam memutuskan mana yang bener dan yang salah.

IV.5. Dedication (dedikasi)

Dedikasi adalah sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yg luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh. Seorang yang berdedikasi berkata,” aku melayani, maka aku ada,” keberadaan dirinya ditentukan oleh sejauh mana dirinya bermanfaat (Zohar, 2006).

Dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi,kadang-kadang dia mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya untuk sementara. Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan bisnisnya (Timpe, 2011). Dedikasi adalah pengabdian; melakukan suatu pekerjaan/aktifitas dengan bersungguh-sungguh dan dengan selalu memberikan yang terbaik tanpa perlu mengeluh serta penuh loyalitas tinggi Seorang wirausaha yang cerdas itu mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap bisnisnya, karena dedikasi yang tinggi maka kesuksesan akan selalu menghampirinya (Turner, 2005).

(21)

tidak akan sia-sia, walaupun harus dipaksa dan melelahankan mendera, dan juga keletihan yang luar biasa, hal tersebut menjadi bahan bakar semangat untuk bisa maju melanjutkan usahanya.

IV.6. Devotion (kesetiaan)

Devotion yang mempunyai arti kesetiaan atau ketaatan, jadi seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya harus setia dan taat sesuai dengan peraturan yang telah dibuatnya sendiri (Margono, 2012). Seorang wirausaha harus menyenangi pekerjaannya, mencintai produknya dan nilai produk yang dihasilkan, sehingga mendorongnya untuk menjual dan memproduksinya lebih banyak pekerjaannya dan banyak yang dihasilkannya (Mardiyatmo, 2005).

Lakukanlah sesuatu karena memang ingin melakukannya tanpa keterpaksaan dalam melakukannya. Seorang wirausaha mencintai pekerjaan bisnisnya dan produk yang dihasilkannya. Hal inilah yang mendorong keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produknya (Frinces, 2008). Hidayat (2010) mengemukan bahwa kesetiaan seorang wirausaha dapat diukur melalui lima indkator variable yaitu: Adanya perkembangan, Recomendasi, menambah jumlah tabungan , menceritakan hal positif, Kesediaan menerima bunga yang rendah.

(22)

IV.7. Details (terperinci)

Wirausahawan harus berani dan siap menanggung resiko kegagalan. Oleh karena itu, sebelum memulai usaha harus direncanakan masak-masak, mulai dari permodalan, produksi, untung-ruginya, jangkauan dan cara pemasarannya (Joesoef, 2006).

Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membentuk terbentuknya sistem ekonomi perusahaan bebas. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan pada perekonomian akan berasal dari para wirausaha yang merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi (Chandra, 2011).

Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat menghambat kegiatan usahanya. Wirausaha adalah orang yang pandai dan berbakat mengenali produk baru yang bermanfaat bagi masyarakat, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi (tindakan) untuk pengadaan produk baru, memasarkan, dan mengatur permodalan operasinya (Hidayat, 2010).

(23)

wirausaha tentunya tidak sembarangan tetapi hendaknya mengacu kepada kriteria yang berlaku secara rinci.

IV.8. Destiny (nasib)

Destiny yaitu bertanggung jawab terhadap nasib & tujuan ,bebas dan tida mau bergantung pada orang lain,wirausaha harus bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak ia capai (Chen, 2006)

Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya. Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain (Amir, 2010). setiap orang memiliki bakat sebagai wirausahawan dan semangat berwirausaha sulit dipaksakan. Hanya mereka yang mempunyai semangat membangun dengan prakarsa sendiri,ingin memperbaiki nasib, serta mampu melihat peluang dengan sumber daya yang ada dan mau mencobanya (Anonimous, 2006). Bila anda memiliki kemampuan sebagai wirausahawan, pertama kali anda haruslah memiliki rasa optimis dan prakarsa untuk meningkatkan produktivitas dengan meraih nilai tambah dengan melakukan usaha.

(24)

justru cenderung pada kiat , sifat siasat dan tekad. Belajar yang terbaik untuk menjadi wirausahawan ialah belajar pada seorang wirausahawan lainnya (Swasono, 2006).

IV.9. Dollars (uang)

Uang (dollars), yakni kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti sebagai ukuran sukses. Seorang wirausaha tidak mengutamakan mencapai kekayaan, motivasinya bukan karena masalah uang (Wijandi, 2011). Uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Ia berasumsi jika berhasil dalam bisnis maka ia pantas mendapat laba, bonus, atau hadiah.

