• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2019"

Copied!
323
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN WALIKOTA SALATIGA

NOMOR 34 TAHUN 2018

TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

(RKPD)

TAHUN 2019

PEMERINTAH KOTA SALATIGA

TAHUN 2018

(2)
(3)

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5678);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang

Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II

Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992

Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3500);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4817);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017

tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan

Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi

Rancangan

Peraturan

Daerah

tentang

Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah serta Tata

Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017

Nomor 1312);

8. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 6 Tahun 2010

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kota Salatiga Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah

Kota Salatiga Tahun 2010 Nomor 6);

9. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 2 Tahun 2016

tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

(Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2016 Nomor 2);

10. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

(Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2016 Nomor 9);

11. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2018

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Tahun 2017-2022 (Lembaran Daerah Kota

Salatiga Tahun 2018 Nomor 1);

(4)

12. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 42 Tahun 2010

tentang Penyelenggaraan Naskah Dinas (Berita Daerah

Kota Salatiga Tahun 2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

:

PERATURAN WALIKOTA TENTANG RENCANA KERJA

PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2019.

Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Salatiga.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur

Penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah Otonom.

3. Walikota adalah Walikota Salatiga.

4. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

disingkat RKPD, adalah dokumen perencanaan daerah

untuk periode satu tahun.

5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang

selanjutnya

disingkat

APBD

adalah

Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Salatiga.

Pasal 2

RKPD Tahun 2019 merupakan landasan dan pedoman bagi

Pemerintah Daerah dalam menyusun Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019.

Pasal 3

(1) Sistematika

RKPD

Tahun

2019

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 disusun sebagai berikut:

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III KERANGKA EKONOMI DAN KEUANGAN

DAERAH

BAB IV SASARAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN

DAERAH

BAB V

RENCANA KERJA DAN PENDANAAN

DAERAH

BAB VI KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH

BAB VII PENUTUP

(5)
(6)

LAMPIRAN

PERATURAN WALIKOTA SALATIGA

NOMOR 34 TAHUN 2018

TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

(RKPD)

TAHUN 2019

PEMERINTAH KOTA SALATIGA

TAHUN 2018

(7)

vii | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

PERATURAN WALIKOTA ...

ii

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA ...

vi

DAFTAR ISI ...

vii

BAB I PENDAHULUAN ...

I-1

1.1. Latar Belakang...

I-1

1.2. Dasar Hukum ...

I-4

1.3. Maksud dan Tujuan ...

I-6

a) Maksud ...

I-6

b) Tujuan ...

I-6

1.4. Hubungan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ....

I-7

1.5. Sistematika Penyusunan RKPD Kota Salatiga Tahun 2019 ..

I-8

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ... II-1

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah ...

II-1

2.1.1. Aspek Geografis ...

II-1

2.1.2. Aspek Demografi ...

II-2

2.1.3. Aspek Kesejahteraan Masyarakat dan Pemerataan

Ekonomi ...

II-3

a. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi ...

II-3

1) Pertumbuhan PDRB ...

II-3

2) Pertumbuhan Ekonomi ...

II-5

3) Laju Inflasi ...

II-6

b. Fokus Kesejahteraan Masyarakat ...

II-8

1) Penduduk Miskin ...

II-8

2) Indeks Pembangunan Manusia ... II-11

3) Indeks Gini ... II-12

4) Indeks Pembangunan Manusia ... II-13

a) Angka Harapan Hidup (AHH) ... II-15

b) Harapan Lama Sekolah (HLS) ... II-17

c) Rata-Rata Lama Sekolah ... II-19

d) Pengeluaran Riil Per Kapita ... II-20

5) Indeks Pembangunan Gender ... II-22

6) Indeks Pemberdayaan Gender ... II-23

c. Fokus Kesejahteraan Sosial ... II-24

1) Angka Partisipasi Kasar ... II-25

2) Angka Partisipasi Murni ... II-25

3) Angka Penduduk yang Bekerja ... II-26

4) Tingkat Pengangguran Terbuka ... II-28

(8)

viii | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

BAB III KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH ... III-1

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ... III-1

3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2018 dan Perkiraan

Tahun 2019 ... III-3

3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah

Tahun 2019 ... III-4

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah ... III-6

3.3. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah ... III-9

3.4. Arah Kebijakan Belanja Daerah ... III-14

3.5 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah ... III-17

BAB IV SASARAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH ... IV-1

4.1. Visi dan Misi ... IV-1

4.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah ... IV-4

4.3. Prioritas Pembangunan ... IV-6

BAB V RENCANA KERJA DAN PENDANAAN DAERAH ...

V-1

5.1. Dinas Pendidikan ...

5.2. Dinas Kesehatan ...

5.3. Rumah Sakit Umum Daerah ...

5.4. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ...

5.5. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman ...

5.6. Satuan Polisi Pamong Praja ...

5.7. Dinas Sosial ...

5.8. Dinas Pemberdayaan Perempuan da Perlindungan Anak ...

5.9. Dinas Pangan ...

5.10. Dinas Lingkungan Hidup ...

5.11. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ...

5.12.Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana ...

5.13. Dinas Perhubungan ...

5.14. Dinas Kominikasi dan Informatika ...

5.15. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah ...

5.16. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

5.17. Dinas Kepemudaan dan Olah Raga ...

5.18. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ...

5.19. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan ...

5.20. Dinas Pertanian ...

5.21. Dinas Perdagangan ...

5.22. Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja ...

5.23. Sekretariat Daerah ...

5.24. Sekretariat DPRD ...

5.25. Inspektorat ...

(9)

ix | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

5.26. Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah ..

5.27.Badan Keuangan Daerah ...

5.28.Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatiahan Daerah ...

5.29.Kecamatan Sidorejo ...

5.30.Kecamatan Tingkir ...

5.31.Kecamatan Argomulyo ...

5.32.Kecamatan Sidomukti ...

5.33.Badan Kesbangpol ...

