• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKERASAN IBU SINGLE PARENT S TERHADAP A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEKERASAN IBU SINGLE PARENT S TERHADAP A"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEKERASAN IBU SINGLE PARENT S

TERHADAP ANAK

( Studi Fenomenologi pada Keluarga Ibu Single Parents

di Kota Malang) Agustin Ikawati

Mahasiswa : Psikologi/ Fisip Universitas Brawijaya

Malang, Jawa Timur ABSTRACT

This study aims to know

violent behavior by single parent mothers to her children, a phenomenological study on mothers of single parent families in Malang City. This

study applied the theory of violence factor by Mu’tadin (2002). This study used

qualitative methods

(2)

analyzed data reduction methods by Milles and Huberman (2007). Techniques of

data collection used semi

-structured interviews with primary and secondary subjects, and also used the non

-participant obse

rvation. Validity and realibility used

credibility and confirmability. The results of this research are each subjects has

performed violent behavior either verbally and non

-verbally to their children.

Dominants factor of the emergence of violent behavior o f the four subjects are

frustration factor and anger factor. Key words :

Violent Behavior, Single Parent mothers

ABSTRAKSI

Penelitian ini mengangkat tentang perilaku kekerasan oleh ibu single parents

terhadap anaknya, studi fenomenologi pada keluarga ibu single parents

di Kota

Malang. Penelitian ini menggunakan teori faktor kekerasan dari Mu’tadin (2002).

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis metode

reduksi data. Teknik pengambilan data menggunakan wawancara semi terstruktur

dengan subyek primer dan sekunder serta menggunakan obsevasi non

(3)

Analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif, validitas dan realibilitas

menggunakan kredibilitas dan konfirmabilitas. Hasil penelitian ini adalah setiap

2

subyek melakuka

n perilaku kekerasan baik secara verbal maupun non

-verbal terhadap

anaknya. Faktor dominan timbulnya perilaku kekerasan dari ke empat subyek adalah

faktor frustasi dan faktor marah. Kata kunci:

Perilaku kekerasan, ibu single parent PENDAHULUAN

Pengasuhan

oleh orang tua tunggal adalah salah satu fenomena di zaman modern ini. Sebagian besar keluarga yang berstatus

single parent adalah wanita

sebagai kepala keluarga merangkap sebagai ibu rumah tangga, dengan kata lain

wanita menjalankan peran ganda. Fenomena yang terjadi di negara

-negara maju

menunjukkan hal sama yang terjadi pada negara lain termasuk Indonesia. Orang tua

yang lengkap memang memiliki keuntungan dibanding orang tua tunggal, yaitu bisa

berbagi dan menyediakan kondisi yang harmonis bagi perkemba ngan anak mereka

(Dwiyani,2009).

Menjadi orangtua tunggal pada dasarnya bukan pilihan hidup, namun bagi

(4)

yang mampu mempersiapkan dengan matang

akan tidak menjadi beban berat. Hal ini dapat menjadikan solusi atas berbag

ai

kebutuhan, misalnya kebutuhan berbagi, kebutuhan untuk mengatasi kesepian,

kebutuhan akan peran sebagai orangtua. Lain halnya bila menjadi orangtua tunggal

yang belum mampu mempersiapkan dengan matang, sungguh tidak mudah untuk

dihadapi karena banyaknya

persoalan yang mengelilingi. Terlebih lagi dengan

kondisi ekonomi yang memprihatinkan tanpa dukungan sosial yang memadai,

kadang

-kadang keadaan menjadi sangat dramatis (Dwiyani, 2009).

Ada kecenderungan masyarakat modern bisa menerima fenomena orang tua

t

unggal ( single parent

), karena pasangan bercerai atau meninggal sebagai hal biasa. Meski begitu, sebaiknya orang dewasa tidak menganggap ringan dampak

psikologisnya terhadap anak yang baru saja ditinggal salah satu orang tuanya.

Pasalnya, anak yang belum s

iap menghadapi rasa kehilangan akan terpukul, dan

kemungkinan besar mengalami perubahan tingkah laku (Khaltarina, 2004).

