• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Klinis Berbasis Kelas Di SDN Kalirejo 01 Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Klinis Berbasis Kelas Di SDN Kalirejo 01 Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengelolaan Kelas

2.1.1 Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan diperlukan untuk

merumuskan tujuan organisasi, menetapkan apa

yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

itu, mengkomunikasikan kepada orang-orang

yang akan mengerjakan pekerjaan yang

dikerjakan untuk mencapai tujuan dan

menetapkan bagaimana mengukur keberhasilan

pencapaian tujuan tersebut. Hal senada seperti

pendapat Terry, (2004: 5) bahwa pengelolaan itu

diperlukan untuk pencapaian tujuan, tertentu

secara efektif dan efisien di dalam sebuah

organisasi.

Pengelolaan menurut Atmosudirjo, (2006:

71) juga dapat diartikan sebagai proses di dalam

sebuah organisasi yang meliputi proses

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengendalian dari keseluruhan proses aktivitas

guna tercapainya suatu tujuan organisasi.

Pengelolaan yang baik sangat diperlukan dalam

sebuah organisasi. Organisasi dalam penelitian

(2)

program khususnya supervisi klinis juga

diperlukan sebuah perencanaan yang baik,

pelaksanaan yang matang serta timbal bail yang

tetap diprogramkan dan dijalankan demi

pencapaian keberhasilan program supervisi

tersebut.

2.1.2 Hakekat Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas menurut Moeslimin

(2010: 10) adalah keterampilan guru untuk

menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif

dan mengendalikannya jika terjadi gangguan

dalam pembelajaran. Sedangkan menurut

Sudirman (2006:177), pengelolaan kelas adalah

upaya mendayagunakan potensi kelas.

Ditambahkan lagi oleh Nawawi (2006:177),

manajemen atau pengelolaan kelas dapat

diartikan sebagai kemampuan guru dalam

mendayagunakan potensi kelas berupa

pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada

setiap personal untuk melakukan

kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah.

Berdasar pendapat para ahli di atas maka

dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas

merupakan usaha sadar untuk mengatur

kegiatan proses belajar mengajar secara

sistematis yang mengarah pada penyiapan

(3)

belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses

belajar mengajar berjalan dengan baik dan

tujuan kurikuler dapat tercapai.

Pengelolaaan kelas sangat ditentukan

oleh ketrampilan dari guru kelas tersebut,

kreatifitasnya dalam menguasai materi

pembelajaran, model pembelajaran serta

penguasaan terhadap alat peraga yang

digunakan. Konsep pembelajaran PAKEM (

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan) sangatlah cocok dalam

pengelolaan kelas. Guru yang menguasai dan

menerapkan unsur PAKEM dalam

pembelajarannya menjadikan kelas dalam

suasana hidup dan menyenangkan.

2.2.

Supervisi Klinis Berbasis Kelas

2.2.1.Supervisi Klinis Berbasis Kelas

Supervisi klinis berbasis kelas menurut

Purwanto (2005: 76) adalah segala bantuan dari

para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada

perkembangan kepemimpinan guru-guru dan

personel sekolah lainnya di dalam mencapai

tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini seperti yang

disampaikan oleh Hidayat (2010:1), bahwa

(4)

kegiatan evaluasi untuk meningkatkan

kemampuan profesional guru dalam upaya

mewujudkan proses belajar peserta didik yang

lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik

pula.

Berdasarkan definisi-definisi di atas,

dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis

berbasis kelas dalam penelitian ini adalah

supervisi yang difokuskan pada perbaikan

pembelajaran melalui siklus yang sistematis

mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan

analisis yang intensif terhadap penampilan

pembelajarannya dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan profesional guru

dalam upaya mewujudkan proses belajar yang

lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik

pula.

2.2.2.Tujuan Supervisi Klinis Berbasis Kelas Tujuan supervisi klinis berbasis kelas

adalah untuk meningkatkan kemampuan

profesional guru dan meningkatkan kualitas

pembelajaran melalui pembelajaran yang lebih

baik (Mulyasa 2013: 249). Hingga kini, gagasan

tujuan tentang supervisi klinis tersebut telah

berkembang dan mengalami penyesuaiannya.

Analisis dari peristiwa di kelas dan hubungan

(5)

bagi program, prosedur, dan strategi yang

dirancang untuk meningkatkan pembelajaran

siswa dengan cara meningkatkan perilaku guru

di kelas.

