DAFTAR PERTANYAAN
I. Data Informan
Nama : Usia : Alamat : Suku :
Asal :
Pendidikan : Pekerjaan : Agama :
II. Daftar Pertanyaan Untuk Informan Kunci
Bapak Syamsul selaku Manager Opersional Yayaysan KKSP Medan
1. Bagaimana sejarah KKSP Medan dalam menangani permsalahan anak khususnya anak jalanan?
2. Sejak kapan KKSP menangani permasalahan anak jalanan? 3. Apa saja aspek –aspek permsalahan anak jalanan?
4. Apa saja upaya yang dilakukan KKSP untuk menangani permasalahan anak jalanan?
5. Adakah kerja sama dengan pihak lain yang membantu dalam menangani anak jalanan dalam proses inklusi sosial ini?
7. Berasal dari mana sajakah anak – anak yang belajar di rumah belajar KKSP?
8. Selama menangani permasalahan anak jalanan pernahkan menerima kasus kriminaslitas yang dilakukan anak jalanan?
9. Bagaimana menumbuhkan rasa percaya anak jalanan kepada pihak KKSP? 10.Pendapat bapak tentang anak jalanan dan stigma masyarakat bahwa “anak
jalanan merupakan sampah masyarakat”
11.Bagaimanakah seharusnya penanganan yang tepat untuk anak jalanan? 12.Bagaimana pendapat Bapak mengenai beberapa LSM, pati atau yayasan
sengaja memelihara anak jalanan untuk mendapatkan keuntungan? Karena dapat dilihat dari semakin banyaknya LSM, panti atau yayasan sosial maka semakin banyak pula anak jaanan muncul
13.Adakah contoh nyata pendampingan dari KKSP untuk anak jalanan yang berhasil keluar dari jalanan?
14.Adakah menjalin kerjasama dengan dunia usaha untuk mempermudah anak jalanan mendapatkan pekerjaan?
III. Daftar Pertanyaan Untuk Informan Utama
Rizky, Bayu dan Pide ( Anak Jalanan dampingan KKSP ) 1. Alasan atau faktor penyebab menjadi anak jalanan? 2. Apakah masih memiliki orang tua atau keluarga?
4. Apakah orang tua atau keluarga mengetahui kamu menjadi anak jalanan? Dan apa respon atau tanggapannya?
5. Apakah sering pulang kerumah atau lebih sering berada dijalanan? 6. Apa saja kegiatan di jalanan?
7. Apakah Pernah mendapatkan perlakuan buruk dari masyarakat atau pemerintah?
8. Apakah kamu pernah melakukan perbuatan buruk atau kriminalitas? 9. Apakah kamu menggunakan narkoba?
10. Apakah kamu pernah melamar pekerjaan dan bagai mana hasilnya? 11.Apakah kamu mempunyai mempunyai identitas diri?
12. Apakah pernah merasakan pelayanan publik?
13.Apakah kamu merasa berbeda dengan anak-anak yang lain? Atau merasa termarginalkan dari masyarakat?
14.Pernah kan mendapatkan bantuan dari masyarakat atau pemerintah? 15.Apakah harapan kamu kepada masyarakat dan pemerintah tentang anak
jalanan?
VI. Daftar Pertanyaan Untuk Informan Tambahan
A. Armasnyah atau lebih dikenal Bang Biar selaku staff KKSP sebagai Koordinator lapangan Rumah Belajar di Jalan Brigjen Katamso
1. Berapa jumlah anak jalanan yang ada di Rumah belajar KKSP ini?
3. Bagaimana cara pendampingan yang dilakukan dalam proses belajar di rumah KKSP ini?
4. Siapa sajakah yang membantu dala proses pendampingan?
5. Bagaimana menumbuhkan rasa percaya dan nyaman anak jalanan kepada KKSP?
6. Adakah kendala yang di alami dalam proses pendampingan? Dan apa saja kendala itu?
7. Pernah atau tidak mendapatkan perlakukan buruk atau negatif dari anak jalanan selama proses pendampingan?
8. Kapan hari aktif belajar rumah belajar KKSP ini dan dimulai dari pukul berapa?
9. Selain melalui rumah belajar ini adakah upaya lain dalam proses inklusi sosial?
10.Apakah pendapat tentang anak jalanan?
11.Bagaimana seharusnya penanganan yang tepat untuk permaslahan anak jalanan ini?
Daftar Pertanyaan Untuk Informan Tambahan
Bapak Asbin Siregar selaku Lurah di Kelurahan Sei Mati
1. Apakah Bapak tahu tentang keberadaan anak jalanan di wilayah Bapak? 2. Apakah Bapak tahu berapa jumlah anak jalanan di wilayah Bapak?
3. Apakah bapak pernah berkomunikasi langsung dengan keluarga anak jalanan?
5. Bagaimana respon Bapak mengenai di dirikannya rumah belajar untuk jalanan dan anak masyarakat sekitar wilayah bapak dalam proses inklusi sosial?
6. Apakah dari pemerintah, khususnya dari kelurahan Sei Mati ini pernah memberikan bantuan untuk anak jalanan di wilayah Bapak?
7. Bagaimana pendapat bapak tentang anak jalanan?
8. Apakah Bapak setuju dengan stigma masyarakat bahwa anak jalanan adalah sampah masyarakat?
Daftar Pertanyaan Untuk Informan TambahanIbu Tety Agustina Hasibuan Selaku Kepala Tata Usaha Puskesmas Kampung Baru
1. Bagaimana awal bergabungnya kerjasama antara Puskesmas Kampung Baru ini dengan Yayaysan KKSP Medan?
2. Pelayanan kesehatan apa saja yang di berikan di Puskesmas Kampung Baru ini khususnya untuk anak jalanan?
3. Bagaimana cara atau syarat agar anak jalanan dapat berobat atau mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis di Puskesmas Kampung Baru?
4. Penyakit apa saja yang di derita anak jalanan saat berobat ke Puskesmas Kampung Baru ini?
5. Berapa banyak anak jalanan yang sudah berobat atau mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis di Puskesmas Kampung Baru?
Daftar Pertanyaan Untuk Informan Tambahan
Ibu Rosdiana sebagai masyarakat biasa yang memiliki usaha rumah makan 1. Apakah ibu tau tentang keberadaan anak jalanan?
2. Apakah pernah anak jalanan datang kerumah makan ibu ?
3. apakah Ibu izinkan kalau ada anak jalanan yang mengamen di rumah makan ibu?
4. Bagaimana pendapat ibu tentang anak jalanan?
129
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta : Erlangga Departemen Sosial RI. 2001. Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Jalanan.
Jakarta : Departemen Sosial Republik Indonesia Gavin Reid, Dyslexia and Inclusion. 2005. Classroom Approaches for Assesment, and Learning. London : Fulton Publisher
Gibson J L,Ivancevich,J dan Donnelly, J. 1995. Organization. Jakarta: Terjemahan edisi keempat. Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. 1992. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Ilyas,Roostien. 2004. Anak-anakku Di Jalanan . Jakarta : Pensil Jahja, Yahya. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Antropologi. Jakarta : Aksara Baru.
Krismiyarsi, dkk. Efektivitas Kebijakan Pemerintah Mengenai Penanganan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah. Laporan Penelitian. Fakultas Hukum. Universitas 17 Agustus 1945. Semarang
Moeliono, L. & Dananto, A. 2004. Pendampingan Anak Jalanan Menurut Para Pendamping Anak Jalanan. Jakarta: PKPM Unika Atma Jaya
Moleong, LJ. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad dan Djaali. 2005. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Press dan Restu Agung
Munajat, Danang. 2001. Penelitian Tentang Efektivitas Rumah Singgah Terhadap Perubahan Sikap Dan Perilaku Anak Jalanan. Badan Kesejahteraan Sosial Nasional. Yogjakarta
Sallahudin, Odi. 2000. Anak Jalanan Perempuan. Semarang : Yayasan Setara Sallahudin, Odi. 2004. Di Bawah Bayang-Bayang Ancaman. Semarang : Yayasan
Setara
130
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan : PT. Grasindo Monoratama
Silalahi, Ulber, MA. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama
Smith, J. David. 2006. Inklusi:Sekolah Rumah Untuk Semua. Terjemahan Ny. Enrica Denis, Muhammad Sugiarni, dan Mif Baihaqi. Bandung : Nuansa Sudrajat, Tata.1996. Anak Jalanan dan Masalah Sehari-hari Sampai
Kebijaksanaan. Bandung: Yayasan Akatiga
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memperdayakan Masyarakat. Bandung : PT. Refika Aditma
Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta
Suyanto, Bagong dan Dwinarko. 2010. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Triyanti, Maria A.A.A. 2001. Pemberdayaan Anak Jalanan di DKI Jakarta. Tesis. Program Studi Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Indonesia. Jakarta.
Witanto, Y.D. 2012. Hukum Keluarga Hak dan Kedudukan Anak Luar Kawin.