Terdapat

kekhawatiran dalam keluarga dengan orang tua tunggal dimana orang tua tersebut harus bekerj

(5)

eorang yang menjadi

orang tua tunggal harus memenuhi kebutuhan akan kasih sayang dan juga keuangan,

berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus, serta mengendalikan kemarahan atau

depresi yang dialami oleh anaknya maupun dirinya sendiri. Orang tua yang demikia

n

mengalami masalah karena terkucil secara sosial dari kelompok orang tua yang masih

3

lengkap (berpasangan) sehingga semuanya ini memperberat tugas sebagai orang tua

tunggal (Ratri, 2006). Menjadi

single parent

dan menjalankan peran ganda bukan merupakan h al yang

mudah bagi seorang wanita, terutama dalam hal membesarkan anak. Hal ini

dikarenakan, di satu sisi harus memenuhi kebutuhan psikologis anak

-anaknya

(pemberian kasih sayang, perhatian, rasa aman) dan di sisi lain, harus memenuhi

semua kebutuhan fisik anak

-anaknya (kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan materi). Artinya, wanita yang

berstatus sebagai single parent

harus mampu mengkombinasikan antara pekerjaan domestik dan publik demi tercapainya

(6)

karena orang tua tunggal ini tidak mempunyai pasangan untuk saling menopang (Ratri, 2006).

Salah satu permasalahan utama yang dihadapi wanita sebagai single parent

adalah ekonomi. Papalia

, Olds dan Feldman (2002) menyebutkan bahwa kemiskinan akan memberikan efek gangguan emosional kepada orangtua tunggal, yang kemudian

akan mempengaruhi cara mereka dalam mengasuh anak

-anak. Sudah tentu, oleh

karena mengalami gangguan emosional, maka orangt ua boleh jadi mengasuh anak

dengan cara yang tidak tepat dan tidak proporsional sehingga, anak

-anak pun

berpotensi menjadi korbannya yang bisa berujung pada terciptanya keluarga

broken home .

Menurut psikolog dari Pusat Krisis Universitas Indonesia Dini (1 996),

kekerasan itu sendiri dibagi ke dalam dua bentuk yakni kekerasan psikis (

verbal ) dan fisik (

non verbal ). Kekerasan verbal

adalah kekerasan yang ditunjukkan oleh orang

tua dengan bentuk kemarahan menggunakan makian, ataupun kritik tajam. Orang tua

(7)

yebut anak sebagai anak bodoh, nakal, anak kurang ajar, anak tidak tahu diri,

anak tidak berguna dan segala bentuk kata

-kata yang merendahkan diri anak. Adapun kekerasan

non verbal

adalah kekerasan yang ditunjukkan oleh orang tua dengan bentuk kekerasan te

rhadap fisik baik menggunakan alat ataupun tidak. Orang tua melakukannya dalam bentuk tamparan, pukulan, tendangan, dan segala bentuk

kekerasan yang menyebabkan luka fisik.

Zein (2005), mendefinisikan kekerasan oleh ibu sebagai setiap tindakan bersifat

men

yakiti fisik dan psikis yang bersifat traumatik yang dilakukan ibu terhadap

anaknya baik yang dapat diiihat dengan mata telanjang atau dilihat dari akibatnya

bagi kesejahteraan fisik dan mental anak. Menurut Gelles (Suyanto, 2002) kekerasan

oleh ibu dapat

didefinisikan sebagai peristiwa pelukaan fisik dan mental yang umumnya dilakukan oleh ibu yang mempunyai tanggung jawab terhadap

4

kesejahteraan anak yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman

terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak

-anak nya.

Kasus kekerasan terhadap anak sepanjang 2012 di Kota Malang, melonjak

(8)

Unit Penanganan Perempuan dan Anak Kepolisian Resor Malang Kota menyebutkan

terdapat 182 kasus kekerasan terhadap anak. Jumlah tersebut naik 31 persen

dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan di Kabupaten Malang selama 2012 terdapat

350 kasus. Sebanyak 60 persen di antaranya berupa kekerasan seksual terhadap anak,

30 persen berupa KDRT, dan 10 persen k asus penganiayaan (Oktavia, 2013).

Berikut artikel mengenai kasus kekerasan yang terjadi di Kota Malang, dikutip

pada harian Surabaya Post

, Rabu 13 Juni 2012 :

“Data laporan setiap hari yang diterima oleh pihak kepolisian, dimana masih ada saja satu sampai dua pengaduan akan kekerasan terhadap anak di Malang. Kabar tersebut dibenarkan oleh Staf Unit

Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Kota Malang,

Brigad

ir Dina Fitria

. "Setidaknya ada satu sampai dua

laporan yang kami terima setiap harinya. Itu belum terhitung mereka yang tidak mau melaporkan kasus ini ke kepolisian," ungkapnya usai memberikan sosialisasi tentang perlindungan anak di Balai Kota Malang sep

erti dikutip dari Surabaya Post , Rabu (13/6/2012).

