• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DAN APLI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DAN APLI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DAN

APLIKASI SINAR-X

KARYA TULIS

Tugas Ini diajukan untuk memenuhi Mata Kuliah Fisika Modern Dosen Pengampu : Dr. Parlindungan Sinaga, M.Si.

Disusun Oleh :

Nabila Ukhti Latifah (1505444)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

”PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PEMUKIMAN DI INDONESIA TIMUR”

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energi adalah daya yang diperlukan untuk melakukan berbagai kerja, meliputi kegiatan mekanik, panas dan lainnya. Ada beberapa energi alam yang bersifat sebagai alternatif dikarenakan bersih, tidak berpolusi, jumlahnya sangat melimpah dan persediaannya yang tidak terbatas yang disebut sebagai energi terbarukan.

Sumber energi yang baru dan terbarukan memegang peranan penting pada masa yang akan datang dalam pemenuhan kebutuhan sumber energi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil, pembangkit listrik konvensional yang mengandalkan sumber daya alam terbatas seperti batu bara, minyak bumi,dan gas alam yang jumlahnya semakin menipis.

Indonesia sebagai negara didaerah tropis memiliki keuntungan yang cukup besar yaitu menerima cukup sinar matahari secara berkesinambungan dalam kurun waktu sepanjang tahun. Namun tampaknya keadaan sumber energi yang sangat melimpah tersebut belum digunakan dengan baik, energi tersebut hanya digunakan untuk keperluan alamiah saja. Energi matahari dapat dimanfaatkan dengan perubahan energinya menggunanakan alat, yaitu dengan merubah energi radiasinya ke dalam bentuk lain.

Radiasi matahari dapat diubah ke dalam energi lain dengan dua macam cara yaitu melalui solar cell atau collector. Tidak diragukan bahwa sel surya adalam sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan dan melimpah keberadaanya.

Oleh karen itu, penerapan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk daerah daerah yang berada di Indonesia khusuny daerah bagian timur merupakan solusi yang tepat. PLTS sangat relevan untuk rumah rumah warga, bahkan perkantoran, pabrik dan lainnya akan memenuhi kebtutuhan listrik.

(3)

1. Bagian-bagian Panel Surya

Sumber : https://teknologisurya.wordpress.com/dasar-teknologi-sel-surya/prinsip-kerja-sel-surya/

a. Substrat/Metal backing

Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide (FTO).

b. Material semikonduktor

Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis. Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang umum digunakan dan telah masuk pasaran yaitu contohnya material Cu(In,Ga) (S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan amorphous silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain yang dalam sedang dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).

(4)

membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya. Pengertian semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan sel surya akan dibahas dibagian “cara kerja sel surya”.

c. Kontak metal / contact grid

Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai kontak negatif.

d. Lapisan antireflektif

Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.

e. Enkapsulasi / cover glass

Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan atau kotoran.

2. Komponen PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)

Sumber : http://panelsurya.com/ a. Modul/Panel Surya

(5)

b. Pengatur Pengisian Baterai

Sebagai perangkat yang digunakan untuk menyalurkan energi listrik ke beban dan akumulator yang dibangkitkan oleh sel surya. Alat ini juga memilih dan memindahkan secara otomatis, apabila PLTS tidak mencukupi ke beban, maka yang menyuplai energi listrik adalah baterai. Untuk menjaga kesetimbangan energi di dalam baterai, diperlukan alat pengatur elektronik yang disebut battery charge controller.

c. Inverter

Inverter adalah alat kontrol yang digunakan untuk merubah tegangan 12 VDC atau 24 VDC menjadi tegangan 220 VAC. Sehingga memungkinkan untuk menjalankan berbagai peralatan listrik dengan standar listrik PLN.

d. Baterai

Baterai adalah sebagai penyimpan energi. Jenis baterai yang tersedia bermacam-macam. Umum digunakan adalah jenis asam timbal. Karena harganya yang paling murah, jenis ini umum ditemukan pada kendaraan bermotor. Baterai asam timbal terbagi dalam dua jenis yaitu Sealed atau biasa disebut dengan aki kering kadang juga disebutkan sebagai aki bebas perawatan dan Non-Sealed atau aki “biasa”.

