• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Moleong (dalam Zuriah, 2006: 92) mendefenisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atu lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Hal ini di karenakan penulis ingin memberikan sebuah deskripsi atau gambaran mengenai proses inklusi sosial anak jalanan dampingan KKSP Medan secara sistematis, akurat dan faktual.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang di maksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gelaja yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005:234)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Belajar KKSP yang terdapat di Jalan Bridgen Katamso Gang. Perwira No. 49 Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di daerah tersebut terdapat banyak anak jalanan yang beraltivitas aktif di persimpangan lampu merah. Dan tempat tersebut cukup strategis didirikan rumah belajar untuk anak jalanan. Alasan lain kenapa memilih melakukan penelitian di Rumah Belajar KKSP, di karenakan Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) merupakan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dibidang anak-anak dan pendidikan yang sudah bergelut lebih dari 20 tahun menangani permasalahan

59

anak. Dan yayasan KKSP Medan merupakan Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak di kota Medan.

3.3 Informan

Penelitian kualitatif tidak di kenal dengan istilah sampel. Sampel pada penelitian kualitatif di sebut informan. Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau observasi sesuai tujuan penelitian. Informan ini di harapkan dapat memebrikan informasi, data ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Informan dalam penelitian ini terdapat ats tiga jenis informan yaitu:

1. Informan kunci adalah orang yang di anggap mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang di perlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pihak Yayasan KKSP Medan yaitu: Supervisor Lembaga Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) 2. Informan utama adalah orang yang terlibat langsung dalam interaksi sosial

yang di teliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah anak jalanan dampingan KKSP Medan yang di anggap mengerti akan pertanyaan yang di ajukan peneliti

3. Informan tambahan adalah orang yang memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan tambahan seperti: masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar rumah belajar, kader lingkungan, Pengusaha, dan oknum pelayanan publik.

60

3.4 Teknik Pengumpuan Data

Teknik pengumpulan data yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti melalui penelaah buku, peraturan perundang-undangan, jurnal, karya tulis, majalah, surat kabar dan bahan tulisan lainnya yang erat kaitannya dengan subjek penelitian.

2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian, yakni:

a. Observasi partisipasi adalah suatu bentuk observasi dimana peneliti juga terlibat dalam kehidupan atau pekerjaan atau aktivitas subjek yang diteliti (Muhammad dan Djali, 2005:92)

b. Wawancara mendalam,yaitu percakapan yang dilakukan secara tatap muka oleh dua pihak yaitu: pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancari yang menjawab pertanyaan (Moleong, 2002, hal. 135)

c. Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Data-data yang dikumpulkan melalui teknik observasi meupakan data sekundur, yaitu data yang diperoleh dari instasi tersebut

61

Teknik analisa data pada penelitian ini adalah teknik analisa data deskriptif, yaitu dengan mengkajidengan mengkaji data yang dimulai dngan menelaah seleruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang kemudian dikatagorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. (moenolog, 2007)

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji stastistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melaikan lebih menunjukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisi yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.

62

BAB IV

DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) 4.1.1. Profil dan Sejarah Yayasan KKSP Medan

PROFILE YAYASAN KKSP

Alamat : Jl. Stella III No. 88 Medan, 20135 Phone : 62 61 8367438

Fax : 62 61 8367412

Kontak : Drs. Ahmad Taufan Damanik, MA / Muhammad Jailani, S.Sos, MA

Email

Website

Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan atau selanjutnya di sebut KKSP adalah sebuah Organisasi Non-Pemerintah yang didirikan tahun 1987. Pada awal dibentuknya KKSP ini kepanjangan dari Komite Kerja Satuan Kota tahun 1995 nama KKSP tetap digunakan tetapi berganti nama dengan KKSP-Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak. KKSP memiliki status hukum No. 9591/YAY/1988, jo, 10/YAY/NOT-RAP/1995 and jo No. 10/443/YAY/PROB/2001 dari Ditsospol Sumatra Utara, Dinas Sosial dan Pengadilan Tinggi Medan untuk melakukan kegiatannya menurut instruksi

63

Mendagri No 8/88. Sejalan dengan perubahan undang-undang yayasan yang baru maka kemudian KKSP melakukan perubahan struktur dan juga penguatan status hukum Yayasan Melalui perubahan akte menjadi akte No. 116 tanggal 26 februari 2013 dan terdaftar di Departemen Hukum dan Perundang-Undangan No. AHU – 7022.AH.01.04 tahun 2013.