Jakarta : Pustakaraya
Sumber lain:
Undang-Undang tentang Kesejahteraan Anak (UU No. 4 Tahun 1979)
UU Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Pasal 9 ayat (1) UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Konvensi Hak Anak PBB yang telah disertifikasi dengan KEPRES No.36/1990
Sumber Online:
(http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/10/04/121468/sedikitnya-600-anak-di-kota-medan-hidup-di-jalanan/#.VhiHS_7ov3g) Diakses pada tanggal 10 0ktober 2015 pukul:10:43 WIB) Abimanyu, 2014. Sedikitnya 600 anak di kota medan hidup di jalanan.http://www.medanbisnisdaily.com diakses pada tanggal 10 0ktober
2015 pukul: 10:43WIB
131
WIB. (Humas KKSP)-(JS), 2015. Penanganan anak jalanan di kota medan harus secara inklusif. http://kksp.or.id// diakses l tanggal 10 Oktober 2015 pukul 11:40 WIB.
(http://kksp.or.id/home/2015 /03/06/kksp-gagas-inklusi-sosial-anak-jalanan-2/) Diaksespada tanggal 10 Oktober 2015 pukul 12:50 WIB). (Humas KKSP)-(JS), 2015. Gagasan Inklusi sosial anak jalanan. http://kksp.or.id// diakses l tanggal 10 Oktober 2015 pukul 12.50 WIB.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Proses) Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 06.25 WIB . Wikepedia, Februari 2014. Proses adalah urutan
pelaksanaan at pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 06.25 WIB .
(http://programpeduli.org/inklusi-sosial/) Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 21:50 WIB. Sroyat, 28 Juni 2015. Mewujudkan Inkllusi Sosial Program Peduli. http://programpeduli.org/inklusi-sosial/) Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 21:50 WIB.
(http://www.acdp-indonesia.org/id/lokakarya-penyusunan-kerangka-kerja-
58
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Moleong (dalam Zuriah, 2006: 92) mendefenisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atu lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Hal ini di karenakan penulis ingin memberikan sebuah deskripsi atau gambaran mengenai proses inklusi sosial anak jalanan dampingan KKSP Medan secara sistematis, akurat dan faktual.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang di maksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gelaja yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005:234)
3.2 Lokasi Penelitian
59
anak. Dan yayasan KKSP Medan merupakan Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak di kota Medan.
3.3 Informan
Penelitian kualitatif tidak di kenal dengan istilah sampel. Sampel pada penelitian kualitatif di sebut informan. Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau observasi sesuai tujuan penelitian. Informan ini di harapkan dapat memebrikan informasi, data ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Informan dalam penelitian ini terdapat ats tiga jenis informan yaitu:
1. Informan kunci adalah orang yang di anggap mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang di perlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pihak Yayasan KKSP Medan yaitu: Supervisor Lembaga Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) 2. Informan utama adalah orang yang terlibat langsung dalam interaksi sosial
yang di teliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah anak jalanan dampingan KKSP Medan yang di anggap mengerti akan pertanyaan yang di ajukan peneliti
60
3.4 Teknik Pengumpuan Data
Teknik pengumpulan data yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti melalui penelaah buku, peraturan perundang-undangan, jurnal, karya tulis, majalah, surat kabar dan bahan tulisan lainnya yang erat kaitannya dengan subjek penelitian.
2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian, yakni:
a. Observasi partisipasi adalah suatu bentuk observasi dimana peneliti juga terlibat dalam kehidupan atau pekerjaan atau aktivitas subjek yang diteliti (Muhammad dan Djali, 2005:92)
b. Wawancara mendalam,yaitu percakapan yang dilakukan secara tatap muka oleh dua pihak yaitu: pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancari yang menjawab pertanyaan (Moleong, 2002, hal. 135)
61
Teknik analisa data pada penelitian ini adalah teknik analisa data deskriptif, yaitu dengan mengkajidengan mengkaji data yang dimulai dngan menelaah seleruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang kemudian dikatagorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. (moenolog, 2007)
62
BAB IV
DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP)
4.1.1. Profil dan Sejarah Yayasan KKSP Medan
PROFILE YAYASAN KKSP
Alamat : Jl. Stella III No. 88 Medan, 20135 Phone : 62 61 8367438
Fax : 62 61 8367412
Kontak : Drs. Ahmad Taufan Damanik, MA / Muhammad Jailani, S.Sos, MA
Website
63
Mendagri No 8/88. Sejalan dengan perubahan undang-undang yayasan yang baru maka kemudian KKSP melakukan perubahan struktur dan juga penguatan status hukum Yayasan Melalui perubahan akte menjadi akte No. 116 tanggal 26 februari 2013 dan terdaftar di Departemen Hukum dan Perundang-Undangan No. AHU – 7022.AH.01.04 tahun 2013.
4.1.2. Misi dan Visi Yayasan KKSP Medan
1. Visi Yayasan KKSP
Yayasan KKSP Bergerak di Bidang Sosial dan Kemanusiaan yang memiliki Visi untuk mampu mengambil bagian dalam mewujudkan anak-anak yang sehat, terampil, kreatif dan mandiri dalam mempersiapkan diri menuju kedewasaannya serta memacu peningkatan partisipasi masyarakat dalam memberikan perlindungan, pendidikan dan pelayanan kesehatan pada anak-anak.
2. Misi Yayasan KKSP Medan
a. Mengembangkan model pendidikan, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial serta memberikan perlindungan bagi anak-anak b. Mengembangkan jaringan kajian dan informasi tentang anak dalam
meningkatkan hak-hak anak
64
4.1.3. Tujuan Yayasan KKSP Medan
1. Memberikan hak-hak dasar anak-anak dan remaja yaitu hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi.
2. Memberikan perlindungan bagi anak-anak dari exploitasi, pelanggaran hak lainnya dan kekerasan.
3. Memberdayakan kelompok masyarakat, pemerintah dan swasta yang berkaitan secara alami dan strategis dengan anak-anak untuk mengembangkan kemandirian, pandangan, pendapat dan partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam seluruh aspek kehidupan termasuk untuk menegakkan hak anak.
4. Mengembangkan pusat kajian dan jaringan informasi untuk perlindungan anak pada tingkat lokal, nasional, regional dan internasional.
4.1.4. Sasaran Yayasan KKSP Medan
Yayasan KKSP dalam mengimplementasikan tujuannya memiliki kelompok sasaran, dalam hal ini masyarakat dan anak-anak, khususnya anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus:
1. Anak- anak yang tereksploitasi secara ekonomi seperti anak jalanan, buruh anak jermal, buruh anak nelayan, buruh anak pertanian dan anak pembantu rumah tangga
2. Anak-anak tereksploisi secara seksual seperti pelacuran anak atau anak yang di perdagangkan untuk maksud dilacurkan.
65
4.1.5. Pelayanan Sosial yang Diberikan
1. Divisi Pendidikan
Divisi Pendidikan mengembangkan model-model pendidikan yang meletakkan hak anak sebagai filofis pendidikan. Model pendidikan yang dikembangkan sejak tahun 1988 menempatkan anak sebagai subjek dari pendidikan dan bukan menjadi objek. Model pendidikan yang dikembangkan meliputi pendidikan non-formal maupun pendidikan luar sekolah. Beberapa model pendidikan yang telah dikembangkan adalah: a. Pendidikan Alternatif di Taman Kebajikan
Pendidikan Alternatif di Taman Kebajikan adalah model pendidikan sekolah untuk anak-anak miskin (anak-anak dari kawasan kumuh, anak putus sekolah, buruh anak dan anak jalanan). Model pendidikan ini mempunyai tujuan untuk membentuk karakter, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anak serta memperkenalkan pandangan anak pada lingkungan sosial.
66
b. Pendidikan melalui Taman Baca dan Bermain
Saat ini KKSP sedang melakukan pemberdayaan kelompok (masyarakat, pemerintah dan swasta) yang berkaitan secara alami dan strategis dengan anak-anak untuk mengembangkan kemandirian, pandangan, pendapat dan partisipasi masyarakat yang lebih luas dengan membentuk Sanggar Taman Baca dan bermain di beberapa wilayah tempat alumni Taman Kebajikan berada. Taman Baca dan Bermain akan dikembangkan menjadi Taman Remaja dan Taman Dewasa yang akan memfasilitasi masyarakat dalam hak-hak petani, buruh atau masalah-masalah social-politik. Saat ini Taman Baca KKSP telah menyebar di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.
c. Pendidikan Alternatif untuk Anak jalanan
67
Rumah musik, Sanggar dan basis jalanan dilakukan untuk mencapai tujuan Pendidikan alternatif yang sebenarnya. Tujuan pendidikan luar sekolah adalah untuk pengembangan karakter, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, namun tetap mempertimbangkan prinsip pluralisme, partisipasi dan semua orang adalah guru.