3. Cara Kerja PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)

Kinerja dari pembangkit listrik tenaga surya dipengaruhi oleh beberapa faktor dan beberapa efek yang dihasilkan baik secara alamiah maupun secara kerja sistem sebagai berikut :

a. Efek Fotoflavik

Energi radiasi surya dapat diubah menjadi arus listrik searah dengan menggunakan lapisan-lapisan tipis dari silikon (Si) murni atau bahan semikonduktor lainnya. Pada saat ini silikon merupakan bahan yang terbanyak dipakai. Silikon merupakan unsur yang banyak terdapat di alam. Untuk keperluan pemakaian sebagai semikonduktor, silikon harus dimurnikan hingga suatu tingkat pemurnian yang tinggi sekali.

(6)

adalah pelepasan elektron dari permukaan metal yang disebabkan penumbukan cahaya. Efek ini merupakan proses dasar fisis dari fotovoltaik merubah energi cahaya menjadi listrik.

Cahaya matahari terdiri dari partikel-partikel yang disebut sebagai “photons” yang mempunyai sejumlah energi yang besarnya tergantung dari panjang gelombang pada spektrum cahaya. Pada saat photon menumbuk sel surya maka cahaya tersebut akan dipantulkan atau diserap atau mungkin hanya diteruskan. Cahaya yang diserap akan membangkitkan listrik.

Pada saat terjadi tumbukan, energi yang dikandung oleh photon ditransfer pada elektron yang terdapat pada atom sel surya yang merupakan bahan semikonduktor. Dengan energi yang didapat dari photon, elektron melepaskan diri dari ikatan normal bahan semikonduktor dan menjadi arus listrik yang mengalir dalam rangkaian listrik yang ada. Dengan melepaskan dari ikatannya, elektron tersebut menyebabkan terbentuknya lubang atau “hole”.

b. Proses Konversi

Proses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi listrik ini dimungkinkan karena bahan material yang menyusun sel surya tersusun atas dua jenis semikonduktor; yakni jenis n dan jenis p. Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p ( p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan menambahkan unsur lain ke (semikonduktor intrinsik) ini, elektron maupun hole memiliki jumlah yang sama. Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan daya hantar listrik maupun panas dari sebuah semikoduktor.

(7)

Gambar 1. Semikonduktor P dan N

Sesaat setelah dua jenis semikonduktor ini disambung, terjadi perpindahan elektron-elektron dari semikonduktor n menuju semikonduktor p, dan perpindahan hole dari semikonduktor p menuju semikonduktor n. Perpindahan elektron maupun hole ini hanya sampai pada jarak tertentu dari batas sambungan awal.

Gambar 2. Penggabungan Semikonduktor

Elektron dari semikonduktor n bersatu dengan hole pada semikonduktor p yang mengakibatkan jumlah hole pada semikonduktor p akan berkurang. Daerah ini akhirnya berubah menjadi lebih bermuatan negatif. Pada saat yang sama. hole dari semikonduktor p bersatu dengan elektron yang ada pada Semikonduktor n yang mengakibatkan jumlah elektron di daerah ini berkurang. Daerah ini akhirnya lebih bermuatan positif.