Uang adalah medium pertukaran (medium of exchange). Sikap terhadap uang merupakan penerimaan individu terhadap uang sebagai medium dalam aktivitas-aktivitas pertukaran, seperti transaksi ekonomi, dan transaksi social (Soemanto, 2009). untuk menjadi wirausahawan memang tidaklah mudah, karena penuh tantangan dan mengandung resiko. Seorang wirausahawan memiliki kepribadian dan sifat spesifik. Sharma (2005) menyebutkan ada beberapa karakteristik kepribadian yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi wirausahawan, yaitu motif (dorongan) berprestasi, kemandirian, toleransi terhadap perubahan, dan sikap terhadap uang.

(25)

antara net profit yang diperoleh dengan total penjualan yang berhasil dilakukan oleh perusahaan (Banfe, 2011).

IV.10. Distribute (distribusi)

Distribusi menurut Indriantono (2009) adalah kegiatan penyampaian produk dari produsen sampai kepada konsumen sebagai pemakai akhir. Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada orang orang kepercayaannya itu yaitu orang-orang yang kritis dan mau diajak mencapai sukses dalam bidang bisnisnya. Saluran distribusi terdiri dari berbagai badan / lembaga yang saling tergantung dan saling berhubungan yang berfungsi sebagai suatu system/ jaringan (Kohli, 2010).

Sebagai instrument kebijakan perusahaan menurut Ferdinand (2009), kebijakan distribusi dapat digunakan untuk memanajemeni persaingan dibawah asumsi bahwa semakin tinggi intensitas distribusi diterapkan, akan semakin kokoh kekuatan yang dimilki dan semakin besar kemungkinan bahwa barang atau jasa yang ditawarkan dapat dijual pada pasar target tertentu.

(26)

sebagai jumlah perantara yang digunakan oleh sebuah perusahaan didalam area perdagangan (Tjiptono, 2007).

V. CIRI-CIRI UMUM WIRAUSAHA YANG BERHASIL

5.1. Tujuan Yang Berkelanjutan

Analisis Situasi atau tujuan menggambarkan situasi, mulai dari sumber daya alam, bahan baku produk, sumber daya manusia, usaha yang telah ada sampai prospek pemasaran, hambatan dan juga keuntungannya.Tujuan : meliputi tujuan atau target yang diharapkan dapat dalam jangka pendek dan jangka panjang. (Kurniasih:2005) Bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapai. (Bygrave:2008)

(27)

menjalankan perusahaan kearah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau survive dan expantion.”

V.2. Ketekunan Dan Ketabahan Dalam Mencapai Tujuan

Keberhasilan untuk menjalankan hidup berdiri sendiri dalam Wirausaha harus berdasarkan kepada bekerja dan berusaha dengan tekun dan tekad yang kuat untuk maju, bebas dari perasaan takut, cemas dan rendah diri di dalam berusaha, disiplin dan berkepribadian yang kuat di dalam menjalankan usahanya, berusaha dengan penuh keyakinan, iman dan penuh ketawakalan dalam berusaha. (Setyawati , 2013).

Mastuti, dan Alwi (2008), seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Ketekunan dan ketabahan perlu dimiliki seorang wirausaha yang ingin maju.Landasan yang kuat untuk meningkatkan karsa dan karya seseorang dalam berwirausaha. Kreativitas, inisiatif, kegairahan kerja, dan ketekunan akan banyak mendorong seorang wirausaha untuk mencapia karya yang memberikan kepuasan batin, yang kemudian akan mempertebal kepercayaan diri. Maka, seorang wirausaha harus memiliki ketekunan dan ketabahan untuk mencapai apa yang jadi tujuannya. (Buchari, 2010).

