KAJIAN TEORI POLA PERILAKU BERSIRSIRKULASI
DIRUANG TERBUKA
(PEDESTRIAN)
1Dika Hisani
2ABSTRAK
Aktivitas pada ruang kota yang semakin berkembang membutuhkan perancangan yang tepat. Salah satu ruang yang mewadahi aktivitas masyarakat dalam bersirkulasi adalah pedestrian. Pedestrian adalah salah satu aspek pendukung aktivitas diruang publik. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan dibahas kajian-kajian terkait dengan penggunaan ruang pedestrian untuk mengetahui pola bersirkulasi dikawasan perkotaan, metode yang digunakan untuk mengkaji teori pola bersirkulasi dipedestrian adalah studi literatur dengan mengkomparasi beberapa teori umum dan studi kasus yang pernah ditulis peneliti lain.
Kata kunci : Sirkulasi, Perilaku, Pedestrian
1
Tulisan ini merupakan bagian akhir dari Tugas Mata Kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan II di Program Studi
Teknik Arsitektur Fakultas Tenik USU Medan dengan bimbingan Dr.Wahyu Utami , ST,MT 2
PENDAHULUAN
Sirkulasi berkaitan erat dengan pedestrian sebagai aspek pendukung aktivitas di ruang publik. Untuk mengetahui pola perilaku bersirkulasi maka penelitian ini berusaha untuk mengkaji teori pola bersirkulasi di ruang terbuka (pedestrian). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teori-teori pola perilaku masyarakat di kota khususnya di ruang terbuka publik terutama pada pedestrian.
TEORI SIRKULASI DAN PERILAKU
Pendekatan Prilaku dalam Arsitektur
Menurut Sunaryo 2004, yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan pengertian pola perilaku dalam Kamus Tata Ruang merupakan reaksi orang terhadap lingkungan, siklus lengkap dari adanya keinginan dan kebutuhan dan keinginan untuk mencapai sesuatu tujuan antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya, yang melalui proses sebab akibat, keputusan dan tindakan, kelakuan kelompok masyarakat, terikat ruang dan waktu, didalamnya terdapat pola yang stabil di prilaku manusia dan hubungan timbal balik dengan lingkungan fisik.
Hubungan Perilaku dan Setting
Setting dan perilaku mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Lingkungan/ seting dapat mempengaruhi perilaku. Misalnya lingkungan kota yang selalu bersih akan mempengaruhi perilaku manusia untuk tidak membuang sampah sembarangan. Tetapi sebaliknya perilaku juga dapat mempengaruhi lingkungan/ setting, misalnya, perilaku masing masing penghuni perumahan yang selalu memperhatikan kebersihan dan kualitas lingkungan disekitar rumahnya akan
membentuk kualitas lingkungan yang asri, nyaman dan sehat (Aulia & Siahaan, 2012).
Roger Barker dan Herbert Wright dalam Marcella (2004) memakai istilah behavior
setting untuk menjelaskan tentang kombinasi
perilaku dan setting tertentu, contohnya adalah seseorang berada dalam suatu lingkungan, yaitu sebuah toko dan terdapat gang yang berada diantara rak penjualan dan sejumlah benda yang dijual, orang tersebut berada dalam suatu sistem perilaku ketika ia mempunyai peran dalam sistemnya dan sebaliknya sistem tersebut akan mendukung aktivitas yang terjadi dalam toko. Dalam toko tersebut terdapat serangkaian kejadian yang berurutan, sebuah kegiatan yaitu membeli dan menjual. Perilaku ini membentuk sebuah pola perilaku yang terjadi berulang-ulang, tidak hanya pada pembeli, tetapi juga sama halnya dengan pedagang. Seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Hubungan perilaku dan setting (behavior
setting)
Sumber : Marcella, 2004
Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Sarana Perkotaan
ini mempunyai arti dan nilai yang berbeda, tergantung tingkat bagaimana individu-individu yang menggunakan ruang tersebut. Dengan kata lain, pendekatan ini akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda (Rapoport,1977 dalam Haryadi 2010).