Pendekatan pendekatan pendidikan luar sekolah diimplementasikan dalam kegiatan pendidikan seperti:
1) Tulis baca
2) Nilai Sosial dan Moral 3) HAM
4) Hak Anak
5) Prinsip Partisipasi Anak dan Demokrasi 6) HakBuruh
7) Kepemimpinan 8) Organisasi
d. Pendidikan Pencegahan Perdagangan Anak
68
Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat umum, aparatur pemerintah dan anak, adalah pendidikan pencegahan perdagangan manusia, penanganan korban, termasuk penanganan hukum dan bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi didalamnya. Hingga May 2012, KKSP telah melakukan pendidikan pencegahan dan penanganan perdagangan manusia ini pada 8.000 peserta yang berlatar belakang anak-anak, guru, polisi, jaksa, hakim, pengacara, tokoh masyarakat, aparat desa, kabupaten dan propinsi yang tersebar di 8 kabupaten kota di Sumatera Utara.
e. Pendidikan Kewarganegaraan dan Demokrasi
Sejak tahun 2007 KKSP mengembangkan pendidikan kewarganegaraan dan Demokrasi pada anak-anak di tingkat SLTP dan SLTA. Pada tahun 2009 – 2011 KKSP melakukan proyek percontohan pendidikan demokrasi pada siswa SLTA dan guru bagaimana mengintegrasikan pendidikan demokrasi di tingkat local pada kurikulum sekolah serta mengembangkan pendidikan sebaya di tiga kabupaten/kota; Medan, Simalungun dan Karo.
2. Divisi Informasi dan Advokasi
69
pendidikan pada masyarakat tentang masalah hak anak melalui e-mail, press release, portal porum anak dll.
Saat ini Yayasan KKSP focus pada pengembangan advokasi non-litigasi. Yang diimplementasikan melalui:
a. Pengembangan kebijakan perlindungan anak di Sumatera Utara.
b. Kampanye tentang masalah anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus melalui media elektronik seperti radio, inter-net dan televisi dan media cetak seperti newsletter, Koran dan majalah secara nasional atau internasional.
c. Penguatan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kebijakan dan ruang public
d. Membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan perlindungan anak di Sumatera Utara.
e. Melakukan lobby pada pemerintah dan DPRD untuk perubahan kebijakan yang berpihak pada anak.
f. mendampingi anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus. g. Melakukan penyadaran kepada publik tentang hak anak
h. Pengembangan modul-modul pendidikan demokrasi untuk pemilih pemula
i. Mengembangkan modul-modul pendidikan resolusi konflik bagi remaja dan masyarakat
70
3. Divisi Kesehatan
Divisi ini bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat dan anak-anak khususnya anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus. Program dan kegiatan divisi ini antara lain:
a. Pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dan anak-anak melalui Klinik Taman Sehat Yayasan KKSP
b. Pemeriksaan kesehatan berkala dan pemberian makana bergizi pada anak jalanan.
c. Mempromosikan kesehatan mandiri melalui diskusi berkala dengan anak-anak
4.2 Kelurahan Sei Mati
4.2.1 Kondisi Geografis Kelurahan Sei Mati
Rumah singgah atau rumah belajar KKSP Medan terletak di Jalan Bridgen Katamso no 89 Gang. Perwira Kelurahan Sei Mati merupakan bagian dari wilayah kecamatan Medan Maimun dengan luas wilayah 23 Ha beriklim tropis dan merupakan daerah dataran rendah. Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun terdiri dari 12 Lingkungan. Jarak kantor Lurah Sei Mati ke Kantor Camat Medan Maimun sekitar ± 1,5 km. Batas wilayah kelurahan Sei Mati terdiri dari: Sebelah Utara : berbatasan dengan Kel. Sukaraja, Kec. Medan Maimun, Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kel. Kampung baru, Kec. Medan Maimun
71
4.2.2 Kondisi Demografis Kelurahan Sei Mati
Jumlah penduduk Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun berjumlah 25.194 jiwa. Data dari kantor kelurahan Sei Mati menunjukan bahwa jumlah penduduk lelaki adalah. 12.444 jiwa sedangkan perempuan sebanyak 10.118 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk menurut usia, suuku, agama, pendidikan dan pekerjaan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk berdasarkan Usia
No Kelurahan Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
0-9
Sumber: Kantor Lurah Sei Mati Kota Medan tahun 2016
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku
No Kelurahan Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku
Taput Mandailing Karo Dairi Nias Jawa Minang Melayu Aceh Jumlah
1. Sei Mati - 5833 42 66 25 844 1956 1477 1630 11873
Sumber: Kantor Lurah Sei Mati Kota Medan tahun 2016
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Kelurahan Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Islam Katolik Protestan Hindu Budha Jumlah
1. Sei Mati 10095 259 228 49 2650 13281
Sumber: Kantor Lurah Sei Mati Kota Medan tahun 2016
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Kelurahan
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
SD SLTP SLTA Universitas Pasca
72
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan No. Kelurahan Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
PNS ABRI POLRI Peg. Swasta
Pedagang Buruh Petani Nelayan Wiraswasta Jumlah
1. Sei Mati 345 45 8 3489 1210 470 - - 1899 746
73
BAB V
ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Pada bab ini akan membahas mengenai data-data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan informan. Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan, peneliti berhasil mengumpul data informasi mengenai proses inklusi sosial anak jalanan dampingan KKSP Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan atau diawali dengan mengumpulkan beberapa dokumen dari rumah belajar KKSP sebagai tempat berkumpulnya anak jalanan dan dari lapangan yang berada di simpang lampu merah Juanda. Pengumpulan data tersebut berupa case record yang meliputi biodata anak jalanan yang merupakan dampingan KKSP Medan.
2. Melakukan wawancara mendalam dengan staf yayasan KKSP khusus koordinator lapangan dalam proses penelitian informan dan mengetahui latar belakang informan tersebut.
3. Melakukan observasi di lingkungan kehidupan anak jalanan. Peneliti membuat catatan di lapangan untuk mengetahui proses inklusi sosial. Informan yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari:
a. Informan Kunci, yaitu:
b. Informan Utama, yaitu: Anak jalanan dampingan KKSP Medan
74
5.2 Hasil Temuan
5.2.1 Informan Kunci
Nama : Syamsul S.sos Usia : 52 Tahun
Alamat : Perumahan Griya Kencana Block D No. 26 Medan Tuntungan Suku : Melayu
Asal : Kab. Batubara Pendidikan : S1
Pekerjaan : Manager Operasional di Yayasan KKSP Medan Agama : Islam
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Syamsul selaku manager operasional di Yayasan KKSP Medan. Yayasan KKSP-Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak mempunyai beberapa program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, khususnya anak-anak, diantaranya:
Program Pendidikan Taman Kebajikan yang telah dimulai sejak tahun 1986 dan disistematisasi pada tahun 1997. Program tersebut bertujuan untuk melakukan pemberdayaan kelompok (masyarakat dan anak) yang berkaitan secara strategis untuk mengembangkan kemandirian, pandangan, pendapat dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan anak.
75
mendapatkan pendidikan ketrampilan seperti pertanian, perbengkelan, kerajinan dan lainnya.
Program lainnya adalah Program Community Education Anti Perdagangan Anak yang dimulai sejak tahun 2004 dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak, perempuan dan masyarakat umum tentang perdagangan manusia, bahaya dan upaya pencegahannya. Program pendidikan ini dilakukan secara berkesinambungan dan bersinergi dengan program pemerintah. Implementasi program fasilitator pendidikan pencegahan perdagangan anak dan perempuan ini bekerjasama dengan institusi sekolah, dinas pendidikan, dinas sosial dan bagian pemberdayaan perempuan pada tingkat pemerintah propinsi dan kabupaten kota.
Program tersebut telah berjalan di delapan kabupaten kota yang ada di Sumatera Utara, yaitu Langkat, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Batu Bara, Asahan dan Tanjung Balai. Sasaran utamanya adalah anak-anak marjinal, anak-anak sekolah dan perkumpulan perempuan di daerah-daerah yang diidentifikasi sebagai daerah pengirim dan penerima perdagangan manusia. Untuk keperluan kampanye yang lebih luas mengenai isu anti perdagangan anak, KKSP bergabung di dalam Indonesia Act, Indonesia Anti Child Trafficking dan Asia Act serta Asia Anti Child Trafficking.
76
diberikan adalah konvensi hak anak, perkembangan persoalan anak di Indonesia dan Sumatera, pengertian dasar fasilitator, prinsip-prinisp dan metode memfasilitasi, tehnik presentasi, game sebagai metode memfasilitasi, dan bagaimana memulai pelatihan. Fasilitator anak/remaja ini kemudian mengembangkan program pendidikan sebaya di antara sesama anak/remaja, baik menyangkut isu hak-hak anak, kesehatan reproduksi, bahaya HIV-AIDS, perdagangan anak, perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual.
Program Pendidikan dan Pendampingan Anak Jalanan yang dimulai tahun 1991 didasarkan pada fenomena anak-anak di kota Medan yang banyak turun ke jalan bukan saja karena persoalan ekonomi namun juga persoalan sosial seperti sempitnya lingkungan bermain. Program berarah pada perlindungan anak jalanan dari kekerasan dan bagaimana anak-anak terus mendapatkan pendidikan walau mereka berada di jalan. Fokus utama pendekatan pendidikan dan pendampingan anak jalanan dilakukan melalui media seni-budaya lewat Kelompok Musik Alternatif ”The Bamboes” yang mengkreasi musiknya sendiri untuk ditampilkan sebagai media kampanye sosial.