Gambar 3. Daerah Dilepsi

(8)

Gambar 4. Timbul Medan Listrik

Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan p-n berada pada titik setimbang, yakni saat di mana jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor p ke n dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali kearah semikonduktor p akibat medan listrik E. Begitu pula dengan jumlah elektron yang berpindah dari smikonduktor n ke p, dikompensasi dengan mengalirnya kembali elektron ke semikonduktor n akibat tarikan medan listrik E. Dengan kata lain, medan listrik E mencegah seluruh elektron dan hole berpindah dari semikonduktor yang satu ke semiikonduktor yang lain. Pada sambungan p-n inilah proses konversi cahaya matahari menjadi listrik terjadi. Untuk keperluan sel surya, semikonduktor n berada pada lapisan atas sambungan p yang menghadap kearah datangnya cahaya matahari, dan dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktor p, sehingga cahaya matahari yang jatuh ke permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke daerah deplesi dan semikonduktor p.

Gambar 5. Proses Konversi

(9)

Gambar 6. Proses Konversi Cahaya Matahari

Spektrum merah dari cahaya matahari yang memiliki panjang gelombang lebih panjang, mampu menembus daerah deplesi hingga terserap di semikonduktor p yang akhirnya menghasilkan proses fotogenerasi. Spektrum biru dengan panjang gelombang yang jauh lebih pendek hanya terserap di daerah semikonduktor n.

Selanjutnya, dikarenakan sambungan p-n terdapat medan listrik E, elektron hasil fotogenerasi tertarik ke arah semikonduktor n, begitu pula dengan hole yang tertarik ke arah semikonduktor p. Apabila rangkaian kabel dihubungkan ke dua bagian semikonduktor, maka elektron akan mengalir melalui kabel. Jika sebuah lampu kecil dihubungkan ke kabel, lampu tersebut menyala dikarenakan mendapat arus listrik, dimana arus listrik ini timbul akibat pergerakan elektron.

4. Rancangan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) untuk pemukiman

a. Spesifikasi Komponen Penyusun PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)  Panel Surya

Electrical Characteristics PSP-250W Maximum Power (PMax) 250W Voltage at PMax (IMp) 36,8V Current at PMax (ISc) 6,81A

(10)

Isc 7,23A Temperature coefficient of Voc -(0,40 ± 0,05) %/ ᵒC Temperature coefficient of Isc (0,065 ± 0,01) %/ ᵒC Temperature coefficient of power -(0,5 ± 0,05) %/ ᵒC

NOCT 47±2 ᵒC

Operating Temperature -40 ᵒC to 85 ᵒC Maximum system Voltage 1000V DC

System Type DC 12V/24V/48V automatic recognition 12V system 24V system 48V system System Voltage 9-15VDC 18V-30VDC 36V-60VDC

MPPT Efficiency 96.5%

MPPTWorking Voltage and Range 14V-100VDC 30V-100VDC 60V-100VDC Low Voltage Input Protection Point 14VDC 30VDC 60VDC

Low Voltage Input Recovery Point 18VDC 34VDC 65VDC Input Over Voltage Protection Point 110VDC

Input Over Voltage Recovery Point 100VDC  Inverter

Charge Current 20A(with charge and UPS function)

Dimensions 335x175x125mm

Dimensions 522 ± 3mm (20.55 inches)x240 ± 2mm (9.45 inches)x218 ± 2mm (8.58 inches)

Approx Weight Approx 62.5 Kg (137.8 lbs)

Operating Temp. Range

Discharge -15 ~ 50˚C (5~122˚F)

Charge 0 ~ 40˚C (32~104˚F)

Storage -15 ~ 40˚C (5~104˚F)

Nominal Operating Temp. Range 25± 3˚C (77±5˚F)

Stanby Use No Limit on Initial Charging Current Voltage 13.5V ~13.8V at 25˚C (77˚F) Temp. Coefficient -20mV/˚C

Cycle Use Initial Charging Current less than 60.0A. Voltage 14.4V ~ 15.0V at 25˚C (77˚F) Temp. Coefficient -30mV/˚C

Self Discharge

LP series batteries may be stored for up to 6 months at 25˚C (77˚F) and then a freshening charge is required. For higher temperatures the time interval will be shorter

