• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES SOSIALISASI PAPER tahun anggaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROSES SOSIALISASI PAPER tahun anggaran "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES SOSIALISASI

Makalah ini Disusun Guna Melengkapi Tugas Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Fitriyah Nurul H. MP.d

Oleh:

Tira Nur Fitria

(26.09.6.2.164)

Umi Rohmahwati

(26.09.6.2.172)

Yuliana Susilowati

(26.09.6.2.187)

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA

IAIN SURAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia disamping sebagai mahluk individu juga sebagai mahluk social, yang mana manusia yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. sedangkan kalau dilihat dari kaca mata agama manusia memiliki dua sisi hubungan yang sangat mendasar yaitu hubungan secara vertical dan hubungan secara horisontal, hubungan vertical yaitu hubungan manusia dengan sang pencipta, dan hubungan secara horisontal yaitu hubungan manusia dengan manusia atau dengan kata lain sosialisasi.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SOSIALISASI

Pengertian sosialisasi banyak disampaikan oleh para ahli antara lain yaitu:

1. Nasution (1999:126) menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial.

2. Kimball Young (Gunawan, 2000:33), sosialisasi ialah hubungan interaktif yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat. Pendapat dua ahli tersebut sama-sama menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses individu menjadi anggota masyarakat.

3. Gunawan (2000:33) yang menyatakan bahwa sosialisasi dalam arti sempit merupakan proses bayi atau anak menempatkan dirinya dalam cara atau ragam budaya masyarakatnya (tuntutan-tuntutan sosiokultural keluarga dan kelompok-kelompok lainnya).

4. Soekanto (1985:71) menyatakan bahwa sosialisasi mencakup proses yang berkaitan dengan kegiatan individu-individu untuk mempelajari tertib sosial lingkungannya, dan menyerasikan pola interaksi yang terwujud dalam konformitas, nonkonformitas, penghindaran diri, dan konflik. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam sosialisasi individu belajar menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

5. Susanto (1983:12) menyatakan bahwa sosialisasi ialah proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir kelompoknya, agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

(4)

7. Koentjaraningrat : Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.

8. Irvin L. Child : Sosialisasi adalah segenap proses yang menuntut individu mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini kebenarannya dan telah menjadi kebiasaan serta sesuai dengan standar dari kelompoknya.

9. Peter L. Berger : Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dari pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota, sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya. Jadi, proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku di lingkungan masyarakatnya. melalui proses ini juga, seseorang akan mengetahui dan dapat menjalankan hak serta kewajibannya berdasarkan peranan yang dimilikinya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses individu dalam mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural di sekitarnya yang mengarah ke dunia sosial.

B. PROSES atau TAHAP-TAHAP SOSIALISASI

(5)

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut.

Tahap persiapan (Preparatory Stage) : Masa Anak-anak.

Preparatory stage adalah masa anak meniru perbuatan orang yang ada di lingkungan keluarga, anak belajar tentang perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih

balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh

anak. Lama- kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

Tahap meniru (Play Stage) : Masa Anak-anak.

Play stage adalah masa anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, yaitu teman sepermainannya, anak sudah mengenal teknik bermain peran, misalnya bermain ‘polisi-polisian’, dan sebagainya walaupun masih terbatas.

(6)

Contoh: seorang anak kecil selalu meniru apa yang dikerjakan orang di sekitarnya dan menerima apa yang sudah dilihatnya.

Tahap siap bertindak (Game Stage) : Masa Remaja.

Game stage merupakan tahap lanjutan dari teknik bermain peran pada masa anak-anak. Seorang remaja bukan hanya meniru peran seseorang yang diidolakannya, tapi sudah mengidentikkan dirinya, seolah-olah dia sudah menyamakan dirinya dengan tokoh idolanya.

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran

yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya.

Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya. .

Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other) :

Masa Dewasa

Masa dewasa (Generalized Other) merupakan sosialisasi titik kulminasi yang paling optimal bagi seorang individu. Proses belajar tidak semata-mata melalui proses meniru, tetapi lebih kepada pola menyesuaikan diri.

(7)

tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

Khairuddin (2002:65) mengungkapkan bahwa dalam proses sosialisasi, kegiatan-kegiatan yang dicakup adalah:

1. Belajar (learning)

Menurut Morgan C.T (Khairuddin, 2002:65), belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang lalu. Proses belajar individu berlangsung sepanjang hayat, yaitu belajar dari individu itu lahir sampai ke liang lahat.

