• Tidak ada hasil yang ditemukan

etika penyiaran di indonesia Dan Praktiknya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "etika penyiaran di indonesia Dan Praktiknya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Kritis

Etika Penyiaran di Indonesia

Mata Kuliah

Filsafat dan Etika Komunikasi F-Kom-3

Dosen Pengampu

Dr. Antoni, S.Sos., M.Si

Disusun Oleh

Farikha Rachmawati 135120200111068

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

Kajian Kritis

Etika Penyiaran di Indonesia

1. Kajian Etika

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari diantara kita selalu mendengar istilah etika. Sejak awal hingga saat ini, tentu saja kita telah memahami bagaimana etika tersebut. Menjadi kajian yang aka sangat menarik jika etika dilihat dari berbagai sisi.

a. Pengertian Etika

Etika merupakan penyelidikan filsafat mengenai kewajiban-kewajiban manusia dilihat dari segi baik dan buruknya tingkah laku tersebut.

b. Sifat dasar etika

Etika mempersoalkan norma yang dianggap berlaku, menyelidiki dasar norma-norma itu, mempersoalkan hak dari setiap lembaga, seperti orang tua, sekolah, negara dan agama untuk memberi perintah atau larangan yang harus ditaati.

c. Etika normatif

Didalam etika normatif terdapat beberapa teori yaitu : teori deontologis yaitu teori yang mengatakan bahwa betul atau salahnya sesuatu tindakan tidak dapat ditentukan dari akibat-akibat tindakan itu, melainkan adanya cara yang bertindak begitu saja terlarang, atau begitu saja wajib. Jadi, untuk mengetahui apakah kita boleh mengambil dari pohon tetangga tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya, kita tidak perlu bagaimana akibat dari perbuatan itu, melainkan mengambil barang orang lain tanpa izinnya begitu saja tidak boleh. ; teori teleologis mengatakan bahwa betul atau tidaknya tindakan justru tergantung dari akibat-akibatnya. Jika akibat-akibat dari tindakan itu baik, maka boleh dilakukan, bahkan wajib untuk dilakukan dan sebaliknya.

(3)

2. Kajian Penyiaran

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2002 menjelaskan bahwa penyiaran merupakan kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk dapat diterima serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.

Selain itu, penyiaran dibedakan menjadi dua jenis yaitu penyiaran radio dan penyiaran televisi. Kedua jenis bentuk penyiaran tersebut menjadi hal yang tidak asing. Secara sederhana, penyiaran radio merupakan media massa dengar sedangkan penyiaran televisi merupakan media komunikasi massa dengar pandang.

3. Kajian Etika Penyiaran

Dalam berbagai penerapan segala bidang kajian atau terapan, tidak dapat terpisahkan dengan adanya etika ataupun kode etik yang berlaku untuk dijadikan pedoman. Berikut merupakan etika penyiaran yang berlaku di Indonesia (JRKI, 2014) :

a. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.

b. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.

c. Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu.

d. Isi siaran dilarang :

- bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;

- menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika dan obat terlarang; atau

- mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.

e. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

(4)

g. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam penyelenggaraan program siaran muatan lokal dan, apabila diperlukan, untuk mendukung mata acara tertentu.

h. Bahasa asing hanya dapat digunakan sebagai bahasa pengantar sesuai dengan keperluan suatu mata acara siaran.

4. Studi dan Analisis Problematika Etika Penyiaran a. Peristiwa Peliputan Bencana

Kerap sekali terjadinya suatu pemberitaan “ Good news is bad news ” menjadi dalil dalam media pertelevisian di Indonesia dalam memberikan sebuah informasi kepada khalayak luas. Yang membuat khalayak mencari kepastian tentang suatu pemberitaan misalnya seperti bencana. Dimana bencana ini sering membuat masyarakat ingin tahu mengenai permasalahan serta pasti akan mencari suatu informasi baru yang memiliki keterkaitan dengan bencana tersebut. Pentingnya informasi yang terkait dengan bencana ini membuat semua media berlomba-lomba untuk mendapatkan suatu informasi yang kemudian akan diberikan kepada masyarakat. Media sendiri menganggap bahwa peristiwa bencana ini memiliki nilai kejadian yang tinggi sehingga menjadi sebuah intensitas tinggi yang diminati oleh banyak masyarakat. Bahkan media pun dapat memberikan sebuah laporan bencana yang memberikan kesalahpahaman terhadap masyarakat mengenai hal yang sebenarnya terjadi dalam kejadian atau peristiwa bencana tersebut.