BAB VI KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH ... VI-1

6.1. Urusan Pemerintahan Wajib ... VI-1

6.1.1. Urusan Pemerintahan Wajib Pelayanan Dasar ... VI-1

1) Pendidikan ... VI-1

2) Kesehatan ... VI-7

3) Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ... VI-16

4) Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman ... VI-23

5) Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan

Masyarakat ... VI-25

6) Sosial ... VI-27

6.1.2. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan

Dengan Pelayanan Dasar ... VI-32

1) Tenaga Kerja ... VI-32

2) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.. VI-33

3) Pangan ... VI-34

4) Pertanahan ... VI-35

5) Lingkungan Hidup ... VI-36

6) Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil .. VI-40

7) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ... VI-41

8) Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana .. VI-42

9) Perhubungan ... VI-43

10) Komunikasi dan Informatika ... VI-47

11) Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah ... VI-49

12) Penanaman Modal ... VI-51

13) Kepemudaan dan Olahraga ... VI-53

14) Statistik ... VI-55

15) Persandian ... VI-56

16) Kebudayaan ... VI-56

17) Perpustakaan ... VI-58

18) Kearsipan ... VI-59

6.2. Urusan Pemerintahan Pilihan ... VI-60

1) Kelautan dan Perikanan ... VI-60

(10)

x | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

2) Pariwisata ... VI-62

3) Pertaninan ... VI-62

4) Perdagangan ... VI-64

5) Perindustrian ... VI-65

6) Transmigrasi ... VI-66

6.3. Urusan Pemerintahan Penunjang ... VI-67

1) Perencanaan Pembangunan ... VI-67

2) Pengawasan ... VI-69

3) Keuangan ... VI-70

4) Kepegawaian ... VI-71

(11)

I - 1 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah

sesuai

kewenangannya

menyusun

rencana

pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem

perencanaan pembangunan daerah Perencanaan pembangunan

daerah menggunakan pendekatan teknokratik, partisipatif, politis

serta atas-bawah dan bawah-atas. Rencana pembangunan daerah

dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel,

partisipatif, terukur, berkeadilan dan berwawasan lingkungan.

Perencanaan pembangunan daerah pada prinsipnya

merupakan perumusan keputusan dalam memanfaatkan sumber

daya publik yang tersedia di daerah untuk memecahkan

permasalahan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan

daerah disusun sesuai dengan tahapan pembangunan berdasarkan

RPJPD Kota Salatiga tahun 2005-2025 yang merupakan perencanaan

20 tahun, kemudian dijabarkan kedalam RPJMD Kota Salatiga Tahun

2017-2022 yang merupakan perencanaan untuk kurun waktu

5 tahun, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang

merupakan perencanaan tahunan. Hal ini secara jelas diatur dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN), dan Undang- undang Nomor 23 tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana dua kali, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015. Seluruh dokumen

perencanaan pembangunan daerah tersebut menjadi bagian integral

dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.

Sebagaimana disebutkan dalam UU no 23 tahun 2014

pasal 253 Daerah melaksanakan pembangunan daerah untuk

peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan

kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses dan kualitas

pelayanan publik dan daya saing daerah. Upaya Pemerintah Kota

Salatiga untuk melaksanakan hal tersebut dituangkan dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga

Tahun 2017-2022 dengan Visi: “Salatiga Hati Beriman yang

SMART”. Dukungan Visi tersebut terhadap Visi Nasional adalah

(12)

I - 2 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” yang dijabarkan

melalui

kebijakan

menguatkan

kemandirian

daerah

dan

kemandirian masyarakat, dengan memperkuat karakter budaya

menjunjung tinggi semangat gotong royong. Sedangkan dukungan

terhadap Visi Provinsi Jawa Tengah adalah “ Menuju Jawa Tengah

Sejahtera dan Berdikari dengan meningkatkan kesejahteraan

dengan

Menguatkan

kemandirian daerah

dan

kemandirian

masyarakat. Dalam rangka mewujudkan keberlanjutan pembangunan

daerah, Pemerintah Kota Salatiga perlu menyusun dokumen

rencana pembangunan tahunan daerah yaitu dokumen RKPD

Kota Salatiga Tahun 2019 yang merupakan penjabaran tahun ke-3

(tiga) RPJMD Kota Salatiga tahun 2017-2022, dengan Tema

Pembangunan Tahun 2019

“Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang

handal menuju Salatiga SEHAT”.

RKPD Kota Salatiga tahun 2019

disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah

Tahun 2019 dan program strategis nasional yang ditetapkan oleh

pemerintah pusat dengan memperhatikan RKPD Provinsi Jawa

Tengah tahun 2019. Semua hal tersebut diintegrasikan guna

menetapkan, prioritas pembangunan daerah Kota Salatiga tahun

2019. Tahapan penyusunan RKPD Kota Salatiga tahun 2019 sesuai

Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 meliputi :

1. Persiapan Penyusunan RKPD;

Pembentukan Tim Penyusun RKPD, orientasi mengenai RKPD,

penyusunan agenda kerja tim penyusun RKPD, serta penyiapan

data dan informasi perencanaan pembangunan daerah

berdasarkan SIPD.

2. Penyusunan Rancangan Awal RKPD;

Perumusan

rancangan

awal

RKPD

dilakukan

melalui

serangkaian kegiatan: (a) Analisis gambaran umum kondisi

daerah (b) Analisis Rancangan kerangka ekonomi daerah (c)

Analisis kapasitas riil keuangan daerah (d) penelaahan rancangan

awal Renja Perangkat Daerah (e) perumusan permasalahan

pembangunan daerah (f) penelaahan terhadap sasaran RPJMD

(g) penelaahan terhadap arah kebijakan RPJMD (h) penelaahan

terhadap kebiajakan pemerintah pada RKP dan program strategis

nasional (i) penelahaan pokok-pokok pikiran DPRD (j) perumusan

(13)

I - 3 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

prioritas pembangunan daerah (l) perumusan rencana kerja

program dan pendanaan.

3. Penyusunan Rancangan RKPD

Proses penyempurnaan rancangan awal RKPD berdasarkan (a)

rancangan awal Renja seluruh Perangkat Daerah yang telah

diverifikasi dan (b) hasil penelelaahan terhadap rancangan RKPD

provinsi, RKP dan program strategis nasional.

4. Pelaksanaan Musrenbang RKPD

Musrenbang RKPD meliputi tahapan Persiapan, Musrenbang

Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Forum Perangkat Daerah,

dan Musrenbang Kota untuk penentuan prioritas pembangunan

sesuai dengan aspirasi masyarakat dan pokok-pokok pikiran

DPRD. Proses Musrenbang ini melibatkan berbagai stakeholders,

seperti dari unsur pemerintah daerah beserta jajarannya, DPRD,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha,

tokoh masyarakat, dan tokoh agama, termasuk pelibatan

perempuan dan anak, secara terintegrasi dan partisipatif.

5. Perumusan Rancangan Akhir RKPD

Merupakan proses proses penyempurnaan rancangan RKPD

menjadi rancangan akhir RKPD berdasarkan berita acara

kesepakatan hasil musrenbangkot RKPD dan bertujuan untuk

meastikan program dan kegiatan perangkat daerah telah

diakomodir dalam rancangan akhir RKPD

6. Penetapan RKPD 2019

Proses penentapan RKPD Kota Salatiga menjadi Peraturan

Walikota.