Sedangkan kelas menurut Djamarah dan

Zain (2002: 196) adalah suatu kelompok orang

yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang

mendapat pengajaran dari guru. Pengertian ini

jelas meninjau dari segi anak didik, karena dalam

pengertian tersebut ada frase “kelompok orang”.

Menurut Suwardi (2007: 108) Kelas juga berarti

sekelompok siswa dalam waktu yang sama

menerima pelajaran dari guru yang sama. Sesuai

pengertian kelas tersebut, maka diketahui bahwa

kelas dipandang sebagai kelompok orang.

2.3.

Pengelolaan Supervisi Klinis Berbasis

Kelas

Pengelolaan supervisi menurut Haryanto,

(2010: 10) adalah penyelenggaraan atau pengurusan

agar sesuatu yang dikelola dalam supervisi ini dapat

berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Menurut

Supriyanto (2006: 23) mengatakan bahwa supervisi

klinis adalah alat untuk memastikan bahwa

penyelenggaraan pembelajaran yang dilakukan oleh

(6)

perencanaan yang sistimatis, pengamatan dan

feedback. Pada pengelollan supervisi klinis berbasis

kelas di SDN Kalirejo 01 Kecamatan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang dengan menyiapakan

perencanan, pelaksanaan serta timbal balik

terhadap hasil supervisi klinis.

1. Perencanaan Supervisi Klinis Berbasis Kelas Tahapan pertemuan pendahuluan, menurut

Pidarta (2009: 131) dimaksudkan sebagai

langkah inventarisasi masalah yang dihadapi

guru.

a. Persiapan

Persiapan yang dilakukan oleh supervisor adalah sebagai berikut.

1) Melihat catatan atau informasi tentang kondisi guru-guru di sekolah bersangkutan. 2) Ditentukan atau diberi tanda di kelas mana

guru itu mengajar dan tempat lokasi atau ruang kelas berada.

3) Alat-alat untuk melakukan observasi pada waktu melaksanakan supervisi dalam kelas disiapkan.

4) Guru mengira-ngira apa yang akan dilakukan dalam supervisi mendatang .

b. Pertemuan awal

Pertemuan awal ini dilakukan sebelum

melaksanakan kunjungan kelas sehingga

banyak juga para teoritisi supervisi klinik yang

menyebutkan dengan istilah tahap pertemuan

(7)

Iriyani, (2010: 17). Pertemuan awal antara

supervisor dengan guru membahas hal-hal a)

Menciptakan hubungan yang akrab, b)

Mendalami kondisi guru, c) Hubungan yang

seperti ini melahirkan kerjasama yang

harmonis antara supervisor dan guru, d) Kerja

sama dan pembicaraan mengarah kepada

berbagai kelemahan yang dimiliki oleh guru

untuk diperbaiki dalam proses supervisi, e)

Membuat hipotesis dan f) Akhirnya waktu

untuk melakukan supervisi ditentukan pada

pertemuan ini Pidarta (2009: 132).

2. Pelaksanaan Supervisi Klinis berbasis Kelas Pelaksanaan supervisi klinis berbasis kelas

adalah tahap dimana kepala sekolah terjun

langsung ke kelas untuk melakukan supervisi

pada guru sesuai dengan perencanaan yang telah

disusun sebelumnya (Burhanudin, 2005: 104).

Pada tahap pelaksanaan supervisi klinis berbasis

kelas ini kepala sekolah melakukan kunjungan

kelas, hal tersebut dimaksudkan sebagai tahap

untuk melihat secara riil pembelajaran yang

terjadi di dalam kelas. Adapun Menurut Pidarta

(2009: 132), bahwa proses supervisi meliputi:

(8)

observasi. Sementara itu guru berlatih dalam mengaplikasikan hipotesis yang baru dibuat dalam pertemuan awal.

2) Guru dan supervisor memulai memasuki kelas. Guru terus mengajar dan supervisor duduk di kursi, dibelakang kelas mengamati guru mengajar.

3) Sikap supervisor. Supervisor harus dapat membawa diri sebaik-baiknya dalam melaksanakan supervisi di kelas.

4) Cara mengamati. Supervisor ketika melakukan supervisi akan mengamati guru yang disupervisi secara teliti, lebih teliti dari pada teknik-teknik supervisi yang lain. 5) Memasang video atau tape. Kalau

supervisor memakai tape apalagi video dalam proses supervisi perlu diupayakan cara pemasangannya jangan sampai diketahui oleh para siswa.