Setiap adanya pemberitaan mengenai bencana, khalayak sering kali diberikan tayangan seperti isak tangis, darah korban, jenazah korban bencana, hingga kepanikan saat mengalami bencana, dsb. Pemberitaan yang tidak mencakup kesedihan, isak tangis, dsb.ini tidak dapat dikatakan sebagai berita yang baik bagi jurnalis. Menurut para jurnalis, justru berita yang menggambarkan kesedihan korban bencana justru memiliki nilai berita yang baik karena hal demikianlah yang dicari dan menjadi laris dalam media penyiaran televisi. Maka tak jarang pula tiap media penyiaran televisi yang memperkeruh keadaan bahkan hingga menambah memperparah psikologi korban bencana banjir.

(5)

Salah satu tv swasta yaitu TV One yang menayangkan bencana gempa di daerah Sumatra Barat pada tahun 2009, dimana salah satu wartawan melontarkan sebuah pertanyaan yang menanyakan bagaimana perasaan orang tua korban ketika melihat anaknya tewas dalam kejadian tersebut. Hal tersebut sangat melanggar P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standart Program Siaran) dimana dalam P3SPS harus adanya jurnalisme empati. Sedangkan dalam peristiwa tersebut, jurnalis tidak memiliki empati dengan memberikan pertanyaan tersebut akan semakin mengintimidasi korban.

Kemudian sama seperti peristiwa bencana banjir yang terjadi di daerah Jakarta tepatnya pada bulan Januari hingga Februari 2013 menarik perhatian khalayak sehingga pemberitaan tersebut sering kali dilihat dan memiliki intensitas tinggi terhadap penonton. Jurnalis Metro TV menayangkan gambar kepanikan, lokasi banjir, luapan sungai, ekspos jumlah, tempat tinggal serta lingkungan korban, agar penonton nampak iba dan mencekam. Metro TV ini salah satu televisi yang pertama memberitakan peristiwa bencana alam yang melalui penerapan P3SPS.

Ketika diteliti Metro TV ini belum sepenuhnya menggunakan P3SPS karena jurnalis Metro TV ini melakukan pemaksaan dalam pengambilan gambar serta ketika mewawancarai korban dalam bencana banjir tersebut. Seringkali jurnalis melontarkan pertanyaan mengenai kronologis dalam peristiwa bencana banjir terhadap korban tanpa memperdulikan psikologis korban. Jadi jurnalis tidak dapat dikatakan berempati. Namun, dalam hal luka, darah korban serta wajah korban, Metro TV sudah menerapkan pasal-pasal dalam P3SPS serta jurnalisme empati untuk tidak menayangkan gambar secara detail atau close-up.

Dari contoh mengenai penyiaran tersebut, empati dalam peliputan peristiwa bencana dapat dilihat dalam P3SPS(Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standart Program Siaran) tentang peliputan bencana. Dan ketika stasiun televisi menayangkan secara detail bagaimana lukanya, darahnya bahkan wajah korban, maka hal tersebut melanggar adanya P3SPS.

(6)

tetapi tidak memikirkan psikologis korban karna menanyakan permasalahan kepada korban akan membuat korban semakin tertekan. Kemudian KPI wajib menerbitkan dan mensosialisasikan pedoman perilaku penyiaran kepada Lembaga Penyiaran serta masyarakat umum. Dimana isi dalam pedoman perilaku penyiarannya dalam Bab V Pedoman Perilaku Penyiaran pasal 48 ayat 4, yaitu salah satunya dengan adanya rasa hormat terhadap hal pribadi, kesopanan dan kesusilaan.

Serta dalam pasal 8 tentang KPI memiliki wewenang dalam mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standart program siaran. Etika penyiaran yang benar pun mampu mencari narasumber yang tepat sehingga tidak ada yang dirugikan dalam penayangan peristiwa bencana tersebut. Kemudian juga dalam pengambilan gambar – gambar mengenai peristiwa tidak dengan detail.

b. Program Acara “Pojok Kampung” di JTV

Televisi telah menjadi alat pemberdaya masyarakat dengan berbagai informasi yang ada di dalamnya. Tak heran jika televisi telah menjadi teman dalam keseharian masyarakat terutama ibu rumah tangga. Namun, bagaimana televisi dapat menjadi elemen yang penting dalam kehidupan tentunya, tidak sembarang informasi dapat ditayangkan melalui televisi. Ada beberapa etika yang harus diterapkan dalam penyiaran program acara yang harus sesuai dengan UU no 32 tahun 2002 tentang penyiaran, Pedoman Perilaku penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS), UU etika penyiaran, dan tidak terlepas dari pengawasan KPI.

Surabaya merupakan kota yang memiliki banyak budaya salah satunya adalah bahasa suroboyoan yang terkesan kasar yang berbeda dengan bahasa di jawa tengah yang terkesan lebih halus. Surabaya memiliki televisi lokal yaitu JTV dengan program siaran yang mengedepankan budaya lokal yaitu budaya suroboyoan.

(7)

Pojok Kampung merupakan program acara yang menyajikan siaran berita. Yang menjadi kontroversi dalam program acara ini adalah penggunaan bahasa suroboyoan sebagai bahasa pengantar dalam menyampaikan isi berita. Hal ini tidak buruk karena dengan menggunakan bahasa lokal bisa menjadikan salah satu bentuk keunikan dari acara ini. Namun, Bagi beberapa orang yang berasal dari luar surabaya bahasa ini terkesan kasar, terkesan jauh dari intelektual, dan kurang mendidik.

Dalam UU no 32 tahun 2002 tentang penyiaran dalam pasal 38 mengenai bahasa yang digunakan dalam penyiaran harus menggunakan bahasa indonesai sebagai bahasa pengantar. Namun untuk televisi local diperbolehkan untuk menggunakan bahasa daerahnya. Jika dikaitkan dengan pasal ini tidak ada pelanggaran bagi program acara pojok kampung . Karena bahasa Suroboyoan merupakan bahasa local bagi orang surabaya yang notabene merupakan tempat penyiaran JTV.

Bahasa Suroboyoan yang terkesan kasar bagi orang surabaya merupakan bahasa yang biasa mereka dengar bahkan biasa mereka gunakan. Jadi bahasa ini akan menjadi biasa saja bagi orang local surabaya untuk menjadi bahasa pengantar. Hal ini akan menjadi pelanggaran ketika Program acara pojok kampung disiarkan di daerah luar surabaya. Ketika sudah berada di area local program acara ini harus menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar.

Misalnya saja ketika program acara ini di siarkan di daerah malang yang memiliki karakteristik bahasa yang berbeda dengan di surabaya. Mereka menganggap program acara ini bukanlah program yang seharusnya di tayangkan. Karena bagaimanapun juga isi pesan yang ada dalam siaran televisi akan mempengaruhi setiap audiensnya baik secara langsung atau tidak langsung.

(8)

Rakyat Republik Indonesia) di tingkat pusat dan DPRD (Dewan Perwakilan daerah) di tingkat daerah yang tertulis dalam UU no 32 tahun 2002 pasal 7.

c. Etika Penyiaran dan P3SPS yang dibuat KPI

Berdasarkan BAB IV Etika penyiaran yang membahas Penghormatan terhadap suku, agama, ras dan antar golonga, jelas disebutkan dalam pasal 6 bahwa :

1. Lembaga penyiaran harus menyajikan program dan isi siaran yang menghormati perbedaan Suku, Agama, Ras dan Antargolongan. 2. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program dan isi siaran yang

merendahkan, mempertentangkan, dan/atau melecehkan perbedaan Suku, Agama, Ras, dan antargolongan.

Dewasa ini yang terjadi adalah penyiaran di Indonesia seringkali bersikap deskriminatif tanpa disadari. Hal ini berkaitan dengan adanya dominasi kesan wanita cantik, masyarakat modern, dan gaya hidup dalam dunia penyiaran lebih mengedepankan ras kulit putih. Jika kita amati di televisi, iklan wanita cantik digambarkan putih dan bersinar. Masarakat modern digambarkan dengan keragaman stylish dan kegemerlapan. Hal ini merupakan salah satu bentuk modernisme yang berlebihan. Secara tidak langsung kejadian berikut telah melanggar etika penyiaran karena bersikap deskriminatif. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan saudara kita di papua yang tidak pernah digambarkan kecantikannya dengan memiliki kulit gelap eksotis dalam dunia penyiaran.