Kedudukan dokumen RKPD sangat strategis dan terkait erat

dengan dokumen penganggaran daerah, yaitu Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD). Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan

bahwa penyusunan RAPBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka

mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. Pasal 25 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional juga menyatakan bahwa RKPD menjadi

pedoman penyusunan RAPBD. RKPD Kota Salatiga Tahun 2019 yang

ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah (Peraturan Walikota)

(14)

I - 4 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

menjadi landasan penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) serta

Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) APBD Tahun

Anggaran 2019 untuk menyusun APBD Tahun Anggaran 2019.

Proses penyusunan RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

secara sederhana dapat dibuat diagram pada Gambar 1.1

Gambar 1.1

Diagram Proses Penyusunan RKPD 2019

1.2. Dasar Hukum

Dasar hukum dalam penyusunan Rancangan Rencana

Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Salatiga Tahun 2019, sebagai

berikut:

1.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah- daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa

Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa

Yogyakarta;

2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara;

(15)

I - 5 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

3.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

4.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah;

5.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun

2005-2025;

6.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang;

7.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

8.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah

sebanyak dua kali, terakhir dengan dengan Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;

9.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55

Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008

tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008

tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025;

14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2009-2029;

15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2017

tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018;

(16)

I - 6 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

16. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 66 Tahun 2018 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2019

17. Peraturan Daerah Kota Salatia Nomor 6 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Salatiga

Tahun 2005-2025;

18. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030;

19. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 2 Tahun 2016 tentang

Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

20. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Salatiga;

21. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2018 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga

Tahun 2017-2022

1.3. Maksud dan Tujuan

a) Maksud

Penyusunan Rancangan Rencana Kerja Pembangunan Daerah

(RKPD) Kota Salatiga Tahun 2019 dimaksudkan untuk :

1) Menyediakan acuan resmi bagi Pemerintah Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dalam rangka menyusun Rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang

didahului dengan penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA),

serta penentuan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

(PPAS) Tahun 2019;

2) Sebagai pedoman Penyusunan Rencana Kerja Perangkat Daerah

(Renja-PD) Tahun 2019.

b) Tujuan

Penyusunan Rancangan Rencana Kerja Pembangunan Daerah

(RKPD) Kota Salatiga Tahun 2019 bertujuan untuk :

1) Menciptakan sinergisitas dalam pelaksanaan pembangunan

daerah

antarwilayah, antarsektor

pembangunan

dan

antartingkat pemerintahan serta menciptakan efisiensi

alokasi sumber daya dalam pembangunan daerah;

(17)

I - 7 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

2) Mewujudkan akuntabilitas alokasi sumberdaya publik untuk

pembangunan daerah

1.4. Hubungan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

RKPD sebagai dokumen perencanaan daerah tahunan

merupakan bagian integral dari sistem perencanaan Pembangunan

nasional sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

RKPD Kota Salatiga tahun 2019 memiliki keterkaitan dengan berbagai

dokumen perencanaan daerah lainnya di Kota Salatiga, maupun

dokumen perencanaan di tingkat Provinsi Jawa Tengah dan nasional,

meliputi sebagai berikut :

Gambar 1.2

Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan Antara Pusat, Provinsi dan

Kota Salatiga

(18)

I - 8 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

1.5. Sistematika Penyusunan RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

RKPD Kota Salatiga Tahun 2019 disusun dengan

sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH

BAB IV SASARAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V RENCANA KERJA DAN PENDANAAN DAERAH

BAB VI KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB VII PENUTUP

(19)

II - 1 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1 Aspek Geografis

Kota Salatiga terletak antara 007.17’ dan 007.17’.23” Lintang

Selatan, dan antara 110.27’.56,81” dan 110.32’.4,64” Bujur Timur.

Kota Salatiga berada di daerah cekungan, kaki gunung Merbabu

diantara gunung-gunung kecil antara lain adalah Gunung Gajah

Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Berdasarkan topografi, wilayah

Kota Salatiga terdiri dari 3 topografi yaitu bergelombang (65%), miring

(25%), dan datar (10%). Kota Salatiga memiliki 4 kecamatan dan

23 kelurahan.

Adapun batas wilayah administrasi Kota Salatiga adalah

sebagai berikut:

a)

Sebelah Utara berbatasan dengan:

Kecamatan Pabelan

: Desa Pabelan, Desa Pejanten

Kecamatan Tuntang : Desa Kesongo, Desa Watu

Agung

b)

Sebelah Timur berbatasan dengan:

Kecamatan Pabelan

:

Desa

Ujungujung,

Desa

Sukoharjo , Desa Glawan

Kecamatan Tengaran : Desa Bener, Desa Tegal Waton,

Desa Nyamat

c)

Sebelah Selatan berbatasan dengan:

Kecamatan Getasan : Desa Sumogawe, DesaSamirono,

Desa Jetak

Kecamatan Tengaran : Desa Patemon, Desa Karang

Duren

d)

Sebelah Barat berbatasan dengan:

Kecamatan Tuntang

: Desa Candirejo, Desa Jombor,

Desa Sraten, Desa Gedongan

Kecamatan Getasan

: Desa Polobogo Kecamatan

(20)

II - 2 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Pada tahun 2017, Menurut data topografi/lereng tanah,

Kota Salatiga terdiri dari 5.224,360 Ha wilayah bergelombang,

325 Ha Lahan Curam, 128,95 Ha Lahan Sangat Curam.

Penggunaan lahan per sektor tahun 2017 seluas

24.267,48

hektar,

yang

terdiri

dari

pertanian

seluas

6.752,88 hektar, industri pengolahan seluas 77,22 hektar,

bangunan

seluas

1.863,37

hektar,

perdagangan

seluas

87,47 hektar, pengangkutan dan komunikasi seluas 15.334 hektar,

keuangan seluas 1,86 hektar, dan jasa seluas 150,68 hektar.

2.1.2 Aspek Demografi

Jumlah penduduk Kota Salatiga pada tahun 2017

berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Salatiga adalah

186.420 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 91.198 jiwa dan

perempuan sebanyak 95.222. Tingkat kepadatan penduduk Kota

Salatiga sebesar 3.283 ribu jiwa per km

2

.