4.1.2. Misi dan Visi Yayasan KKSP Medan 1. Visi Yayasan KKSP

Yayasan KKSP Bergerak di Bidang Sosial dan Kemanusiaan yang memiliki Visi untuk mampu mengambil bagian dalam mewujudkan anak-anak yang sehat, terampil, kreatif dan mandiri dalam mempersiapkan diri menuju kedewasaannya serta memacu peningkatan partisipasi masyarakat dalam memberikan perlindungan, pendidikan dan pelayanan kesehatan pada anak-anak.

2. Misi Yayasan KKSP Medan

a. Mengembangkan model pendidikan, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial serta memberikan perlindungan bagi anak-anak b. Mengembangkan jaringan kajian dan informasi tentang anak dalam

meningkatkan hak-hak anak

c. Mempertahankan jalur-jalur reformasi struktural yang telah ditempuh dalam memperjuangkan demokrasi dan keadilan.

64

4.1.3. Tujuan Yayasan KKSP Medan

1. Memberikan hak-hak dasar anak-anak dan remaja yaitu hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi.

2. Memberikan perlindungan bagi anak-anak dari exploitasi, pelanggaran hak lainnya dan kekerasan.

3. Memberdayakan kelompok masyarakat, pemerintah dan swasta yang berkaitan secara alami dan strategis dengan anak-anak untuk mengembangkan kemandirian, pandangan, pendapat dan partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam seluruh aspek kehidupan termasuk untuk menegakkan hak anak.

4. Mengembangkan pusat kajian dan jaringan informasi untuk perlindungan anak pada tingkat lokal, nasional, regional dan internasional.

4.1.4. Sasaran Yayasan KKSP Medan

Yayasan KKSP dalam mengimplementasikan tujuannya memiliki kelompok sasaran, dalam hal ini masyarakat dan anak-anak, khususnya anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus:

1. Anak- anak yang tereksploitasi secara ekonomi seperti anak jalanan, buruh anak jermal, buruh anak nelayan, buruh anak pertanian dan anak pembantu rumah tangga

2. Anak-anak tereksploisi secara seksual seperti pelacuran anak atau anak yang di perdagangkan untuk maksud dilacurkan.

3. Anak-anak yang berada dalam kondisi yang darurat seperti anak pengungsian.

65

4.1.5. Pelayanan Sosial yang Diberikan 1. Divisi Pendidikan

Divisi Pendidikan mengembangkan model-model pendidikan yang meletakkan hak anak sebagai filofis pendidikan. Model pendidikan yang dikembangkan sejak tahun 1988 menempatkan anak sebagai subjek dari pendidikan dan bukan menjadi objek. Model pendidikan yang dikembangkan meliputi pendidikan non-formal maupun pendidikan luar sekolah. Beberapa model pendidikan yang telah dikembangkan adalah: a. Pendidikan Alternatif di Taman Kebajikan

Pendidikan Alternatif di Taman Kebajikan adalah model pendidikan sekolah untuk anak-anak miskin (anak-anak dari kawasan kumuh, anak putus sekolah, buruh anak dan anak jalanan). Model pendidikan ini mempunyai tujuan untuk membentuk karakter, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anak serta memperkenalkan pandangan anak pada lingkungan sosial.