6) Mengakhiri supervisi. Pada saat selesai mengajar, guru menutup pelajaran, dan mempersilahkan para siswa ke luar ruangan kelas Pidarta (2009: 132).

3. Timbal Balik Supervisi Klinis Berbasis Kelas Timbal balik merupakan kegiatan akhir dari

proses supervisi sebelum laporan dibuat, dengan

melakukan pertemuan antara Kepala Sekolah

dan guru. Dalam pertemuan tersebut guru

mendapat kesempatan untuk menyampaikan

pendapatnya mengenai pelaksanaan tugasnya di

kelas yang telah diamati oleh kepala sekolah

sebagai supervisor, begitu juga kepala sekolah

(9)

mengatasi masalahnya dalam pelaksanaan

pembelajaran.

Langkah timbal balik dilakukan melalui

proses dialogis antara kepala sekolah dengan

guru untuk mendiskusikan langkah perbaikan

atas kekurangan-kekurangan dan kelemahan

yang dialami guru dalam proses pembelajaran

Hasan, (2002: 93).

Langkah-langkah pertemuan balikan

menurut Pidarta (2009: 134) adalah sebagai

berikut.

1) Sikap supervisor. Supervisor ketika berada di

pertemuan balikan sepatutnya tetap membawa diri seperti halnya dengan sewaktu di dalam kelas.

2) Refleksi guru. Guru diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya tentang perilkunya sebagai pengajar dan pendidik di dalam kelas tadi,

khusus tentang hal yang diperbaiki. Guru

menganalisis dirinya, mengeksplorasi keadaan

waktu ia mengajar. Hasil refleksi itu dikemukakan kepada hadirin yang datang, terutama kepada supervisor.

3) Evaluasi supervisor. Setelah selesai guru yang disupervisi memaparkan pendapatnya tentang hasil perbaikan kelemahannya, kini giliran supervisor menyatakan pendapatnya tentang data yang dia dapat berdasarkan pengamatan dalam kelas.

4) Diskusi bersama.

5) Kesepakatan. Setelah cukup berdiskusi dan

berdebat karena hal yang didiskusikan atau diperdebatkan sudah mulai tampak mengarah ke

tujuan yang ingin dicapai maka dibuatlah

kesepakatan antara guru yang disupervisi dengan supervisornya. Inti kesepakatan itu adalah bertalian dengan hipotesis yang diterapkan dalam proses pembelajaran tadi.

(10)

belum dapat memperbaiki kelemahannya, apalagi kalau guru sukses bisa memperbaiki kinerjanya yang lemah itu.

7) Tindak lanjut. Tindak lanjut itu ada dua macam atau dua kemungkinan. Kemungkinan pertama

adalah memperbaiki kelemahan yang lain,

kelemahan yang diprioritaskan kedua atau

berikutnya setelah kelemahan yang baru saja diperbaiki. Kemungkinan kedua adalah mengulang memperbaiki kelemahan yang baru dikerjakan dalam supervisi tadi yang belum bisa baik.

8) Respon terhadap peserta guru lain. Setelah

pertemuan balikan antara guru yang disupervisi dengan supervisor selesai sampai pada penentuan tindak lanjut, para peserta lain atau guru-guru yang ikut menyaksikan pertemuan itu dipersilahkan bertanya bagi yang ingin menanyakan segala sesuatu bertalian dengan materi pertemuan itu.

Berdasarkan uraian diatas maka

langkah-langkah dalam melakukan supervisi klinis

adalah perencanaan pertemuan meliputi: 1)

memutuskan fokus observasi (pendekatan

umum, informasi langsung, kolaboratif, atau

langsung diri sendiri), 2) menetapkan metode

dan formulir observasi, 3) mengatur waktu

observasi dan pertemuan berikutnya.

Langkah-langkah observasi: a) memilih alat observasi, b)

melaksanakan observasi, c) memverifikasi hasil

observasi dengan guru pada pertemuan

berikutnya, d) menganalisis data hasil verifikasi

dan menginterpretasi, dan e) memilih

pendekatan interpersonal setelah pertemuan

berikutnya. Langkah-langkah pertemuan

(11)

waktu. Langkah-langkah refleksi kolaborasi: (1)

menemukan nilai-nilai apa? (2) mana yang

kurang bernilai, (3) saran-saran.