77
untuk anak yang diikuti dengan Peraturan Daerah Sumatera Utara tentang pelarangan bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.
KKSP juga membuat modul pelatihan bagi anak dan remaja untuk mengkomunikasikan dan mengadvokasikan hak perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi, melakukan penelitian, analisis, publikasi dan distribusi informasi tentang Konvensi Hak Anak (KHA) dan kebijakan yang mengikutinya, implementasi KHA di Indonesia, situasi anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus dan juga model-model pendidikan dan perlindungan pada anak-anak yang telah dan sedang dilakukan oleh Yayasan KKSP.
Pak syamsul juga menambahkan, “Dalam program inklusi sosial KKSP, masalah anak jalanan terdapat beberapa aspek. Aspek yang pertama adalah
masalah penerimaan sosial. Permasalahan ini menyangkut kecendrungan –
kecendrungan mendapat stigma dari masyarakat seperti sikap dan juga
pandangan negatif kepada anak jalanan, dilabel suka mencuri, narkoba,
kemudian tidak punya aturan, dan kehidupan bebas. Jadi dengan situasi seperti
itu anak jalanan kecendrungan selalu di marginalkan, di pinggirkan, di
singkirkan dan di jauhkan dari masyarakat. Padahal anak jalanan merupakan
bagian dari masyrakat.
Aspek yang kedua itu adalah pelayanan publik, kalau aspek pelayanan
publik itu anak jalanan kesulitan untuk mendapatkan pelayanan warga negara
yang dari pemerintah. Misalnya untuk akses pendidikan, kesehatan termaksud
juga untuk identitas hukum. Contoh kasusnya hampir semua anak jalanan tidak
memiliki identitas diri. Hal ini mungkin didasari beberapa faktor seperti ketidak
78
jalanan tidak mengetahui siapa orang tua mereka, ada juga anak jalanan itu
dilahirkan dari hubungan gelap akibat pergaulan bebas, silsilah keluarga mereka
tidak jelas. Di tambah lagi tidak ada oarang atau pihak – pihak yang membantu
mereka untuk mendapatkan pelayan tersebut. Karena sistem pelayanan
pemerintah inikan basisnya adalah KTP atau kartu keluarga. Sedangkan anak
jalanan tidak punya akte kelahiran dan identitas diri maka hampir seluruh anak
jalanan tidak bisa merasakan pelayanan-pelayanan yang diberikn pemerintah,
misalhnya seperti sekolah gratis dan kesehatan gratis. Karena ketika mereka
tidak mendapatkan pelayanan identitas maka hal ini berdampak pada pelayanan
– pelayanan lainnya seperti contoh yang disebutkn tadi.
Aspek yang ketiga adalah kebijakan. Utnuk kebijakan khusus di kota
Medan itu ada namanya Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003
tentang larangan pengemisan, gelandangan dan tindak asusila. Jadi ini juga
salah kebijakan yang deskriminatif. Dimana kecendrungan anak-anak jalanan di
razia ditangkap. Artinya dalam posisi razia dan di tangkap inikan tidak ada
penanganan yang lebih. Baiklah kalau ini yang disebut dari penanganan dan
penyelamatan anak jalanan tidak masalah. Tapi harus jelas progrm – program
mereka lakukan untuk hal ini tetapi fakta dilapangan bahwa setelah mereka
ditangkap dibiarkan saja bahkan ada yang mendapatkan tindakan kekerasan oleh
anak jalanan. Dan setelah mereka tertangkap dirazia satu hari dua hari mereka
di lepaskan kembali berartikan itu sama aja. Kecuali setelah mereka di tangkap
mereka melakukan kegiatan sesuai program pemerintah. Tapi nyata nya
dilapngan tidak seperti itu. Hanya sekedar tangkap tahan dan lepaskan. Artinya
79
Peneliti kemudian menayakan lagi mengenai apa saja yang dilakukan untuk KKSP untuk menangani anak jalanan ini. Pak syamsul menjelaskan, “Salah satu yang kita lakukan untuk menangani anak jalanan ini yaitu mendirikan rumah
belajar yang fungsinya untuk memberikan pendidikan informal seperti membaca,
menulis dan berhitung, berbahsa inggris, latihan musik dan keterampilan lainnya
seperti membuat gelang atau daur ulang barang bekas. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi waktu mereka beraktifitas dijalanan. Dan didalam rumah belajar ini
anak-anak jalanan bisa beljar sambil bermain dengan teman sebaya nya secara
terdidik dan di bimbing oleh para fasilitator. Untuk rumah belajar KKSP
mempunyai dua rumah belajar yaitu satu di Jalan Bridgen Katamso Gang.
Perwira No. 89 Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun dan satu lagi di
Jalan Pimpinan No. 87 kelurahan Sei Kera Hilir Kec. Medan perjuangan. Dan
ada pun upaya lainnya yaitu mempermudah anak jalanan mengakses pelayanan
publik seperti kesehatan walaupun mereka tidak memiliki identitas, selama anak
jalanan itu merupakan anak dampingan dari KKSP Medan karena selama ada
staff KKSP yang mengenali mereka staff KKSP dapat membawa mereka ke
puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dan upaya lain pihak KKSP
juga bekerja sama dengan BKKBN dan BPPKB agar anak jalanan bisa
mendapatkan identitas didi dan untuk anak jalanan yang putus sekolah
menyambung sekolah dengan cara mengejar paket.
80
dalam aspek pertama mengenai penerimaan sosial anak jalanan kami di bantu
oleh masyarakat itu sendiri misalnya di rumah belajar yang ada di jalan bridgen
katamso kami coba membaurkan antara anak jalanan dengan anak – anak
masyarakat sekitar yang tinggal disana. Terus juga di bantu sama komunitas –
komunitas dan organisasi masyarakat, caranya adalah anak jalanan kita ikut
sertakan kedalam kegiatan bersama. Bisa itu dalam kegiatan seni latihan musik,
bakti sosial, berdiskusi, sharing bertukar pikiran, keagamaan dan lainnya.
Sehingga mereka bisa merunbah paradigma tentang anak jalanan tadi. Untuk
aspek yang kedua mengenai pelayanan publik tentuya kita bekerja sama dengan
pemerintah salah satunya dinas kesehatan, dinas pendidikan dan lainnya. Dan
untuk yang ketiga adalah kebijakan, artinya ada kebijakan yang berpihak kepada
anak jalanan dan permasalahan-permasalahan mengenai anak jalanan.
Berdasarkan salah satu cara proses pembauran atau penyatuan anak jalanan yang disebukan Bapak Syamsul tadi adalah dnegan mendirikan rumah baca. Dimana anak jalanan dan anak-anak masyarakat sekitar bertemu dan berkumpul melakukan kegiatan bersama. Lalu siapakah yang membimbinng dan mengajar mereka di rumah belajar tesebut pak? Pak syamsul menuturkan, “Di masing – masing rumah belajar kita mempunyai staff KKSP yang bertugas
sebagai kordinator lapangan. Nah kalau untuk yang membimbing dan mengajar
mereks kits dibantu oleh kawan-kawan mahasiswa, komunitas, relawan atau
volunteer yang sukarela ingin membantu atau bergabung untuk menjadi
fasilitator. Dan dalam program inklusi sosial ini kita di bantu oleh SAMIN, Asia
Foundation dan Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
81
Peneliti bertanya kepada Pak Syamsul mengenai jumlah anak jalanan yang berada di rumah belajar yang di Bridgen Katamso. Pak Syamsul menjelaskan,
“Untuk yanag rumah belajar Bridgen Katamso terdiri dari anak jalanan yang
berasal dari tiga wilayah ada Dari Simpang Juanda, Simpang Pos dan Simpang
Tritura. Kurang lebih jumlahnya 50-an anak “
Selama ini selama KKSP menangani anak jalanan adakah anak jalanan yang melakukan tindakan kriminalitas? Pak syamsul mengungkapkan lagi, “ ada, itu jelas. Ya artinyakan tidak terlepas ya, siapapun kan bisa melakukan kriminal
bukan hanya anak jalanan saja semua punya peluang. Ya kaya pipin saja juga
bisa melakukan kriminalitas atau siapapun kan. Kalau untuk masalah serius tidak
ada. Tapi kembali lagi ini konteks nya berbeda ya anatara anak dan remaja.
Permasalahannya biasaanya pun yang di alami juga berbeda kalau untuk
masalah – masalah narkoba biasanya yang sering ngalami bukan anak-anak
jalanan tapi sudah remaja. Kalau msalah anak – anak yang ada dijalanan paling
masalah mereka terjaring razia saja.