(28)

seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras merealisasikannya. ( Saiman , 2009)

V.3. Mengatasi Kegagalan

Penyebab wirausaha gagal dalam menjalankan usahanya,

yaitu tidak kompeten dalam manajerial, kurang berpengalaman,

baik itu kemampuan teknik, memvisualisasikan

usaha,mengkoordinasikan, mengelola sumber daya, kurang

dapat mengendalikan keuangan, gagal dalam perencanaan,

lokasi yang kurang memadai, kurangnya pengawasan peralatan,

sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha,

ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi

kewirausahaan.(Smith , 2013 )

Marwan (2005), membuktikan dalam model dinamis

pembelajaran wirausaha, bahwa kegagalan dan keberhasilan

wirausaha akan memperkaya dan memperbaharui stock of

knowledge serta sikap wirausaha sehingga ia menjadi lebih

mampu dalam berwirausaha. Dalam kaitannya dengan upaya

untuk mempertahankan usaha, seorang wirausahawan

memerlukan suatu strategi positioning yang kuat serta konsisten

(29)

Bambang (2013), mengatasi kegagaasal saja

wirausahawan selalu waspada dan selalu melakukan evaluasi

serta pengendalian secara teratur dan berkala. Belajar dari

pengalaman-pengalaman tersebut akan membantu untuk

mencapai hasil yang lebih positif di masa yang akan datang Bila

tidak, maka wirausahawan menjadi lengah dan akibatnya

tanda-tanda kegagalan tidak diketahui dan kemudian berakibat

dideritanya kegagalan. Meredith (2005), terdapat beberapa yang

tetap terus mempertahankan usahanya di tengah banyaknya

kendala dan hambatan bahkan kegagalan yang dihadapi.

V.4. Mengambil Resiko Adalah Biasa

Asri (2006) menyatakan bahwa kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakanusaha baru atau dengan pendekatan yang inovatifsehingga usaha yang dikelola berkembang menjadibesar dan mandiri dalam menghadapi tantangantantangan persaingan..

Berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam

berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya

bermental mandiri dan berani memulai usaha tanpa diliputi rasa

takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. individu

(30)

peluang usaha yang menguntungkan, serta berani mengambil

resiko.( Hatani , 2008)

Kasmir (2007), keberanian untuk menanggung resiko yang

menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang

penuh perhitungan dan realistis. Situasi resiko kecil dan resiko

tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat

pada masing-masing situasi tersebut. Wirausaha menghindari

situasi resiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan

menjauhi situasi resiko yang tinggi karena ingin berhasil. Berani

mengambil resiko kegagalan dan selalu antisipatif terhadap

kemungkinan-kemungkinan kegagalan. Wirausaha yang tidak

mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif.

Pengambilan risiko memang sudah biasa dilakukan bagi

wirausahawan yang ingin mencapai tujuan. (Ahmady , 2013)

V.5. Kemampuan Memecahkan Masalah

Indikator kemampuan memecahkan masalah adalah

prigel/ulet/rajin dalam bekerja atau berusaha, banyak akal dan

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, memahami

secara benar terhadap diri pribadi atas kemampuan yang

dimiliki, kreatif dalam mencari jalan keluar terhadap masalah

yang dihadapi.( Riyanti ,2013)

Kuntowicaksono (2012), secara simultan ada pengaruh

(31)

masalah terhadap minat kewirausahaan. Tidak ada pengaruh

secara parsial pengetahuan kewirausahaan terhadap minat

kewirausahaan. Terdapat pengaruh parsial kemampuan untuk

memecahkan masalah kewirausahaan terhadap minat

kewirausahaan. Memahami secara benar terhadap diri pribadi

atas kemampuan yang dimiliki

Pemecahan masalah atau problem solving didefinisikan

sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau

ketidaksesuaian antara hasil yang diperolah dan hasil yang

diinginkan, salah satu bagian pari proses pemecahan masalah

adalah pengambilan keputusan (decision making), yang

didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah

alternatif yang tersedia, pengambilan keputusan yang tidak tepat

akan mempengaruhi kualiatas dari hasil dari pemecahan

masalah yang dilakukan. (Suyugi , 2010).

Para wirausahawan hendaknya dapat menganalisis dengan

mengumpulkan data-data, mengolahnya, menganalisis,

menginterpretasi dan menarik kesimpulan dari penganalisaan

tersebut. (Kiyosaki , 2005).

V.6. Stamina Dan Kesehatan Fisik

Aktivitas sehari-hari pengusaha baik dilingkungan keluarga,

(32)

dan kompleks menuntut stamina fisik dan mental yang prima.

Kesehatan fisik sangat penting untuk mengimbangi tuntunan.