Pendidikan Alternatif di Taman Kebajikan adalah model pendidikan sekolah untuk anak-anak miskin (anak-anak dari kawasan kumuh, anak putus sekolah, buruh anak dan anak jalanan). Model pendidikan ini mempunyai tujuan untuk membentuk karakter, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anak serta memperkenalkan pandangan anak pada lingkungan sosial. Pendidikan alternative taman Kebajikan dimulai tahun 1997 dengan pusat pendidikan di kabupaten Deli Serdang.

66

b. Pendidikan melalui Taman Baca dan Bermain

Saat ini KKSP sedang melakukan pemberdayaan kelompok (masyarakat, pemerintah dan swasta) yang berkaitan secara alami dan strategis dengan anak-anak untuk mengembangkan kemandirian, pandangan, pendapat dan partisipasi masyarakat yang lebih luas dengan membentuk Sanggar Taman Baca dan bermain di beberapa wilayah tempat alumni Taman Kebajikan berada. Taman Baca dan Bermain akan dikembangkan menjadi Taman Remaja dan Taman Dewasa yang akan memfasilitasi masyarakat dalam hak-hak petani, buruh atau masalah-masalah social-politik. Saat ini Taman Baca KKSP telah menyebar di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.

c. Pendidikan Alternatif untuk Anak jalanan

Dimulai tahun 1990, KKSP melakukan Pendidikan alternatif untuk anak jalanan dengan menggunakan pendekatan basis jalanan dan center. Program ini mengorganisir dan memfasilitasi sekitar 220 anak jalanan di 7 lokasi yaitu Terminal bus terpadu Amplas, Petisah, Aksara Plaza, Sukaramai, Simpang Ramayana, Simpang Halat dan Rumah Musik. Kebanyakan anak-anak datang dari luar kota Medan. Mereka berkerja dan tinggal di jalan tanpa perhatian keluarga. Disamping itu juga tanpa pendidikan, perhatian dan kasih sayang, mereka menghadapi begitu banyak kekerasan baik secara fisik dan non-fisik. Pendidikan alternatif yang diberikan pada anak jalanan adalah pendidikan luar sekolah Penyediaan fasilitas belajar di Rumah belajar,

67

Rumah musik, Sanggar dan basis jalanan dilakukan untuk mencapai tujuan Pendidikan alternatif yang sebenarnya. Tujuan pendidikan luar sekolah adalah untuk pengembangan karakter, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, namun tetap mempertimbangkan prinsip pluralisme, partisipasi dan semua orang adalah guru.

Pendekatan pendekatan pendidikan luar sekolah diimplementasikan dalam kegiatan pendidikan seperti:

1) Tulis baca

2) Nilai Sosial dan Moral 3) HAM

4) Hak Anak

5) Prinsip Partisipasi Anak dan Demokrasi 6) HakBuruh

7) Kepemimpinan 8) Organisasi

d. Pendidikan Pencegahan Perdagangan Anak

Pendidikan pencegahan terhadap perdagangan anak dimulai sejak tahun 2002, ini dilakukan karena semakin meningkatnya jumlah korban anak yang diperdagangkan setiap tahunnya. Banyak anak yang menjadi korban adalah yang berasal dari keluarga yang memiliki tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan yang rendah. Selain itu juga salah satu penyebab meningkatnya korban perdagangan karena minimnya informasi yang diterima.

68

Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat umum, aparatur pemerintah dan anak, adalah pendidikan pencegahan perdagangan manusia, penanganan korban, termasuk penanganan hukum dan bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi didalamnya. Hingga May 2012, KKSP telah melakukan pendidikan pencegahan dan penanganan perdagangan manusia ini pada 8.000 peserta yang berlatar belakang anak-anak, guru, polisi, jaksa, hakim, pengacara, tokoh masyarakat, aparat desa, kabupaten dan propinsi yang tersebar di 8 kabupaten kota di Sumatera Utara.

e. Pendidikan Kewarganegaraan dan Demokrasi

Sejak tahun 2007 KKSP mengembangkan pendidikan kewarganegaraan dan Demokrasi pada anak-anak di tingkat SLTP dan SLTA. Pada tahun 2009 – 2011 KKSP melakukan proyek percontohan pendidikan demokrasi pada siswa SLTA dan guru bagaimana mengintegrasikan pendidikan demokrasi di tingkat local pada kurikulum sekolah serta mengembangkan pendidikan sebaya di tiga kabupaten/kota; Medan, Simalungun dan Karo.