Peneliti bertanya bagaimana menumbuhkan rasa percaya anak jalanan kepada pihak KKSP? “ Artinya begini mereka kan juga manusia, artinya mereka kan juga bisa menilai mana orang yang akan membantu atau memfasilitasi dan
mana orang yang hanya azas manfaat saja. Contohnya saja ada orang yang mau
mengambil data mereka, foto – foto anak jalanan menolak mereka lari. Makanya
setiap ada mahasiswa yang mau PKL disini harus mengikuti beberapa langkah –
langkah. Dan kami menjadikan kksp wadah mereka untuk sharing, meceritakan
keluh kesah, kami menggap kami adalah teman mereka bagian dari mereka sama
82
Peneliti kemudian bertanya apa tanggapan Pak Syamsul tentang anak jalanan dan stigma masyarakat mengenai anak jalanan itu adalah sampah masyarakat?” Pak Syamsul menjawab, “Kalau kita mau melihat secara umum itulah yang terjadi, tetapi harus kita tahu dulu kenapa mereka bisa menjadi
sampah masyarakat. Apa faktor penyebabnya. Artinya munculnya anak jalanan
tidak serta merta berdiri sendiri kan begitu. Pak Syamsul mengatakan bahwa munculnya atau semakin banyaknya anak jalanan itu dikarenakan penangannya yang kurang tepat . “Artinya kan kalau kebijakannya tepat permasalahan anak jalanan sudah terlesaikan dari dulu. Kalaupun kebijakannya sudah tepat tapi
dilapangan tidak terlaksana gimana, ya contoh lah ya, selama ini penanganan
kan masih menggunakan kebijakan yang deskriminatif itukan dimana bagusnya
coba. Cara penanganannya hanya di razia di tangkap habis itu di bebaskan
kembali syukur kalau begitu kalau sempat di perlakukan kasar terlebih dahulu
gimana. Pemerintah tidak pernah duduk bersama mendengarkan keluh kesah
mereka berdiskusi bersama di tanya apa masalahnya apa maunya. Pemerintah
inikan hanya menyama ratakan saja di kasih bantuan ini mau gak mau sudah
selesai permasalahan. Karenakan kebanyakan anak jalanan ini keinginannya
berbeda- beda.”
83
tidak, kalau KKSP kan punya prinsip, misi dan komitmen kita ketika seorang anak
berada di jalanan itu tidak tepat konteksnya anak ya yang di bawah 18 tahun.
Karena jalanan inikan kondisi yang buruk bagi anak – anak yakan tidak jarang
mereka mendapatkan kekerasan, pelecehan seksual atau ancaman bahaya
lainnya. Artinya muncul satu nilai baru bagi mereka. Karena disana mereka kan
tidak mendapat kontrol dan kembali lagi ke komitmen kita, ya kita kan harus
menarik mereka untuk keluar dari jalanan. Salah satu caranya membuat rumh
belajar untuk mengurangi waktu mereka dijalanan dengan mendapatkan
pengetahuan dirumah belajar itu. Memang tidak di pungkiri ada beberapa LSM
seperti itu maknya KKSP tidak mau membuat program rumah singgah, rumah
singgah itukan jadinya hanya meninabobokan anak – anak jalanan seoalah-olah
memang seperti di pelihara, lalu datang berbagai sumbangan dan bantuan yang
dari situlah mendapatkan keuntungan. Tapi KKSP tidak mau seperti itu makanya
hanya di buat rumah belajar yang kegiatannya dari jam 10 pagi sampai jam 5
sore. Yang benar – benar kegiatan nya diisi dengan proses edukasi. Dan kita
jugakan ada yang namanya program eliminasi khusus anak jalanan. Apalagi kita
sebagai lembaga sosialkan terbatas dananya. Artinyakan ketika anak jalanan itu
di tarik dari jalanan lalu kita dampingi kita bina agar waktu mereka tidak di
jalanan terus – menerus kemudian setelah mereka beranjak remaja atau dewasa
itu sudah menjadi pilihan hidup mereka. Kita hanya menyiapkan suatu modal
kecakapan hidup, keterampilan dan pengetahuan informal untuk mereka
kedepannya. “
84
pengetahuan informal. Adakah pihak KKSP bekerja sama dengan dunia usaha untuk menerima anak jalanan mendapatkan lapangan pekerjaan? Pak Syamsul Menuturkan, “Kita sebenarnya kalau untuk menyediakan modal secara materi tidak, karena untuk itu kita tidak sanggup. Tapi tugas kita hanya memfasilitasi.
Tapi kalau menghubung-hubungkan ke dunia usaha ada, meminta tolong ketika
anak jalanan itu sudah mempunyai kemampuan tolong di latih. Salah satunya
cukup banyak, ada di telkomsel, usaha sablon, dan lainnya.”
ANALISA DATA
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informasi kunci yaitu Bapak Syamsul, peneliti mengetahui apa saja permasalahan yang dihadapai anak jalanan dan apa saja faktor penyebabnya. KKSP sebagai salah satu oraganisasi non pemerintahan (NGO) yang fokus pada perlindungan, pendidikan dan informasi hak anak. Yayasan KKSP dalam menangani permasalahan anak bekerja sama dengan PNPM-Peduli, The Asia Foundation dan Yayasan Sekertariat Anak Merdeka Indonesia (SAMIN), pembentukan forum ini juga di hadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat dan berpartisipasi dengan masyarakat sekitar yang ada di kelurahan Sei Mati.
85
Medan sendiri merupakan kota dengan jumlah anak jalanan terbanyak nomor tiga setelaj Jakarta dan Surabaya. KKSP bentuk forum masyarakat peduli anak.
Program inklusi sosial anak jalanan di Kota Medan ini secara khusu bertujuan untuk mempromosikan gerakan bersama pemerintah, masyarakat, dunia usaha, anak dan remaja jalanan pada pelayana publik. Pembentukan forum ini juga bertujuan memperdayakan anak jalanan yang tinggal di jalanan agar dapat memiliki kemampuan sosial dalam mengkomunikasikan dan menegosiasikan nilai dan pandangannya pada masyarakat dan pemerintah. Program–program yang pernah dilakukan KKSP antara lain: Penyelenggaraan Sekolah Alternatif “Taman Kebijakan”, pendampingan anak jalanan, pendampingan bagi anak-anak yang dilacurkan, Advoksi untuk buruh–buruh anak serta pelayanan kesehatan bagi anak–anak kurang mampu di Medan.
Khusus program inklusi anak jalanan ini KKSP mendirikan sebuah rumah belajar di tengah tengah kehidupan masyarakat dan tidak jauh dari persimpangan tempat dimana anak–anak melakukan kegiatannya dijalanan yaitu di Jalan Bridgen Katamso Gang Perwira No. 89 Kelurahan dan Kecamatan Medan Maimun. Melalui rumah belajar ini terjadinya proses inklusi sosial yaitu proses pembauran antara anak jalanan dan anak masyarakat sekitar.
5.2.2 Informan Utama
Nama : Rizky Pratam Silaen Usia : 11 Tahun
86 Suku : Batak Mandailing Asal : Rantau Prapat
Pendidikan : 2 SMP (Putus Sekolah) Pekerjaan : Anak Jalanan ( Pengangguran) Agama : Islam
Awalnya peneliti meminta izin dengan Manager Operasional Yayasan KKSP yaitu Bapak Syamsul untuk melakukan wawancara dengan anak jalanan dampingan mereka. Setelah mendapatkan izin saya menemui Bang Biar selaku staf KKSP sebagai koordinator lapangan rumah belajar di jalan Bridgen Katamso. Kemudian peneliti mulai membuat janji menentukan waktu untuk terjun langsung kelapangan untuk mewawancarai anak jalanan dampingan KKSP Medan. Tibalah waktu dimana yang sudah di sepakati sebelumnya denga Bang Biar sampai lah kami dilapangan. Pada siang dini hari dengan cuaca yang cukup terik. Peneliti bertemu dengan anak jalanan. Beberapa dari mereka ada yang sedang berisitirahat duduk dipinggiran toko orang, ada juga yang sedang menikmati santap makan siang dengan sebungkus nasi yang itu dimakan bersama 3-4 anak dan ada juga beberapa dari mereka ada yang sedang melakukan aksi nya saat lampu merah yaitu mengamen. Saat itu Bang Biar menunjuk beberapa anak jalanan yang dapat diwawancarai salah satunya Rizky. Bang biar pun mengemukakan alasannya dikarenakan bahwasannya kalau si Rizky ini mampu bertutur kata dengan baik.
87
memperkenalkan diri dan mencoba menjelaskan dengan baik akhirnya Rizky bersedia untuk diwawancarai. Hal pertama yang di tanyakan oleh peneliti adalah apa faktor penyebab Rizky menjadi anak jalanan, Rizky mengatakan faktornya adalah ekonomi. Dan Rizky pun menuturkan, “Kalau awak sendiri lah ya kak awalnya itu memang faktor ekonomi di bawah rata-ratalah kak”. Lalu ketika peneliti menanyakan apakah Rizky masih sekolah, Rizky kembali menuturkan, “ Awalnya sekolah kak tapi udah engga lagi berhenti di kelas 2 SMP. Karena pas
SMP awak udah liar kak. Aturannya tahun inilah tamat kak.”