(11)

a. Modul Sel Surya

Kapasitas Inveter sebanding dengan kapasitas daya modul surya yaitu 110 kw. Maka inverter yang dapat digunakan berupa 7 buah inverter dengan kapasitas 16 kw.

c. Perhitungan Kapasitas Baterai

Daya yang diperlukan 500 kw, sedangkan baterai hanya dapat menyuplai 50% dari kebutuhan total sehingga, jumlah baterai (n) yang dibutuhkan yaitu :

n = 48500.000V x250xAh2 = ± 83 buah baterai

d. Jumlah Charger Controller yang harus di pakai

Total daya yang di butuhkan 500 kw dengan jenis controller 300 Amp T = P : V

(12)

”Aplikasi Sinar- X di Bidang Medis”

Penemuan sinar-X oleh fisikawan Jerman Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun 1895 ternyata mampu mengantarkan ke arah terjadinya perubahan mendasar dalam bidang kedokteran. Manusia mendapatkan jalan dalam memanfaatkan sinar-X penemuan W.C. Roentgen terutama untuk radiodiagnosa dalam bidang medis. Sinar-X mampu membedakan kerapatan dari berbagai jaringan dalam tubuh manusia yang dilewatinya. Dengan penemuan sinar-X ini, informasi mengenai tubuh manusia menjadi mudah diperoleh tanpa perlu melakukan operasi bedah. Proses pembuatan gambar anatomi tubuh manusia dengan sinar-X dapat dilakukan pada permukaan film fotografi. Gambar terbentuk karena adanya perbedaan intensitas sinar-X yang mengenai permukaan film setelah terjadinya penyerapan sebagian sinar-X oleh bagain tubuh manusia. Daya serap tubuh terhadap sinar-X sangat bergantung pada kandungan unsur-unsur yang ada di dalam organ.

Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung Roentgen dihubungkan ke transformator filamen. Transformator filamen ini akan memberi supplai sehingga mengakibatkan terjadinya pemanasan pada filamen tabung Roentgen, sehingga terjadi thermionic emission, dimana elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya, sehingga terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan-awan elektron. Anoda dan katoda dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi 10 kV-150 kV. Primer HTT diberi tegangan AC (bolak-balik) maka akan terjadi garis-garis gaya magnet (GGM) yang akan berubah-ubah bergantung dari besarnya arus yang mengalir. Akibat dari perubahan garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari setiap perubahan fluks pada setiap perubahan waktu. Dari proses ini didapatkanlah tegangan tinggi yang akan disuplai ke elektroda tabung Roentgen.

(13)

breamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron di kulit K, disebut K karakteristik. Akibat tabrakan ini maka terjadi hole-hole karena elektron-elektron yang ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi oleh elektron-elektron lain. Perpindahan elektron ini akan menghasilkan suatu gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbedabeda. Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,1 – 1 A° inilah yang kemudian disebut sinar X atau sinar Roentgen

Tulang manusia yang didominasi oleh unsur Ca mempunyai kemampuan menyerap yang tinggi terhadap sinar-X. Penyerapan itu maka sinar-X yang melewati tulang akan memberikan bayangan gambar pada film yang berbeda dibandingkan bayangan gambar dari organ tubuh yang hanya berisi udara seperti paru-paru atau air seperti jaringan lunak pada umumnya. Jadi pada prinsipnya, bayangang ambar anatomi terbentuk karena adanya perbedaan kemampuan dalam menyerap maupun meneruskan sinar-X yang melalui organ-organ tertentu di dalam tubuh.