2. Divisi Informasi dan Advokasi

Divisi informasi dan advokasi mengembangkan satu program informasi dan advokasi untuk mendistribusikan informasi tentang kondisi anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus di Indonesia khususnya di Sumatra Utara dan melakukan tekanan untuk mendorong munculnya kebijakan dan implementasi perumusan hak-hak anak khususnya. Lebih jauh lagi, program informasi dan advokasi juga mencoba untuk mengembangkan

69

pendidikan pada masyarakat tentang masalah hak anak melalui e-mail, press release, portal porum anak dll.

Saat ini Yayasan KKSP focus pada pengembangan advokasi non-litigasi. Yang diimplementasikan melalui:

a. Pengembangan kebijakan perlindungan anak di Sumatera Utara.

b. Kampanye tentang masalah anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus melalui media elektronik seperti radio, inter-net dan televisi dan media cetak seperti newsletter, Koran dan majalah secara nasional atau internasional.

c. Penguatan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kebijakan dan ruang public

d. Membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan perlindungan anak di Sumatera Utara.

e. Melakukan lobby pada pemerintah dan DPRD untuk perubahan kebijakan yang berpihak pada anak.

f. mendampingi anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus. g. Melakukan penyadaran kepada publik tentang hak anak

h. Pengembangan modul-modul pendidikan demokrasi untuk pemilih pemula

i. Mengembangkan modul-modul pendidikan resolusi konflik bagi remaja dan masyarakat

70

3. Divisi Kesehatan

Divisi ini bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat dan anak-anak khususnya anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus. Program dan kegiatan divisi ini antara lain:

a. Pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dan anak-anak melalui Klinik Taman Sehat Yayasan KKSP

b. Pemeriksaan kesehatan berkala dan pemberian makana bergizi pada anak jalanan.

c. Mempromosikan kesehatan mandiri melalui diskusi berkala dengan anak-anak

4.2 Kelurahan Sei Mati

4.2.1 Kondisi Geografis Kelurahan Sei Mati

Rumah singgah atau rumah belajar KKSP Medan terletak di Jalan Bridgen Katamso no 89 Gang. Perwira Kelurahan Sei Mati merupakan bagian dari wilayah kecamatan Medan Maimun dengan luas wilayah 23 Ha beriklim tropis dan merupakan daerah dataran rendah. Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun terdiri dari 12 Lingkungan. Jarak kantor Lurah Sei Mati ke Kantor Camat Medan Maimun sekitar ± 1,5 km. Batas wilayah kelurahan Sei Mati terdiri dari: Sebelah Utara : berbatasan dengan Kel. Sukaraja, Kec. Medan Maimun, Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kel. Kampung baru, Kec. Medan Maimun

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kel. Teladan Barat Kec. Medan Kota Sebelah Barat : berbatasan dengan Kel. Sukadame Kec. Medan Polonia.