Perilaku dan Sirkulasi Pengertian Sirkulasi
Sirkulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah peredaran. Pengertian sirkulasi antar ruang atau sirkulasi penghubung ruang menurut ilmu arsitektur dalam Sari, 2014 adalah pergerakan/ruang lingkup gerak suatu ruang yang saling berhubungan baik dengan fungsi, bentuk dan lain-lain.
Sedangkan Hamid Shirvani (1985) menjelaskan sirkulasi adalah gambaran sirkulasi manusia dan kendaraan, keadaan ruang (atau ketiadaan ruang) parkir, orientasi ke tujuan (way finding), keselamatan dan kemudahan akses dan pergerakan. Jalur sirkulasi merupakan ruang linear dimana terdapat banyak aktifitas yang terjadi dan mempunyai dampak penting diantaranya sebagai alat yang kuat dalam menstrukturkan suatu kota atau kawasan, membentuk, mengarahkan dan mengatur pola aktifitas serta dampak visual dan lingkungan. Sirkulasi didalam kota merupakan salah satu alat paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota.
Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya teori arsitektur (1993) dalam Pynkyawati,dkk, 2014 alur sirkulasi dapat diartikan sebagai “tali” yang mengikat ruang-ruang suatu bangunan atau suatu deretan ruang-ruang dalam maupun luar, menjadi saling berhubungan. Oleh karena itu kita bergerak dalam waktu melalui suatu tahapan ruang. Kita merasakan ruang ketika kita berada didalamnya dan ketika kita menetapkan tempat tujuan.
Jenis-Jenis Sirkulasi
Buku arsitektur, bentuk dan tatanannya FDK Ching, 2008 menjelaskan bahwaterdapat beberapa jenis pola sirkulasi, yaitu : (1) sirkulasi linear, (2) radial, (3) spiral, (4) sirkulasi network, dan (5) komposit. Sirkulasi linear; Seluruh jalur adalah linear, jalur yang lurus dapat menjadi elemen pengatur utama serangkaian ruang. Radial memiliki jalur-jalur linear yang memanjang dari atau berakhir disebuah titik pusat bersama. Spiral adalah suatu jalur/jalan tunggal yang menerus yang berasal dari titik pusat, bergerak melingkar, dan semakin lama semakin jauh darinya. Sirkulasi
network (jaringan) terdiri dari beberapa jalur-jalur yang menghubungkan titik-titik yang terbentuk di dalam suatu ruang. Komposit; Suatu bangunan biasanya menggunakan kombinasi pola-pola yang berurutan. Akan tetapi, untuk mencegah terjadinya jalur cabang yang berbelit dan tidak terorientasi , perlu ada susunan hirarkis diantara jalur dan titik bagunan dengan cara membedakan .skala, bentuk, dan penempatan mereka atau sirkulasi kombinasi dari pola-pola yang sudah disebutkan sebelumnya.
Perilaku Masyarakat Perkotaan
Menurut Sunaryo 2004, yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya respons yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Mulyandari (2010) menjelaskan ciri- ciri khas yang ada pada sebuah kota yang dikemukakan oleh Max Weber adalah salah satunya terdapat berbagai bentuk perkumpulan dalam masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat di kota itu sendiri.
METODE PENELITIAN
Untuk pengumpulan data yang diperlukan, penulis menggunakan metode studi literatur yang mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan orang lainsertamempelajari kasus-kasus yang terdapat di Indonesia Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori yang sesuai.
POLA PERILAKU MASYARAKAT BERSIRKULASI
Perilaku Masyarakat Kota
Perilaku masyarakat kota yang serba kompleks saat ini menjadikan pola hidup masyarakat yang serba cepat. Majunya gaya hidup menimbulkan ketergantungan terhadap fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan hidup (Aris, 2010). Selain memenuhi kebutuhan hidup sebuah tempat atau seting yang tersedia dapat menggambarkan suatu pola perilaku yang berulang-ulang dalam seting tersebut. Seperti pada gambar (2 dan 3) masyarakat melakukan pergerakan aktivitas yang berulang-ulang pada suatu koridor ruang terbuka.