Tabel 2.1 Banyak Penduduk Kota Salatiga Menurut Kelompok

Umur dan Jenis Tahun 2017

Kelompok Umur

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

0 – 4

7.361

6.947

14.308

5 – 9

6.938

6.542

13.480

10 – 14

6.435

6.228

12.633

15 - 19

8.245

8.650

16.895

20 – 24

9.435

9.422

18.857

25 – 29

7.461

7.499

14.960

30 – 34

7.058

7.152

14.210

35 – 39

6.588

6.867

13.455

40 – 44

6.398

6.833

13.231

45 – 49

5.713

6.559

12.272

50 – 54

5.734

6.328

12.062

55 – 59

4.992

5.280

10.272

60 – 64

3.126

3.217

6.343

65+

5.714

7.698

13.412

Jumlah

91.198

95.222

186.420

(21)

II - 3 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Tabel 2.2. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kota Salatiga

Tahun 2016

Kecamatan

Kepadatan Penduduk per km2

2012

2013

2014

2015

2016

Argomulyo

2.244

2.274

2.309

2.344

2.379

Tingkir

3.830

3.955

4.010

4.066

4.121

Sidomukti

3.422

3.549

3.601

3.654

3.707

Sidorejo

3.243

3.328

3.376

3.424

3.472

Kepadatan/km2

3.062

3.145

3.191

3.237

3.283

Sumber: BPS Kota Salatiga, 2017.

2.1.3 Aspek Kesejahteraan Masyarakat dan Pemerataan Ekonomi

a.

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1.

Pertumbuhan PDRB

Dalam memacu perkembangan wilayah dengan berbekal

potensi yang ada di wilayah Kota Salatiga, Pemerintah Kota

tetap berpegang pada aspek integritas, sinergitas dan

kontinuitas di dalam melakukan pembangunan daerah. Untuk

itu pembangunan daerah yang dilaksanakan pada tahun-tahun

sebelumnya dengan upaya terus menggali, mengembangkan

dan melestarikan potensi unggulan daerah yang dimiliki.

Analisis Pertumbuhan PDRB merupakan salah satu

pendekatan

yang

dapat

digunakan

untuk

melihat

perkembangan kesejahteraan masyarakat dari sudut pandang

ekonomi. Melalui dinamika dari berbagai kegiatan ekonomi

yang ada, akan dapat diidentifikasi karakteristik wilayah

berikut potensi-potensi dan kelemahan yang memperlukan

perhatian demi kemajuan wilayah yang semakin baik di masa

mendatang.

(22)

II - 4 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Tabel 2.3.

Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010

Kota Salatiga Tahun 2014-2016 (dalam juta rupiah)

Kategori

Uraian

2014

2015

2016

A

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

359.594,82

376.804,16

386.209,77

B

Pertambangan dan Penggalian

3.509,73

3.358,23

3.357,52

C

Industri Pengolahan

2.224.793,09

2.321.817,06 2.410.894,81

D

Pengadaan Listrik dan Gas

17.956,00

17.936,17

19.079,53

E

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

6.523,21

6.571,97

6.676,40

F

Konstruksi

1.014.487,07

1.094.504,89 1.144.525,50

G

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

1.058.198,16

1.094.504,89 1.143.782,58

H

Transportasi dan Pergudangan

247.073,62

270.360,17

279.974,74

I

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

557.921,66

600.659,93

641.032,66

J

Informasi dan Komunikasi

283.214,92

295.965,41

317.253,06

K

Jasa Keuangan dan Asuransi

246.882,08

263.701,14

287.487,51

L

Real Estate

386.696,59

413.977,83

442.708,21

M,N

Jasa Perusahaan

77.789,46

84.092,70

92.153,74

O

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

401.643,95

420.903,90

431.216,05

P

Jasa Pendidikan

314.637,33

335.797,55

359.678,23

Q

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial

102.055,47

108.721,64

117.027,98

R,S,T,U

Jasa lainnya

75.065,64

77.250,08

81.751,92

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

7.378.042,82

7.759.181,62 8.164.810,21

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Salatiga

Gambaran tentang perkembangan Produk Domestik

Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku dan Produk Domestik

Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000 selama tahun 2013

sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2.4 dan

grafik 2.1 berikut ini :

Tabel 2.4. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar

Harga Konstan 2010 di kota Salatiga, Tahun 2014-2016

Tahun

PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku

(Milliar Rp)

PDRB Atas Dasar

Harga Konstan 2010

(Milliar Rp)

2014

8.870.865,65

7.378.042,82

2015

9.718.060,71

7.759.181,62

2016

10.551.362,64

8.164.810,21

Sumber: Statistik Daerah Kota Salatiga 2016, BPS Kota Salatiga,

data diolah

(23)

II - 5 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga pada kurun waktu

lima tahun, yaitu tahun 2012 hingga tahun 2016 terjadi

penurunan. Pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga tahun 2016 turun

menjadi sebesar 5,23% dibandingkan tahun 2012 sebesar 5,53%.

Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi

pada tahun 2013 mencapai sebesar 6,30%. Pertumbuhan ekonomi

Kota Salatiga di tahun 2016 sebetulnya mengalami kenaikan

dibandingkan tahun 2015 namun pertumbuhannya relatif kecil.

Kondisi Kota Salatiga ditahun 2016 mengalami kinerja yang lebih

baik dibandingkan dengan capaian Provinsi Jawa Tengah yang

mengalami penurunan. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.5.

** : Angka sangat sementara

Sumber : BPS, Buku PDRB Kabupaten/Kota Di Indonesia, 2016

Gambar 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Salatiga,

Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2011-2016

(%)

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kota

lainnya di Jawa Tengah pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi

Kota Salatiga sebesar 5,23% berada di atas capaian Jawa Tengah

sebesar 5,26% dan nasional sebesar 5,02%. Secara rinci posisi

relatif pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga tahun 2016 dapat kita

lihat pada Gambar 2.6.

(24)

II - 6 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : BPS, Buku PDRB Kabupaten/Kota Di Indonesia, 2016

Gambar 2.2 Posisi Relatif Pertumbuhan Ekonomi Kota Salatiga

dengan Kota Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Dan

Nasional Tahun 2016 (%)

3. Laju Inflasi

Inflasi merupakan persentase kenaikan harga sejumlah barang

dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Namun, tidak

jarang ada barang dan jasa yang harganya justru turun. Kenaikan

harga satu atau dua sejumlah barang dan jasa saja tidak dapat

disebut inflasi, terkecuali bila kenaikan itu meluas yang

mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa lainnya. Dampak dari

inflasi salah satunya adalah menurunnya daya beli masyarakat, yang

dapat diartikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat terganggu

karena ketidakmampuan penduduk dalam mengkonsumsi barang dan

jasa.