Saat di tanyakan kembali apakah tidak ada niat meneruskan atau melanjutkan sekolah lagi, kembali Rizky menjawab sambil bercanda,
“Alhamdulillah belum ada kak, sempat terpikir ada cuma terlalu jauh untuk
memulainya kembali kak jadi jalani apa yang ada sekarang ajalah kak.”
Peneliti kemudian kembali menanyakan bagaimana sampai pada akhirnya Rizky bisa sampai di jalanan dan tidak mau pulang kerumah, Rizky mengatakan bahwa prosesnya itu panjang penuh dengan lika liku dan berjuang hidup sendiri dari Rantau Prapat ke Medan. Rizky menuturkan, “awak bisa sampai kesini sulit dicertakan lah kak panjang kali lebar kalau di ceritakan. Awak dari Rantau
Prapat ke Medan penuh perjuangan berbulan-bulan dijalanan sendirian
numpang naik truk, jalan kaki, naik angkot semualah kak. Sampai pernah habis
duit awak ngamen lah kak. Tinggal pun lompat-lompat terus kenal-kenalan sama
abang-abangan awak dari simpang ke simpang. Ya udah sampailah awak disini
kak.”
88
menjawab, “udah tiga tahun aku kak gak pernah lihat muka orang tua gak tau lagi akupun kak kabar orang itu cemana, akupun mau ngabari orang itu gak tau
cemana hp gak punya nomor hp orang itu yang bisa dihubungi pun aku gak tau.
Jadi orang itu mana tau kak aku kaya mana tinggal dimana. Paling kalau apa
akulah pulang ke ranto cumakan mau kesana pake biaya terus pun aku mau
pulang kesana mau apa cuma jadi beban aja.”
Rizky merasa dirinya hanya menjadi beban keluarga, baginya dia tidak dapat membantu keluarganya. Dia merasa lebih baik jauh dari keluarga. Rizky lebih memilih berada dijalanan, baginya kehidupannya yang sekarang sudah nyaman apalagi sudah memiliki teman seperjuangan. Rizky bersama teman-temannya bisa hidup bebas ketika mereka tidak memiliki uang untuk makan mereka langsung turun ke jalanan untuk mengamen agar mendapatkan uang. Apalagi penghasilan yang didapat cukup lumayan. Hal itu Rizky utarakan saat peneliti menanyakan apa saja kegiatan di jalanan, “kegiatan kami dijalanan ya cuma ngamen lah kak, ngamen dari jam 7 pagi sampe jam 8 malam kalau lagi
datang rajinnya ya kak. Alhamdulillah untuk diri sendiri mencukupilah kak, biasa
sehari paling sedikit kotornya 50 ribu untuk makan 3x, paling banyak 80-100ribu
perhari.”
Peneliti melanjutkan pertanyaan kepada Rizky apakah pernah terjaring razia, kalau pernah apa saja yang mereka lakukan tehadap kalian dan bagaimana perlakukan aparat negara terhadap anak–anak jalanan? Rizky menjawab, “kalau itu jangan di tanyalah kak. Pasti hampir setiap anak jalanan rata–rata pernah
ngalami itu. Aku pernah kak sekali kena, tapi gak diapa-apain kok kak Cuma
89
semua tergantung kita kak, gak akan orang keras kalau kita gak salah dan
melawan ibarat lembu kan. Main tangkap memang main tangkap tapi sampai
disana diarahkan. Tapi aku ditahan paling lama satu hari satu malam aja habis
itu dibebaskan, cuma dikasih pembinaan gak disuruh ngapa–ngapain. “
Pada saat Rizky menungkapkan pengalamannya diatas, kemudian peneliti menanyakan apakah Rizky memakai narkoba atau pernah melakukan tindakan kriminal yang melanggar hukum? Rizky menjawab, “kalau aku narkoba ganja sabu gak pake kak ngelem pun aku engga cuma aku rokok ajalah tapi abang–
abangan aku banyak, sering aku ditawari cuma masih gak mau aku kak. Sayang
duitnya untuk kaya gitu. Mungkin inilah salah satu faktor aku gak make karena
gak ada duit barangnya mahal pula itu. Kalau untuk tindakan kriminal gak
pernah juga kak. “
Peneliti menanyakan lagi apakah saat ini Rizky memiliki kartu identitas seperti KTP, Kartu pelajar atau akte kelahiran? Rizky menuturkan, “ kalau akte aku ada kak tapi sama mamakku makanya aku dulu bisa sekolah, tapi kalau KTP
sama kartu pelajar gak punya karena aku kan berhenti dari sekolah gitu aja.
Semenjak pisah sama orang tua umurku belum 17 tahun jadi belum di urus. Jadi
kalau sekarang gak punya apa–apa.”
90
perjalanan kemedan aku pernahlah jadi–jadi kuli bangunan itupun cuma
beberapa hari udah dapat uang untuk ongkos aku pergi pidah lagi.”
Rizky tidak pernah merasakan pelayanan publik secara gratis bahkan ia tidak tahu sama sekali apa saja pelayanan itu, misalnya pengobatan di puskemas gratis. Saat peneliti menanyakan disaat Rizky sakit bagaimana cara Rizky mengobatinya? Rizky mengatakan, “ Alhamdulillahnya aku gak pernah sakit kak. Paling adalah satu dua orang kalau sakit yang penting istirahat satu harilah
paling gak kerja sama minum obat udah sembuh tapi memang kami jarang sakit
kak. Kalau pun parah kali terus dia masih ada keluarganya disini ada
identitasnya kami bawa kekeluarganya lah kak. Tapi kalau soal pelayan dari
pemerintah aku taunya dari KKSP kalau kami sakit orang itu bisa bawa kami ke
puskesmas itulah gunanya KKSP bagi kami kak.”
Rizky dan kawan–kawannya merasa tidak ada yang perduli dengan mereka terutama pemerintah. Mereka mendapatkan rasa peduli itu hanya melalui teman–teman sekomuitasnya. Tetapi walaupun begitu Rizky dan kawan–kawan tidak pernah mendapatkan perlakuan buruk yang berlebihan dari aparat negara dan masyarakat hanya saja berupa perkataann yang kasar dan makian dari masyarakat kerap kali mereka terima. Dan Rizky juga tidak pernah merasakan bantuan dari pemerintah,“ Kalau dapat bantuan dari pemerintah kami gak pernah kak, tapi kalau dari masyarakat yang mempunyai jiwa demarwan pernah kak.
91
masyarakat. “Terkadang ada kak merasa kami ini berbeda tapi itulah gunanya kawan seperjuangan kami, ada abang–abangan yang bisa dibilang senior lah kak
yang mengingatkan kami bahwa kami harus dipandang sebagai manusia. Dengan
cara kasih sayang mereka yang mendidik saya dan melindungi saya karena saya
pula paling kecil disini. Harapannya yaitu tadi kak anggaplah kami ini manusia.
Gini kak ibarat HP, HP itukan ada casingnya kan kak jadi masyarakat itu nilai
kami kaya HP kadang casingnya jelek rusak tapi isinya masih bagus, jadi susah
kak. Karena orang itu berpikir kami ini benalu beban jangan dibilang kita
sampah terkecuali kami main di jalanan ini mencuri membuat onar. Kami turun
kejalanan ini menjual opini kami sendiri, kami menghasikan uang dari keringat
kami sendiri kami tidak selalu mengangkat tangan kak.”
Nama : Bayu Davino Simanjuntak Usia : 15 tahun
Alamat : Tinggal dijalanan beberapa simpang di kota Medan ( Simpanng Juanda dan Simpang Pantura) Suku : Batak Toba
Asal : Aekanopan Pendidikan : SMK ( Tamat)
Pekerjaan : Anak Jalanan ( Pengangguran) Agama : Islam
92
kamipun langsung memulai pembicaraannya. Mula–mula peneliti menanyakan pertanyaan hal yang sama kepada Bayu tentang alsaan atau faktor Bayu bisa turun ke jalanan. Bayu menuturkan “Gak ada kak faktor awalnya pengen bebas aja karena keluarga jugalah kak. Aku orang aekanopan kak Cuma keluarga udah
lama pindah ke Medan itulah orang tua sibuk kerja, jadi aku pengen bebas. Aku
disini sama adek sama ibu ngontrak di Mandala tapi bapak kerja diluar kota.”
Bayu yang aslinya orang aekanopan sudah lama pindah ke Medan bersama keluarganya disaat peneliti menanyakan pendidikan terakhir Bayu terakhir tinggal di aekanopan saat mengenyam dibangku Sekolah Dasar tetapi saat SMP Bayu sudah bersekolah di Medan dan pendidikan terakhirnya adalah SMK. Tetapi Bayu tidak berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan. “aku sekolah udah tamat kak, SMK. Aku gak pengen kuliah tapi pengen les private, les
musik.”