Gambar 2. Pergerakan aktivitas 1 dalam satu koridor Sumber : Aris, 2010
Gambar 3. Pergerakan aktivitas 2 dalam satu koridor Sumber : Aris, 2010
Gambar tersebut menjelaskan masyarakat melakukan kegiatan berjalan, berdiri, duduk, sambil mengobrol bahkan berdiri sambil membaca. Adanya perilaku tersebut terjadikarena terdapat seting/ tempat yang tersedia atau tempat yang telah difungsikan.
Selain masyarakat melakukan kegiatan berjalan, berdiri, duduk sambil mengobrol disatu seting koridor ruang terbuka. Masyarakat juga melakukan kegiatan seperti mengendarai kendaraan diruang jalan, dari kegiatan masyarakat mengendarai kendaraan terdapat perilaku orang yang membawa kendaraan seperti orang yang menyelip kendaraan, berbelok dipersimpangan, berada ditengah atau dipinggir bagian jalan dll. Hal inipun terjadi disebabkan karena terdapat seting / tempat yang tersedia yang telah difungsikan
Gambar 4. Pergerakan aktivitas 1 diruang jalan Sumber : Aris, 2010
Gambar 5. Pergerakan aktivitas 2 diruang jalan Sumber : Aris, 2010
ruang) parkir, orientasi ke tujuan (way finding), keselamatan dan kemudahan akses dan pergerakan. Jalur sirkulasi merupakan ruang linear dimana terdapat banyak aktifitas yang terjadi dan mempunyai dampak penting diantaranya sebagai alat yang kuat dalam menstrukturkan suatu kota atau kawasan, membentuk, mengarahkan dan mengatur pola aktifitas serta dampak visual dan lingkungan. Sirkulasi didalam kota merupakan salah satu alat paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota.
Alur Sirkulasi
Alur sirkulasi diartikan sebagai “tali” yang mengikat ruang-ruang suatu bangunan atau suatu deretan ruang-ruang dalam maupun luar, menjadi saling berhubungan. Oleh karena itu kita bergerak dalam waktu melalui suatu tahapan ruang. Kita merasakan ruang ketika kita berada didalamnya dan ketika kita menetapkan tempat tujuan (D.K Ching, 1993 dalam Pynkyawati,dkk, 2014).
Gambar 6. Contoh 1 gambar alur sirkulasi pada koridor dalam gedung
Sumber : www.google.com
Gambar 7. Contoh 2 gambar alur sirkulasi pada koridor dalam gedung
Sumber : www.google.com
Gambar 6 & 7 terlihat menjelaskan sebuah koridor yang mengikat ruang bangunan atau deretan bangunan menjadi saling berhubungan. Hal ini telah sesuai seperti arti mengenai alur sirkulasi menurut Ching, 1993 dalam Pynkyawati,dkk, 2014 begitu pula halnya mengenai alur sirkulasi bukan hanya digunakan pada ruang dalam yang terdapat pada bangunan namun alur sirkulasi juga digunakan pada ruang luar seperti pada ruang perkotaan yang terdapat gedung-gedung yang berhubungan dengan lahan parkir ke pedestrian dan jalan didalamnya. Gedung tersebutlah sebagai deretan ruang-ruang. Lahan parkir, pedestrian, dan jalan merupakan sebagai tali yang mengikat deretan ruang tersebut. Dapat dilihat pada gambar 8 & 9. Hal tersebutpun sesuai dengan teori Ching, 1993 dalam Pynkyawati,dkk, 2014.
Gambar 8. Contoh 1 gambar alur sirkulasi pada koridor ruang luar
Sumber : www.google.com
Gambar 9. Contoh 2 gambar alur sirkulasi pada koridor ruang luar
Sumber : www.google.com
Sirkulasi
Suatu gambaran sirkulasi manusia dan kendaraan, keadaan ruang atau ketiadaan ruang parkir, orientasi ketujuan (way finding), keselamatan dan kemudahan akses dan pergerakan (Shirvani, 1985).