Inflasi Kota Salatiga pada tahun 2012 hingga tahun 2014 terus

naik, yaitu tahun 2012 sebesar 4,12% dan pada tahun 2014 naik

menjadi sebesar 7,84%, namun pada tahun 2015 turun menjadi

sebesar 2,61% dan pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar

2,19% dan pada tahun 2017 di Bulan April mengalami kenaikan

sebesar 3,78%. Kondisi inflasi Kota Salatiga tahun 2017 di bulan April

berdasarkan year on year tidak berbeda dengan kondisi Provinsi Jawa

Tengah dan Nasional yang juga mengalami kenaikan dibandingkan

(25)

II - 7 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

tahun 2016, yaitu Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 naik

menjadi 3,93% dan Nasional sebesar 3,28%, selengkapnya dapat

dilihat pada gambar 2.7

S

umber : Berita Resmi Statistik masing-masing BPS

Gambar 2.3

Perkembangan Inflasi Kota Salatiga Tahun 2012-2017 (april

“year On year) (%)

Kondisi inflasi Kota Salatiga tahun 2016 jika dibandingkan

dengan kondisi capaian kota lainnya di Jawa Tengah menunjukkan

nomor tiga terendah setelah Kota Semarang dan Surakarta. Inflasi

Kota Salatiga secara umum sudah lebih baik dengan berada di bawah

angka inflasi nasional. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.8

Sumber : Berita Resmi Statistik masing-masing BPS

Gambar 2.4 Posisi Relatif Inflasi Kota Salatiga dibandingkan Kota

Lainnya, Provinsi dan Nasional Tahun 2016 (%)

(26)

II - 8 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

b. Fokus Kesejahteraan Masyarakat

1. Penduduk Miskin

Penduduk miskin berdasarkan presentase diKota Salatiga

selama kurun waktu lima tahun (2012-2016) mengalami penurunan,

yaitu dari tahun 2012 sebesar 7,11% menurun menjadi 5,24% pada

tahun 2016. Persentase penduduk miskin Kota Salatiga ditahun 2016

penurunannya relevan dengan kondisi Provinsi Jawa Tengah dan

Nasional yang sama-sama mengalami penurunan seperti yang terlihat

pada gambar 2.9.

Sumber : BPS, Buku indikator utama sosial politik dan keamanan Provinsi Jawa

Tengah 2015, 2016

Gambar 2.5 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Kota

Salatiga, Jawa Tengah Dan Nasional 2012-2016 (%)

Sedangkan posisi relatif persentase penduduk miskin Kota

Salatiga tahun 2016 sebesar 5,24% berada di bawah (lebih baik) dari

Provinsi Jawa Tengah (13,27%) dan Nasional (10,70%). Dibandingkan

dengan kabupaten/kota se Jawa Tengah pada tahun 2016, persentase

penduduk miskin Kota Salatiga peringkat kedua terendah setelah

Kota Semarang sebesar 4,85%, selengkapnya dapat dilihat pada

gambar 2.9.

(27)

II - 9 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : BPS, Buku indikator utama sosial politik dan keamanan Provinsi Jawa Tengah 2016,

2017

Gambar 2.6

Posisi relatif Persentase Penduduk Miskin Kota Salatiga

Tahun 2016 (%)

Tidak berbeda dengan persentase penduduk miskin, jumlah

penduduk miskin Kota Salatiga dalam kurun waktu tahun 2012

hingga tahun 2016 juga terus mengalami penurunan, yaitu pada

tahun 2012 sebesar 12.300 jiwa dan padatahun 2016 menurun

menjadi sebesar 9.730 jiwa, secara rinci terlihat pada gambar 2.11

Sumber : BPS Jawa Tengah

Gambar 2.7 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kota Salatiga

Tahun 2012-2016 (Jiwa)

(28)

II - 10 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Berdasarkan hasil pendataan BDT ditahun 2015, penduduk

miskin dilihat dari kondisi kesejahteraan rumah tangga dengan

tingkat kesejahteraan 40% terendah di Kota Salatiga tercatat

sebanyak 11.484 rumah tangga. Dari jumlah tersebut, dikelompokkan

menjadi 5 desil yaitu :

a) Desil 1 atau Rumah Tangga dengan kondisi kesejahteraan

sampai 10% terendah sebanyak 3.047.

b) Desil 2 atau Rumah Tangga dengan kondisi kesejahteraan

antara 11%-20% terendah sebanyak 4.410.

c) Desil 3 atau Rumah Tangga dengan kondisi kesejahteraan

antara 21%-30% terendah sebanyak 981.

d) Desil 4 atau Rumah Tangga dengan kondisi kesejahteraan

antara 31%-40% terendah sebanyak 732.

e) Desil 4+ atau Rumah Tangga dengan kondisi kesejahteraan

diatas 40% terendah sebanyak 2.314.

Dilihat berdasarkan persebarannya, jumlah penduduk miskin di

Kota Salatiga paling tinggi berada di Kecamatan Argomulyo dengan

jumlah penduduk miskin sebanyak 3.294 KK. Selengkapnya

persebaran jumlah penduduk miskin disetiap kecamatan berdasarkan

desil 1-4+ dapat dilihat pada Gambar berikut.

Sumber : BDT 2015, diolah

Gambar 2.8 Jumlah Rumah Tangga Sasaran Kota Salatiga

Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan (Desil)

(29)

II - 11 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

2. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi indikator penting

untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas

hidup manusia (penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk

dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan,

kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM merupakan indikator

yang mencerminkan kualitas hidup penduduk yang meliputi Angka

Harapan Hidup (AHH), Rata-Rata Lama Sekolah, Harapan Lama

Sekolah dan Pengeluaran Rill Per Kapita.

Perkembangan IPM Kota Salatiga selama kurun waktu lima

tahun (2012-2016) trennya meningkat meskipun kenaikannya relatif

kecil, yaitu dari 79,10 pada tahun 2012 menjadi sebesar 81,14 pada

tahun 2016. IPM Kota Salatiga relevan dengan IPM Jawa Tengah dan

Nasional yang terus meningkat selama kurun waktu lima

tahun,selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber : BPS Jawa Tengah

Gambar 2.9

Perkembangan IPM Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah dan

Nasional Tahun 2012-2016

Capaian IPM Kota Salatiga pada tahun 2016 sebesar 81,14

menunjukkan hasil yang baik, yaitu berada di atas Provinsi Jawa

Tengah sebesar 69,98 dan Nasional 70,18, serta dibandingkan dengan

kota lainnya di Jawa Tengah merupakan posisi kedua tertinggi setelah

Kota Semarang (81,19), selengkapnya dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

(30)

II - 12 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : BPS Jawa Tengah

Gambar 2.10

Posisi Relatif IPM Kota Salatiga dibandingkan Dengan Kota

Lain, Provinsi dan Nasional Tahun 2016

3. Indeks Gini

Salah satu indikator yang dipergunakan untuk menilai

ketimpangan pemerataan pendapatan di suatu wilayah adalah

dengan menggunakan Indeks Gini. Koefisian Indeks Gini adalah 0

(nol) hingga 1 (satu) yang mengandung arti bahwa sama sekali tidak

terjadi ketimpangan ketika capaian indeks Gini ketika bernilai 0

(nol) dan ketimpangan dapat dikatakan tinggi apabila capaian

Indeks Gini ketika bernilai 1 (satu). Ketimpangan pemerataan

pendapatan menggunakan Indeks Gini dapat diklasifikasikan

kedalam 3 kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Indeks Gini

dikategorikan rendah apabila capaiannya dibawah 0,3. Capaian

Indeks Gini dikatakan sedang apabila capaiannya berada diantara

0,3 hingga 0,4 dan dikategorikan tinggi apabila capaiannya diatas

0,4 hingga 1.