71

4.2.2 Kondisi Demografis Kelurahan Sei Mati

Jumlah penduduk Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun berjumlah 25.194 jiwa. Data dari kantor kelurahan Sei Mati menunjukan bahwa jumlah penduduk lelaki adalah. 12.444 jiwa sedangkan perempuan sebanyak 10.118 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk menurut usia, suuku, agama, pendidikan dan pekerjaan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk berdasarkan Usia

No Kelurahan Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

0-9 Tahun 10-19 Tahun 20-29 Tahun 30-39 Tahun 40-49 Tahun 50-59 Tahun 60-69 Tahun 70tahun Ke atas Jumlah 1. Sei Mati 1392 2115 1975 3134 1316 685 176 82 10875

Sumber: Kantor Lurah Sei Mati Kota Medan tahun 2016

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

No Kelurahan Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

Taput Mandailing Karo Dairi Nias Jawa Minang Melayu Aceh Jumlah

1. Sei Mati - 5833 42 66 25 844 1956 1477 1630 11873

Sumber: Kantor Lurah Sei Mati Kota Medan tahun 2016

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Kelurahan Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Islam Katolik Protestan Hindu Budha Jumlah

1. Sei Mati 10095 259 228 49 2650 13281

Sumber: Kantor Lurah Sei Mati Kota Medan tahun 2016

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Kelurahan

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan SD SLTP SLTA Universitas Pasca

Sarjana Akademi Tidak Sekolah Jumlah Yang Mengenyam Pendidikan 1. Sei Mati 551 560 642 110 90 95 201 2048

72

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan No. Kelurahan Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

PNS ABRI POLRI Peg. Swasta

Pedagang Buruh Petani Nelayan Wiraswasta Jumlah

1. Sei Mati 345 45 8 3489 1210 470 - - 1899 746

73

BAB V

ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini akan membahas mengenai data-data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan informan. Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan, peneliti berhasil mengumpul data informasi mengenai proses inklusi sosial anak jalanan dampingan KKSP Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan atau diawali dengan mengumpulkan beberapa dokumen dari rumah belajar KKSP sebagai tempat berkumpulnya anak jalanan dan dari lapangan yang berada di simpang lampu merah Juanda. Pengumpulan data tersebut berupa case record yang meliputi biodata anak jalanan yang merupakan dampingan KKSP Medan.

2. Melakukan wawancara mendalam dengan staf yayasan KKSP khusus koordinator lapangan dalam proses penelitian informan dan mengetahui latar belakang informan tersebut.

3. Melakukan observasi di lingkungan kehidupan anak jalanan. Peneliti membuat catatan di lapangan untuk mengetahui proses inklusi sosial. Informan yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari:

a. Informan Kunci, yaitu:

b. Informan Utama, yaitu: Anak jalanan dampingan KKSP Medan

74

5.2 Hasil Temuan 5.2.1 Informan Kunci

Nama : Syamsul S.sos Usia : 52 Tahun

Alamat : Perumahan Griya Kencana Block D No. 26 Medan Tuntungan Suku : Melayu

Asal : Kab. Batubara Pendidikan : S1

Pekerjaan : Manager Operasional di Yayasan KKSP Medan Agama : Islam

Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Syamsul selaku manager operasional di Yayasan KKSP Medan. Yayasan KKSP-Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak mempunyai beberapa program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, khususnya anak-anak, diantaranya:

Program Pendidikan Taman Kebajikan yang telah dimulai sejak tahun 1986 dan disistematisasi pada tahun 1997. Program tersebut bertujuan untuk melakukan pemberdayaan kelompok (masyarakat dan anak) yang berkaitan secara strategis untuk mengembangkan kemandirian, pandangan, pendapat dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan anak.

Pendidikan anak dilakukan melalui Taman Baca, sebagai medium peningkatan pengetahuan anak dan juga tempat masyarakat melakukan diskusi dan penambahan pengetahuan yang berkenaan dengan hak-hak anak, hak-hak buruh, hak-hak petani dan masalah sosial politik lainnya. Selain itu, peserta didik

75

mendapatkan pendidikan ketrampilan seperti pertanian, perbengkelan, kerajinan dan lainnya.