Kekerasan terhadap anak itu biasanya meliputi kekerasan fisik, seksual,

dan psikologis. Menurut Dina, faktor lingkungan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap tindakan kekerasan terhadap anak. Seperti,

(9)

keluarga broken home dan dari keluarga kuran g mampu paling rentan

mengalami kekerasan”. Kutipan yang diambil dari Surabaya Post

menunjukkan bahwa tingkat

kekerasan terhadap anak di wilayah Malang ternyata masih tinggi. Berdasarkan

catatan Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Malang

, selama

tahun 2012 terjadi 532 kasus kekerasan. Kekerasan yang terjadi selama tahun 2012

mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, baik secara fisik maupun

psikologis. Peningkatan yang sangat signifikan adalah tindakan kekerasan pada anak.

Hal

ini menunjukan bahwa semua kalangan untuk mensosialisasikan Undang

-Undang

nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, sehingga

anak tidak mengalami tindakan kekerasan seperti yang terjadi selama ini (

Ridwan ,

2013). 18

tersebut dapat berupa kekerasan verbal

seperti membentak, mengejek, dan

merendahkan harga diri anak, sedangkan kekerasan non

(10)

berupa memukul, menampar, mencubit, melempar anak dengan benda

mati, dan tidak memperhatikan anak. 2.

Bahwa kekerasan yang dilakukan ibu single parents

terhad

ap anaknya dipicu ol

eh beberapa faktor diantaranya faktor frustasi, faktor marah, faktor lingkungan, faktor pendisiplinan yang keliru, dan faktor kesenjangan generasi.

3.

Dari beberapa faktor pemicu perilaku kekerasan yang dilakukan oleh masing

-masing subyek

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor dominan pemicu perilaku kekerasan oleh ibu single parents

terhadap anak adalah :

a.

Faktor marah,

rasa marah seringkali menjadi pemicu tindakan agresif,

dimana rasa marah tersebut akibat dari keadaan yang mengganggu maupun reaksi dari tekanan perasaan ibu

single parent itu sendiri.

Faktor marah dialami oleh ketiga subyek ibu single parent

dimana masing

(11)

maupun lingkungan sosial, tekanan yang dialami pasca

bercerai/meninggalnya suami, stress akibat berbagai permasalahan yang di alami subyek di lingkungan pekerjaaan maupun lingkungan rumah. Beragamnya permasalahan yang dialami oleh subyek maka tidak

dapat dipungkiri bahwa tindakan kekerasan dilakukan untuk menyalurkan apa yang menjadi bebannya.

b.

Faktor frustasi,

kondisi fisik maupun psikis yang lelah merupakan

bagian dari sifat frustasi yang membuat subyek lebih agresif terhadap anaknya terlebih pada

kondisi himpitan ekonomi yang harus

ditanggung subyek untuk memenuhi kebutuhan anak disamping tanggungjawabnya untuk membesarkan anak mereka seorang diri. SARAN

Berdasarkan hasil dan analisis data penelitian, maka saran yang diajukan oleh

penulis terhadap

penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1.

Ibu

Single Parent

diharapkan dapat mengontrol emosi dan mengalihkannya ke hal

-hal yang lebih positif. Subjek juga diharapkan lebih bisa membuka diri 19

pada anak jika memiliki masalah dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang tidak mendukung. Orang tua tunggal (

single parent ) wanita

yang memiliki anak remaja, diharapkan untuk melihat masa

perkembangannya dan memberikan penjelasan dan pengertian agar tidak

(12)

-faktor lingkungan yang mempengaru hi masa

perkembangan dan kepribadiannya. 2.

Bagi anak diharapkan mampu menerima gejolak

-gejolak perubahan pasca

perceraian kedua orangtua maupun meninggalnya ayah. Selain itu, diharapkan

anak dapat melakukan komunikasi yang baik dengan ibu maupun anggota

kelu

arga lain agar terwujudnya suatu tujuan yang sama dalam kehidupan di

masa depan. 3.

Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperdalam teori yang

dipergunakan dan mengembangkan penelitian mengenai keluarga Ibu Single

Parent

. Diharapkan juga dapat menge mbangkan variabel penelitian yang berbeda, misalnya mengenai

subjective well being remaja yang memiliki

orang tua tunggal. Ada baiknya peneliti seharusnya mencoba menggunakan

metode penelitian yang lain, agar dapat diperoleh data maupun informasi

secara ak

urat dan mendalam. DAFTAR PUSTAKA Adinda, T. (2008).