Saling berhubungan Deretan
ruang ruang
Alur sirkulasi Saling berhubungan
Deretan ruang
Alur sirkulasi
Gambar 10.Gambaran sirkulasi manusia, kendaraan dll
Sumber : www.google.com
Gambar 10 menjelaskan bahwa adanya gambaran sirkulasi manusia dan kendaraan, dimana manusia bergerak berjalan kaki, membawa sepeda, mengendari mobil.
Sirkulasi menjelaskan tentang keadaan ruang atau ketiadaan ruang parkir (Shirvani, 1985).
Gambar 11.Ruang jalan tidak terdapat ruang parkir Sumber : www.google.com
Sirkulasi menunjukkan kemudahan akses dan pergerakan serta keselamatan (Shirvani 1985).
Gambar 12. Ruang jalan dengan kemudahan akses, pergerakan serta keselamatan
Sumber : www.google.com
Suatu ruang yang telah dilengkapi oleh adanya sirkulasi manusia dan kendaraan, keadaan ruang atau ketiadaan ruang parkir, orientasi ketujuan (way finding), keselamatan dan kemudahan akses dan pergerakan (Shirvani, 1985). Suatu ruang tersebut telah memiliki sirkulasi yang baik dalam suatu ruang kota.
Gambar 13. ContohRuang jalan, Jalan Dago, Bandung telah memiliki sirkulasi yang baik
Sumber : www.google.com
Shirvani, 1985 juga menjelaskan jalur sirkulasi dimana merupakan ruang linear yang terdapat banyak aktifitas yang terjadi dan mempunyai dampak penting diantaranya sebagai alat yang kuat dalam membentuk atau menstrukturkan suatu kota atau kawasan, membentuk, mengarahkan dan mengatur pola aktifitas serta dampak visual dan lingkungan.
Gambar contoh pola aktivitas, sirkuasi dan sirkulasi yang membentuk atau menstrukturkan suatu
kawasan
Sumber : www.google.com Orientasi ketujuan
Koridor Trotoar Jalan Hayam Wuruk Jakarta Pusat
Koridor pedestrian yang berfungsi sebagai sirkulasi adalah koridor pedestrian yang dapat digunakan sebagai tempat berjalan kaki dan suatu sirkulasi seharusnya berfungsi sesuai dengan penggunanya. Namun di beberapa tempat terdapat beberapa kasus yang menyalahgunakan fungsi sirkulasi menjadi fungsi lainnya. Seperti salah satu kasus yang terdapat di Kota Jakarta, pada koridor pedestrian jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Koridor tersebut dipenuhi dengan berbagai macam aktivitas pedagang kaki lima dan parkir sepeda motor sehingga menjadikan ruang sirkulasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan hal tersebut memberikan dampak pada lingkungan sekitarnya seperti menyebabkan kemacetan pada lingkungan sekitarnya sejak pagi hingga sore hari. (kasus dikutip dari laman webhttps://jakartapedestrian.wordpress.com/cat egory/jakarta-pedestrian/page/5/ from SukmaIndah Permana – Detik News – Jakarta – selasa, 08-01-2013; 13:37 WIB)
Gambar 14. Koridor trotoar jalan Hayam Wuruk Jakarta
Sumber : www.google.com
Hal tersebut sama halnya seperti struktur behavior setting yang dibedakan berdasarkan siapa yang memegang kendali aktivitas (Marcella, 2004). Seperti halnya pada gambar 14 koridor trotoar Hayam Wuruk Jakarta ini, perilaku pedagang kaki lima yang berjualan berdampak pada perilaku pengguna ruang sirkulasi sehingga pengguna ada yang menggunakan koridor tersebut untuk mengendarai sepeda motor pada trotoar dan banyak yang meletakkan parkir sepeda motor seperti yang terlihat pada gambar 14.