Berdasarkan BAB V Etika penyiaran yang membahas penghormatan terhadap norma kesopanan dan kesusilaan yang jelas disebutkan di pasal 7 bahwa :

(9)

Era penyiaran kini mengalami degradasi moral yang cukup tinggi. Banyaknya etika penyiaran yang dilanggar oleh pemilik media siar. Banyak sekali tayangan siar khususnya televisi yang menampilkan hal-hal yang akhirnya menimbulkan efek negatif . Contohnya banyak tayangan sinetron seperti Ganteng-ganteng serigala yang disukai anak usia muda dan akhirnya menimbulkan dampak imajinatif berlebihan dengan pengemasan kata-kata yang tidak pantas ditiru anak belia.

Berdasarkan BAB VI Etika penyiaran yang membahasa pelarangan dan pembatasan adegan seksual yang jelas disebutkan dalam Pasal 9 bahwa :

1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menampilkan adegan yang secara jelas didasarkan atas hasrat seksual.

2. Lembaga penyiaran televisi dibatasi menyajikan adegan dalam konteks kasih sayang dalam keluarga dan persahabatan, termasuk di dalamnya: mencium rambut, mencium pipi, mencium kening/dahi, mencium tangan, dan sungkem.

Pasal 9 Etika penyiaran pada nomor 2 jelas menjelaskan adanya konten kasih sayang berlebihan dalam dunia siar. Radio dan televisi adalah salah satu media siar yang di dalamnya terdapat program-program. Radio dan Televisi masa kini seringkali menampilkan iklan yang menggugah hasrat seksual seperti menggunakan kata ‘aaah aaah’ atau sintron FTV yang menampilkan kemesraan luar biasa.

(10)

pacaran mulai dari TK, SD. SMP. Jelas merupakan awal dari seks bebas yang semakin marak sesuai dengan perkembangan dunia siar dan teknogi. Miris.

Peran KPI

Berbagai pelanggaran terhadap Etika penyiaran masih belum bisa dihadapi KPI dengan baik. Kasus-kasus yang terjadi belum memiliki penanganan yang jelas. Contoh kasus empat mata yang ditangani KPI tidak mengubah konten acara hanya mengganti judul program menjadi bukan empat mata.

Daftar Pustaka

Afwan, Muhammad (2010) Bahasa Siaran Berita Pojok Kampung di JTV dalam Tinjauan Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 (Analisis Isi Atas Penggunaan Bahasa Suroboyoan Dalam Siaran Berita Pojok Kampung di JTV). Thesis. University of Muhammadiyah Malang.

Diakses dari http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/1548

Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi. 2011. Dasar-Dasar Penyiaran. Kencana : Jakarta

(11)

Petriella, Yanita. 2013. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dalam Pemberitaan Bencana Banjir di Televisi. (Studi Analisis Isi Evaluatif Pemberitaan Bencana Banjir DKI Jakarta dan Sekitarnya Periode 10 Januari hingga 6 Februari 2013 di Metro TV)

Referensi

Dokumen terkait

tidak penerapan sistem e-procurement di Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat dari ukuran indikator tujuan yang tercantum pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

90 DNDQ PHQXU XQNDQ QLOD L NDORU L ZDODXSXQ GDUL EDJLDQ ELRPDV VHNXQGHU DGD EHEHUDSD WLSH EDKDQ EDNDU SDGDW VHSHUWL OLPEDK LQGXVWUL SRO\PHU GDQ SODVWLN EHUXSD SODVWLN G DQ EDQ EHNDV

Sesuai dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akibat hukum dari pembatalan surat dakwaan atau pernyataan surat dakwaan tidak dapat diterima (NO), hanya

Syed Abdullah (1999) yang menjalankan kajian ke atas faktor leksiko-budaya dalam penterjemahan karya Rihlah Ibn Batttutah telah menunjukkan bahawa dalam penterjemahan teks

Melalui kerja sama dengan Pemda DKI Jakarta disusun Rencana Induk Kawasan Gelora Senayan yang menetapkan Koefisien Dasar Bangunan maksimum 20 persen, ini

Berdasarkan hasil analisis regresi untuk seluruh perusahaan non keuangan di Bursa Efek Jakarta dapat diketahui bahwa variabel Arus Kas Pendanaan (AKP) diketahui memiliki t

UU No.5 Tahun 1999 yang bertujuan untuk menegakkan antara hukum dan memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha, agar dunia usaha dapat tumbuh

Untuk mengetahui implementasi pemerintahan berorientasi pada hasil dalam E-Government di Pemkot Tangerang dalam meningkatkan pelayanan... Untuk mengetahui implementasi