Radiasi pengion untuk keperluan diagnosa dalam medis terutama dipakai untuk mengetahui ada tidaknya kelainan dalam tubuh dengan menggunakan sinar-X. Termasuk dalam radiodiagnosa ini adalah pemeriksaan dengan computed tomography scanner (CT-scan), fluoroskopi, foto torax sinar-X konvensional dan radiografi anak. Prinsip kerja semua metode tersebut menggunakan pesawat sinar-X sebagai komponen utamanya. Dalam perjalanan pemanfaatan sinar-X yang sudah cukup panjang, manusia telah begitu banyak mempelajari karakteristik sinar-X. Namun teknologi yang berkaitan dengan sinar-X masih terus mengalami peningkatan dan penyempurnaan. Kini banyak kasus yang memerlukan penanganan secara medis baru bisa ditangani setelah didiagnosa dengan Sinar-X.

(14)

Sinar-X karakteristik terjadi karena elektron atom yang berada pada kulit K terionisasi sehingga terpental keluar. Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron dari kulit di luarnya. Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron dari kulit L, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik Kα. Jika kekosongan itu diisi oleh elektron dari kulit M, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik Kβ. Oleh sebab itu, apabila spektrum sinar-X dari suatu atom berelektron banyak diamati, maka di samping spektrum sinar- X bremsstrahlung dengan energi kontinyu, juga akan terlihat pula garis-garis tajam berintensitas tinggi yang dihasilkan oleh transisi Kα, Kβ dan seterusnya. Jadi sinar-X karakteristik timbul karena adanya transisi elektron dari tingkat energi lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Adanya dua jenis sinar-X menyebabkan munculnya dua macam spektrum sinar-X, yaitu spektrum kontinyu yang lebar untuk spektrum bremsstrahlung dan dua buah atau lebih garis tajam untuk sinar-X karakteristik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 1.

Gambar 2.

(15)

atom Keberadaan unsur-unsur kelumit penyusuntubuh tadi ternyata sangat sulit untuk dianalisisbaik secara kualitatif maupun kuantitatifdenganmetode analisis kimia biasa. Teknik analisiskonvensional pada umumnya menghendakiadanya unsur dengan jumlah yang relatif banyakagar dapat dianalisis. Keberadaan unsur-unsurkelumit tidak memenuhi jumlah minimal yang dikehendaki oleh metode konvensional. Kendala jumlah ini, maka metode analisis kimia biasa kurang bisa memainkan peranannya. Kendala itu, maka diperlukan teknik lain yang mampu menganalisis keberadaan unsur-unsur kelumit di dalam tubuh manusia. Teknik nuklir ternyata mampumengatasi kendala yang dihadapi oleh metode konvensional tersebut. Pemeriksaan unsur kelumit di dalam tubuhmanusia dengan teknik nuklir dapat dilakukanbaik dengan teknik Analisis Pengaktifan Neutron(APN) maupun dengan mengamati pancaran sinar-X karakteristik dari unsur tersebut.

Teknik pemeriksaan kandungan I di dalam tubuh dapat dilakukan dengan cara menembakkan radiasi foton elektromagnetik ke sasaran yang diteliti. Sumber radiasi yang sering digunakan adalah radioisotop americium-241 (241Am) dengan radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya berenergi 60 keV. Radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari 241Am akan berinteraksi dengan sebuah elektron yang berada di kulit K unsur I di dalam tubuh atau bahan biologik lainnya. Karena menyerap energi elektromagnetik, maka elektron yang berada di kulit K atom I akan memiliki energi kinetik yang cukup untuk melepaskan diri dari ikatan inti, sehingga elektron itu akan terpental keluar.

Untuk unsur-unsur tertentu, pancaran radiasi elektromagnetik tersebut adalah dalam bentuk sinar-X karakteristik. Intensitas pancaran sinar-X karakteristik dari unsur I tadi selanjutnya dapat dideteksi dan diukur dengan pemantau radiasi. Hasil pengukuran intensitas sinar-X karakteristik akan setara dengan jumlah unsur I yang terdapat di dalam tubuh atau sampel biologis yang diperiksa. Jadi dengan menganalisis lebih lanjut hasil cacahan radiasi sinar-X karakteristik tadi, dapat diperkirakan jumlah unsur kelumit I di dalam tubuh orang yang diperiksa.