Kekerasan Itu Berulang Padaku . Jakarta: PT Elex Media

(13)

Albertina, S.C. (2013).

Memukuli Anak Tidak Berbahaya, Jika Anak

-Anak Merasa

Dicintai, klaim studi.

http://www.shnews.co/detile

-18160

-memukul

-anak -tak

-berbahaya

-asal.html

Alvita, N.O. (2008). Wanita Sebagai Single Parent Dalam Membentuk Anak yang

Berkualitas. http://ok

vina.word press.com/html Anantasari. (2006).

Menyikapi Perilaku Agresif Anak ,

Yogyakarta : KANISUS Coloroso, B. (2006).

Penindas, Tertindas, dan Penonton . Jakarta : PT. Serambi Ilmu

Semesta

Davidoff. (1991).

Psikologi Suatu Pengantar . Jakarta: Erlangga.

Dini P. D.S. (1996).

Metode Mengajar di Taman Kanak

(14)

Depdikbud Dirjen Dikti : Jakarta .

Dwiyani, (2009).

Jika Aku Harus Mengasuh Anakku Seorang Diri . Jakarta: P.T Alex

Media Komputindo

Khaltharina, (2004). Wanita Muslimah. http://group.ya hoo.com/ html

Miles, M.B. & Huberman, A.M. (2007). Analisa Data Kualitatif

. UI

-Pers Jakarta 20

Mu’tadin, Z. (2002). Penyebab Agresi.

www.e.psikologi.com/remaja/10062.html Oktavia, H. (2013). 350

Kasus Kekerasan Perempuan Terjadi di Malang .

http://www.beritajatim.com/detailnews.php/4/Hukum_&_Kriminal/20 13

-02

-12/161569/350_

Kasus_ Kekerasan_ Perempua n_ Terjadi_

di_Malang. Papalia ,

Olds SW & Feldman RD. (2002).

(15)

. 8th ed. Boston: McGraw

-Hill.

Perlmutter,M.E., & Hall. (1999). Adult Development and Aging . New York: John

Willey & Sons

Ratri S. (2006). Orang Tua Tunggal. http://kompas.com/ html

Ridwan , M. (2013). 532

Perempuan di Malang Jadi Korban Kekerasan Selama 2012 .

http://www.lensaindonesia.com/2013/02/15/532

-perempuan

-di

-malang

-jadi

-korban

-kekerasan

-selama

-2012.html

Roberts, A. R., Gilbert. (2009). B

uku Pintar Pekerja Sosial

(16)

Jakarta: Gunung Mulia Shapiro, L. E. (1998).

Mengajarkan Emotional Intelegence pada Anak . Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Sulitnya Menjadi Orang Tua Tunggal . (2009

).

http://gayahidupsehatonline.com/ Suyanto, (2002).

Pekerja Anak dan Permasalahan Pendidikan Dasar, Dalam Pekerja Anak: Masalah Kebijakan dan Penanggulangan

. Surabaya, Lutfansa Meditama

Suyanto, B dan Sanituti,S. (2002). Krisis & Child Abuse

,

(Kajian Sosiologis Tentang

Kasus Pelanggaran Hak Anak dan Anak

-anak yang Membutuhkan

Perlindungan Khusus). Universitas Airlangga Press, Surabaya. Tasfiah, F. (2011). Single

Parent: Struktur Keluarga dan Kompleksitas Peran :

Bandung : Edsa Mahkota. Zein, A.

Y. (2005).

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan Yuli Widyastuti (2017) yang berjudul “Peran Badan Usaha Milik Desa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pujokerto Kecamatan Trimurjo

Harga terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat memengaruhi harga dan

Beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak antara lain proses kelahiran, stimulasi yang kurang, obesitas, Kelainan hormonal, malnutrisi,

Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD, adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek

Karya dokumenter “Vihara Maha Brahma dan Toleransi” ini dapat dijadikan sebuah penghubung informasi agar khalayak dapat menetapkan sebuah tayangan yang menarik dan

Perbedaan level ekspresi Sox9 pada tahapan tersebut menunjukkan bahwa Sox9 memainkan peran yang penting dalam proses awal determinasi seks gonad Chelonia mydas.. Kata kunci : Sox9,

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai suatu bentuk konstribusi dalam pengembangan ilmu Matematika terapan, khususnya aplikasi metode beda hingga eksplisit

Selain atmosfer toko dan promosi, variable pelayanan pramuniaga dapat juga memengaruhi konsumen untuk melakukan impulse buying, karena pramuniaga diharapkan dapat