( Dean , 2005)

Stamina yang tinggi diperlukan untuk memenuhi

kemampuan menjalankan bisnis, kemampuan untuk

berkonsultasi dengan para ahli: keinginan untuk mencari bantuan

orang lain diperlukan untuk mencapai tujuan. Kesehatan fisik

sangat penting untuk mengimbangi tuntunan dan tekanan yang

ditimbulkan dari bisnisnya, terutama pada tahun-tahun awal.

Kesehatan mental dan emosi pada jam kerja yang panjang dan

tekanan bisnis menuntut kestabilan emosinya. (Hardian ,2011)

Uyanto (2006) berpendapat bahwa lebih dari 50 persen

memulai wirausaha pada umur 25 sampai 40 tahun. Ini juga

dikarenakan anak muda lebih semangat dan tenaga yang masih

kuat serta kondisi kesehatan yang lebih bagus. Diharapkan anak

muda sebagai pengerak perekonomian bangsa. Menjaga stamina

dan kesehatan fisik salah satu modal awal untuk menjadi

seorang wirausahawan. Seberapa kuat kita dapat menerima

setiap kenyataan dari usaha yang dijalani.

kualitas dasar daya fisik/raga kewirausahaan memiliki

karakteristik/ dimensi-dimensi sebagai berikut: menjaga

kesehatan secata teratur; memelihara ketahan/stamina tubuh

(33)

tubuh dimanfaatkan demi kesehatan dan kebahagiaan hidup.

(Sukmadinata ,2006).

V.7. Kesehatan Mental Dan Emosi

Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguhsungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik). (Bygrave:2008)

Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. ( Zakiah , 2005).

(34)

V.8. Obyektif

Kurangnya objektifitas kesalahan yang sering tampak dari seorang wirausahawan baru adalah kurangnya objektifitas. orang-orang yang berlatih secara teknis sering hanya melihat pada gagasan mengenai produk atau jasa baru mereka sendiri tanpa menyadari perlunya perencanaan atau proyeksi dalam kerja professional mereka, misalnya riset kelayakan pemasaran dan sudut pandang bisnis. (Alma:2013)

Oktasela (2011) mengatakan bahwa yang harus dilakukan wirausahawan dalam peluncuran usaha baru adalah dengan memperhatikan sikap objektifitas dan selalu mencari gagasan-gagasan bagi produk atau jasa baru. Berpikir objektif itu artinya bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang netral dan tidak memihak. Sedangkan kebalikannya adalah berpikir subjektif, yaitu berpikir sepihak dan tidak mendasar, yang hanya mengedepankan nafsu semata.

(35)

dalam batas kendala tertentu, Sehingga adanya umpan balik (feedback) untuk kelancaran dalam suatu usaha untuk kemajuan kedepan lebih mudah untuk dikembangkan (Fikawa, 2007).

V.9. Fleksibel

Smith , (2013) Fleksibel adalah suatu hal yang lentur mudah dibengkokkan dan luwes, serta mudah dan cepat menyesuaikan diri:di ingkungan baru yg masih asing baginya. Salah satu seorang wirausaha adalah Fleksibel yaitu pandai menyesuaikan diri dengan berbagai relasi/kalangan, pandai dan dapat mengontrol emosi saat hadapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan ( Fenny, 2008)

Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas hal itu adalah sifat yang dimilki seorang wirausaha . Dalam saat berwirausaha harus adanya penyusunan strategi secara eksplisit merupakansuatu kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi.( Maredith, 2012). Diversifikasi produk merupakan salah satu cara untuk meningkatkan volume penjualan yang dapat dilakukan oleh perusahaan terutama jika perusahaan tersebut telah berada dalam tahap kedewasaan.

(36)

suatu perusahaan tidak akan bergantung pada satu jenis produknya saja, tetapi perusahaan juga dapat mengandalkan jenis produk lainnya (produk diversifikasi).

V.10. Komitmen

Menurut Handaru (2012), dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting dan dijadikan sebagai syarat seseorang untuk memegang jabatan/posisi dalam suatu perusahaan. Meskipun hal ini sudah sangat umum, namun tidak jarang pengusaha maupun pegawai masih belum memahami arti komitmen secara sungguh-sungguh.