Tingkat ketimpangan pendapatan Kota Salatiga setiap

tahunnya cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2011 sebesar

0,34 dan pada tahun 2015 menjadi sebesar 0,38, meskipun pernah

mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi sebesar 0,35. Ini

berarti bahwa masih terdapat kesenjangan antara satu orang

dengan orang lain yang cukup signifikan dan indeks gini

Kota Salatiga tergolong Sedang.

(31)

II - 13 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : BPS, Buku Indikator Utama Sosial Politik dan Keamanan Jawa Tengah 2015 dan

Buku Pemerataan Pendapatan Dan Pola Konsumsi Jawa Tengah 2015, 2016

Gambar 2.11

Perkembangan Indeks Gini Kota Salatiga, Provinsi Jawa

Tengah dan Nasional Tahun 2011-2015

4. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi indikator

penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun

kualitas hidup manusia (penduduk). IPM menjelaskan bagaimana

penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh

pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM

merupakan indikator yang mencerminkan kualitas hidup

penduduk, meliputi: Angka Harapan Hidup (AHH), Rata-Rata Lama

Sekolah, Harapan Lama Sekolah dan Pengeluaran Rill Per Kapita.

Perkembangan IPM Kota Salatiga selama kurun waktu lima

tahun (2012-2016) trennya meningkat meskipun kenaikannya

relatif kecil, yaitu dari 79,10 pada tahun 2012 menjadi sebesar

81,14 pada tahun 2016. IPM Kota Salatiga relevan dengan IPM

Jawa Tengah dan Nasional yang terus meningkat selama kurun

waktu lima tahun,selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut.

(32)

II - 14 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumb

er : BPS Jawa Tengah

Gambar 2.12

Perkembangan IPM Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah

dan Nasional Tahun 2012-2016

Capaian IPM Kota Salatiga pada tahun 2016 sebesar 81,14

menunjukkan hasil yang baik, yaitu berada di atas Provinsi Jawa

Tengah sebesar 69,98 dan Nasional 70,18, serta dibandingkan

dengan kota lainnya di Jawa Tengah merupakan posisi kedua

tertinggi setelah Kota Semarang (81,19), selengkapnya dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Sumber : BPS Jawa Tengah

Gambar 2.13

Posisi Relatif IPM Kota Salatiga dibandingkan Dengan Kota

Lain, Provinsi dan Nasional Tahun 2016

(33)

II - 15 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Gambar 2.14 Perkembangan Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM)

Beserta Komposit Kota Salatiga Tahun 2012-2016

No.

Indikator

2012

2013

2014

2015

2016

1.

Angka Harapan

Hidup

76,52

76,53

76,53

76,83

76,87

2.

Harapan Lama

Sekolah (HLS)

14,60

14,61

14,95

14,97

14,98

3.

Rata-rata Lama

Sekolah

9,09

9,20

9,37

9,81

9,82

4.

Pengeluaran Riil

Perkapita (Rp)

13.966 14.125 14.205

14.600

14.811

IPM

79,10

79,37

79,98

80,96

81,14

Jawa Tengah

67,21

68,02

68,78

69,49

69,98

Sumber : BPS Jawa Tengah 2016

a) Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka harapan hidup atau disingkat AHH adalah rata-rata

tahun hidup yang akan dijalani oleh seorang bayi saat lahir

sampai pada tahun tertentu saat ia meninggal. Data AHH di suatu

daerah berguna untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan dan dampaknya pada

kesejahteraan masyarakat. Semakin lama harapan hidup yang

mampu dicapai maka semakin tinggi derajar kesehatannya. AHH

menunjukkan

kualitas

kesehatan

masyarakat,

yang

mencerminkan “lamanya hidup” sekaligus “hidup sehat” suatu

masyarakat. Tren perkembangan AHH Kota Salatiga selama kurun

waktu 2012 hingga 2016 dapat dilihat pada gambar berikut.

(34)

II - 16 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017

Gambar 2.15

Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Salatiga,

Jawa Tengah Dan Nasional Tahun 2012-2016 (Tahun)

Pada Gambar di atas bahwa selama periode 2012-2016

AHH Kota Salatiga selalu meningkat, demikian juga dengan

kondisi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Tahun 2016, AHH

Kota Salatiga sebesar 76,87 tahun meningkat setiap tahunnya jika

dilihat dari capaian tahun 2012-2016. Hal ini berarti dari tahun

2012 sampai tahun 2016, rata-rata penduduk Kota Salatiga dapat

bertahan hidup antara usia 76-77 tahun.

Sedangkan posisi relatif AHH Kota Salatiga tahun 2016

sebesar 76,87 tahun berada di atas rata-rata Provinsi Jawa

Tengah sebesar 74,02 tahun dan Nasional sebesar 70,90 tahun.

Dibandingkan dengan Kota lainnya di Provinsi Jawa tengah tahun

2016, Kota Salatiga berada pada posisi ketiga tertinggi setelah

Kota Semarang sebesar 77,21 tahun dan Kota Surakarta sebesar

77,03 tahun, secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut.

(35)

II - 17 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017

Gambar 2.16

Posisi Relatif Angka Harapan Hidup (AHH Kota Salatiga

Tahun 2016.

b) Harapan Lama Sekolah (HLS)

Harapan lama sekolah atau disingkat HLS didefinisikan

sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan

dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS

dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem

pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk

lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai

oleh setiap anak. HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena

mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar.

HLS di Kota Salatiga dalam kurun waktu lima tahun

(2012-2016) mengalami peningkatan dari 14,60 tahun pada tahun 2012

menjadi sebesar 14,98 tahun pada tahun 2016. Menunjukkan

bahwa penduduk Kota Salatiga sampai dengan tahun 2016

memiliki lama sekolah setara diploma II. Kondisi HLS Kota Salatiga

tidak berbeda dengan kondisi HLS Provinsi Jawa Tengah ataupun

Nasional yang sama-sama terus mengalami kenaikan, secara rinci

dapat dilihat pada Gambar berikut.