(16)

Pemeriksaan radiografi dan X-ray merupakan metode NDT yang mendeteksi cacat dalam bahan oleh penetrasi foton energi tinggi. Jumlah radiasi diserap kemudian dapat diukur untuk menentukan ketebalan atau komposisi bahan.

Pengujian radiografi memiliki sensitivitas yang tinggi, untuk hampir semua pendeteksian kecacatan sebagian besar, tapi akibatnya adalah prosedur inspeksi yang lebih mahal daripada metode NDT alternatif. Ada juga bahaya radiasi ketika menggunakan metode ini, dan beberapa retakan yang normal berorientasi ke sumber radiasi menjalankan risiko tidak terdeteksi. Kebutuhan untuk radiografi atau x-ray pemeriksaan mencakup berbagai produk dari peralatan kamar gelap untuk penetrameters. Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudaian direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas yang terekam pada film tentu akan bervariasi. Hasil rekaman pada film ini lah yang akan memeprlihatkan bagian material yang mengalami cacat.

Selain itu aplikasi thickness gauging untuk mengukur tebal lapisan, level gauging untuk menentukan batas permukaan fluida, XRF untuk menentukan jenis dan kadar material, dan sebaginya. Secara umum sistem pencacah dapat dikelompokkan menjadi sistem pencacah integral, sistem pencacah diferensial, dan sistem spektroskopi.

(17)

pencacah integral lebih sederhana karena tidak perlu membedakan energi radiasi. Sistem pencacah integral yang paling sederhana menggunakan detektor GM. Sedangkan prinsip kerja sistem pencacah diferensial sedikit lebih rumit karena harus mampu mengukur energi radiasi. Salah satu contoh penggunaan sistem pencacah integral atau diferensial adalah pada aplikasi pengukuran tebal kertas, seperti pada gambar

Gambar 1. Ilustrasi Penggunaan XRF

Gambar 2. Ilustrasi konstruksi pengukuran kertas

Metode di atas dapat digunakan untuk pengukuran

lapisan bahan yang

lain, misalnya plastik atau bahkan lapisan logam. Tentu

saja untuk setia

jenis bahan diperlukan pengaturan jenis sumber

radiasi dan detektor yang

berbeda.

”Aplikasi Sinar- X di Bidang Penelitian Ilmiah”

(18)

http://panelsuryajakarta.com/wp-content/uploads/2016/09/MSP-300W.jpg

Gambar

Gambar 1. Semikonduktor P dan N
Gambar 4. Timbul Medan Listrik
Gambar 6. Proses Konversi Cahaya Matahari
Gambar 1.Gambar 2.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dengan teknik pencampuran yang lebih disempurnakan maka jagung manis dan jagung pulut dapat digunakan sebagai alternatif sebagai bahan baku

Jika model regresi yang telah diuji terdapat heteroskedastisitas maka salah satu Jika model regresi yang telah diuji terdapat heteroskedastisitas maka salah

di Negeri Bawah Angin dengan Jantung Islam di Timur.. Tengah

Jika anda menyelesaikan gelar anda dalam rentang waktu yang diharapkan dan mendapatkan tawaran kerja yang berhubungan dengan studi anda, anda dapat memperoleh visa kerja untuk dua

Sistem operasi dari cloning IBM saat ini secara umum terbagi menjadi 2 aliran yaitu komersil yang di buat oleh Microsoft dan yang bersifat freeware yang di kembangkan oleh

Misalnya jika seorang pengambil keputusan beranggapan bahwa isu kesehatan lainnya lebih prioritas dan lebih perlu didukung oleh anggaran kesehatan yang dimiliki negara,

Analisa terhadap Critical Success Factors (CSF), Key Goal Indicators dan Key Performance Indicator (KPI) institusi IBI KKG secara garis besar telah dituangkan pada sta-

Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,