2.4.

Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Salimudin. 2010.

Berjudul “Supervisi Klinis sebagai Alternatif untuk

Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas III dalam

Pembelajaran Tematik di Gugus Cut Nya Dien Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes”. Penelitian ini dilatarbelangi hasil supervisi akademik Semester I

Tahun Pelajaran 2009/2010 terhadap 36 guru kelas

rendah di 12 sekolah binaan dalam

mengimplementasikan pembelajaran tematik masih

rendah. Hal ini disebabkan (1) kurangnya

pendampingan dan bimbingan dari pengawas sekolah,

(2) pelaksanaan supervisi akademik belum

menggunakan teknik supervisi yang sesuai, (3)

rendahnya pemahaman guru dalam menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, (4)

rendahnya guru dalam mengembangkan jaringan tema,

dan (5) dalam mengembangkan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran tidak diawali dengan

pemetaan kompetensi dasar. Masalah yang diteliti

adalah rendahnya kemampuan guru dalam

(12)

ini untuk meningkatkan kemampuan guru kelas III

dalam pembelajaran tematik. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam 2

siklus. Setiap siklus mengacu pada tujuan dan

permasalahan penelitian. Tindakan pada siklus 2

tergantung dari hasil refleksi pada siklus sebelumnya

dan seterusnya sampai tercapai tujuan yang

diharapkan. Hasil penelitian ini ternyata menunjukkan

adanya peningkatan secara signifikan pada

kemampuan guru kelas III dalam pembelajaran

tematik, yaitu dari 41,3 atau 58,8 % kategori cukup

pada siklus 1 menjadi 55,7 atau 78,4 % pada siklus 2.

Dengan demikian, ada peningkatan kemampuan guru

dalam pembelajaran tematik sebesar 13,8 atau 19,6 %.

Pelaksanaan supervisi dengan teknik supervisi klinis

mengubah pandangan guru dari merasa takut ketika

akan disupervisi menjadi merasa senang dan nyaman

karena supervisi klinis bertujuan memberikan layanan

dan bantuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Salimudin tahun

2010 membuktikan bahwa dalam upaya untuk

meningkatkan kemampuan guru kelas III dalam

pembelajaran tematik kepala sekolah melakukan

supervisi klinis dengan penelitian tindakan sekolah.

Dan hasil dari supervisi klinis dengan penelitian

(13)

mampu meningkatkan kemampuan guru dalam

pembelajaran tematik dan supervisi klinis tersebut

mampu mengubah pandangan guru dari merasa takut

ketika akan disupervisi menjadi merasa senang dan

nyaman karena supervisi klinis bertujuan memberikan

layanan dan bantuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nengah

Windyani. 2011. Berjudul Teknik Supervisi Kunjungan

Kelas sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan dan

Profesionalisme Guru SD 3 dan 10 Kesiman Denpasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

teknik Supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan

dapat meningkatkan kemampuan dan profesionalisme

guru dalam melaksanakan pembelajaran. Metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data adalah

wawancara dan observasi. Metode analisis datanya

adalah metode deskriptif. Hasil yang diperoleh dari

penelitian ini adalah: 1) untuk SD No 3 Kesiman

kemampuan guru awal pada proses pembelajaran

58,33%, pada siklus I naik menjadi 73,33% dan pada

siklus II naik menjadi 95,00%. Profesionalisme guru

awal masih pada kategori D, pada siklus I naik menjadi

C, dan pada siklus II naik menjadi A; 2) untuk SD No

10, kemampuan guru awal pada proses pembelajaran

56,66%, pada siklus I naik menjadi 71,66% dan pada

(14)

profesionalisme guru awal masih kategori D, pada

siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi

A. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah

supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan

keterampilan dalam pembelajaran dan profesionalisme

guru SD No 3 dan 10 Kesiman, Kecamatan Denpasar

Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni

Nengah Windyani. 2011. Bahwa pelaksanaan supervisi

klinis dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan

keprofesionalitas guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan

penelitian tindakan sekolah. Dan supervisi klinis yang

dilakukan dengan penelitian tindakan sekolah

didapatkan hasil bahwa supervisi kunjungan kelas

dapat meningkatkan keterampilan dan profesionalisme

guru SD No 3 dan 10 Kesiman, Kecamatan Denpasar

Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

Penelitian yang dilakukan oleh Lili Ng Cui Mi.