Peneliti kemudian menanyakan pertanyaan berikutnya mengenai apakah waktu Bayu lebih sering di jalanan atau sering pulang kerumah dan apa saja kegiatan Bayu di jalanan. Bayu menuturkan, “Lebih enak disinilah kak dijalanan sama kawan–kawan. Memang aku udah setiap hari di sini sebelum kedua orang
tua aku yang jemput langsung aku gak mau pulang. Kegiatan aku ngamen–
ngamen aja yang lain gak ada.” Penghasilan yang didapatkan dari hasil mengamen cukup lumayan, kali ini penghasilan Bayu lebih besar dibandingkan Rizky. Penghasilan yang pernah Bayu dapatkan dalam sehari pernah mecapai 500 ribu. Dan itu pun Bayu hanya mengamen dari jam 5 sore sampai jam 10 malam.
“aku jarang kak ngamen di jalanan aku lebih suka ngamen di cafe–cafe lebih
93
sama orang ini kawan–kawanku. Kadang pernah penghasilan yang aku dapat
terbanyak selama ngamen sampe 500 ribu tapi itukan kami bagi rata sama
kawanku karena kalau kami ngamen di cafe ber group dia 2–3 orang tapi kalau
sendiri biasa standart cepek, dua ratus gitu–gitulah kak.”
Bayu yang kerap kali mendapatkan perlakukan buruk dari masyarakat ketika sedang mengamen, hal itu baginya sudah seperti makanan sehari–hari yang sudah ia maklumi. Salah satu perlakukannya seperti dihina, diludahi, diusir dan lainnya. Ketika peneliti menanyakan bagaimana respon keluarga tentang dirinya yang sudah menjadi anak jalanan Bayu pun menuturkan, “orang tua udah tau kak aku tinggal dijalanan. Cuma orang itu gak mau datang jemput aku. Nanti orang
lain disuruhnya tengokkan aku dibujuk–bujuk aku suruh pulang aku mana mau.
Aku mau orang itu dua–dua yang datang samaku ngajak aku pulang. Sebelum
orang itu ngajak aku pulang gak mau aku pulang. Cuma cemana bapak aku kerja
di luar kota kapan dia pulang pun aku gak tau. Orang itu lebih milih
pekerjaannya”
Bayu yang sebelum turun ke jalanan dia pernah beberapa kali tinggal mencoba melamar pekerjaan dibeberapa tempat. Salah satunya jadi sales, buruh kasar atau kuli. Hal dikarenakan pendidikan terakhirnya adalah SMK sampai tamat. Tetapi karena kejenuhan dan kebosannya dalam dunia pekerjaan seperti itu ditambah lagi dengan suasana keluarga yang kurang harmonis akhirnya Bayu memutuskan keluar dari rumah dan hidup bebas di jalanan. Bayu mengatakan,”kalau kerja udah capeklah kak semua pernah ku kerjakan, pernah kerja dipengeboran Pertamina yang di Binjai terus di perternakan Pekan Baru.
94
memutuskan berhenti berat kali kerjanya capek, gajinya gak sebessar hasil
keringat awak.”
Pada saat ditanyakan soal identitas diri seperti KTP atau kartu pelajar Bayu mengtakan tidak punya dikarenakan saat dia memutuskan untuk pergi dari rumah dia tidak membawa apapun. Sehingga peneliti menanyakan apakah kamu pernah merasakan bantuan dari pemerintah atau pelayanan publik? bagaimana ketika Bayu sedang sakit? Apakah pernah dibawa ke puskesmas gratis? Bayu menambahkan, “Alhamdulillah nya aku belum pernah sakit parah kak. Sakit pun aku jarang. Kalau untuk bantuan gak pernah juga. Aku tau sih kak kalau kami
yang dampingan KKSP sakit bisa dibawa ke puskesmas gratis tapi harus ada
identitas sedangkan aku gak punya. Tapi bisa di bantu sama orang KKSP juga
katanya.”
Kembali lagi mengenai kehidupan Bayu di jalanan, Bayu mengatakan aku jarang kena razia kak kaerana aku gak terlalu liar dan bandal aku ke jalanan
paling Cuma ngamen. Aku pun narkoba enggak. Ngelem-ngelem juga enggak.
terus kalau malam kan ngamen ngamen di kafe-kafe jarang ada razia. Karena
aku dijalan cuma mau bebas aja cari duit nikmati hidup ngumpul-ngumpul sama
kawan. Tapi kalau untuk narkoba aku gak mau karena ada keluarga aku jugakan
disini aku masih jaga itu.”
Peneliti kemudian menanyakan apakah Bayu merasa berbeda dan termarginalkan dengan anak lainnya? Bayu mengatakan, “gak sih kak biasa aja cuma paling kasih sayang lah yang gak kurasakan.”
95
menuturkan,”harapannya kami mendapat perhatianlah dari pemerintah kasih kami bantuan–bantuan sama untuk masyarakat jangan kucilkan kami jadi
pandang kami negatif jangan takut sama kami, kami hanya cari makan untuk
bertahan hidup aja. Toh kami tidak mengganggu mereka kami hanya mengamen
untuk dapat duit.”
Nama : Pide Manto Duru Usia : 17 tahun
Alamat : Jalan. Sari Teratai A Dusun 6 Marendal 1 Suku : Nias
Asal : Sipautar
Pendidikan : 5 SD ( Putus Sekolah) Pekerjaan : Pengamen
Agama : Kristen
96
Syamsul.kemudia Pak Syamsul mempersilahkan kami untuk melakukan wawancara dengan meningglkan peneliti dan Pide agar Pide sebagai informan bebas dan terbuka dalam menceritakan kisah hidupnya.
Wawancara pun dimulai, ketika peneliti menanyakan apa faktor penyebab Pide menjadi anak jalanan dan apakah Pide masih mempunyai keluarga, Pide mengatakan alasannya adalah keluarga. Dulu bapak dan ibu Pide adalah pedagang penjual bumbu masakan didapur. Pide adalah anak pertama dari empat bersaudara. Dari dagangan itu keluarga Pide cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka walaupun pas-pasan. Tapi pada akhirnya ibu dan bapak Pide berpisah. Kemudian bapak Pide menikah untuk kedua kalinya namun pada akhirnya juga bercerai. Dan sampailah kepernikahan ketiga ini. Di tambah lagi adik Pide yang paling kecil hilang. Pide menjelaskan, “Pertama turun di jalan di tingal orang tua pas umur 7 tahun bapak mamak ku cere jadi kami di buangnya di
jalanan terlantar. Aku hidup dijalanan udah dari tahun 2004. Jadi aku dijalanan
sama adek aku dua orang yang nomor dua sama nomor tiga, adekku cewek yang
paling kecil yang nomor ampat hilang tahun 2014 umur 11 tahun. Hilangnya di
bawa kawan anak pengemis juga jadi di bawa lari main – main ntah kemana ya
gak nampaklah.”
Pide yang sudah tidak bersekolah lagi sejak kelas 5 SD sudah putus sekolah karena ditinggal oleh orang tuanya, Pide menceritakan kepada peneliti saat peneliti menanyakan apakah Pide masih sekolah? Pije menjawab, “aku udah gak sekolah lagi putus sekolah kelas 5 SD bapak mamak cere hancurlah keluarga
97
kemaren udah ikut program KKSP yang ngejar paket Cuma gurunya gak enak
masa gurunya yang nanya mau belajar apa sama mau di kasih tugas apa”
Setelah itu Peneliti bertanya apakah Pide sering pulang kerumah? Pide menjawab, “aku gak pernah lagi pulang kerumah. Udah lama aku gak pernah pijak rumah itu. Karena cemana lah bapak aku udah sama istri nya yang
sekarang. Dia tiga kali nikah, sama mamak ku cere, mamakku orang mandailing
boru nasution trus nikah lagi sama istri yang kedua, istri yang kedua ini baik
orangnya masih mau peduli sama kami Nias Cuma itulah korupsi dia, korupsi
uang belanja semua uang buku sama uang sekolah. Rupanya selama ini uangnya
di simpannya sama tetangga ketauanlah di cerekan. Kawin lagi lagi bapak ku
adalah cewek di ambilnya tamatan SMA lah gitu macem setan mukanya ini juga
orang Nias. Pernah awak datang kerumah gak pernah dibukain pintu gak dikasih
makan terpaksa awak turun ke jalanan.”
Pide sering bertemu dengan ayahnya di jalanan tetapi mereka seperti tidak saling mengenal, Pide menuturkan ketika peneliti bertanya bagaimana respon orang tua mengetahui kamu jadi anak jalanan?, “Dia tau aku di jalanan sering kok kami jumpa di Simpang Pos, bapak narik becak. Cuma ya itu kalau jumpa
siapa dia siapa awak. Ya sangat sakitlah awak gak di anggapnya anak. Kadang
gak di lihatnya awak udah berubah, terakhir kembali lagi kejalan yang sesat.”
98
dari situ aku gak mau lagi. Aku ngamen di simpang Pemda simpah Pos. Kalau
malam ngamen dari jam 7 malam sampai jam 3 pagi, main di kape – kape mie
aceh. Penghasilanku 15-30 ribu perhari. Aku kalau pagi ya tidurlah di emperan.”