Ahmadi (2004:154) mengungkapkan bahwa dalam proses sosialisasi individu mempelajari kebiasaan, sikap, idea-idea, pola-pola dan tingkah laku dalam masyarakat di mana dia hidup. Sosialisasi adalah masalah belajar. Dalam proses sosialisasi individu belajar tentang kebudayaan dan keterampilan sosial seperti bahasa, cara berpakaian, cara makan, dan sebagainya. Segala sesuatu yang dipelajari individu mula-mula dipelajari dari orang lain di sekitarnya terutama anggota keluarga.

Individu belajar secara sadar dan tak sadar. Secara sadar individu menerima apa yang diajarkan oleh orang di sekitarnya, misal seorang ibu mengajarkan anaknya berbahasa dan bagaimana cara makan yang benar. Secara tidak sadar, individu belajar dari mendapatkan informasi dalam berbagai situasi dengan memperhatikan tingkah laku orang lain, menonton televisi, mendengar percakapan orang lain, dan sebagainya.

2. Penyesuaian Diri dengan Lingkungan

(8)

Adaptasi merupakan usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang lebih bersifat fisik.Sedangkan adjusment merupakan penyesuaian tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya, di mana dalam lingkungan tersebut terdapat aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur tingkah laku dalam lingkungan sosial tersebut.

Khairuddin (2002:68) menyebutkan bahwa untuk menilai berhasil atau tidaknya proses penyesuaian diri, ada empat kriteria yang harus digunakan yaitu:

a. Kepuasan psikis : Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan kepuasan psikis, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas.

b. Efisiensi kerja ; Penyesuaian diri yang berhasil akan nampak dalam kerja/kegiatan yang efisien, sedangkan yang gagal akan nampak dalam kerja/kegiatan yang tidak efisien. Misal, murid yang gagal dalam pelajaran di sekolah.

c. Gejala-gejala fisik : Penyesuaian diri yang gagal akan nampak dalam gejala-gejala fisik seperti: pusing kepala, sakit perut, dan gangguan pencernaan.

d. Penerimaan sosial : Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan reaksi setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan mendapatkan reaksi tidak setuju masyarakat.

3. Pengalaman mental

Pengalaman seseorang akan membentuk suatu sikap pada diri seseorang dimana didahului oleh sikap terbentuknya suatu kebiasaan yang menimbulkan reaksi yang sama terhadap masalah yang sama (Khairuddin, 2002:69). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa dengan bantuan orang lain untuk setiap pekerjaan yang harusnya dapat dikerjakan sendiri, setelah dewasa nanti dia akan tergantung dengan orang lain.

(9)

Individu akan berkembang menjadi makhluk sosial melalui proses sosialisasi. Dalam proses ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut F.G. Robbins (Ahmadi, 2004:158), ada lima faktor yaitu:

1. Sifat dasar, yaitu merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya.

2. Lingkungan prenatal, yaitu lingkungan dalam kandungan ibu. Dalam periode ini individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu, misal beberapa jenis penyakit (diabetes, kanker, siphilis) berpengaruh secara tidak langsung terhadap pertumbuhan mental, penglihatan, pendengaran anak dalam kandungan.

3. Perbedaan individual, meliputi perbedaan dalam ciri-ciri fisik (bentuk badan, warna kulit, warna mata, dan lain-lain), ciri-ciri fisiologis (berfungsinya sistem endokrin), ciri-ciri mental dan emosional, ciri personal dan sosial.

4. Lingkungan, meliputi lingkungan alam (keadaan tanah, iklim, flora dan fauna), kebudayaan, manusia lain dan masyarakat di sekitar individu.

5. Motivasi, yaitu kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan individu untuk berbuat.

D. KENDALA DAN PENDUKUNG PROSES SOSIALISASI

Nasution (1999:127-128) menyebutkan bahwa dalam proses sosialisasi tidak selalu berjalan lancar karena adanya sejumlah kendala, yaitu:

1. Kesulitan komunikasi .

(10)

2. Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau yang bertentangan.

3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat modernisasi, industrialisasi, dan urbanisasi.

Menurut Gunawan (2000:48), dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau hambatan, hal ini karena:

1. Terjadinya kesulitan komunikasi.

Kesulitan komunikasi terjadi karena yang berkomunikasi adalah manusia dengan segala perbedaannya. Djamarah (2004:63) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga yaitu: citra diri dan citra orang lain, suasana psikologis, lingkungan fisik, kepemimpinan, bahasa, dan perbedaan usia.

Citra diri yaitu ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Suasana psikologis mempengaruhi komunikasi, komunikasi sulit berlangsung jika seseorang dalam keadaan marah, kecewa, bingung, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya. Lingkungan fisik juga mempengaruhi komunikasi, karena komunikasi dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja dengan gaya dan cara yang berbeda. Selain itu cara kepemimpinan (otoriter, demokratis, laissez faire), penggunaan bahasa, dan perbedaan usia juga mempengaruhi proses komunikasi.

2. Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan.

Pola kelakuan berbeda-beda atau bertentangan yang diperoleh anak dapat mempengaruhi proses sosialisasi. Anak akan merasa bingung dengan perbedaan tersebut.

(11)

E.MEDIA SOSIALISASI

Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok social, seperti keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa. Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan lingkungan kerja.

1.Keluarga . Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak, antara lain :

a.Berusaha dekat dengan anak-anaknya

b.Mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan

c.Mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk

d.Memberikan keteladanan yang baik

e. Menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan hukuman di luar batas kejawaran.

f. Menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun menerapkan ibadah dalam keluarga.

2. Sekolah. Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan / spesifitas (specifity).

(12)

berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya, sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.

4.Media Massa . Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Contoh :

a. Adegan-adegan yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat

b.Penayangan berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang menonton.

c. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.

5.Lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.

a.

Lingkungan kerja dalam panti asuhan. Orang yang bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.

b.

Lingkungan kerja dalam perbankan. Lingkungan ini dapat membuat seseorang menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang bersifat material dan uang.

BAB III

PENUTUP

(13)

Sosialisasi adalah proses individu dalam mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural di sekitarnya yang mengarah ke dunia sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi adalah: Faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu sifat dasar, perbedaan individual, dan motivasi.Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu yaitu lingkungan prenatal, dan lingkungan sekitar.

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut. Tahap persiapan (Preparatory Stage), Tahap meniru (Play Stage), Tahap siap bertindak (Game Stage), Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)

Faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi 1. Sifat dasar 2. Lingkungan prenatal 3. Perbedaan individual 4. Lingkungan 5. Motivasi.

Kendala dan pendukung proses sosialisasi yaitu: 1. Kesulitan komunikasi . 2. Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau yang bertentangan. 3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat modernisasi, industrialisasi, dan urbanisasi.

Menurut Gunawan (2000:48), dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau hambatan, hal ini karena: 1. Terjadinya kesulitan komunikasi. 2. Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan. Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan lingkungan kerja.

B. SARAN

Perlu dan pentingnya pembinaan dan bimbingan keluarga terhadap anaknya dalam menghadapi interaksi social dengan dunia luar. Perlunya filterisasi social dalam hal proses sosialisasi, agar menjadi manusia yang bertanggung jawab dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

Hariyadi, Sugeng. Dkk. 2003.Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press. http://budakbangka.blogspot.com/2010/01/pengertian-sosialisasi.html

http://dc159.4shared.com/img/qO7yLlC3/preview.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi#Proses_sosialisasi

http://texbuk.blogspot.com/2012/02/tahap-tahap-sosialisasi.html

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/proses-sosialisasi-tahap-tahap-sosialisasi/

http://www.kosmaext2010.com/makalah-sosiologi-antropologi-pendidikan-proses-sosialisasi-pendidikan.php

Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty. Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara. Robinson, Philip. 1986. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Rustiana, Eunike R. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Semarang.

Soekanto, Soerjono. 1985. Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasinya. Bandung: Remadja Karya.

Susanto, Phil Astrid S. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta. Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada anak di SDN Melonguane dapat disimpulkan bahwa: Status kebersihan mulut anak usia 9-11 tahun menunjukkan lebih

b. 12 soal latihan menulis tersebut dikategorikan berdasarkan jenis latihan keterampilan menulis menurut Kast. Hasilnya, terdapat 5 soal latihan yang termasuk dalam

Oleh karena itu dilakukan penelitian peningkatan kecerahan dan daya rekat warna pada gerabah batik.Hasil pewarnaan yang bagus akan menimbulkan minat orang atau konsumen

Bendrosios žemės ūkio politikos formavimo procesus taip pat gali veikti Europos Parlamento Žemės ūkio ir kaimo plėtros bei Žuvininkystės komi- tetai, ES Tarybos Specialusis

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kondisi optimal metode electroplatting koagulasi yang paling optimum dalam menurunkan konsentrasi logam Zn pada

Pada studi awal, nilai masing-masing fasilitas dengan rawat inap (tanpa Puskesmas tanpa Rawat Inap) berkisar antara 67-90, meningkat dengan rata-rata 70, pada studi akhir

Peningkatan motivasi tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan dukungan kepada pegawai untuk selalu berprestasi, saling menghargai hasil kerja,

Peranan aparatur Puslitbang SDA menentukan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat akan memberikan tanggapan-tanggapan atau persepsi baik buruknya