Kawasan Koridor Jalan Di Kota Solo
Kota Solo memiliki beberapa ruas jalan yang membentang lurus dan panjang, koridor tersebut bernama Slamet Riyadi. Selain koridor Slamet Riyadi yang memiliki ruas jalan yang membentang lurus dan panjang, terdapat pula ruas jalan yang membentang tidak begitu panjang, jalan tersebut bernama jalan Jendral Sudirman. Jalan Jendral Sudirman terdapat objek vital dan landmark pada sisi kanan dan kiri jalan seperti balai Kota Surakarta, Bank Central, Kantor Pos, Benteng Vasternburg dan beberapa bangunan lainnya (sumber: laman web – Dinas Tata Ruang Kota. Kota Surakarta (http://dtrk.surakarta.go.id/content/penataan-kawasan-koridor-jl-jendral-sudirman).
Gambar 15. Gambar-gambar pada Koridor Jalan Jendral Sudirman Kota Solo
Sumber : www.google.com
Jalan Jendral Sudirman ini yang berfungsi sebagai ruang gerak yang saling berhubungan dengan baik terhadap bangunan-bangunan penting yang berada pada sisi kanan/kiri jalan, serta pedestrian yang mendukung sehingga tebentuknya sebuah ruang pada kawasan tersebut. Hal ini menjadikan koridor Jalan Jendral Sudirman sesuai dengan pengertian sirkulasi antar ruang menurut Ilmu Arsitektur dalam Sari, 2014.
KESIMPULAN
Suatu tempat atau setting dapat mempengaruhi perilaku. Suatu setting yang baik, lurus, rapi, rata dan teduh dapat membuat orang lebih nyaman menggunakan setting tersebut.
Suatu kondisi tempat/setting yang buruk akan memberikan dampak pada lingkungan sekitarnya, misalnya seperti kasus koridor Jalan Hayam wuruk dengan setting pedestrian yang sempit dan dipenuhi dengan PKL (Pedagang Kali Lima), sepeda motor dan sebagainya, orang yang berjalan kaki didalamnya juga tidak nyaman menggunakan setting tersebut dan akan mengikuti sesuai dengan kondisi setting yang ada dan dapat memberikan dampak buruk pula terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya seperti kemacetan pada lingkungan sekitarnya.
Sirkulasi yang baik merupakan sirkulasi yang sesuai bagi penggunanya. Baik pejalan kaki, pengendara kendaraan dll dapat bersirkulasi didalamnya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, 1998. Kamus Tata Ruang,Jakarta: IAPI.
Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta: EGC.
Marcella, J., 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia, Jakarta; PT. Grasindo.
Haryadi, B. S., 2010. Arsitektur Lingkungan dan Prilaku, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pynkyawati,T.,Aripin, S., & Ilyasa,E., 2014. Kajian Efisiensi Desain Sirkulasi pada
FungsiBangunan Mall Dan Hotel BTC. Jurnal Reka Karsa, 2 (1).
Sari, Indah., P., 2014. Kajian Sirkulasi Ruang Pada Redesain Pasar Wisata Bukit Tinggi.
Mulyandari, H., 2010. Pengantar Arsitektur Kota, Yogyakarta: ANDI
Ching, F.D.K, 2008. Arsitektur Bentuk, Ruang, Dan Tatanan, Jakarta: Erlangga.
Aulia, D., & Siahaan, N., M., 2012. Arsitektur Lingkungan Dan Perilaku, Universitas Sumatera Utara.
Shirvani, H., 1985. The Urban Design Process,
New York:Van Noostrand Reinhold Company Inc.
Jurnal Pejalan Kaki di Jakarta, 2013. (https://jakartapedestrian.wordpress.com/ category/jakarta-destrian/page/5/) diakses 19 Mei 2015.
Penataan Kawasan Koridor Jl. Jendral Sudirman,(http://dtrk.surakarta.go.id/cont ent/penataan-kawasan-koridor-jl-jendral-sudirman)diakses 19 Mei 2015.
Geo-2010-1001738-Aris-Perilaku Masyarakat Perkotaan,2012.
(https://www.youtube.com/watch?v=0Ne IQCfeZzc) diakses 19 Mei 2015.