Ketika Peneliti menanyakan kepda Pije pernah atau tidak mendapatkan perlakukan buruk dari masyarakat atau pemerintah, Pije mejelaskan. “ Pernah aku ngamen di tangkap satpol PP pamong praja di pukuli aku. Awalnya aku ngamen
dilampu merah simpang ringroad pasar 5. Jadi di tangkap sama satpol PP. Di
tangkap di bawa ke kantor baru dipukuli jam jam 12 malam sama proposnya.
Dipukuli balok, disetrum. Bukan karena melawan, gak peduli mau anak – anak
segini – gini umur 12 tahun di cekek mau mamak – mamak, , bapak – bapak
sama nenek – nenek aja di tampari, uang kami di ambili. Mereka tidak peduli
manusia atau apa dijadika kaya binatanglah main hakim sendiri. Ini kantor satpol
PP daerah kampung keleng. Beda – beda juga satpol Ppnya kadang ada yang
baik kadang ada yang engga. Kalau yang baik di tanggap di kasih pengarahan
kalau ada orang tua nya di pulangkan sama orang tuanya. Aku udah capek kali
lah kena setrom itu. Taulah setrom tekap itu kaya manakan, disetrom bediri
bendera biar pingsan di suruh berdiri lagi setrom lagi. Di setrom dia macem
listrik gitu alatnya petak ada petiknya gitu macem lampu. Ditempel lah di badan
kita. Itu kalau di razia sekitar 3-7 orang. Kalau sama masyarakat paling lagi
ngamen di usir di ludahi kadang kalau ada preman mabok nanti di pukuli.”
99
berhentinya “kalau kriminalitas aku gak pernah tapi narkoba, obat – obatan, ngelem iya. Kalau obat – obatan beli di apotik, kalau lem kambing di panglong
kalau narkoba sama bandar sabu aku yang datangin daerah mana – mana pun
ada, tapi dia mau jual sama orang yang udah kenal aja. Aku kalau pake narkoba
diem – diem lah cari tempat aman kalau lem kambeng di lampu merah didepan
umum aja depan masyarakat rasanya kita berilusi fly aja tenang pikiran. Kenal
kaya gitu karena stress lihat hidup aku orang tua gak peduli. Aku sadar waktu
sakit gak ada yang nolongin dari situ gak mau lagi aku nyabu, tapi ngelem masih
tapi udah jarang 4 hari ini gak ngelem aku karena tinggal di KKSP inikan.”
Peneliti kemudian menanyakan apakah Pide pernah bekerja atau melamar pekerjaan? Pide mengatakan tidak pernah karena tidak memiliki identitas diri atau pun ijazah, “Aku kerja pernah angkat – angkat barang di gudang bantu – bantu juga di pajak, Cuma cemanalah bosnya orang karo suka- suka dia aja menggaji
awak kadang udah ngasih nya lama sedikit pulakan, akhirnya melarikan diri
besok besok gak kerja lagi gak datang ku tinggalkan ajalah. Tapi kalau untuk
melamar pekerjaan gimana kita ijazah gak ada sekolah Cuma tamatan SD siapa
yang mau menerimakan? Orang aku keluar gitu aja dari sekolah.”
100
Kalau aku sakit ya tanggung sendiri lah paling beli obat di apotik inikan aku lagi
sakit batuk pilek tadi beli obat di warung. Kalau untuk sakit keras paling karena
obat – obatan, kebanyakan ngelem sama nyabu itu sakitnya demam tinggi karena
pernah ngalami itulah baru sadar akukan, terus pun duit kadang ada kadang
engga jadi udah lama gak pake. Kalau sakit dibawa kerumah sakit gitu aku belum
pernah.”
Mengetahui tentang kehidupan Pide yang sangat berat ketika Pide mengungkapkannya dengan penuh rasa sedih kepeneliti, kemudia peneliti bertanya apakah Pide merasa berbeda dengan anak yang lainnya sebaya Pide? Dan bagaimana perasaannya? Pide pun menceritakan nya sambil menangis, “berbeda, jelas berbedalah. Bisa dilihatkan aku masih kecil udah di lantarkan sama adek –
adek aku. Keluarga hancur. Orang tua gak peduli bahkan gak menganggap kami
anak. Dari kecil aja gak ada ku daptkan kasih sayang. Jangan kan memikirkan
masa depan besok aja aku gak tau nasib ku cemana. Cuma aku di bantulah sama
KKSP yang peduli sama aku sama anak – anak jalanan lainnya. Awal jumpa kami
di kumpulkan di kasih pengarahan di beritahu mereka ada program tentang anak
jalanan. Karena sereing dibantu kami pun percaya ada rasa aman dulukan KKSP
punya rumah singgah kami tinggallah disitu Cuma sekarang udah gak ada lagi
adanya rumah belajar. Orang –orang KKSP pun baik pelan – pelan lah aku
berpikir mau berubah sampai lah skerang orang ini juga percaya samaku, aku di
kasih tinggal di kantor sini. Akupun kadang sadar diri bantu – bantu nyuci piring
kalau gak ada orang jaga kantor.”
101
menambahkan, “ kalau dari pemerintah aku gak pernah kalau dari masyarakat paling dari anak – anak kuliahan kami di kumpul di tanya – tanyain keapa bisa
jadi anak jalanan nanti di kasih nasi bungkus, pas ngasih nasi nya kami di poto
yauda gitu – gitu aja. Kalau dari pemerintah sama sekali enggak.”
Sampai akhirnya sampai kepertanyaan terakhir peneliti bertanya bagaimana harapan Pide kepada masyarakat atau pemerintah tentang keberadaan anak jalanan? Pije mengungkapkan, “ harapannya agar pemerintah lebih peduli dengan kami memberikan bantuan – bantuan sama juga kaya masyarakat, terus
untuk pemerintah kalau di razia kami kena tangkap jangan di pukuli jangan main
hakim sendiri kasih kami pengarahan atau kegiatan untuk kami itu aja.”
ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan utama yaitu Rizky, Bayu dan Pije, telah di ketahui bahwa mereka kurang diterima di masyarakat. Mereka merasa keberadaan mereka memang tidak diharapkan, bahkan seperti yang di katakan Rizky mereka hanya seperti menjadi benalu yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat. Mereka di pandang sebelah mata selalu di pandang negatif, buruk, kotor, bebas, jahat, mengerihkan. Hal ini membuktikan bahwa anak jalanan selalu mendapatkan stigma buruk. Bahkan Bayu mengatakan kalau kami sebagai anak jalanan hanya ingin mencari uang untuk makan kami tidak melakukan tindakan kriminalitas.
102
rasa peduli masyarakat dan pemerintah dalam memberikan bantuan dan sikap penolakan masyarakat terhadapat anak jalanan. Contohnya ketika anak jalanan mengamen di angkutan umum saat sedang lampu merah masyarakat langsung menunjukan rasa takut, rasa curiga, rasa tidak aman dan lainnya.
Hal ini juga dapat dilihat dari proses pembaruan atau penyatuan di dalam rumah belajar KKSP dimana antara anak jalanan dan anak masyarakat sekitar lingkungan di kumpulkan bersama untuk melakukan suatu kegiatan belajar in formal, seperti kegiatan membaca, menghitung, menulis, latihan musik, keterampilan dan lainnya. Sikap ini di tunjukan dari orang tua anak yang tidak sedikit melarang untuk anaknya bergabung dalam proses kegiatan itu. kemungkinan orang tua anak takut, anak mereka menjadi rusak dalam pergaulan ketika harus belajar bersama atau melakukan kegiatan bersama. Orang tua dari anak tidak mau anak-anak mereka akhirnya terpengaruh hal buruk atau salah pergaulan. Padahal dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan anak jalanan tidak semua anak jalanan itu selalu buruk. Bahkan ketika peneliti bertanya kepada anak jalananmereka tidak menginginkan kehidupan seperti ini salah satunya anak jalanan yang menjadi informan utama yaitu Rizky dan Pije. Dan mereka juga mengatakan bahwa mereka sangat kurang kasih sayang dari orang tua mereka.
103
lainnya sulit sekali mereka dapatkan. Mulai dari kasih identitas, tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki akte kelahiran dikarenakan kurangnya pengetahuan dan biaya orang tua mereka untuk mengurus akter tersebut, di tambah lagi anak jalanan tidak mengetahui siapa kedua orang tua kandung mereka. Hak kasih sayang, tumbuh berkembang, hak bermaim itu juga sulit anak jalanan rasakan dikarenakan sejak dari kecil mereka sudah hidup dijalanan, tempat bermin mereka adalah jalanan yang penuh dengan bahaya, ancaman kekerasan, pelecehan seksual, pergaulan bebas dan lainnya sangat rentan mereka dapatkan dan terakhir hak sekolah, sebagian dari anak jalanan tidak bisa meneruskan pendidikan mereka sampai tamat salah satu nya Rizky dan Pije.