2012. Berjudul Pelaksanaan Supervisi Klinis Kepala

Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam

Mengelola Pembelajaran Pada SMAN 2 Sambas. Hasil

penelitian ini ditemukan bahwa: a. kinerja guru dalam

mengelola pembelajaran belum maksimal,

b.tahap-tahap supervisi klinis meliputi (1) perencanaan; ( 2)

(15)

terhadap pelaksanaan supervisi klinis kepala sekolah

mendapat tanggapan positif dari semua guru; d. Upaya

yang dilakukan kepala sekolah dalam mengatasi

masalah supervisi klinis meliputi: melaksanakan IHT,

memberikan pengarahan dan motivasi pada guru,

Melakukan tukar menukar informasi, memberdayakan

guru senior dalam membimbing menyusun RPP.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lili Ng

Cui Mi. 2012 juga sama seperti yang dilakukan dalam

penelitian ini, tetapi penelitian yang dilakukan Lili

hanya berhenti pada evaluasi saja, sedangkan

penelitian ini sampai umpan balik setelah pelaksanaan

supervisi. Selain itu penelitian ini sama-sama

mendiskripsikan tentang pengelolaan supervisi klinis

yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru.

Pelaksanaan tersebut bisa berupa supervisi tentang

motivasi, strategi pembelajaran, penyusunan RPP dan

lain sebagainya yang berhubungan dengan

pembelajaran. Sedangkan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Lili Ng Cui Mi adalah bahwa (1) Kinerja

guru SMA Negeri 2 Sambas dalam menyusun RPP

adalah semua guru memiliki RPP, ada yang buatan

sendiri, mengadopsi hasil dari kegiatan Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan mengcopy serta

memodifikasi RPP orang (guru) lain sesuai dengan

(16)

(2) penggunaan RPP dalam pelaksanaan pembelajaran,

sebagian besar guru SMA Negeri 2 Sambas

menggunakan RPP sebagai pedoman mengajar apabila

disupervisi oleh kepala sekolah. Namun apabila tidak

disupervisi oleh kepala sekolah, sebagian kecil guru

yang menggunakan RPP; (3) Persepsi guru SMA Negeri

2 Sambas terhadap pelaksanaan supervisi klinis kepala

sekolah ditanggapi secara positif, karena dengan

adanya supervisi klinis oleh kepala sekolah dapat

membantu guru mengetahui dan menyadari

kekurangan dan kelebihannya dalam melaksanakan

tugas di sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh Luh Amani,

Nyoman Dantes, Wayan Lasmawan. 2013. Yang

berjudul ”Implementasi Supervisi Klinis dalam Rangka

Meningkatkan Kemampuan Guru Mengelola Proses

Pembelajaran pada Guru SD Se-Gugus VII Kecamatan

Sawan”. Penelitian ini adalah penelitian Tindakan

Sekolah yang dilaksanakan bertujuan untuk

mengetahui kemampuan guru mata pelajaran IPS SD

Se-Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran

2012/2013 dalam merencanakan, melaksanakan

proses pembelajaran, dan kelengkapan administrasi,

serta mengetahui kendala yang dihadapi guru mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui supervisi

(17)

subjek sebanyak 21 guru. Pengumpulan data

dilakukan dengan metode observasi untuk data

kemampuan guru merencanakan proses pembelajaran

dan melaksanakan proses pembelajaran. Data tersebut

selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa implementasi supervisi klinis

mampu meningkatkan kemampuan guru dalam

mengelola proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luh

Amani, Nyoman Dantes, Wayan Lasmawan. 2013.

Menjelaskan bahwa adanya keterbatasan tenaga guru

yang dimiliki dan ketidaksesuaian dengan jumlah guru

yang diperlukan juga tingkat kemampuan guru dalam

mengajar masih sangat rendah. Maka untuk mengatasi

dan mengantisipasi rendahnya mutu pendidikan salah

satu cara yang dapat dilakukan di SD Se-Gugus VII

Kecamatan Sawan adalah dengan meningkatkan

kualitas pelayanan pendidikan. Kemudian cara yang

dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas

pelayanan pendidikan guru adalah dengan melakukan

supervisi klinis pada guru.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Luh

Amani, Nyoman Dantes, Wayan Lasmawan dapat

diketahui bahwa: (1) Penerapan supervisi klinis dapat

meningkatkan kemampuan guru IPS SD Gugus VII

(18)

pembelajaran yang sesuai dengan Permendiknas No. 41

tahun 2007. Hal ini terlihat dari tingkat kemampuan

guru pada siklus I sebesar 78,28% yang tergolong baik,

meningkat pada siklus II menjadi 92,19% yang

tergolong sangat baik. Sepervisi klinis yang diterapkan

mampu mengatasi kesulitan dan hambatan guru dalam

merencanakan proses pembelajaran, karena sifatnya

yang kolegial. Tidak ada lagi instruksi yang bersifat

menekan, tetapi diskusi atau interaksi yang kondusif.