Program lainnya adalah Program Community Education Anti Perdagangan Anak yang dimulai sejak tahun 2004 dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak, perempuan dan masyarakat umum tentang perdagangan manusia, bahaya dan upaya pencegahannya. Program pendidikan ini dilakukan secara berkesinambungan dan bersinergi dengan program pemerintah. Implementasi program fasilitator pendidikan pencegahan perdagangan anak dan perempuan ini bekerjasama dengan institusi sekolah, dinas pendidikan, dinas sosial dan bagian pemberdayaan perempuan pada tingkat pemerintah propinsi dan kabupaten kota.

Program tersebut telah berjalan di delapan kabupaten kota yang ada di Sumatera Utara, yaitu Langkat, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Batu Bara, Asahan dan Tanjung Balai. Sasaran utamanya adalah anak-anak marjinal, anak-anak sekolah dan perkumpulan perempuan di daerah-daerah yang diidentifikasi sebagai daerah pengirim dan penerima perdagangan manusia. Untuk keperluan kampanye yang lebih luas mengenai isu anti perdagangan anak, KKSP bergabung di dalam Indonesia Act, Indonesia Anti Child Trafficking dan Asia Act serta Asia Anti Child Trafficking.

Program Pelatihan Fasilitator Anak, melibatkan pelajar Sekolah Menengah Umum (SMU) di Sumatera Utara dan anak jalanan di Medan untuk dididik menjadi seorang fasilitator pelatihan Konvensi Hak Anak bagi teman-teman seumurnya. Program ini telah berjalan sejak tahun 2003 dengan menghasilkan 25 fasilitator anak usia SMU dan 4 fasilitator anak jalanan. Materi pelatihan yang

76

diberikan adalah konvensi hak anak, perkembangan persoalan anak di Indonesia dan Sumatera, pengertian dasar fasilitator, prinsip-prinisp dan metode memfasilitasi, tehnik presentasi, game sebagai metode memfasilitasi, dan bagaimana memulai pelatihan. Fasilitator anak/remaja ini kemudian mengembangkan program pendidikan sebaya di antara sesama anak/remaja, baik menyangkut isu hak-hak anak, kesehatan reproduksi, bahaya HIV-AIDS, perdagangan anak, perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual.

Program Pendidikan dan Pendampingan Anak Jalanan yang dimulai tahun 1991 didasarkan pada fenomena anak-anak di kota Medan yang banyak turun ke jalan bukan saja karena persoalan ekonomi namun juga persoalan sosial seperti sempitnya lingkungan bermain. Program berarah pada perlindungan anak jalanan dari kekerasan dan bagaimana anak-anak terus mendapatkan pendidikan walau mereka berada di jalan. Fokus utama pendekatan pendidikan dan pendampingan anak jalanan dilakukan melalui media seni-budaya lewat Kelompok Musik Alternatif ”The Bamboes” yang mengkreasi musiknya sendiri untuk ditampilkan sebagai media kampanye sosial.

Selain itu, KKSP juga menjalankan Program Eliminasi Buruh Anak Jermal yang merupakan tanggapan terhadap situasi perbudakan anak yang dieksploitasi sebagai pekerja pembuat ikan teri dan ikan asin di perairan pantai timur, Selat Malaka. Aktivitas program ini meliputi investigasi, research assesment, kampanye lokal, nasional dan international, advokasi legal dan sosial, penarikan anak dari jermal, hingga penguatan dan pemberdayaan bekas buruh anak jermal dan keluarganya. Salah satu keberhasilan program ini adalah diratifikasinya Konvensi ILO 182 ke dalam undang-undang No. 1 tahun 2000 tentang pekerjaan terburuk

77

untuk anak yang diikuti dengan Peraturan Daerah Sumatera Utara tentang pelarangan bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.

KKSP juga membuat modul pelatihan bagi anak dan remaja untuk mengkomunikasikan dan mengadvokasikan hak perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi, melakukan penelitian, analisis, publikasi dan distribusi informasi tentang Konvensi Hak Anak (KHA) dan kebijakan yang mengikutinya, implementasi KHA di Indonesia, situasi anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus dan juga model-model pendidikan dan perlindungan pada

Dokumen terkait