(36)

II - 18 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017

Gambar 2.17 Perkembangan Harapan Lama Sekolah (HLS) Kota

Salatiga, Jawa Tengah Dan Nasional Tahun 2012-2016

Dilihat dari posisi relatifnya, HLS Kota Salatiga pada

tahun 2016 sebesar 14,98 tahun berada di atas Provinsi Jawa

Tengah sebesar 12,45 tahun dan Nasional 12,72 tahun.

Dibandingkan dengan kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah,

Kota Salatiga berada di posisi tertinggi, secara rinci dapat dilihat

pada Gambar di bawah ini.

Sumber : Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017

Gambar 2.18

Posisi Relatif Harapan Lama Sekolah Kota Salatiga Tahun

2016

(37)

II - 19 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

c) Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-Rata Lama Sekolah atau disingkat RLS didefinisikan

sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam

menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi

normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun.

Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk berusia

25 tahun ke atas. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas

dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah

berakhir. Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga

mengikuti standard internasional yang digunakan oleh UNDP.

Perkembangan RLS Kota Salatiga selama kurun waktu lima

tahun (2012-2016) terus meningkat dan relevan dengan kondisi

Provinsi Jawa Tengah dan Nasional, yaitu RLS Kota Salatiga dari

sebesar 9,09 tahun pada tahun 2012 menjadi sebesar 9,82 tahun

pada tahun 2016. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut.

Sumber : BPS Jawa Tengah

Gambar 2.19 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)

Kota Salatiga, Jawa Tengah Dan Nasional Tahun

2012-2016 (Tahun)

Dilihat dari posisi relatifnya, RLS Kota Salatiga pada tahun

2016 sebesar 9,82 tahun berada di atas Provinsi Jawa Tengah

sebesar 7,15 tahun dan Nasional 7,95 tahun. Dibandingkan RLS

kota lainnya di Jawa Tengah tahun 2016, RLS Kota Salatiga

diposisi ketiga terendah setelah Kota Tegal (8,28 tahun), dan Kota

Pekalongan (8,29 tahun) secara rinci dapat dilihat pada Gambar

berikut.

(38)

II - 20 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017

Gambar 2.20 Posisi Relatif Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kota

Salatiga, Kota Lainnya Di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2016 (Tahun).

d) Pengeluaran Rill Per Kapita

Besarnya pengeluaran konsumsi per kapita digunakan

sebagai pendekatan untuk mengetahui tingkat pendapatan

masyarakat dan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.

Pengeluaran rumah tangga ini terdiri dari pengeluaran makanan

dan bukan makanan yang menggambarkan bagaimana penduduk

mengalokasikan

kebutuhan

rumah

tangganya.

Rata-rata

pengeluaran per kapita Kota Salatiga pada tahun 2012 hingga

tahun 2016 mengalami kenaikan, yaitu yang awalnya tahun 2011

sebesar Rp.13.966 ribu menjadi Rp.14.811 ribu pada tahun 2016.

Kondisi Kota Salatiga tahun 2012 hingga tahun 2016 relevan

dengan kondisi pengeluaran per kapita Provinsi Jawa Tengah dan

Nasional yang juga terus mengalami kenaikan, secara rinci dapat

dilihat pada gambar berikut.

(39)

II - 21 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2017

Gambar 2.21 Perkembangan

Pengeluaran Perkapita

Kota

Salatiga, Jawa Tengah Dan Nasional Tahun

2011-2016 (Ribu Rupiah)

Sedangkan

posisi

relatif

pengeluaran

per

kapita

Kota Salatiga tahun 2016 yang mencapai sebesar Rp.14.811 ribu

berada di atas Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp.10.153 ribu dan

Nasional sebesar Rp.10.420 ribu, serta posisi tertinggi diantara

kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah, selengkapnya dapat dilihat

pada Gambar berikut.

Sumber : Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 2016

Gambar 2.22

Posisi Relatif Pengeluaran Rill Per Kapita Kota

Salatiga Tahun 2016 (Ribu Rupiah)

(40)

II - 22 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

5. Indeks Pembangunan Gender

Indeks Pembangunan Gender atau disingkat IPG adalah angka

pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia (sama seperti

definisi IPM), namun terpilih berdasarkan jenis kelamin, yaitu

laki-laki dan perempuan. IPG dapat digunakan untuk mengetahui

kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan.

Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPG mendekati/sama dengan

angka 100.

Capaian IPG Kota Salatiga dalam periode tahun 2010 hingga

2015 terus meningkat, yaitu dari sebesar 94,31 pada tahun 2010

menjadi sebesar 96,02 pada tahun 2015. IPG Kota Salatiga selama

periode enam tahun terakhir relevan dengan capaian IPG

Jawa Tengah dan Nasional yang terus mengalami kenaikan tiap

tahun, selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber : KPPA, Buku PMBG, BPS , 2016

Gambar 2.23

Perkembangan IPG Kota Salatiga, Provinsi Jawa

Tengah dan Nasional Tahun 2010-2015

Posisi relatif IPG Kota Salatiga tahun 2015 sebesar 96,02 berada

di atas Provinsi Jawa Tengah sebesar 92,21 dan Nasional sebesar

91,03, serta berada di urutan kedua tertinggi dibandingkan dengan

kota lainnya di Jawa Tengah setelah Kota Surakarta sebesar 96,38,

selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut.

(41)

II - 23 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : KPPA, Buku PMBG, BPS , 2016

Gambar 2.24

Posisi Relatif IPG Kota Salatiga Tahun 2015

6. Indeks Pemberdayaan Gender

Indeks Pemberdayaan Gender atau disingkat IDG merupakan

angka pembentuk yang tersusun dari beberapa variabel yang

mencerminkan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses

pengambilan keputusan sehingga kebutuhan dan permasalahannya

dapat mempengaruhi serta teraktualisasi dalam hasil keputusan

kebijakan pembangunan yang menyangkut kepentingan perempuan

baik di lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. IDG

Kota Salatiga dari tahun 2011 hingga tahun 2015 cenderung

menurun, yaitu pada tahun 2011 sebesar 81,45 turun dan pada

tahun 2015 menurun menjadi 80,83. Berbeda dengan kondisi Provinsi

Jawa Tengah dan Nasional yang terus meningkat, secara rinci dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

(42)

II - 24 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Sumber : KPPA, Buku PMBG, BPS , 2016

Gambar 2.25

Perkembangan IDG Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah

dan Nasional Tahun 2011-2015

Dibandingkan dengan IDG Provinsi Jawa Tengah tahun 2015

sebesar 74,80 dan IDG Nasional tahun 2015 sebesar 70,83, IDG Kota

Salatiga tahun 2015 sebesar 80,83 berada di atasnya. Dibandingkan

dengan kota lainnya di Jawa Tengah, IDG Kota Salatiga tahun 2015

posisi berada di urutan pertama tertinggi. Selengkapnya dapat dilihat

pada gambar berikut.