(2) Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan

kemampuan guru IPS SD Gugus VII Kecamatan Sawan

dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini

terlihat dari tingkat kemampuan guru melaksanakan

proses pembelajaran pada siklus I sebesar 75,83% yang

tergolong baik, meningkat pada siklus II menjadi

97,38% yang tergolong sangat baik. Melalui supervisi

klinis yang bersifat kolegial, guru dengan leluasa

mengemukakan kesulitannya dalam melaksanakan

proses pembelajaran, sehingga peneliti bisa

memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan

akhirnya kemampuan guru lebih meningkat. (3)

Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan

kemampuan guru IPS SD Gugus VII Kecamatan Sawan

dalam melengkapi administrasi. Hal ini terlihat dari

tingkat kelengkapan administrasi pada siklus I sebesar

78,70% yang tergolong baik, meningkat pada siklus II

(19)

Penerapan supervisi klinis dapat mengatasi

kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengelola

pembelajaran IPS. Hal ini terlihat dari tingkat

persentase pada siklus I sebesar 70,76% yang tergolong

cukup, meningkat pada siklus II menjadi 94,67% yang

tergolong sangat baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Sharif Ghufron

(2013) Berjudul Manajemen Supervisi Klinis Kepala

Sekolah Untuk Mewujudkan Program Sekolah

Unggulan Pada Sekolah Muhammadiyah Di Kecamatan

Kalinyamatan Kabupaten Jepara. ujuan penelitian ini

adalah 1) untuk mengetahui bagaimana

perencanaan supervisi klinis di SD Muhammadiyah

Kriyan dan SMP Muhammadiyah Kecamatan

Kalinyamatan Kabupaten Jepara, 2) untuk

mengetahui bagaimana pelaksanaan supervisi klinis

di SD Muhammadiyah Kriyan dan SMP

Muhammadiyah Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten

Jepara, 3) untuk mengetahui bagaimana umpan balik

supervisi klinis di SD Muhammadiyah Kriyan dan

SMP Muhammadiyah Kecamatan Kalinyamatan

Kabupaten Jepara. Penelitian ini bersifat kualitatif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Sharif Ghufron (2013) diperoleh hasil bahwa: (1)

kegiatan perencanaan supervisi klinis kepala sekolah

(20)

Secara ringkas kerangka berfikir penelitian ini

(21)

Supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru

tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah

sebagai supervisor tetapi atas kesadaran guru untuk

datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi

masalahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor

akademik seyogyanya memiliki pengetahuan dan

menguasai penerapan supervisi klinis. Supervisi klinis yang digunakan oleh kepala SDN Kalirejo 01

Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang

dengan berbasis kelas. Pengelolaan supervisi ini

meliputi perencanaan, pelaksanaan dan umpan balik

terhadap masalah yang disampaikan oleh guru yang

bersangkutan, sehingga apa yang menjadi

Referensi

Dokumen terkait

memenuhi komitmen yang telah ditentukan untuk 1 kali siklus penyaluran bantuan (3 bulan berturut-turut) dengan memblokir dana yang ada pada rekening untuk bantuan Non Tunai.

Menurut Dina, faktor lingkungan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap tindakan kekerasan terhadap

Berdasarkan hasil penelitian tentang pen- garuh kedalaman undercut gigi pegangan dan tipe bahan cengkeram termoplastik nilon terh- adap kekuatan retensi GTSL Co-Cr kombinasi

Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan negara harus

Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis pengaruh citra merek, kualitas produk, kepercayaan dan kepuasan secara parsial dan simultan terhadap niat beli ulang pada konsumen tas

Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and social philosophies often applied to a systematic scheme of

Juga menarik untuk diketahui ada tidaknya perbedaan antara niat beli ulang pada konsumen keduanya.Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan judul

3. Tentang watak pengetahuan manusia. Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu