BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengelolaan Kelas
2.1.1 Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan diperlukan untuk
merumuskan tujuan organisasi, menetapkan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
itu, mengkomunikasikan kepada orang-orang
yang akan mengerjakan pekerjaan yang
dikerjakan untuk mencapai tujuan dan
menetapkan bagaimana mengukur keberhasilan
pencapaian tujuan tersebut. Hal senada seperti
pendapat Terry, (2004: 5) bahwa pengelolaan itu
diperlukan untuk pencapaian tujuan, tertentu
secara efektif dan efisien di dalam sebuah
organisasi.
Pengelolaan menurut Atmosudirjo, (2006:
71) juga dapat diartikan sebagai proses di dalam
sebuah organisasi yang meliputi proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian dari keseluruhan proses aktivitas
guna tercapainya suatu tujuan organisasi.
Pengelolaan yang baik sangat diperlukan dalam
sebuah organisasi. Organisasi dalam penelitian
program khususnya supervisi klinis juga
diperlukan sebuah perencanaan yang baik,
pelaksanaan yang matang serta timbal bail yang
tetap diprogramkan dan dijalankan demi
pencapaian keberhasilan program supervisi
tersebut.
2.1.2 Hakekat Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas menurut Moeslimin
(2010: 10) adalah keterampilan guru untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
dan mengendalikannya jika terjadi gangguan
dalam pembelajaran. Sedangkan menurut
Sudirman (2006:177), pengelolaan kelas adalah
upaya mendayagunakan potensi kelas.
Ditambahkan lagi oleh Nawawi (2006:177),
manajemen atau pengelolaan kelas dapat
diartikan sebagai kemampuan guru dalam
mendayagunakan potensi kelas berupa
pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada
setiap personal untuk melakukan
kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah.
Berdasar pendapat para ahli di atas maka
dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas
merupakan usaha sadar untuk mengatur
kegiatan proses belajar mengajar secara
sistematis yang mengarah pada penyiapan
belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses
belajar mengajar berjalan dengan baik dan
tujuan kurikuler dapat tercapai.
Pengelolaaan kelas sangat ditentukan
oleh ketrampilan dari guru kelas tersebut,
kreatifitasnya dalam menguasai materi
pembelajaran, model pembelajaran serta
penguasaan terhadap alat peraga yang
digunakan. Konsep pembelajaran PAKEM (
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan) sangatlah cocok dalam
pengelolaan kelas. Guru yang menguasai dan
menerapkan unsur PAKEM dalam
pembelajarannya menjadikan kelas dalam
suasana hidup dan menyenangkan.
2.2.
Supervisi Klinis Berbasis Kelas
2.2.1.Supervisi Klinis Berbasis Kelas
Supervisi klinis berbasis kelas menurut
Purwanto (2005: 76) adalah segala bantuan dari
para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan
personel sekolah lainnya di dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini seperti yang
disampaikan oleh Hidayat (2010:1), bahwa
kegiatan evaluasi untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru dalam upaya
mewujudkan proses belajar peserta didik yang
lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik
pula.
Berdasarkan definisi-definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis
berbasis kelas dalam penelitian ini adalah
supervisi yang difokuskan pada perbaikan
pembelajaran melalui siklus yang sistematis
mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan
analisis yang intensif terhadap penampilan
pembelajarannya dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru
dalam upaya mewujudkan proses belajar yang
lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik
pula.
2.2.2.Tujuan Supervisi Klinis Berbasis Kelas Tujuan supervisi klinis berbasis kelas
adalah untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru dan meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui pembelajaran yang lebih
baik (Mulyasa 2013: 249). Hingga kini, gagasan
tujuan tentang supervisi klinis tersebut telah
berkembang dan mengalami penyesuaiannya.
Analisis dari peristiwa di kelas dan hubungan
bagi program, prosedur, dan strategi yang
dirancang untuk meningkatkan pembelajaran
siswa dengan cara meningkatkan perilaku guru
di kelas.
Sedangkan kelas menurut Djamarah dan
Zain (2002: 196) adalah suatu kelompok orang
yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang
mendapat pengajaran dari guru. Pengertian ini
jelas meninjau dari segi anak didik, karena dalam
pengertian tersebut ada frase “kelompok orang”.
Menurut Suwardi (2007: 108) Kelas juga berarti
sekelompok siswa dalam waktu yang sama
menerima pelajaran dari guru yang sama. Sesuai
pengertian kelas tersebut, maka diketahui bahwa
kelas dipandang sebagai kelompok orang.
2.3.
Pengelolaan Supervisi Klinis Berbasis
Kelas
Pengelolaan supervisi menurut Haryanto,
(2010: 10) adalah penyelenggaraan atau pengurusan
agar sesuatu yang dikelola dalam supervisi ini dapat
berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Menurut
Supriyanto (2006: 23) mengatakan bahwa supervisi
klinis adalah alat untuk memastikan bahwa
penyelenggaraan pembelajaran yang dilakukan oleh
perencanaan yang sistimatis, pengamatan dan
feedback. Pada pengelollan supervisi klinis berbasis
kelas di SDN Kalirejo 01 Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang dengan menyiapakan
perencanan, pelaksanaan serta timbal balik
terhadap hasil supervisi klinis.
1. Perencanaan Supervisi Klinis Berbasis Kelas Tahapan pertemuan pendahuluan, menurut
Pidarta (2009: 131) dimaksudkan sebagai
langkah inventarisasi masalah yang dihadapi
guru.
a. Persiapan
Persiapan yang dilakukan oleh supervisor adalah sebagai berikut.
1) Melihat catatan atau informasi tentang kondisi guru-guru di sekolah bersangkutan. 2) Ditentukan atau diberi tanda di kelas mana
guru itu mengajar dan tempat lokasi atau ruang kelas berada.
3) Alat-alat untuk melakukan observasi pada waktu melaksanakan supervisi dalam kelas disiapkan.
4) Guru mengira-ngira apa yang akan dilakukan dalam supervisi mendatang .
b. Pertemuan awal
Pertemuan awal ini dilakukan sebelum
melaksanakan kunjungan kelas sehingga
banyak juga para teoritisi supervisi klinik yang
menyebutkan dengan istilah tahap pertemuan
Iriyani, (2010: 17). Pertemuan awal antara
supervisor dengan guru membahas hal-hal a)
Menciptakan hubungan yang akrab, b)
Mendalami kondisi guru, c) Hubungan yang
seperti ini melahirkan kerjasama yang
harmonis antara supervisor dan guru, d) Kerja
sama dan pembicaraan mengarah kepada
berbagai kelemahan yang dimiliki oleh guru
untuk diperbaiki dalam proses supervisi, e)
Membuat hipotesis dan f) Akhirnya waktu
untuk melakukan supervisi ditentukan pada
pertemuan ini Pidarta (2009: 132).
2. Pelaksanaan Supervisi Klinis berbasis Kelas Pelaksanaan supervisi klinis berbasis kelas
adalah tahap dimana kepala sekolah terjun
langsung ke kelas untuk melakukan supervisi
pada guru sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya (Burhanudin, 2005: 104).
Pada tahap pelaksanaan supervisi klinis berbasis
kelas ini kepala sekolah melakukan kunjungan
kelas, hal tersebut dimaksudkan sebagai tahap
untuk melihat secara riil pembelajaran yang
terjadi di dalam kelas. Adapun Menurut Pidarta
(2009: 132), bahwa proses supervisi meliputi:
observasi. Sementara itu guru berlatih dalam mengaplikasikan hipotesis yang baru dibuat dalam pertemuan awal.
2) Guru dan supervisor memulai memasuki kelas. Guru terus mengajar dan supervisor duduk di kursi, dibelakang kelas mengamati guru mengajar.
3) Sikap supervisor. Supervisor harus dapat membawa diri sebaik-baiknya dalam melaksanakan supervisi di kelas.
4) Cara mengamati. Supervisor ketika melakukan supervisi akan mengamati guru yang disupervisi secara teliti, lebih teliti dari pada teknik-teknik supervisi yang lain. 5) Memasang video atau tape. Kalau
supervisor memakai tape apalagi video dalam proses supervisi perlu diupayakan cara pemasangannya jangan sampai diketahui oleh para siswa.
6) Mengakhiri supervisi. Pada saat selesai mengajar, guru menutup pelajaran, dan mempersilahkan para siswa ke luar ruangan kelas Pidarta (2009: 132).
3. Timbal Balik Supervisi Klinis Berbasis Kelas Timbal balik merupakan kegiatan akhir dari
proses supervisi sebelum laporan dibuat, dengan
melakukan pertemuan antara Kepala Sekolah
dan guru. Dalam pertemuan tersebut guru
mendapat kesempatan untuk menyampaikan
pendapatnya mengenai pelaksanaan tugasnya di
kelas yang telah diamati oleh kepala sekolah
sebagai supervisor, begitu juga kepala sekolah
mengatasi masalahnya dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Langkah timbal balik dilakukan melalui
proses dialogis antara kepala sekolah dengan
guru untuk mendiskusikan langkah perbaikan
atas kekurangan-kekurangan dan kelemahan
yang dialami guru dalam proses pembelajaran
Hasan, (2002: 93).
Langkah-langkah pertemuan balikan
menurut Pidarta (2009: 134) adalah sebagai
berikut.
1) Sikap supervisor. Supervisor ketika berada di
pertemuan balikan sepatutnya tetap membawa diri seperti halnya dengan sewaktu di dalam kelas.
2) Refleksi guru. Guru diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya tentang perilkunya sebagai pengajar dan pendidik di dalam kelas tadi,
khusus tentang hal yang diperbaiki. Guru
menganalisis dirinya, mengeksplorasi keadaan
waktu ia mengajar. Hasil refleksi itu dikemukakan kepada hadirin yang datang, terutama kepada supervisor.
3) Evaluasi supervisor. Setelah selesai guru yang disupervisi memaparkan pendapatnya tentang hasil perbaikan kelemahannya, kini giliran supervisor menyatakan pendapatnya tentang data yang dia dapat berdasarkan pengamatan dalam kelas.
4) Diskusi bersama.
5) Kesepakatan. Setelah cukup berdiskusi dan
berdebat karena hal yang didiskusikan atau diperdebatkan sudah mulai tampak mengarah ke
tujuan yang ingin dicapai maka dibuatlah
kesepakatan antara guru yang disupervisi dengan supervisornya. Inti kesepakatan itu adalah bertalian dengan hipotesis yang diterapkan dalam proses pembelajaran tadi.
belum dapat memperbaiki kelemahannya, apalagi kalau guru sukses bisa memperbaiki kinerjanya yang lemah itu.
7) Tindak lanjut. Tindak lanjut itu ada dua macam atau dua kemungkinan. Kemungkinan pertama
adalah memperbaiki kelemahan yang lain,
kelemahan yang diprioritaskan kedua atau
berikutnya setelah kelemahan yang baru saja diperbaiki. Kemungkinan kedua adalah mengulang memperbaiki kelemahan yang baru dikerjakan dalam supervisi tadi yang belum bisa baik.
8) Respon terhadap peserta guru lain. Setelah
pertemuan balikan antara guru yang disupervisi dengan supervisor selesai sampai pada penentuan tindak lanjut, para peserta lain atau guru-guru yang ikut menyaksikan pertemuan itu dipersilahkan bertanya bagi yang ingin menanyakan segala sesuatu bertalian dengan materi pertemuan itu.
Berdasarkan uraian diatas maka
langkah-langkah dalam melakukan supervisi klinis
adalah perencanaan pertemuan meliputi: 1)
memutuskan fokus observasi (pendekatan
umum, informasi langsung, kolaboratif, atau
langsung diri sendiri), 2) menetapkan metode
dan formulir observasi, 3) mengatur waktu
observasi dan pertemuan berikutnya.
Langkah-langkah observasi: a) memilih alat observasi, b)
melaksanakan observasi, c) memverifikasi hasil
observasi dengan guru pada pertemuan
berikutnya, d) menganalisis data hasil verifikasi
dan menginterpretasi, dan e) memilih
pendekatan interpersonal setelah pertemuan
berikutnya. Langkah-langkah pertemuan
waktu. Langkah-langkah refleksi kolaborasi: (1)
menemukan nilai-nilai apa? (2) mana yang
kurang bernilai, (3) saran-saran.
2.4.
Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Salimudin. 2010.
Berjudul “Supervisi Klinis sebagai Alternatif untuk
Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas III dalam
Pembelajaran Tematik di Gugus Cut Nya Dien Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes”. Penelitian ini dilatarbelangi hasil supervisi akademik Semester I
Tahun Pelajaran 2009/2010 terhadap 36 guru kelas
rendah di 12 sekolah binaan dalam
mengimplementasikan pembelajaran tematik masih
rendah. Hal ini disebabkan (1) kurangnya
pendampingan dan bimbingan dari pengawas sekolah,
(2) pelaksanaan supervisi akademik belum
menggunakan teknik supervisi yang sesuai, (3)
rendahnya pemahaman guru dalam menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, (4)
rendahnya guru dalam mengembangkan jaringan tema,
dan (5) dalam mengembangkan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran tidak diawali dengan
pemetaan kompetensi dasar. Masalah yang diteliti
adalah rendahnya kemampuan guru dalam
ini untuk meningkatkan kemampuan guru kelas III
dalam pembelajaran tematik. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam 2
siklus. Setiap siklus mengacu pada tujuan dan
permasalahan penelitian. Tindakan pada siklus 2
tergantung dari hasil refleksi pada siklus sebelumnya
dan seterusnya sampai tercapai tujuan yang
diharapkan. Hasil penelitian ini ternyata menunjukkan
adanya peningkatan secara signifikan pada
kemampuan guru kelas III dalam pembelajaran
tematik, yaitu dari 41,3 atau 58,8 % kategori cukup
pada siklus 1 menjadi 55,7 atau 78,4 % pada siklus 2.
Dengan demikian, ada peningkatan kemampuan guru
dalam pembelajaran tematik sebesar 13,8 atau 19,6 %.
Pelaksanaan supervisi dengan teknik supervisi klinis
mengubah pandangan guru dari merasa takut ketika
akan disupervisi menjadi merasa senang dan nyaman
karena supervisi klinis bertujuan memberikan layanan
dan bantuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Salimudin tahun
2010 membuktikan bahwa dalam upaya untuk
meningkatkan kemampuan guru kelas III dalam
pembelajaran tematik kepala sekolah melakukan
supervisi klinis dengan penelitian tindakan sekolah.
Dan hasil dari supervisi klinis dengan penelitian
mampu meningkatkan kemampuan guru dalam
pembelajaran tematik dan supervisi klinis tersebut
mampu mengubah pandangan guru dari merasa takut
ketika akan disupervisi menjadi merasa senang dan
nyaman karena supervisi klinis bertujuan memberikan
layanan dan bantuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nengah
Windyani. 2011. Berjudul Teknik Supervisi Kunjungan
Kelas sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan dan
Profesionalisme Guru SD 3 dan 10 Kesiman Denpasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
teknik Supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan
dapat meningkatkan kemampuan dan profesionalisme
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah
wawancara dan observasi. Metode analisis datanya
adalah metode deskriptif. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah: 1) untuk SD No 3 Kesiman
kemampuan guru awal pada proses pembelajaran
58,33%, pada siklus I naik menjadi 73,33% dan pada
siklus II naik menjadi 95,00%. Profesionalisme guru
awal masih pada kategori D, pada siklus I naik menjadi
C, dan pada siklus II naik menjadi A; 2) untuk SD No
10, kemampuan guru awal pada proses pembelajaran
56,66%, pada siklus I naik menjadi 71,66% dan pada
profesionalisme guru awal masih kategori D, pada
siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi
A. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan
keterampilan dalam pembelajaran dan profesionalisme
guru SD No 3 dan 10 Kesiman, Kecamatan Denpasar
Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni
Nengah Windyani. 2011. Bahwa pelaksanaan supervisi
klinis dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan
keprofesionalitas guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan
penelitian tindakan sekolah. Dan supervisi klinis yang
dilakukan dengan penelitian tindakan sekolah
didapatkan hasil bahwa supervisi kunjungan kelas
dapat meningkatkan keterampilan dan profesionalisme
guru SD No 3 dan 10 Kesiman, Kecamatan Denpasar
Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Penelitian yang dilakukan oleh Lili Ng Cui Mi.
2012. Berjudul Pelaksanaan Supervisi Klinis Kepala
Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam
Mengelola Pembelajaran Pada SMAN 2 Sambas. Hasil
penelitian ini ditemukan bahwa: a. kinerja guru dalam
mengelola pembelajaran belum maksimal,
b.tahap-tahap supervisi klinis meliputi (1) perencanaan; ( 2)
terhadap pelaksanaan supervisi klinis kepala sekolah
mendapat tanggapan positif dari semua guru; d. Upaya
yang dilakukan kepala sekolah dalam mengatasi
masalah supervisi klinis meliputi: melaksanakan IHT,
memberikan pengarahan dan motivasi pada guru,
Melakukan tukar menukar informasi, memberdayakan
guru senior dalam membimbing menyusun RPP.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lili Ng
Cui Mi. 2012 juga sama seperti yang dilakukan dalam
penelitian ini, tetapi penelitian yang dilakukan Lili
hanya berhenti pada evaluasi saja, sedangkan
penelitian ini sampai umpan balik setelah pelaksanaan
supervisi. Selain itu penelitian ini sama-sama
mendiskripsikan tentang pengelolaan supervisi klinis
yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru.
Pelaksanaan tersebut bisa berupa supervisi tentang
motivasi, strategi pembelajaran, penyusunan RPP dan
lain sebagainya yang berhubungan dengan
pembelajaran. Sedangkan hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Lili Ng Cui Mi adalah bahwa (1) Kinerja
guru SMA Negeri 2 Sambas dalam menyusun RPP
adalah semua guru memiliki RPP, ada yang buatan
sendiri, mengadopsi hasil dari kegiatan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan mengcopy serta
memodifikasi RPP orang (guru) lain sesuai dengan
(2) penggunaan RPP dalam pelaksanaan pembelajaran,
sebagian besar guru SMA Negeri 2 Sambas
menggunakan RPP sebagai pedoman mengajar apabila
disupervisi oleh kepala sekolah. Namun apabila tidak
disupervisi oleh kepala sekolah, sebagian kecil guru
yang menggunakan RPP; (3) Persepsi guru SMA Negeri
2 Sambas terhadap pelaksanaan supervisi klinis kepala
sekolah ditanggapi secara positif, karena dengan
adanya supervisi klinis oleh kepala sekolah dapat
membantu guru mengetahui dan menyadari
kekurangan dan kelebihannya dalam melaksanakan
tugas di sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Luh Amani,
Nyoman Dantes, Wayan Lasmawan. 2013. Yang
berjudul ”Implementasi Supervisi Klinis dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Guru Mengelola Proses
Pembelajaran pada Guru SD Se-Gugus VII Kecamatan
Sawan”. Penelitian ini adalah penelitian Tindakan
Sekolah yang dilaksanakan bertujuan untuk
mengetahui kemampuan guru mata pelajaran IPS SD
Se-Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran
2012/2013 dalam merencanakan, melaksanakan
proses pembelajaran, dan kelengkapan administrasi,
serta mengetahui kendala yang dihadapi guru mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui supervisi
subjek sebanyak 21 guru. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode observasi untuk data
kemampuan guru merencanakan proses pembelajaran
dan melaksanakan proses pembelajaran. Data tersebut
selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi supervisi klinis
mampu meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luh
Amani, Nyoman Dantes, Wayan Lasmawan. 2013.
Menjelaskan bahwa adanya keterbatasan tenaga guru
yang dimiliki dan ketidaksesuaian dengan jumlah guru
yang diperlukan juga tingkat kemampuan guru dalam
mengajar masih sangat rendah. Maka untuk mengatasi
dan mengantisipasi rendahnya mutu pendidikan salah
satu cara yang dapat dilakukan di SD Se-Gugus VII
Kecamatan Sawan adalah dengan meningkatkan
kualitas pelayanan pendidikan. Kemudian cara yang
dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
pelayanan pendidikan guru adalah dengan melakukan
supervisi klinis pada guru.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Luh
Amani, Nyoman Dantes, Wayan Lasmawan dapat
diketahui bahwa: (1) Penerapan supervisi klinis dapat
meningkatkan kemampuan guru IPS SD Gugus VII
pembelajaran yang sesuai dengan Permendiknas No. 41
tahun 2007. Hal ini terlihat dari tingkat kemampuan
guru pada siklus I sebesar 78,28% yang tergolong baik,
meningkat pada siklus II menjadi 92,19% yang
tergolong sangat baik. Sepervisi klinis yang diterapkan
mampu mengatasi kesulitan dan hambatan guru dalam
merencanakan proses pembelajaran, karena sifatnya
yang kolegial. Tidak ada lagi instruksi yang bersifat
menekan, tetapi diskusi atau interaksi yang kondusif.
(2) Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan
kemampuan guru IPS SD Gugus VII Kecamatan Sawan
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini
terlihat dari tingkat kemampuan guru melaksanakan
proses pembelajaran pada siklus I sebesar 75,83% yang
tergolong baik, meningkat pada siklus II menjadi
97,38% yang tergolong sangat baik. Melalui supervisi
klinis yang bersifat kolegial, guru dengan leluasa
mengemukakan kesulitannya dalam melaksanakan
proses pembelajaran, sehingga peneliti bisa
memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan
akhirnya kemampuan guru lebih meningkat. (3)
Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan
kemampuan guru IPS SD Gugus VII Kecamatan Sawan
dalam melengkapi administrasi. Hal ini terlihat dari
tingkat kelengkapan administrasi pada siklus I sebesar
78,70% yang tergolong baik, meningkat pada siklus II
Penerapan supervisi klinis dapat mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengelola
pembelajaran IPS. Hal ini terlihat dari tingkat
persentase pada siklus I sebesar 70,76% yang tergolong
cukup, meningkat pada siklus II menjadi 94,67% yang
tergolong sangat baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sharif Ghufron
(2013) Berjudul Manajemen Supervisi Klinis Kepala
Sekolah Untuk Mewujudkan Program Sekolah
Unggulan Pada Sekolah Muhammadiyah Di Kecamatan
Kalinyamatan Kabupaten Jepara. ujuan penelitian ini
adalah 1) untuk mengetahui bagaimana
perencanaan supervisi klinis di SD Muhammadiyah
Kriyan dan SMP Muhammadiyah Kecamatan
Kalinyamatan Kabupaten Jepara, 2) untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan supervisi klinis
di SD Muhammadiyah Kriyan dan SMP
Muhammadiyah Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten
Jepara, 3) untuk mengetahui bagaimana umpan balik
supervisi klinis di SD Muhammadiyah Kriyan dan
SMP Muhammadiyah Kecamatan Kalinyamatan
Kabupaten Jepara. Penelitian ini bersifat kualitatif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Sharif Ghufron (2013) diperoleh hasil bahwa: (1)
kegiatan perencanaan supervisi klinis kepala sekolah
Secara ringkas kerangka berfikir penelitian ini
Supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru
tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah
sebagai supervisor tetapi atas kesadaran guru untuk
datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi
masalahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor
akademik seyogyanya memiliki pengetahuan dan
menguasai penerapan supervisi klinis. Supervisi klinis yang digunakan oleh kepala SDN Kalirejo 01
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
dengan berbasis kelas. Pengelolaan supervisi ini
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan umpan balik
terhadap masalah yang disampaikan oleh guru yang
bersangkutan, sehingga apa yang menjadi