Sumber : KPPA, Buku PMBG, BPS , 2016

Gambar 2.26

Posisi Relatif IDG Kota Salatiga Tahun 2015

c. Fokus Kesejahteraan Sosial

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan

terhadap indikator indikator-indikator sebagai berikut :

(43)

II - 25 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

1. Angka Partisipasi Kasar

Perkembangan APK (angka partisipasi kasar) SD di

Kota Salatiga tahun 2012 hingga tahun 2016 mengalami

perkembangan yang fluktuatif, pada tahun 2012 APK SD

Kota Salatiga sebesar 132,7% turun menjadi 98,31% pada

tahun 2013 kemudian pada tahun 2015 menjadi sebesar

118,46%. Seperti dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Salatiga, tahun 2017

Gambar 2.27

Perkembangan APK PAUD, SD dan SMP Kota Salatiga, Tahun

2012-2016

Perkembangan APK SMP/MTs di Kota Salatiga tahun 2011

hingga tahun 2015 mengalami perkembangan yang fluktuatif,

pada tahun 2012 APK Kota Salatiga sebesar 187,19% menuruan

menjadi 123,03% pada tahun 2016 menurun dibandingkan

dengan capaian tahun 2015 sebesar 129,01.

2. Angka Partisipasi Murni

Perkembangan APM (angka partisipasi murni) SMP/MTs

di Kota Salatiga tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami

perkembangan yang fluktuatif, pada tahun 2011 APM

Kota Salatiga sebesar 75,02% naik menjadi 88,05% pada tahun

2014 kemudian pada tahun 2015 turun menjadi sebesar

83,81%. Dibandingkan dengan APM Jawa Tengah dan Nasional

pada tahun 2015 APM SMP/MTs Kota Salatiga diatas capaian

(44)

II - 26 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Jawa Tengah dan Nasional. Selengkapnya dapat dilihat pada

gambar berikut.

Sumber : Buku Indikator utama Sosial,Politik, dan Kemanan Jateng Tahun 2016

Gambar 2.28

Perkembangan APM SMP/MTs Kota Salatiga, Provinsi Jawa

Tengah dan Nasional Tahun 2011-2015

3. Rasio Penduduk yang Bekerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah suatu

indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang

penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan

sehari-hari. Perkembangan TPAK Kota Salatiga menunjukkan tren

menurun, dimana pada tahun 2011 sebesar 67,83% dan pada

tahun 2015 menjadi sebesar 62,70%. Kondisi TPAK

Kota Salatiga relevan dengan kondisi TPAK Provinsi Jawa

Tengah maupun Nasional yang juga cenderung menurun, secara

rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(45)

II - 27 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

Su

mber : BPS, Profil Ketenagakerjaan Jawa Tengah Hasil Sakernas 2015, 2016

Gambar 2.29

Perkembangan TPAK Kota Salatiga, Jawa Tengah dan

Nasional Tahun 2011-2015 (%)

Posisi relatif TPAK Kota Salatiga tahun 2015 sebesar

62,70% berada di bawah Jawa Tengah 67,86% dan Nasional

sebesar 65,76%. Dibandingkan dengan kota lainnya di Jawa

Tengah tahun 2015, TPAK Kota Salatiga peringkat pertama

terendah, secara rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber : BPS, Profil Ketenagakerjaan Jawa Tengah Hasil Sakernas 2015, 2016

(46)

II - 28 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2019

4. Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan indikator

ketenagakerjaan yang ditunjukkan untuk melihat seberapa

besar jumlah pengangguran di suatu wilayah dibandingkan

dengan jumlah penduduk yang termasuk pada kategori

angkatan kerja. Besar kecilnya tingkat pengangguran terbuka

mengindikasikan besarnya persentase angkatan kerja yang

termasuk

dalam

pengangguran.

Perkembangan

TPT

Kota Salatiga tahun 2011-2015 menunjukkan kondisi negatif

yaitu pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi sebesar

6,43%, sangat tinggi dibandingkan kondisi capaian tahun 2014

yang sudah mencapai 4,46%. Kondisi TPT Kota Salatiga tahun

2014 hingga 2015 berbeda dengan kondisi Provinsi Jawa

Tengah yang turun menjadi sebesar 4,99%, namun sama naik

dengan kondisi Nasional menjadi sebesar 6,18%, secara rinci

dapat dilihat pada gambar berikut di bawah ini.

Sumber : BPS, Profil Ketenagakerjaan Jawa Tengah Hasil Sakernas 2015

Gambar 2.31 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah dan

Nasional Tahun 2011-2015 (%)

Gambar

Tabel 2.1 Banyak Penduduk Kota Salatiga Menurut Kelompok  Umur dan Jenis Tahun 2017
Gambar 2.1 Perkembangan  Pertumbuhan  Ekonomi  Kota  Salatiga,    Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2011-2016  (%)
Gambar 2.2 Posisi  Relatif  Pertumbuhan  Ekonomi  Kota  Salatiga  dengan  Kota  Lainnya  di  Provinsi  Jawa  Tengah  Dan  Nasional Tahun 2016 (%)
Gambar 2.4 Posisi  Relatif  Inflasi  Kota  Salatiga  dibandingkan  Kota  Lainnya, Provinsi dan Nasional Tahun 2016 (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan mengenai pengaruh motivasi belajar dan kebiasaan belajar terhadap prestasi

Islam datang membawa ajaran yang egaliter, persamaan, dan tanpa ada diskriminasi antara jenis kelamin yang berbeda sehingga laki-laki tidak lebih tinggi dari perempuan.. 1

Para pekerja bengkel kendaraan bermotor, terutama mereka yang sering menangani accu dan saluran gas buang kendaraan bermotor, terpapar partikel timbal secara langsung dan dengan

Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 1 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bengkulu Tahun 2019-2023,.. Peraturan Walikota Bengkulu Nomor

Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat: (a) jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima; (b) jika dalam bentuk nonkas maka

Mereka yang telah mengisi angket menyatakan kalau perkembangan gadget saat ini sangat baik, karena mereka dapat mendapat banyak informasi , dan

Hal ini menunjukkan bahwa buku panduan tidak memeberikan hasil yang signifikan, hal ini bertolak belakang dengan teori yang di ungkapkan oleh Ferguson, Daniel &

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 77 Tahun 2018 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019 (Berita Daerah Kota Surabaya Tahun 2018 Nomor