Komitmen dapat timbul dari berbagai faktor dalam organisasi, di antaranya karena adanya kepuasan kerja dari karyawan dan komitmen yang tinggi (Robbin dan Judge, 2008). Ketika seseorang mempunyai komitmen yang tinggi terhadap usahanya, maka orang tersebut akan melakukan apapun untuk memajukan perusahaannya karena keyakinannya terhadap usahanya

(37)

tersebut, sementara keterlibatan pekerjaaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seseorang individu.

V.11. Hubungan Antar Manusia

Hubungan antar manusia memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan. Hubungan antar manusia adalah kemampuan mengenali sifat, tingkah laku, pribadi seseorang. Ruang lingkup hubungan antar manusia dalam arti luas adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu kehidupan untuk memperoleh kepuasan hati (Suharyat, 2009).

Adanya hubungan antar manusia dapat memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain, memperoleh pengetahuan dan informasi baru, menumbuhkan sikap kerjasama, menghilangkan sikap egois (Gerungan, 2010).

Sementara tujuan dari hubungan antar manusia menurut Ahmadi (2013), adalah memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin. Selain itu, dapat memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain, memperoleh pengetahuan dan informasi baru, menumbuhkan sikap kerjasama.

(38)

 Kedekatan Geografis (Proksimitas) : intensitas sering mempengaruhi interaksi sosial.

 Kemiripan (Similarity) : hal usia, pendidikan, latar belakang etnik, agama, ras, status sosial ekonomi.

 Situasi

V.12. Akses Terhadap Sumber Keuangan

Dalam Undang-Undang tentang Usaha Kecil terdapat istilah pembiayaan. Isatilah pembiayaan tampaknya lebih bersifat teknis-opersional, yakni berupa penyediaan dana oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, atau melalui lembaga lain dalam rangka memperkuat permodalan usaha kecil (Darwin, 2013).

Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Listyawan Ardi Nugraha (2011) “modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan” Penting tidaknya modal, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar (Amirullah, 2005).

(39)

manajemen keuangan, serta penumbuhan dan pengembangan lembaga penjamin (Amirullah, 2005)

Dalam hal peningkatan akses terhadap sumber pendanaan, harus ada upaya-upaya konkret untuk menyederhanakan tata cara memperoleh dana. Dalam hal kemudahan pendanaan, mencangkup berbagai upaya pemberian keringanan persyaratan dalam pendanaan (Setyobudi, 2007).

V.13. Latar Belakang Keluarga

Salah satu penyebab seseorang berwirausaha dengan sukses karena adanya minat untuk berwirausaha. Dan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha siswa adalah adanya dukungan dari keluarga dan hasil belajar di sekolah (Nawawi, 2007). Wirausaha merupakan kegiatan menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikan suatu usaha (Kristanto, 2009).

Menurut pendapat Sudjana (2006) latar belakang keluarga merupakan kondisi yang ada pada keluarga khususnya orang tua yangdicerminkan dalam status ekonomi sosial danekonomi. Lambing & Kuehl (2005) mengatakan bahwa kebanyakan dari keluarga yang wirausaha akhirnya membawa anak-anak ke dalam bisnis,mulai dari usia yang sangat dini, anak-anak membantu dalam kegiatan perusahaan.

(40)

yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Utomo et all , 2007).

KESIMPULAN

1. Cara membangun Wawasan dalam berwirausaha memindahkan sumber-sumber ekonomi dari daerah dengan produktivitas rendah ke daerah dengan produktivitas lebih tinggi yang kemudian dijual baik diolah secara langsung yang dapat meningkatkan pendapatan.

2. Faktor-faktor yang menunjang dalam berwirausaha antara lain pengendalian alat , ditukar/dijual, pendapatan, kreativitas, individu kerja keras serta berani berisiko.

3. Berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan.

4. Karakteristik Kewirausahaan meliputi percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, mandiri, berinisiatif, dan berpikir kedepan.

(41)

6. Salah satu kunci keberhasilan wirausaha adalah dengan memiliki inisiatif yang jelas dan baik, hal ini bisa mempercepat perkembangan dan perubahan terhadap usaha yang digelutinya.

7. Cara membangun realitas Kewirausaha yaitu dengan mimpi, ketegasan, ketetapan hati, dedikasi, kesetiaan, terperinci, uang dan distribusi.

8. Untuk menjadi seorang entrepreneur diperlukan mimpi, keinginan untuk berubah dan dapat mengantisipasi, tidak menyia-nyiakan moment, be intellectual, responsive dan proaktif, belajar dari pengalaman, networking, be independent (tidak tergantung), komitmen, komunikatif, be different (kreatifitas), memanfaatkan peluang,dan menentukan hasil.

9. Ciri-ciri umum wirausaha yang berhasil yaitu memiliki tujuan yang berkelanjutan, ketekunan dan ketabahan dalam mencapai tujuan serta mampu mengatasi kegagalan.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abipraja, S. 2013. Ekonomi Pembanguna : Pengantar dan Kebijaksanaan. Surabaya : Airlangga University Press.

Ahmadi, A. 2013. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ahmady. 2013. Rahasia Sukses Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Martabak

Alma, Buchari 2010. Kewirausahaan, Bandung. CV. Alfabeta.

Alma, Buchari, 2007.Kewirausahaan, Bandung: Alpabeta,

Alma, Buchari. 2013. Kewirausahaan. Ed ke-5. Bandung : CV Alfabeta

Amir, M.S. 2010. Wiraswasta (Manusia Unggul-Berbudi Luhur). Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Amirullah, dan Imam Hardjanto, 2005. Pengantar Bisnis, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Asri, Marwan, dkk. 2006. Manajemen Perusahaan, Pendekatan Operasional. Yogyakarta. BPFE.

Assauri,Sofyan. 2009. Manajemen Produksi dan Pengendalian Produksi. Edisi Revisi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.

Astamoen, Moko P. 2005. Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Bambang , 2013. Kiat Menghadapi Masalah Dalam Berwirausaha. Prenhallindo :

Banfe, C. 2011. Entrepreneur-from Zero to Hero. New York: Van Nostrand Reinhold

(43)

and Managing the Human Side of Work, Third Edition. Toronto: Allyn and Bacon.Derajad, Zakiah. 2005. Kepribadian Guru, Jakarta: PT. Bulan Bintang.

Brown, James R, Jean L. Johnson, Harold F. Koenig, 2005,” Measuring The Sourceof Marketing Channel Power : A Comparison of Alternatif Approahes,”International Journal of Research in Marketing

Buchari, A., 2010. Kewirausahaan. CV Alfabeta : Bandung.

Bygrave, W. D. 2014. The Portable MBA in Entrepreneurship: Third Edition/edited by William D. Bygrave , Andrew Zacharakis. – Ed. 3 – New Jersey : John Willey & Sons Inc.

Bygrave, William D. 2008 The Portable MBA in Entrepreneurship. Singapore : John Wileyand Sons, Inc.

Cahyono, B.T.2013. Teori dan Praktek Kewirausahawan (Tinjauan Psikologi Industri), Libeerty, Yogyakarta.

Chandra, Purdi E., 2011. Menjadi Entrepreneur Sukses. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Chen, Y.W, and Linan F. 2006. Testing The Entrepreneurial Intention Model On a Two- Country sample. Document de tereball (6)7, 1-28.

Cholichul .2012. Karakteristik Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Cilliana, & Wilman, M. 2008. Pengaruh Kepuasan Kerja, Keterlibatan, Kerja, Stres Kerja, dan Komitmen Organisasi terhadap Kesiapan untuk Berubah pada Karyawan PT Bank Y. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. JPS, XIV, 23.

Ciputra. 2008. Ciputra Quantum Leap, “Entreprenership Mengubah Masa Depan Bangsa dan Masa Depan Anda”, PT. Elex Media Computindo, Graedia, Jakarta.

Cooper, Donald R.; Emory Wiliam. 2006. Metode Penelitina Bisnis, Edisi Cetakan ke 5, Erlangga, Jakarta.

Darwin, E. 2013. Model-Model Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah, Pusat Penelitian Ekonomi. Jakarta: LIPI. Diponegoro : Semarang.

Dean, J. 2005. Rahasia Sukses Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Martabak .PT

(44)

Drucker F. Peter. 2014. Inovation and Entrepreneurship: Practicer and Principles, Terj. Rusdi Naib, Jakarta: Gelora Aksara Pratama hal 4.

Drucker, P. 2005. Management and Enterepreuneuship, Edisi 2, Terjemahan bahasa Indonesia, Jakarta. Erlangga.

Ferdinand, Augusty, 2009,”Strategic Pathways toward Sustainable Competitive Advantage”, Unpublised DBA Thesis, Shouthern Cross, Lismore Australia.

Fikawati S and A. Syafiq. 2003. Tracer study: Sarjana Kesehatan Masyarakat

Frinces,Heflin.2008.Kewirausahaan dan inovasi bisnis.Yogyakarta : CV Darrussalam Offset.

Handaru, A. W. 2012. Pengaruh Kepuasan Gaji Dan Komitmen Organisasi Terhadap Intensi Turnover Pada Divisi Pt Jamsostek. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, III, 7-9.

Hardian, Widodo., 2011. Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wirausaha Pedagang

Haryanto, S. 2011. Studi Analisis Lembaga Dana dan Keuangan Pedesaan dalam Meningkatkan Pendapatan Sektor Informal di Kecamatan Pare Kediri. Dalam Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Volume XIII. No I. Malang : UNMER.

Hatani . (2008). Ilmu sosial dan budaya dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendra Kuumah . 2011. Manajemen Produksi, Perencanaan dan Pengendalian produksi. Yogyakarta;ANDI

Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Herimanto & Winarno . (2011). Ilmu sosial dan budaya dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, Rahmat. 2010. Skema Kognitif Kewirausahaan Pada Mahasiswa.

Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Ilmu.Gerungan, W. A. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama Jakarta.

(45)

Joesoef, D. 2006. Pendidikan dan Pengembangan Kewiraswastaan. Jakarta: CSIS

Kamrianti. 2012. Mengenal Tentang Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kartajaya, Hermawan. 2006. Marketing Plus Siasat Memenangkan Persaingan Global. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kasali Rhenald.2010. Modul Kewirausahaan. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika.

Kasmir. 2007. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Edisi enam, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.

Kewirausahaan. Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta.

Kiyosaki, Robert T. 2005. Business School. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Kohli; Ajay K. dan Bernard J., Jaworski, 2010.” Market Orientation : The Construct, Research Preposition and Managerial Implication”,Journal of Marketing, 54, April

Kristanto, H. 2009. Kewirausahaan entrepreneurship pendekatan manajemen dan paraktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kuntowicaksono., 2012. Pengaruh Pengetahuan Wirausaha Dan Kemampuan

Kurniasih, Apriyani. 2005. “Siapa yang diuntungkan Liberalisasi di Asia Tenggara”.Iinfobank, No 319 ,Oktober 2005 hal 38-40.

Lambing. P., & Kuehl, C.R. (2005). Entrepreneurship. Upper Saddle River:Prentice Hall.

Lestari, Dwi. 2011. Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengrajin Sayangan di Desa Kalibaru Wetan Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Jember.

Manis. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Manullang. (2011). Pengantar Ekonomi Perusahaan. Yogyakarta : Liberty.

Mardiyatmo. 2005.Kewirausahan Untuk SMK X. Surakarta : Ghalia Indonesia Printing

(46)

Margono. 2012. Kewirausahaan Jilid I. Yogyakarta : Citra Pustaka Mandiri

Marwan., 2005. Manajemen Pemasaran. Sebuah Pendekatan Stratejik. Erlangga : Jakarta

Mastuti dan Alwi., 2008. 50 Kiat Percaya Diri. PT Buku Kita : Jakarta.

Meredith, G. G. (2005). Kewirausahaan teori dan praktek. Pustaka Binaman

Meredith, G. G., et. al. (2006). Kewirausahaan (Teori dan Praktek), Seri Meraih Kesuksesan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Narzuki Usman. 2007. Kewirausahaan dalam Birokrasi Salah Satu bangunan. Pustaka. No. 8 TH II. hal. 38.

Nawawi, H. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada Press.

Oktasela, Daniel. 2011. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Stress di Tempat Kerja. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Patir, Sait & Mehmet K. 2010. A Field Research on Entrepreneurship Education and Determination of the Entrepreneurship Profiles of University Students. Business and Economics Research Journal 1(2), 27-44.

Pramadani, A. B., & Fajrianthi. 2012. Hubungan antara Komitmen Organisasi dengan Kesiapan untuk Berubah pada Karyawan Divisi Enterprise Service (DES) Telkom Ketintang Surabaya. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, I, 103.

Priyanto, S. H. 2008. Di dalam Jiwa ada Jiwa: The Backbone and the Social Construction of Entrepreneurships. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

(47)

Riyanti, D. 2013. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Grasindo.

Robbin, Stephen P. & Judge Timothy A. 2008. Prilaku Oganisasi. Alih Bahasa: Diana Angelica . Salemba Empat : Jakarta.

Rukka, Muhammad Rusli. 2011. Buku Ajar Kewirusahaan -1.. Makassar :Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanuddin.

Saiman, Leonardo., 2009. Kewirausahaan, Teori, Praktik Dan Kasus-Kasus. Salemba : Jakarta.

Salim Siagian dan Asfahani. 2005. Kewirausahaan Indonesia dengan Semangat 17.8.45. Kloang Klede Jaya PT Putra Timur bekerjasama dengan Puslatkop dan PK Depkop dan PPK. Jakarta.

Setyawati, Edwin C. N., Hari Susanta Dan Ilham Ainuddin., 2013. Karakteristik

Setyobudi, A. 2007. Peran Serta Bank Indonesia dalam Mengembangkan UMKM. Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, V, 29-35.

Sharma, K.L. 2005. Entrepreneurial Perfomance in Role Perspective. New Delhi: Abhinar Publications.

Simanjuntak, Payaman J. 2008. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Smith., 2013. Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Karakteristik

Soemanto, Wasty. 2009. Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta.

Jakarta: Bumi Aksara

Stanton, William J. & Y. 2008. Lamarto. Prinsip Pemasaran. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Stewart, L. T., & Moss, S. 2010. Human communication : prinsip-prinsip dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suad Husnan. (2011). Perencanaan Perusahaan. Edisi 1. Yogyakarta : BPFE.

(48)

Suharyat, Y. 2009. Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Perilaku Manusia. Region, I, 5-7.

Sukanto, R. (2008). Perencanaan dan Organisasi Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.

Sukmadinata, N.S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya

Suryana. 2009. Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Suryana. 2013. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menunju Sukses, Edisi Revisi, Jakarta: Salemba Empat.

Suryana. 2011. Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Suryana. 2014.:Modul Kewirausahaan SMK.. Jakarta, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional.

Suryana., 2006. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses.

Suyugi, Prio. 2010. Selagi Muda Berwirausaha. Laskar Matahari : Yogyakarta

Swasono, Sri-Edi,2006. Entrepreneurship Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Timpe, 2011. Memotivasi Pegawai. Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis. Edisi Bahasa Indonesia Jakarta: Gramedia.

Tjiptono, Fandy, 2007. “Strategi Pemasaran” Penerbit Andi Yogyakarta.

Turner, Suzanne. 2005. Tools for Success: Acuan Konsep Manajemen bagi Manajer dan Praktisi Lainnya. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Utomo, B. B., Mashudi, & Asriati, N. 2007. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Dalam Keluarga Dan Di Sekolah Terhadap Minat Berwirausaha Dengan Mediasi Self-Efficacy Siswa Kelas Xi. Jurnal Pendidikan, II, 43-45.

Uyanto, S.S. 2006. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Weiner Myron.2006. Modernization, The Dynamic of Growth.

Wijandi, S. 2011. Pengantar Kewira- usahaan. Bandung: Sinar Baru.

(49)

Grafindo Persada.

Yager, Jan. 2005. Creative Time Management. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses dalam mengelola karyawan dimulai dari proses rekrutmen,

Originalitas Penelitian - Materi Pengembangan pecahan buku ajar untuk SD/MI materi simetri berbasis Pendidikan Matematika Realistik Indonesia - Materi luas PMRI untuk

Praktikum kali ini bertujuan untuk menetapkan kadar pati pada sampel yang digunakan dan mempelajari proses penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl.... TINJAUAN

Hasil Analisis Regrsi Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng Terhadap Jumlah Biji Basah.. Model Summary b Mod el R R Square Adjusted R Square

HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang

Sampai saat ini, KSB belum memiliki Rumah Sakit Umum Daerah sehingga Puskesmas Taliwang merupakan Puskesmas Perawatan plus dengan jumlah kunjungan Rawat Jalan sebanyak

oleh karena itu, solusi alternatif yang dapat digunakan sebagai solusi adalah menerapkan pembelajaran tersebut dengan model Group Investigation (GI) dengan tu- juan untuk

Thypoid tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain misalnya penyakit hipertensi, DM, dan lain – lain, karena penyakit thypoid kaitannya adalah dengan lingkungan (lingkungan